PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN KONTROL VALSARTAN

(1)

SKRIPSI

RENY FATRIANA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

(

Curcuma Xanthorrhiza

Roxb

.

) TERHADAP

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT JANTAN (

Mus

musculus

) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN

KONTROL VALSARTAN

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

ii

Lembar Pengesahan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

(

Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) TERHADAP

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT JANTAN (

Mus

musculus

) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN

KONTROL VALSARTAN

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2016

Oleh :

RENY FATRIANA NIM : 201110410311146

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS dr. Dian Yuliarta Lestari, Sp.PA


(3)

Lembar Pengujian

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

(

Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) TERHADAP

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT JANTAN (

Mus

musculus

) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN

KONTROL VALSARTAN

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 1 Agustus 2016

Oleh :

RENY FATRIANA NIM : 201110410311146

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS dr. Dian Yuliarta Lestari, Sp.PA

NIP. 11407040450 NIP. 11308090462

Penguji III Penguji IV

Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt Nailis Syfa’, S.Farm., Apt., M.Sc


(4)

vi

RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma

xanthorriza Roxb.) TERHADAP HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT

JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN

KONTROL VALSARTAN

Hipertensi merupakan salah satu permasalahan serius didunia kesehatan. Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu kondisi dimana aliran darah pada arteri bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh yang sehat (santoso, 2010).

Mekanisme RAAS memainkan peran utama dalam patogenesis hipertensi. Peningkatan aktivitas RAAS akan meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan kontraksi langsung pada arteriol dan juga memicu peningkatan faktor pertumbuhan, endotelin, aktivitas simpatis dan aldosteron sehingga menimbulkan proliferasi sel ginjal, meningkatkan retensi natrium, fibrosis ginjal dan resistensi vascular yang menyebabkan perfusi terganggu hingga akhirnya terjadi kerusakan glomerulus (Oparil, 2003).

Apabila penyakit ini tidak terkontrol dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Dinkes, 2013). Hipertensi dapat menjadi sebab maupun akibat dari disfungsi ginjal dan penyakit ginjal. Nefrosklerosis hipertensi juga salah satu bentuk komplikasi target akibat hipertensi (Firmansyah, 2013).

Valsartan adalah salah satu obat golongan ARB. Efektif pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang. Monoterapi dengan Valsartan 80 mg sebagai dosis awal telah menunjukkan efikasi yang baik pada pasien dengan CHF, penurunan nilai ginjal dan membantu kontrol tekanan darah pada pasien dengan hipertensi berat yang tidak toleran dengan β-blocker, ACE inhibitor atau diuretik (Siddiqui, 2011).

Meskipun obat-obat kimia telah terbukti dalam terapi hipertensi, namun saat ini obat-obat tradisional atau fitofarmaka telah banyak diteliti sebagai alternatif pengobatan. Seperti kurkumin pada temulawak. Temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), sellulosa, dan mineral (Ramdja, 2009). Telah dilaporkan bahwa kurkumin yang diisolasi dari temulawak mempunyai efek antioksidan dan dapat menghambat proses lipid peroksidasi. Penelitian juga dilakukan oleh Georgia Kapakos dkk (2012) menyatakan bahwa isolat curcumin dari Kunyit yang diberikan pada mencit yang telah di induksi L-Name (penginduksi hipertensi) telah terbukti memberi efek proteksi kardiovaskular, anti-inflamasi dan antioksidan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap histopatologi ginjal mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi dengan kontrol Valsartan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan metode Post Test Randomized Controled Group Design. Penelitian hanya dilakukan pada post test, dengan membandingkan hasil observasi gambaran histopatologi ginjal pada kelompok eksperimental dan kontrol. Sampel penelitian menggunakan 24 ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu


(5)

0,312mg/30gBB), kelompok terapi (ekstrak temulawak dosis 31,25mg/30gBB) pemberian induksi hipertensi menggunkan L-NAME dosis 1,75mg/25gBB/hari selama 4 minggu dengan rute oral melalui botol minum mencit. Pengamatan organ ginjal dilakukan dengan pembuatan preparat histopatologi jaringan ginjal dengan pewarnaan HE lalu pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop cahaya dalam lima lapang pandang yang berbeda, dengan perbesaran 400x. Setiap lapang pandang dihitung sel yang mengalami sklerosis.

Dari hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan gambaran histopatologi

ginjal mencit yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan jumlah

glomerulosklerosis pada pemberian terapi ekstrak temulawak dibandingkan dengan kontrol negatif dan terdapat pengaruh yang bermakna (p<0.05) pada terapi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap jumlah glomerulosklerosis ginjal mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohiim

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur penulis curahkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul Pengaruh Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma

xanthorriza Roxb.) Terhadap Histopatologi Ginjal Mencit jantan (Mus musculus) yang Diinduksi Hipertensi dengan Kontrol Valsartan.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang tiada henti memberi rahmat, kasih sayang dan hidayahNya, Rasulullah SAW dengan segala pengorbanannya membawa umatnya pada cahaya Islam.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

3. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi sekaligus Dosen Wali Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS selaku Dosen Pembimbing I, dan dr. Dian Yuliarta Lestari, Sp.PA selaku Dosen Pembimbing II disela kesibukan beliau masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt. dan Ibu Nailis Syifa’,

S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan serta motivasi demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Untuk semua bapak dan ibu dosen Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Ibu Sendy Lia Yunita, S.Farm., Apt. yang telah bersusah payah membantu

jalannya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik beserta Staff Tata Usaha Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang terima kasih karena telah banyak membantu dalam hal administrasi.


(7)

8. Bapak Prof..Dr.dr. Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, SpParK selaku Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan yang telah memberikan izin dan kelayakan etik sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

9. Orang tua tercinta Bapak H. Khairudin Sp.d dan Ibu Hj. Mariana yang tiada

henti memberi motivasi, dan mendoakan untuk kesuksesan putrinya. Terima kasih atas semua didikan, kerja keras dan kasih sayang yang tidak pernah putus untuk penulis.

10. Untuk suami tercinta Didik Suharjana S.Kom (Aamiin) atas semua

dukungan, kasih sayang dan canda tawa yang selalu hadir meski dalam situasi sulit, serta kesabaran mendengar setiap keluh kesah penulis.

11. Kedua kakakku Lilik Ariani dan Fauzi Ariono. Kak Lilik yang super cerewet tapi perhatian, selalu merasa lebih cantik dari adiknya padahal adiknya jauuuh lebih cantik, yang selalu kena marah Bapak kalo adeknya bermasalah . Kak Ojiq yang jail dengan kata-kata bijaknya dan semua suplai film kerennya, cepetan nikah woyy!

12. Teman-teman seperjuangan team skripsi “CURCUMIN” Ega, Bela, Putri, Vita, Opik, Priyadi, Ilham, ka Wawan, ka Mutia, gita, nining, lany, hasan dan anggota lainnya, terimakasih banyak untuk semangat, saran, masukan, bantuan dan kerja samanya serta canda tawa selama ini. Penulis akan selalu merindukan saat-saat bersama kalian.

13. Geng 3G (3 generasi) mba titin dan mba ani. Terima kasih atas setiap traktirannya juga canda tawa selama 3 tahun kebersamaan kita. Penulis akan selalu merindukan kalian.

14. Semua teman-teman hebatku di KAMMI, FORISMA, BSMI, dan BEMU.

Terima kasih atas semua pengalaman dan ilmu yang diberikan.

15. Teman-teman Farmasi C terima kasih atas kebersamaan 4 tahun ini.

16. Nahyatu Saufiah yang telah membantu mencari dan mengirimkan isolat kurkumin dari Solo ke Malang demi keberlangsungan penelitian skripsi ini.

17. Untuk mas Miftah dan pak Joko atas bantuannya dalam membedah mencit

dan membantu dalam kegiatan praktikum ketika di lab. Buat mas Mizan terimakasih atas bantuannya dalam membuatkan preparat histopatologi. 18. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf

dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.

Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak dan menambah wawasan serta memperluas pola pikir sebagai seorang farmasis.

Malang, Penulis, Reny Fatriana


(8)

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR --- iv

RINGKASAN --- vi

ABSTRAK --- viii

ABSTRACT --- ix

DAFTAR ISI --- x

DAFTAR TABEL --- xii

DAFTAR GAMBAR --- xiii

DAFTAR LAMPIRAN --- xiv

BAB I PENDAHULUAN --- 1

1.1. Latar Belakang --- 1

1.2. Rumusan Masalah --- 4

1.3. Tujuan Penelitian --- 4

1.4. Manfaat Penelitian --- 4

1.4.1. Manfaat Ilmiah --- 4

1.4.2. Manfaat Aplikasi --- 4

BAB II TUJUAN PUSTAKA --- 5

2.1. Hipertensi --- 5

2.1.1. Definisi Hipertensi --- 5

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi --- 5

2.1.3. Etiologi --- 6

2.1.4. Epidemiology --- 7

2.1.5. Patofisiologi Hipertensi --- 7

2.1.6. Gejala Klinis Hipertensi --- 8

2.1.7. Komplikasi --- 9

2.2. Tinjauan Tentang Ginjal --- 11

2.2.1. Struktur dan Anatomi Ginjal --- 11

2.2.2. Pembuluh dan Saraf pada Ginjal --- 12

2.2.3. Fungsi Ginjal --- 12

2.2.3.1. Fungsi Umum Ginjal --- 12

2.2.3.2. Fungsi Ginjal Terhadap Tekanan Darah --- 12

2.2.4. Histopatologi Ginjal --- 13

2.3. Terapi Hipertensi --- 15

2.3.1. Tujuan Terapi Hipertensi Menurut ESH 2007 --- 15

2.3.2. Terapi Nonfarmakologis --- 16

2.3.3. Terapi Farmakologis --- 17

2.3.3.1. Tinjauan Valsartan --- 22

2.4. Tinjauan Tentang Temulawak --- 24

2.4.1. Kandungan Kimia Temulawak --- 25

2.5. Tinjauan Tentang Ekstraksi Kurkumin --- 27

2.6. Tinjauan Penelitian Khasiat Kurkumin --- 28

2.7. Tinjauan Tentang Hewan Coba --- 29

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL --- 31

3.1. Kerangka Konseptual --- 31

3.2. Hipotesis --- 33

BAB IV METODE PENELITIAN --- 34


(9)

4.1.1. Jenis Penelitian --- 34

4.1.2. Jumlah Sampel --- 35

4.2. Variabel Penelitian --- 35

4.2.1. Klasifikasi Variabel --- 35

4.2.2. Definisi Operasional Variabel --- 35

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian --- 36

4.4. Subjek Penelitian --- 36

4.4.1. Kriteria Inklusi --- 36

4.4.2. Kriteria Eksklusi --- 37

4.5. Alat dan Bahan --- 37

4.5.1. Alat --- 37

4.5.2. Bahan --- 37

4.6. Prosedur Penelitian --- 37

4.6.1. Pembuatan Ekstrak Temulawak --- 37

4.6.2. Dosis dan Konversi Dosis --- 38

4.6.3. Pengujian Aktivitas Antihipertensi Temulawak dengan Kontrol Valsartan --- 39

4.6.4. Pembuatan Preparat Histopatologi Organ Ginjal --- 40

4.6.5. Pengamatan Preparat Histopatologi Organ Ginjal --- 40

4.6.6. Alur Penelitian --- 41

4.7. Analis Data --- 42

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN--- 43

5.1 Hasil Penelitian --- 43

5.1.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Temulawak --- 43

5.2 Gambaran Histopatologi GInjal --- 44

5.2.2 Penelitian Jumlah Gomelurosklerosis Pada Organ Ginjal Mencit Jantan --- 45

5.3 Analisa Data --- 46

5.3.1 Uji Normalitas --- 46

5.3.2 Uji Homogenitas --- 47

5.2.3 Uji Kruska Wallis --- 47

BAB VI PEMBAHASAN --- 48

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN --- 53

7.1 Kesimpulan --- 53

7.2 Saran --- 53

DAFTAR PUSTAKA --- 54


(10)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESH-2007 --- 7

II.2 Obat Untuk Terapi Hipertensi Oleh JNC VII --- 21

II.3 Sifat Fisikokimia Kurkuminoid --- 26

II.4 Karateristik Pelarut Pada Ekstraksi Kurkumin --- 29

V.1 Hasil Penelitian Rata-Rata Glomerulosklerosis Ginjal Mencit Jantan - 47 V.2 Uji Normalitas Shapiro Wilk --- 48

V.3 Uji Homogenitas Levene Test --- 49 V.4 Uji Kruskal Wallis ---


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Patofisiologi Hipertensi --- 8

2.2 Komplikasi Hipertensi --- 10

2.3 Ginjal dan Nepron --- 12

2.4 Pengaturan Tekanan Darah Pada Ginjal --- 14

2.5 Perbandingan Ginjal Normal dan Nekrosis --- 15

2.6 Histopatologi Ginjal Tikus --- 16

2.7 Terapi Nonfarmakologi --- 18

2.8 Valsartan --- 23

2.9 Valsartan Sebagai Antihipertensi --- 24

2.10 Temulawak--- 25

2.11 Struktur Kurkuminoid Dari Rimpang Temulawak --- 27

2.12 Makanisme Kurkumin Pada Ginjal --- 27

2.13 Mencit --- 30

3.1 Skema Kerangka Konseptual --- 32

4.1 Diagram Alir Ekstraksi Kurkumin Menggunakan Metode Remaserasi 39 4.2 Skema Alur Penelitian --- 43

5.1 Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak --- 45

5.2 Mikroskopik Glomelurus Ginjal --- 46


(12)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 59

Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 60

Lampiran 3 Surat Kelaikan Etik ... 62

Lampiran 4 Surat Determinasi Temulawak ... 63

Lampiran 5 Surat Keterangan Pembacaan PA ... 64

Lampiran 6 Dokumentasi Kegiatan Praktikum Penelitian ... 65

Lampiran 7 Penetapan Kadar Kurkumin... 66

Lampiran 8 Hasil Pengamatan Glomerulosklerosis Ginjal Mencit ... 67

Lampiran 9 Analisis Data ... 69


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACE = Angiotensin Converting Eznim

ACEI = Angi0tensin Converting Eznim Inhibitor

ADH = Antidiuretik Hormone

ARB = Angiotensin Renin Blocker

ATI-R = Angiotensin II Receptor Type 1

CCB = Calcium Channel Blocker

DASH = Dietary Approach to Stop Hypertension

Depkes = Departemen Kesehatan

DOCA = Deoxycorticosterone Acetate

EMT = Epitel Mesenchymal Transision

ESH = European Society of Hypertension

HE = Hematoxylin Eosin

JNC = Joint National Comittee

LFG = Laju Filtrasi Glomerulus

L-Name = NW-Nitro-L-arginine methy Ester

NADPH = Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NF-kB = Nuclear Factor-kB

NHANES = National Health and Nutrion Examination Survey

NO = Nitric Oxide

MAP = Mean Arterial Pressure

PGKT = Penyakit Ginjal Kronik Terminal

RAAS = Renin-Angiotensin, Aldosterone System

ROS = Reactive Oxugen Spesies

TGF = Transforming Growht Factor


(14)

54

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Syarifah., 2013. Ekstraksi Senyawa Kurkumin dari Rimpang Temulawak

Dengan Metode Maserasi. Bogor: Skripsi Departemen Teknologi Industri

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Aprillidya S, Baend., C. Padaga, Masdiana., Oktavianie, A. Dyah., 2012. Pengaruh Terapi Kasein Yogurt Susu Kambing Terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) dan Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus (Rattus norvegicus) Model Hipertensi Induksi Deoxycorticosterone Acetate

(DOCA)-Salt. Skripsi Program Studi Kedokteran Hewan Universitas

Brawijaya.

A R, Vatsala., K T, Ajay., G F, Mavishettar., Sangam., 2014. A Study On Branching Pattern Of Renal Arteries. International Journal of Anatomy

and Research. Vol. No. 1, pp. 270-72.

Bandiara, Ria., 2008. An Update Management Concept in Hypertension. subBagian Ginjal Hipertensi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas UNPAD/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Battegay, Edouard., L. Bakris, George., Y.H. Lip, Gregory., 2005. Hypertension. Edition: 1, U.S: Taylor & Francis Group, page 315.

Beevers C.S., Huang Shile., 2011. Pharmacological and clinical properties Of curcumin. Botanics: Target and Therapy. Vol.1, pp.5-18.

Boonla, O., Kukongviriyapan, U., Pakdeechote, P., Kukongviriyapan, V., Pannangpetch, P., Nakmareong, S., Surawattanawan, P., 2013. Curcumin Attenuates Blood Pressure and Oxidative Stress in 2K-1C Renovascular Hypertension Rats.Srinagarind Medical Journal, Suppl.28 ,pp.215-218 Clinical Pharmacology Unit., 2010. Guidelines for the Management of

Hypertension. Cambgidge University Hospitals.

Departemen Kesehatan R.I, 2013 Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

E. Klabunde, Richard. 2011. Secondary Hypertension. www.cvphysiology.com. Diakses pada 16 Januari 2015.

European Society of Hypertension and The Europian Society of Cardiology., 2007. Guidelines for The Management of Arterial Hypertension. European

Heart Journal, Vol.28, pp.1462-1536.

Farida, Liswatul., 2012. Referat Anatomi Fisiologi Ginjal. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah Universitas Muhammadiyah Semarang.


(15)

55

Fauzana, L.D., 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan

Reperkolasi Terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma

canthorrhiza Roxb). Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut

Pertanian Bogor.

Fechtel, Blake., Hartono, Stella., and Joseph, P. Grande,., 2012. Pathogenesis of Renovascular Hypertension: Challenges and Controversies. InTech,

Firmansyah.M.A., 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Nefrosklerosis Hipertensif. PPDS Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.Vol.40, No.2, Hal.107-111.

Fitriani, Dwi. 2013. Efektifitas Temulaak Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia DHARMA Kabupaten Kubu Raya. Skripsi Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitasS Tanjungpura Pontianak.

George, G L. High Blood Pressure., 2013. Merck Manual Home Health

Handbook. http://www.merckmanuals.com/. Diakses pada tanggal 30 September 2014.

Ghosh, M.N., 1971. Fundamental of Experimental Pharmacology. Scientific Book Agency, Calcutta, hal. 85.

Ghosh, Samir., Kumar, A. Sanjeev., G. N. Mehta. 2010. A short and efficient synthesis of valsartan via a Negishi reaction. Beilstein Journal of Organic

Chemistry. Volume 6. No. 27. Volume 6. No. 27.

Gormer, Beth. 2008. Farmakologi Hipertensi, diterjemahkan oleh : Lyrawati, Diana.

Handayana, Yana. 2014. Fungsi Ginjal. https://andayana.wordpress.com. Diakses pada 16 Januari 2015.

Hlavačková Livia., 2011. Curcumin and Piperine Prevent Remodeling of Aorta in Expertimental L-Name Induced Hypertension. BioMed Central. Vol.8, pp.72.

Huei Ng, Kuan. 2010. Hypertension. Pathogenesis, Risk Factors and

Prevention. UK: Elsevies Ltd.

Joyce Trujillo,Yolanda Irasema Chirino.,Eduardo Molina-Jijón.,Ana Cristina

Andérica-Romero., Edilia Tapia., José Pedraza-Chaverrí., 2013.

Renoprotective effect of the antioxidant curcumin: Recent findings. Redox

Biology. Vol.1, pp.448-456.

Ju, Young Moon., 2013. Recent Update of Renin-angiotensin-aldosterone System in the Pathogenesis of Hypertension. The Korean Society of Electrolyte


(16)

56

J Epstein, Benjamin. 2010. Aliskiren and valsartan combination therapy for the

management of hypertension. Vascular Health and Risk Management. pp.

6 711–722.

Kapakos.G., Youreva. V., Srivastava., 2012. Cardiovascular Protection by

Curcumin:Molecular Aspects. Indian Journal of Biochemistry &

Biophysics, Vol.49, pp.306-315

Kartikasari A.N., 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul Rembang. Semarang. Laporan Hasil Penelitian Karya

Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro.

Liang Li-Hong et al., 2008. Curcumin Prevents and reverses murine cardiac hypertrphy. The Journal of Clinical Investigation, Vol. 118 No. 3, pp 879-893.

Lloyd-Sherlock, Peter., Beard, John., Minicuci, Nadia., Ebrahim, Shah., Chatterji, Somnath., 2014. Hypertension among older adults in low- and middle-income countries: prevalence, awareness and control.. International

Journal of Epidemiology. pp. 1-13

Lubis M., Alvarino., Tofrizal., Erkadius., 2013. Pengaruh Pemberian Valsartan Dan Kurkumin Terhadap Pembentukan Fibrosis Di Tubulus Proksimal Ginjal Akibat Obstruksi Ureter Unilateral pada Tikus Wistar. Jurnal

Kesehatan Andalas. Vol. 2. No. 1.

Macauly and dunn., 2007. Cross-Reactivity of ACE Inhibitor Induced Angioedema with ARBs. http://www.uspharmacist.com. Diakses 20 Januari 2015.

Malole, M.B.M. and Pramono, C.S.U. 1989.Pengantar Hewan-Hewan Percobaan diLaboratorium. Bogor. Pusat Antara Universitas Bioteknologi IPB.

Martin, Jeffery., 2008. Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7 Recommendations. The Journal of Lancaster General Hospital. Vol. 3. No 3.

Maulida, Dewi., Zulkarnaen, Naufal. 2010. Ekstraksi Antioksidan (likopen) dari Buah Tomat dengan menggunakan Solven campuran, n-Heksana, Aseton,

dan Etanol. Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Semarang.

Morgado, Elsa., Neves, Leão, Pedro., 2012. Hypertension and Chronic Kidney Disease: Cause and Consequence –Therapeutic Considerations. Nephrology Department, Hospital of Faro, Portugal.

M. Sacks, Frank., Campos, Hannia., 2010. Dietary Therapy in Hypertension. The


(17)

57

Nadeak Bernadetha., 2012. Hipertensi Sekunder akibat Perubahan Histologi

Ginjal. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia, Jakarta, Vol.13, No.5.

Nakmareong S., Upa K., Poungrat P., Veerapol K., Bunkerd K., Parichat P., Kwanjit S., 2010. Effect of Curcumin on Hemodynamic Status and Aortic Elasticity in L-NAME Hypertensive Rat. Srinagarind Med. J., pp. 240-242. Nurrofiq, Moh. 2012. Manfaat dan Khasiat temulawak untuk Kesehatan.

http://health.diwarta.com/. Diakses 20 Januari 2015.

Oparil, Suzann., et al. 2003. Pathogenesis of Hypertension, Etiology of

Hypertensi American College of Physicians Birmingham. Vol. 139. No.

9.

Othman, Shamil. 2012. Effects of valsartan vs captopril on some renal function tests in hypertensive patients. Iraq J Pharm. Vol. 12. No. 1.

Riezakira. 2011. Tubular Nekrosis Akut. https://riezakirah.wordpress.com. Diakses 17 Januari 2015.

Samara, Diana. 2001. Penatalaksanaan hipertensi sekunder akibat perbedaan kelainan anatomi renovaskuler pada usia muda dan tua. Jurnal Kedokteran

Trisakti. Vol. 20, No. 1.

Santoso, Djoko., 2010. Membonsai Hipertensi. Edisi ke-1, surabaya: jaring pena, hal 30

Siddiqui, Nadeem., Husain, Asif., Chaudhry, Lakshita., Alam, M Shamsher., Mitra, Moloy., S. Bhasin, Parminder. 2011. Pharmacological and Pharmaceutical Profile of Valsartan. Journal of Applied Pharmaceutical

Science. Vol. 1. No. 4. Pp 12-19.

Tapia E. Soto, V., Mariana, K., and Vega. 2012. Curcumin Induces Nrf2 Nuclear Translocation and Prevents Glomerular Hypertension, Hyperfiltration, Oxidant Stress, and the Decrease in Antioxidant Enzymes in 5/6 Nephrectomized Rats. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. The Seventh Report of the Joint National Committee (JNC 7), 2003. Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United State:

U.S. Department Of Health And Human Services. NIH Publication No.

03-5233.

Upa Kukongviriyapan., Patchareewan Pananagpetch., Veerapol Kukongviriyapan., Wanida Donpunha., Kwanjit Sompamit., Praphassom Surawattanawan., 2014. Curcumin Protects against Cadmium-Induced Vascular Dysfunction, Hypertension and Tissue Cadmium Accumulation in Mice. Nutrients, Vol.6, pp.1194-1208.


(18)

58

Vikrant, Sanjay., SC Tiwari., 2001. Essential Hypertension – Pathogenesis and Pathophysiology. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine. Vol. 2. No. 3.

V. Chobanian, Aram. 2007. Isolated Systolic Hypertension in the Elderly. The

New England Journal of Medicine. Diakses 16 Januari 2015

Weber et al. 2013. Hypertension Guidelines. Devision of Cardiovascular Medicine, State University of New York, Downstate College of Medicine

Brooklyn. Vol. 357. No. 8.

WHO. 2013. A global brief on Hypertension. World Health Day 2013, World Healty Organization.

Widjaja, Suwandhi., 2013. Hal-Hal Dasar yang Perlu Diketahui Tentang Hipertensi. http://www.sintesahealth.co.id. Diakses 16 Januari 2015

Zaid, Abdel Naser., Cortesi, Rita., Qaddomi, Aiman., Khammash, Saed., 2010. Formulation and Bioequivalence of Two Valsartan Tablets After a Single Oral Administration. Sci Pharm, vol. 79, pp. 123-135


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu kondisi dimana aliran darah pada arteri bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh yang sehat (santoso, 2010). Hal ini merupakan akibat dari adanya gangguan fungsi salah satu atau beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam mempertahankan tekanan darah. Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah secara konsisten lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (sacks and campos, 2010).

Di dunia penyakit Kardiovaskular terhitung sekitar 17 juta kematian pertahun, dari jumlah tersebut komplikasi hipertensi terhitung untuk 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% dari kematian akibat penyakit jantung dan 51% dari kematian akibat stroke (WHO, 2013).

Menurut WHO (2013) pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa berusia 25 ke atas telah didiagnosis mengidap hipertensi, jumlah orang dengan kodisi tersebut meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi di wilayah Afrika pada 46% orang dewasa berusia 25 keatas, sedangkan prevalensi terendah 35% ditemukan di Amerika. Secara keseluruhan Negara-negara berpendapatan tinggi memiliki prevalensi hipertensi terendah dibandingkan Negara yang lain.

Prevalensi hipertensi di Indonesia termasuk kasus yang sedang minum obat pada responden dengan usia 18 tahun keatas, secara nasional adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (20,1%). Prevalensi hipertensi nasional adalah 28,3%, Provinsi dengan prevalensi tertingi tetap Kalimantan Selatan (35,0%), yang terendah juga tetap Papua Barat (17,6%) (Dinkes, 2013).


(20)

2

Hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer mendominasi kasus hipertensi yaitu mencapai 90% kasus di masyarakat. Hipertensi jenis ini adalah hipertensi yang belum jelas etiologinya, namun diduga merupakan konsekuensi dari gabungan faktor genetik dan faktor lingkungan. Satu gen hipertensi akan ditemukan pada orang dengan hipertensi primer. Sedangkan, hipertensi sekunder ginjal bertanggung jawab untuk sekitar 50% dari individu dengan penyebab yang dapat diidentifikasi. Beberapa obat, terutama kombinasi pil kontrasepsi oral dan kortikosteroid dapat menyebabkan hipertensi (Huei, 2010).

Banyak faktor yang berperan dalam patogenesis hipertensi primer. Mekanisme RAAS memainkan peran utama. Renin yang diproduksi oleh ginjal akan memicu pembentukan angiotensin I, angiotensin I oleh ACE akan dibentuk menjadi angiotensin II. Angiotensin II akan meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan kontraksi langsung pada arteriol dan juga memicu peningkatan faktor pertumbuhan, endotelin, aktivitas simpatis dan aldosteron sehingga menimbulkan proliferasi sel ginjal, meningkatkan retensi natrium, fibrosis ginjal dan resistensi vaskular yang menyebabkan perfusi terganggu hingga akhirnya terjadi kerusakan glomerulus (Oparil, 2003).

Apabila penyakit ini tidak terkontrol dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Dinkes, 2013). Hipertensi dapat menjadi sebab maupun akibat dari disfungsi ginjal dan penyakit ginjal. Nefrosklerosis hipertensi juga salah satu bentuk komplikasi target akibat hipertensi. Di Asia, Jepang melaporkan bahwa kejadian hipertensi sebagai penyebab PGKT (Penyakit Ginjal Kronik Terminal) sekitar 6%, sedangkan di Cina sekitar 7%. Di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi sebagai etiologi Penyakit Ginjal Kronik pada populasi berkisar 8,46% (Firmansyah, 2013).

Sebagian besar efek buruk hipertensi tersebut bisa dicegah dengan mempertahankan tekanan darah dalam kondisi normal dengan pendekatan famakoterapi dan life style seperti pengendalian berat badan, makanan (buah, sayur dan tidak berlemak), mengurangi garam, berolahraga seperti jogging dan mengendalikan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol (BPGuidelines, 2010).


(21)

3

Dari segi farmakoterapi ada beberapa golongan obat yang dapat digunakan, seperti diuretik, beta blocker, ACE inhibitor, ARB, calcium channel blocker, dan alfa blocker (Lyrawati, 2008).

Valsartan adalah salah satu obat golongan ARB. Efektif pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang. Monoterapi dengan Valsartan 80 mg sebagai dosis awal telah menunjukkan efikasi yang baik pada pasien dengan CHF, penurunan nilai ginjal dan membantu kontrol tekanan darah pada pasien dengan

hipertensi berat yang tidak toleran dengan β-blocker, ACE inhibitor atau diuretik (Siddiqui, 2011). Benjamin J Epstein (2010) mengatakan bahwa kombinasi aliskiren dan valsartan memberikan perlindungan superior terhadap RAAS dan aman serta efektif menurunkan tekanan darah.

Meskipun obat-obat diatas telah terbukti dalam terapi hipertensi, namun saat ini obat-obat tradisional atau fitofarmaka telah banyak diteliti sebagai alternatif pengobatan. Temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), sellulosa, dan mineral (Ramdja, 2009). Kurkumin yang diisolasi dari temulawak mempunyai efek antioksidan dan dapat menghambat proses lipid peroksidasi, selain itu Dwi Tias Fitriani (2013) juga dalam penelitiannya mengatakan bahwa temulawak juga memiliki khasiat diuretik.

Hlavackova dkk (2011) menyatakan bahwa hipertensi pada tikus wistar dengan penginduksi L-Name dapat dicegah dengan piperin dan kurkumin. Penelitian yang juga dilakukan oleh Georgia Kapakos dkk (2012) menyatakan bahwa isolat kurkumin dari Kunyit yang diberikan pada mencit yang telah di induksi L-Name (penginduksi hipertensi) telah terbukti memberi efek proteksi kardiovaskular, anti-inflamasi dan antioksidan. Penggunaan valsartan dengan kombinasi kurkumin juga terbukti mampu megurangi tingkat fibrosis di tubulus proksimal (Lubis dkk, 2013)

Namun, sejauh ini pengujian temulawak sebagai antihipertensi masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui manfaat temulawak sebagai terapi antihipertensi dan pengaruhnya terhadap histopatologi ginjal mencit jantan (Mus musculus) dengan


(22)

4

pemberian L-name sebagai penginduksi hipertensi dengan kontrol positif Valsartan. Sampel penelitian menggunakan 24 ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif (valsartan dosis 0,312mg/30gBB), kelompok terapi (ekstrak temulawak dosis 31,25mg/30gBB) pemberian induksi hipertensi menggunkan L-NAME dosis 1,75mg/30gBB/hari selama 4 minggu dengan rute oral melalui botol minum mencit. Kemudian mencit di matikan dan dilakukan pengamatan organ ginjal dibawah mikroskop cahaya dalam lima lapang pandang yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu, apakah pemberian ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dapat memberikan pengaruh terhadap histopatologi ginjal pada mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap histopatologi ginjal mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang potensi Kurkumin dari temulawak terhadap remodeling vaskular ginjal mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi.

1.4.2 Manfaat Aplikasi

Bila pemberian ekstrak temulawak terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap histopatologi ginjal mencit jantan yang hipertensi, maka dapat diinformasikan kepada masyarakat tentang potensi dan manfaat ekstrak temulawak, sehingga dapat dijadikan obat alternatif dalam pengobatan hipertensi.


(1)

Nadeak Bernadetha., 2012. Hipertensi Sekunder akibat Perubahan Histologi Ginjal. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Vol.13, No.5.

Nakmareong S., Upa K., Poungrat P., Veerapol K., Bunkerd K., Parichat P., Kwanjit S., 2010. Effect of Curcumin on Hemodynamic Status and Aortic Elasticity in L-NAME Hypertensive Rat. Srinagarind Med. J., pp. 240-242. Nurrofiq, Moh. 2012. Manfaat dan Khasiat temulawak untuk Kesehatan.

http://health.diwarta.com/. Diakses 20 Januari 2015.

Oparil, Suzann., et al. 2003. Pathogenesis of Hypertension, Etiology of Hypertensi American College of Physicians Birmingham. Vol. 139. No. 9.

Othman, Shamil. 2012. Effects of valsartan vs captopril on some renal function tests in hypertensive patients. Iraq J Pharm. Vol. 12. No. 1.

Riezakira. 2011. Tubular Nekrosis Akut. https://riezakirah.wordpress.com. Diakses 17 Januari 2015.

Samara, Diana. 2001. Penatalaksanaan hipertensi sekunder akibat perbedaan kelainan anatomi renovaskuler pada usia muda dan tua. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol. 20, No. 1.

Santoso, Djoko., 2010. Membonsai Hipertensi. Edisi ke-1, surabaya: jaring pena, hal 30

Siddiqui, Nadeem., Husain, Asif., Chaudhry, Lakshita., Alam, M Shamsher., Mitra, Moloy., S. Bhasin, Parminder. 2011. Pharmacological and Pharmaceutical Profile of Valsartan. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 1. No. 4. Pp 12-19.

Tapia E. Soto, V., Mariana, K., and Vega. 2012. Curcumin Induces Nrf2 Nuclear Translocation and Prevents Glomerular Hypertension, Hyperfiltration, Oxidant Stress, and the Decrease in Antioxidant Enzymes in 5/6 Nephrectomized Rats. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. The Seventh Report of the Joint National Committee (JNC 7), 2003. Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United State: U.S. Department Of Health And Human Services. NIH Publication No. 03-5233.

Upa Kukongviriyapan., Patchareewan Pananagpetch., Veerapol Kukongviriyapan., Wanida Donpunha., Kwanjit Sompamit., Praphassom Surawattanawan., 2014. Curcumin Protects against Cadmium-Induced Vascular Dysfunction, Hypertension and Tissue Cadmium Accumulation in Mice. Nutrients, Vol.6, pp.1194-1208.


(2)

Vikrant, Sanjay., SC Tiwari., 2001. Essential Hypertension – Pathogenesis and Pathophysiology. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine. Vol. 2. No. 3.

V. Chobanian, Aram. 2007. Isolated Systolic Hypertension in the Elderly. The New England Journal of Medicine. Diakses 16 Januari 2015

Weber et al. 2013. Hypertension Guidelines. Devision of Cardiovascular Medicine, State University of New York, Downstate College of Medicine Brooklyn. Vol. 357. No. 8.

WHO. 2013. A global brief on Hypertension. World Health Day 2013, World Healty Organization.

Widjaja, Suwandhi., 2013. Hal-Hal Dasar yang Perlu Diketahui Tentang Hipertensi. http://www.sintesahealth.co.id. Diakses 16 Januari 2015

Zaid, Abdel Naser., Cortesi, Rita., Qaddomi, Aiman., Khammash, Saed., 2010. Formulation and Bioequivalence of Two Valsartan Tablets After a Single Oral Administration. Sci Pharm, vol. 79, pp. 123-135


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu kondisi dimana aliran darah pada arteri bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh yang sehat (santoso, 2010). Hal ini merupakan akibat dari adanya gangguan fungsi salah satu atau beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam mempertahankan tekanan darah. Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah secara konsisten lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (sacks and campos, 2010).

Di dunia penyakit Kardiovaskular terhitung sekitar 17 juta kematian pertahun, dari jumlah tersebut komplikasi hipertensi terhitung untuk 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% dari kematian akibat penyakit jantung dan 51% dari kematian akibat stroke (WHO, 2013).

Menurut WHO (2013) pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa berusia 25 ke atas telah didiagnosis mengidap hipertensi, jumlah orang dengan kodisi tersebut meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi di wilayah Afrika pada 46% orang dewasa berusia 25 keatas, sedangkan prevalensi terendah 35% ditemukan di Amerika. Secara keseluruhan Negara-negara berpendapatan tinggi memiliki prevalensi hipertensi terendah dibandingkan Negara yang lain.

Prevalensi hipertensi di Indonesia termasuk kasus yang sedang minum obat pada responden dengan usia 18 tahun keatas, secara nasional adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (20,1%). Prevalensi hipertensi nasional adalah 28,3%, Provinsi dengan prevalensi tertingi tetap Kalimantan Selatan (35,0%), yang terendah juga tetap Papua Barat (17,6%) (Dinkes, 2013).


(4)

Hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer mendominasi kasus hipertensi yaitu mencapai 90% kasus di masyarakat. Hipertensi jenis ini adalah hipertensi yang belum jelas etiologinya, namun diduga merupakan konsekuensi dari gabungan faktor genetik dan faktor lingkungan. Satu gen hipertensi akan ditemukan pada orang dengan hipertensi primer. Sedangkan, hipertensi sekunder ginjal bertanggung jawab untuk sekitar 50% dari individu dengan penyebab yang dapat diidentifikasi. Beberapa obat, terutama kombinasi pil kontrasepsi oral dan kortikosteroid dapat menyebabkan hipertensi (Huei, 2010).

Banyak faktor yang berperan dalam patogenesis hipertensi primer. Mekanisme RAAS memainkan peran utama. Renin yang diproduksi oleh ginjal akan memicu pembentukan angiotensin I, angiotensin I oleh ACE akan dibentuk menjadi angiotensin II. Angiotensin II akan meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan kontraksi langsung pada arteriol dan juga memicu peningkatan faktor pertumbuhan, endotelin, aktivitas simpatis dan aldosteron sehingga menimbulkan proliferasi sel ginjal, meningkatkan retensi natrium, fibrosis ginjal dan resistensi vaskular yang menyebabkan perfusi terganggu hingga akhirnya terjadi kerusakan glomerulus (Oparil, 2003).

Apabila penyakit ini tidak terkontrol dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Dinkes, 2013). Hipertensi dapat menjadi sebab maupun akibat dari disfungsi ginjal dan penyakit ginjal. Nefrosklerosis hipertensi juga salah satu bentuk komplikasi target akibat hipertensi. Di Asia, Jepang melaporkan bahwa kejadian hipertensi sebagai penyebab PGKT (Penyakit Ginjal Kronik Terminal) sekitar 6%, sedangkan di Cina sekitar 7%. Di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi sebagai etiologi Penyakit Ginjal Kronik pada populasi berkisar 8,46% (Firmansyah, 2013).

Sebagian besar efek buruk hipertensi tersebut bisa dicegah dengan mempertahankan tekanan darah dalam kondisi normal dengan pendekatan famakoterapi dan life style seperti pengendalian berat badan, makanan (buah, sayur dan tidak berlemak), mengurangi garam, berolahraga seperti jogging dan mengendalikan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol (BPGuidelines, 2010).


(5)

Dari segi farmakoterapi ada beberapa golongan obat yang dapat digunakan, seperti diuretik, beta blocker, ACE inhibitor, ARB, calcium channel blocker, dan alfa blocker (Lyrawati, 2008).

Valsartan adalah salah satu obat golongan ARB. Efektif pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang. Monoterapi dengan Valsartan 80 mg sebagai dosis awal telah menunjukkan efikasi yang baik pada pasien dengan CHF, penurunan nilai ginjal dan membantu kontrol tekanan darah pada pasien dengan

hipertensi berat yang tidak toleran dengan β-blocker, ACE inhibitor atau diuretik

(Siddiqui, 2011). Benjamin J Epstein (2010) mengatakan bahwa kombinasi aliskiren dan valsartan memberikan perlindungan superior terhadap RAAS dan aman serta efektif menurunkan tekanan darah.

Meskipun obat-obat diatas telah terbukti dalam terapi hipertensi, namun saat ini obat-obat tradisional atau fitofarmaka telah banyak diteliti sebagai alternatif pengobatan. Temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), sellulosa, dan mineral (Ramdja, 2009). Kurkumin yang diisolasi dari temulawak mempunyai efek antioksidan dan dapat menghambat proses lipid peroksidasi, selain itu Dwi Tias Fitriani (2013) juga dalam penelitiannya mengatakan bahwa temulawak juga memiliki khasiat diuretik.

Hlavackova dkk (2011) menyatakan bahwa hipertensi pada tikus wistar dengan penginduksi L-Name dapat dicegah dengan piperin dan kurkumin. Penelitian yang juga dilakukan oleh Georgia Kapakos dkk (2012) menyatakan bahwa isolat kurkumin dari Kunyit yang diberikan pada mencit yang telah di induksi L-Name (penginduksi hipertensi) telah terbukti memberi efek proteksi kardiovaskular, anti-inflamasi dan antioksidan. Penggunaan valsartan dengan kombinasi kurkumin juga terbukti mampu megurangi tingkat fibrosis di tubulus proksimal (Lubis dkk, 2013)

Namun, sejauh ini pengujian temulawak sebagai antihipertensi masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui manfaat temulawak sebagai terapi antihipertensi dan pengaruhnya terhadap histopatologi ginjal mencit jantan (Mus musculus) dengan


(6)

pemberian L-name sebagai penginduksi hipertensi dengan kontrol positif Valsartan. Sampel penelitian menggunakan 24 ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif (valsartan dosis 0,312mg/30gBB), kelompok terapi (ekstrak temulawak dosis 31,25mg/30gBB) pemberian induksi hipertensi menggunkan L-NAME dosis 1,75mg/30gBB/hari selama 4 minggu dengan rute oral melalui botol minum mencit. Kemudian mencit di matikan dan dilakukan pengamatan organ ginjal dibawah mikroskop cahaya dalam lima lapang pandang yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu, apakah pemberian ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dapat memberikan pengaruh terhadap histopatologi ginjal pada mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap histopatologi ginjal mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang potensi Kurkumin dari temulawak terhadap remodeling vaskular ginjal mencit jantan

(Mus musculus) yang diinduksi hipertensi.

1.4.2 Manfaat Aplikasi

Bila pemberian ekstrak temulawak terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap histopatologi ginjal mencit jantan yang hipertensi, maka dapat diinformasikan kepada masyarakat tentang potensi dan manfaat ekstrak temulawak, sehingga dapat dijadikan obat alternatif dalam pengobatan hipertensi.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza Roxb) TERHADAP HISTOPATOLOGI OTAK PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN KONTROL CAPTOPRIL

2 32 26

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb)SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT JANTAN(Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

0 8 27

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL TEMULAWAK (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP TEKANAN DARAH MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN KONTROL CAPTOPRIL

2 7 25

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) TERHADAP HISTOPATOLOGI JANTUNG MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI (Dengan Kontrol Valsartan)

0 7 26

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI VALSARTAN TERHADAP HISTOPATOLOGI JANTUNG PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSIHIPERTENSI

1 6 24

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI VALSARTAN TERHADAP HISTOPATOLOGI GINJAL PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

0 15 25

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)TERHADAP KADAR RENIN MENCIT JANTAN (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI DENGAN KONTROL VALSARTAN

0 22 26

UJI EFEK PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma Uji Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Parasetamol.

0 8 15

UJI EFEK PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma Uji Efek Pemberian Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Parasetamol.

0 3 14