Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK DAUN KAMBOJA (Plumiera rubra L.) PADA IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)
RANGGA WARSITO 100302069
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Universitas Sumatera Utara

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK DAUN KAMBOJA (Plumiera rubra L.) PADA IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
RANGGA WARSITO 100302069
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Universitas Sumatera Utara

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK DAUN KAMBOJA (Plumiera rubra L.) PADA IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
RANGGA WARSITO 100302069
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015
Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Rangga Warsito Nim : 100302069 Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Maret 2015
Rangga Warsito NIM. 100302069
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)

Nama Mahasiswa : Rangga Warsito

NIM : 100302069

Program Studi


: Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua

Zulham Apandy Harahap S.Kel, M.Si Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RANGGA WARSITO. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh YUNASFI dan ZULHAM APANDY HARAHAP. Budidaya ikan yang dilakukan secara intensif sangat rentan terserang wabah penyakit. Penggunaan antibiotik dalam pencegahan penyakit bakterial dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan manusia. Antibiotik dapat digantikan dengan penggunaan ekstrak tumbuhan yang mengandung senyawa antibakteri, salah satunya daun kamboja (Plumiera rubra L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 dalam 96 jam dan konsentrasi aman dari ekstrak daun kamboja terhadap benih ikan nila merah. Penelitian terbagi atas dua tahap, yaitu uji pendahuluan dan uji defenitif. Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ambang atas dan ambang bawah, dimana konsentrasi uji pendahuluan yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 750 ppm. Uji defenitif menggunakan konsentrasi 0 ppm; 98,40 ppm; 193,65 ppm; 381,10 ppm; dan 750,00 ppm yang didapatkan dari perhitungan berdasarkan konsentrasi ambang atas sebesar 750 ppm dan ambang bawah sebesar 50 ppm. Persentase mortalitas ikan nila merah pada uji pendahuluan dari konsentrasi terendah sampai tertinggi sebesar 3,33%; 16,67%; 46,67%; dan 76,67%. Persentase mortalitas diubah kedalam bentuk probit dan digunakan dalam analisis probit sehingga didapatkan nilai LC50 dalam 96 jam sebesar 510,63 ppm. Konsentrasi aman sebesar 10% dari LC50 dalam 96 jam, yaitu 50,2 ppm. Nilai LC50 dalam 96 jam menunjukkan bahwa ekstrak daun kamboja termasuk dalam kategori toksisitas sedang. Kata Kunci : Plumiera rubra L., Oreochromis niloticus, LC50, Fitokimia
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
RANGGA Warsito. Acute Toxicity Test Extract Frangipani Leaves (Plumiera rubra L.) on the Red Tilapia (Oreochromis niloticus). Guided by YUNASFI and ZULHAM APANDY HARAHAP. Fish farming is done intensively highly susceptible to outbreaks of diseas. The use of antibiotics in the prevention of bacterial diseases can cause negative effects to human health. Antibiotics can be replaced with the use of plant extracts containing antibacterial compounds, one of which leaves frangipani (Plumiera rubra L.). This study aims to determine the 96-hour LC50 value and safe concentration of frangipani leaf extract of red tilapia fish seeds. The study is divided into two stages, namely the preliminary test and the definitive test. Preliminary test was conducted to determine threshold concentrations above and below the threshold, where the concentration of the preliminary test is 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, and 750 ppm. Definitive test using a concentration of 0 ppm; 98,40 ppm; 193,65 ppm; 381,10 ppm; and 750,00 ppm were obtained from calculations based on the threshold concentration of 750 ppm and below the threshold of 50 ppm. Percentage mortality of red tilapia in a preliminary test of the lowest to highest concentration of 3,33%; 16,67%; 46,67%; and 76,67%. Percentage mortality converted into the form used in the probit and probit analysis to obtain the 96hour LC50 value of 510,63 ppm. Safe concentration of 10% of the LC50 within 96 hours, which is 50,2 ppm. In the 96-hour LC50 valuesindicate that the leaf extract of frangipani included in the category of moderate toxicity. Keywords : Plumiera rubra L., Oreochromis niloticus, LC50, Phytochemistry
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 06 Januari 1993, dari Ayahanda Nanang Sumarsono S.Sos. dan Ibunda Basariyah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Arafah pada tahun 1997 – 1998. Pada tahun 1998 – 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 068003 Medan dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2004 – 2007 di SMP Negeri 10 Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Medan dengan jurusan IPA pada tahun 2007 – 2010.
Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan Air Laut Aceh.
Selain mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi asisten Laboratorium Pencemaran dan Pengolahan Limbah pada tahun 2012 – 2013 dan Laboraturium Ekotoksikologi Perairan tahun 2013 – 2014.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis Ucapkan ke Hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Nanang Sumarsono, S.Sos. dan Ibunda Basariyah yang telah memberikan dukungan moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan ilmu yang berharga bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar serta pegawai Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Terima kasih juga kepada Bapak Mukri selaku penjaga Tempat Pemakaman Umum (TPU) Polonia; Bapak Dr. Lamek Marpaung, M.Phil selaku kepala Laboratorium Kimia Bahan Alam Fakultas Matematika Fisika Kimia Universitas Sumatera Utara; Bapak R. Gatot Pahlawan, S.Pi selaku kepala UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan; dan Bapak Endang Supriatna selaku manajer pengendali
Universitas Sumatera Utara

mutu di UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan yang telah banyak membantu penulis dalam segala kegiatan penelitian yang dilakukan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sarah Diba Sandy sebagai seseorang yang paling dekat dengan penulis yang telah banyak membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Henny Christien dan Parlinggoman Sianturi, serta seluruh teman-teman seperjuangan diangkatan 2010 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakanda Rico Febri, Dedi Ismail Siregar, Novi Karlina, Erma Esikari, dan semua pegawai UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan; kakanda Wan Nita Ulfani Barus dan semua mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2009 yang telah memberikan masukan bagi skripsi ini; serta kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dala bidang manajemen sumberdaya perairan.
Medan, Maret 2015
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi


DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

PENDAHULUAN.............................................................................................. Latar Belakang ........................................................................................ Perumusan Masalah ................................................................................ Kerangka Pemikiran................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................................. Hipotesis..................................................................................................

1 1 2 2 4 4 4

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5 Kamboja (Plumiera rubra) ..................................................................... 5 Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)............................................... 7 Kualitas Air ............................................................................................. 9 Oksigen Terlarut ................................................................................. 9 pH ....................................................................................................... 12 Toksisitas................................................................................................. 12
METODE PENELITIAN ................................................................................. 17 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 17 Bahan dan Alat........................................................................................ 17 Metode Penelitian.................................................................................... 17 Prosedur Penelitian.................................................................................. 18 Ekstraksi Daun Kamboja .................................................................... 18 Uji Fitokimia Fitokimia Ekstrak......................................................... 18

Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Larutan Uji ............................................................. 18 Pengujian Fenolik ..................................................................... 18 Pengujian Alkaloid.................................................................... 19 Pengujian Terpenoid/Steroid..................................................... 19 Pengujian Saponin..................................................................... 19 Pengujian Flavonoid ................................................................. 20 Aklimatisasi Hewan Uji ..................................................................... 20 Persiapan Wadah ................................................................................ 20 Uji Pendahuluan ................................................................................. 20 Uji Defenitif........................................................................................ 21 Analisis Data ........................................................................................... 22 Mortalitas............................................................................................ 22 LC50 ................................................................................................... 22 Analisis Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO ......................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 24 Hasil ........................................................................................................ 24 Uji Fitokimia Daun Kamboja ............................................................. 24 Uji Pendahuluan ................................................................................. 24 Uji Defenitif........................................................................................ 26 Persentase Mortalitas.......................................................................... 27 Analis Probit ....................................................................................... 27 Analisis Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO ......................................................... 28 Pembahasan ............................................................................................. 30 Uji Fitokimia Daun Kamboja ............................................................. 30 Uji Pendahuluan ................................................................................. 31 Uji Defenitif........................................................................................ 32 LC50 dalam 96 Jam............................................................................ 33 Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO........ 34
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 36 Kesimpulan .............................................................................................. 36 Saran ........................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37

LAMPIRAN ...................................................................................................... 40
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................... 3 2. Kamboja (Plumeria rubra L.) ..................................................................... 5 3. Benih Ikan Nila Merah ................................................................................ 8 4. Diagram Uji Pendahuluan ........................................................................... 25 5. Diagram Uji Defenitif ................................................................................. 26
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Halaman

1. Contoh Kepekatan Minimum Oksigen Terlarut yang Diterima dalam Air Tawar ............................................................. 9
2. Toksisitas Berdasarkan LC50 ................................................................. 15
3. Hasil uji fitokimia ekstrak daun kamboja ............................................... 24 4. Kualitas Air Uji Defenitif ....................................................................... 27
5. Persentase Mortalitas Ikan Uji ................................................................ 27 6. Analisis Probit Konsentrasi Ekstrak Daun Kamboja
terhadap Ikan Nila................................................................................... 28

7. Kesimpulan Model.................................................................................. 28 8. Anovab..................................................................................................... 29
9. Koefisien-koefisien ................................................................................. 29

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 41 2. Uji Fitokimia ............................................................................................... 46 3. Uji Pendahuluan dan Uji Defenitif.............................................................. 47 4. Mortalitas Ikan ............................................................................................ 49 5. Kualitas Air ................................................................................................. 51 6. Perhitungan.................................................................................................. 52

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Menegristek, 2001).

Menurut Mariyono dan Sundana (2002), untuk memenuhi permintaan produk perikanan yang terus meningkat, penerapan intensifikasi budidaya tidak dapat dihindarkan. Namun, intensifikasi budidaya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain penyakit. Penyakit yang sering muncul pada usaha budidaya ikan air tawar adalah Motile Aeromonas Septicemia (MAS), penyakit akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
Penggunaan ekstrak daun kamboja diharapkan mampu menggantikan penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri. Ekstrak daun kamboja lebih mudah diperoleh dengan biaya yang tidak terlalu mahal yang akan mempengaruhi ongkos produksi pembudidaya di lapangan. Ekstrak daun kamboja tidak menjadi residu di tubuh ikan yang berbahaya apabila terakumulasi dan masuk ke tubuh manusia. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat usaha budidaya, karena bahan eksrak terbuat dari bahan organik yang lebih mudah teruraikan. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Universitas Sumatera Utara

Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)”. Perumusan Masalah
Apakah konsentrasi uji invitro dapat digunakan pada uji invivo dengan hewan uji ikan nila merah (Oreochromis niloticus).
1. Berapakah konsentrasi maksimum ekstrak daun kamboja yang masih aman untuk ikan nila.
2. Berapakah nilai LC50 ekstrak daun kamboja terhadapa ikan nila dan kategori toksisitasnya.
Kerangka Pemikiran Budidaya yang dilakukan secara intensif sangat rentan terserang wabah
penyakit. Tingkat kepadatan ikan yang sangat padat dalam satu kolam sangat mempengaruhi kualitas air dalam kolam. Kualitas air yang buruk akan menyebabkan ikan mudah stress. Stress berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh ikan. Ikan yang masih berukuran benih lebih mudah stress sehingga sering terserang penyakit seperti Motile Aeromonas Septicemia (MAS).
Pengobatan MAS sampai sekarang masih banyak menggunakan antibiotik, sedangkan antibiotik sendiri banyak efek samping yang ditimbulkan (Wardani, 2012). Antibiotik dapat terakumulasi di dalam tubuh ikan dan akan terus bertambah seiring dengan pemberiannya kepada ikan. Ikan konsumsi yang diberi antibiotik sangat berbahaya bagi manusia. Ekstrak daun kamboja dapat digunakan sebagai antibakteri alami untuk menekan pertumbuhan Aeromonas hydrophila, namun sampai saat ini masih dilakukan pada uji invitro saja. Karena itu, perlu dilakukannya penelitian uji lethal concentration (LC50) yang
Universitas Sumatera Utara

berkemungkinan pada konsentrasi tertentu dapat juga membunuh ikan budidaya terutama pada ukuran benih.
Ikan yang digunakan dalam uji lethal concentration (LC50) adalah ikan nila merah. Ikan nila digunakan karena salah satu ikan yang dapat menjadi bioindikator dan sedikit lebih tahan penyakit. Menurut Suyanto (1998) diacu oleh Alamsyah (2007), penggunaan ikan Nila sebagai bioindikator karena bersifat respiroregulator, osmoregulator, euryhaline dan bukan labirynthici, sehingga ikan ini termasuk dalam ikan yang mempunyai daya tahan sedang terhadap perubahan lingkungannya termasuk adanya perubahan-perubahan akibat adanya pencemaran, sehingga dapat mewakili jenis-jenis ikan lain yang lebih tahan terhadap perubahan lingkungan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Budidaya Ikan Nila Merah

Hama

Penyakit


Kualitas Air

Penyakit Bakterial Ekstrak Daun Kamboja Uji LC50 dalam (96 Jam)
Konsentrasi Aman Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah :
1. Mengetahui nilai LC50 dalam 96 jam dari ekstrak daun kamboja terhadap benih ikan nila merah dan kategori toksisitasnya.
2. Mengetahui rentang konsentrasi yang aman dari ekstrak daun kamboja untuk benih ikan nila merah.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian adalah memberikan informasi
mengenai nilai LC50 atau pada konsentrasi berapakah dapat mematikan setengah dari hewan uji dan rentang konsentrasi aman dari ekstrak daun kamboja terhadap ikan nila merah yang dapat digunakan sebagai zat antibakteri. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah : 1. Ekstrak daun kamboja dapat digunakan sebagai antibakteri dan tidak bersifat
toksik dalam konsentrasi rendah. 2. Tingkat toksik ekstrak daun kamboja rendah yang diketahui berdasarkan nilai
LC50.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Kamboja (Plumiera rubra) Kamboja merupakan salah satu jenis bunga yang banyak ditanam di

Indonesia, khususnya pulau Jawa dan Bali cukup banyak ditemukan pohon kamboja. Bunga kamboja merupakan bunga yang berbau sangat harum dan cukup awet (Kumari dkk., 2012). Bunga ini sering digunakan pada acara-acara adat juga keagamaan karena mengeluarkan aroma yang khas dan warnanya yang indah (Megawati dan Saputra, 2012).

Gambar 2. Kamboja (Plumeria rubra L.)

Klasifikasi kamboja menurut ITIS (2014):

Kingdom

: Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Infrakingdom : Streptophyta

Divisi

: Tracheophyta

Subdivisi


: Spermatophytina

Infradivisi

: Angiospermae

Class

: Magnoliopsida

Universitas Sumatera Utara

Superorder

: Asteranae

Order

: Gentianales

Family

: Apocynaceae

Genus

: Plumeria L.

Species

: Plumeria rubra L.

Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991), akar dan daun (Plumeria

acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan

polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Daun kamboja

(Plumeria acuminata) mengandung senyawa saponin, flavonoid, polifenol, dan

alkaloid. Tumbuhan ini juga mengandung minyak atsiri yang kandungannya

terdiri atas geraniol, farsenol, sitronela, fenetilalkohol, dan linalool

(Samuel dan Shelburne, 2004).

Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid dan

flavonol disintesis tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba, sehingga

secara invitro efektif terhadap mikroorganisme. Senyawa ini merupakan

antimikroba karena kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan

protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat

lipofilik akan merusak membran mikroba. Flavonoid bersifat anti inflamasi

sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit,

bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka. Selain itu, flavonoid

bersifat antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun

karena leukosit sebagai pemakan antigen lebih cepat dihasilkan dan sistem limfoid

lebih cepat diaktifkan (Haryani dkk., 2012). Menurut Harborne (1987), flavonoid

merupakan senyawa yang larut dalam air.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian Barus (2013), perbedaan dosis esktrak daun kamboja menyebabkan perbedaan kandungan senyawa antibakteri dalam media uji dan perbedaan tekanan osmosis antara cairan di dalam dengan di luar sel bakteri yang menyebabkan perbedaan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Daya hambat terbesar dijumpai pada perlakuan dosis ekstrak 10% dengan diameter zona hambatnya 12.2 mm, sedangkan dosis hambat minimal adalah 2 % dengan zona hambat 6.4 mm. Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Menegristek, 2001).
Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan (Menegristek, 2001).
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Benih Ikan Nila Merah

Klasifikasi ikan nila menurut Luna (2015) adalah sebagai berikut:

Kelas

: Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherigii

Ordo

: Perciformes

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis

Spesies

: Oreochromis niloticus

Penggunaan ikan nila sebagai bioindikator kualitas influen dan efluen

dilakukan dengan pertimbangan karena ikan Nila ini bersifat respirorcgulator,

osmoregulator, euryhaline dan bukan labirynthici, sehingga ikan ini termasuk

dalam ikan yang mempunyai daya tahan sedang terhadap perubahan

lingkungannya termasuk adanya perubahan-perubahan akibat adanya pencemaran,

dan ikan ini mudah berkembang biak sehingga populasinya bisa dikendalikan.

Ikan Nila dapat hidup pada iklim tropis dan subtropis sehingga sesuai dengan

kondisi Kota Bontang yang beriklim tropis, bersifat omnivora, mampu mencerna

makanan secara efisien dan tahan terhadap serangan penyakit (Suyanto, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Kualitas Air Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000 diacu oleh Salmin, 2005). Tabel 1. Contoh Kepekatan Minimum Oksigen Terlarut yang Diterima
dalam Air Tawar

Suhu (0C)
36,0

Tingkat Kejenuhan Oksigen Terlarut
(mg/l)

Tingkat Minimal untuk Mempertahankan Kehidupan di Air

Ng L-1

Kejenuhan (%)

7 5,8 82,9

27,5 8

5,8 72,5

21,0 9

6,2 68,9

16,0 10

6,5 65,0

7,7 12 6,8 56,7

1,5 14 6,8 48,6 Sumber: USEPA (1972) diacu oleh Connell dan Miller (1995)
Tersedianya oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan udang dan ikan. Oksigen terlarut dalam suatu perairan diperoleh melalui difusi dari udara ke dalam air, aerasi mekanis, dan fotosintesis tanaman akuatik. Sementara itu, oksigen terlarut dalam air dapat berkurang akibat

Universitas Sumatera Utara

adanya respirasi dan pembusukan bahan organik pada dasar perairan (Department of Primary Industries and Resources of South Australia, 2003).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle, 1968 diacu oleh Salmin 2005). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (Huet, 1970 diacu oleh Salmin 2005).
Oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun (Salmin, 2005).
Konsentrasi oksigen terlarut juga dipengaruhi oleh faktor biologis seperti kepadatan organisme perairan, karena semakin padat organisme perairan maka laju respirasi juga akan semakin meningkat. Adanya peningkatan respirasi tersebut akan menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Schramm, 1997).
Kepekatan oksigen terlarut yang lebih rendah di dalam massa air menyebabkan pengambilan oksigen yang rendah oleh makhluk hidup dan, akibatnya otot-otot tidak cukup diberi oksigen untuk melanjutkan pernapasan aerob pada laju yang optimal. Ini dapat dikompensasi untuk ikan dan makhluk hidup lainnya dengan cara memompa air lebih cepat melalui insang.
Universitas Sumatera Utara

Tetapi jika pengambilan oksigen tidak cukup, akan terjadi kegiatan otot yang tidak cukup seringkali akan menyebabkan kematian makhluk hidup tersebut (Erichsen Jones, 1964 diacu oleh Connell dan Miller, 1995).
Jika zat-zat yang kaya karbon organik ditambahkan ke dalam sistem, beberapa jalur meningkat jaraknya dan juga beberapa sumber karbon organik meningkat ukurannya. Ini mengakibatkan meningkatnya pernapasan, terutama melalui pernapasan mikroorganisme, yang menyebabkan meningkatnya jumlah karbon dioksida dan metana (Connell dan Miller, 1995).
Menurut Connell dan Miller (1995), oksigen yang diperlukan untuk pernapasan aerobik didapat dari oksigen yang terlarut dalam massa air. Oksigen ini biasanya berasal dari atmosfer dan diubah ke dalam karbon dioksida yang dibuang ke dalam massa air dan akhirnya ke atmosfer. Pernapasan yang meningkat, yang disebabkan meningkatnya jumlah karbon organik di dalam air, mengakibatkan berubahnya jarak jalur dan sumber oksigen. Yang terpenting, terdapat keperluan terhadap cadangan oksigen yang terlarut didalam massa air yang hanya sedikit karena oksigen terbatas kelarutannya di dalam air, biasanya beranah dari sekitar 6 sampai 14 mg/l. Dengan demikian, dapat terjadi penurunan besar dalam oksigen terlarut yang mempunyai dampak yang nyata terhadap makhluk hidup air.
Menurut Schworbel, (1987), nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan suhu juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg/l.
Universitas Sumatera Utara

pH Menurut Sutika (1989), derajat keasaman atau kadar ion H dalam air
merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu: kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
Organisma air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah (Baur 1987 Brehm & Meijering 1990, Brakke dkk., 1992 diacu oleh Barus, 2004). Nilai pH yang ideal bagi kehidupan orgamsma air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisma karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisma dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion Aluminium yang bersifat toksik, semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsung hidup orgamsma air. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbang antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH diatas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi orgamsma (Barus, 2004). Toksisitas
Menurut Tahir (2012), toksikan adalah agen yang mampu menghasilkan dampak atau respon buruk dalam suatu sistem biologis, yang dapat secara serius merusak struktur dan fungsi atau menyebabkan kematian.
Universitas Sumatera Utara

Toksisitas adalah suatu sifat relatif dari suatu bahan kimia dalam hal potensi untuk menimbulkan dampak yang membahayakan bagi organisme. Toksisitas merupakan fungsi konsentrasi bahan kimia dan durasi pemaparan. Difusi merupakan jalur utama bahan kimia asing ke dalam tubuh orgamsme dengan jalan difusi pasif melalui membran semi-permiabel seperti insang, belahan mulut atau saluran gastro-intestinal. Insang yang merupakan organ ikan yang paling rentan, karena desainnya yang memaksimalkan difusi. Membran insang merupakan struktur yang tipis dengan ketebalan antara 2 - 4 µm, dan umumnya mewakili sekitar 2-10 kali area permukaan tubuh. Sedangkan kulit pada ikan, karapaks pada krustase dan kutikula pada serangga umumnya relatif bersifat impermiabel, karena kerapatan strukturnya serta keberadaan bagian mati dari strukturnya, baik yang hidrofobik maupun hidrofilik. Difusi pasif dapat terjadi melalui halangan (barrier) apa saja yang bersifat permiabel bagi bahan kimia dan menembus suatu gradasi konsentrasi (ΔC), yang merupakan proses fisis yang tidak membutuhkan pengerahan energi dari organisme (Tahir, 2012).
Menurut Mangkoediharjo dan Samudro (2009), toksisitas adalah sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya menyebabkan efek negatif bagi makhluk hidup, atau: kemampuan zat menyebabkan efek negatif pada makhluk hidup. Sifat relatif ini merupakan fungsi dari konsentrasi dan durasi pemaparan toksikan. Sebagai sifat relatif maka data toksisitas dipakai sebagai perbandingan toksikan. Identifikasi toksikan dilakukan melalui uji toksisitas. Pengujiannya dilakukan pada kondisi tertentu dan tetap yang dapat diulang secara konsisten, sehingga memungkinkan pembandingan antar toksikan yang diuji.
Universitas Sumatera Utara

Menurut Mangkoediharjo dan Samudro (2009), tingkat toksisitas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: toksisitas toksikan dapat dipengaruhi oleh komposisi toksikan. Ada kemungkinan komponen toksikan mempunyai perbedaan toksisitas. Faktor lain adalah sifat-sfat fisik kimia toksikan sebagaimana telah disebutkan di atas; toksikan akan menghasilkan efek negatif jika kontak dan bereaksi dengan target biota pada konsentrasi tertentu dan cukup waktu. Faktor-faktor yang berkaitan dalam pemaparan toksikan adalah : jenis toksikan, durasi pemaparan, frekuensi pemaparan, konsentrasi toksikan; Sifat-sifat lingkungan sebagaimana yang mempengaruhi toksikan di atas juga mempengaruhi toksisitas toksikan; toksisitas toksikan berbeda untuk berbagai spesies biota, karena adanya perbedaan ketahanan dan kemudahan spesies biota menerima toksikan. Perbedaan diantara spesies biota tersebut berkaitan dengan faktor-faktor genetik, umur dan status kesehatan.
Menurut Tahir (2012), efek kronik dapat bersifat lethal atau sub-lethal. Efek kronik yang bersifat lethal misalnya kegagalan organisme yang mengalami pemaparan kronik untuk menghasilkan telur atau keturunan. Adapun efek kronik yang bersifat sub-lethal yang paling umum adalah perubahan tingkah laku (misal: berenang, menghindar dari ancaman dan hubungan mangsa-predator), perubahan fisiologis (misal: pertumbuhan, reproduksi dan perkembangan), perubahan biokimiawi (misal: konsentrasi enzim dan ion dalam darah) serta perubahan histologis. Beberapa efek sub-lethal dapat secara tidak langsung menyebabkan kematian (lethalitas), misalnya: perubahan dalam beberapa pola tingkah laku (misal: renang dan penciuman/olfactory) dapat menurunkan kemampuan ikan atau
Universitas Sumatera Utara

organisme perairan lainnya untuk menemukan makanan atau tidak mampu

menghindari predator yang berakhir pada kematian.

Pada beberapa jenis ikan dan organisme akuatik, efek yang timbul

dalam hitungan jam, hari atau minggu dianggap akut. Efek akut biasanya

berdampak parah dan mematikan (severe) yang umumnya diukur melalui

dalam bentuk kematian (mortalitas atau lethalitas). Suatu bahan kimia

dianggap bersifat akut toksisitasnya jika aksi langsungnya mampu membunuh

paling sedikit 50% dari populasi uji dalam jangka waktu singkat, yaitu 96 jam

hingga 14 hari (Tahir, 2012).

Terdapat 2 jenis efek, yaitu: efek akut yang terjadi secara cepat sebagai hasil

pemaparan jangka pendek, dan efek kronik atau subkronik yang terjadi secara

perlahan (latency) sebagai akibat dari pemaparan tunggal atau berulang dalam

jangka waktu yang lama (Tahir, 2012).

Tabel 2. Toksisitas Berdasarkan LC50

Sifat Toksik Non toksik (Non toxic)

Nilai LC50 > 100.000 mg/l

Hampir tidak toksik (Almost non toxic)

10.000 – 100.000 mg/l

Toksisitas rendah (Slightly toxic)

1000 – 10.000 mg/l

Toksisitas sedang (Moderately toxic)

100 – 1000 mg/l

Toksik (Toxic)

1 – 100 mg/l

Sangat toksik (Very toxic)

< 1 mg/l

Sumber : Swan dkk., 1994 diacu oleh Efendi dkk., 2012 Menurut Tahir (2012), Uji Statik: organisme dipapar pada air yang
diam/tidak mengalir. Bahan uji dilarutkan dalam air dengan tingkat pengenceran

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan. Organisme kontrol dan uji dimasukkan ke dalam wadah uji dan tidak dilakukan pergantian air sesuai durasi uji yang diinginkan. Walaupun sangat mudah dalam pelaksanaannya, uji statik memiliki beberapa kelemahan terutama dalam hal bahan uji yang dapat dengan mudah menguap, terdegradasi, atau terserap oleh wadah uji. Selain itu, masalah utama adalah kemungkinan terdapatnya BOD yang tinggi yang dapat menutupi efek toksik akibat terjadinya penurunan DO
Uji Toksisitas Akut: merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi toksisitas relatif dari suatu bahan kimia terhadap organisme perairan tertentu dalam suatu pemaparan jangka pendek terhadap berbagai konsentrasi bahan kimia uji. Kriteria efek yang paling umum digunakan adalah kematian (pada ikan), ketiadaan gerakan/immobiliiy dan kehilangan keseimbangan (pada avertebrata), dan pertumbuhan (pada alga) (Tahir, 2012).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan bulan
Desember 2014. Kegiatan ekstraksi daun kamboja bertempat di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, sedangkan uji toksisitas dilakukan di UPTD Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Jalan Bunga Gayong, Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah ikan nila merah ukuran 5-7 cm sebanyak 300 ekor, daun kamboja yang berasal dari TPU Polonia di Jalan Padang Golf Kecamatan Medan Polonia Kota Medan, metanol, pereaksi FeCl3, pereaksi Wagner, pereaksi dragendroff, pereaksi Meyer, pereaksi Bouchard, CeSO4, etil asetat, akuades, tisu, ekstrak daun kamboja, makanan ikan, dan air bersih. Alat yang digunakan adalah akurium berukuran 40 x 20 x 20 cm, bak berukuran 200 cm x 100 cm x 50 cm, ember, aerator, gelas ukur, gelas Beaker, tabung reaksi, maserator, water bath, labu Erlenmeyer, rotary evaporator, kertas saring, pipet tetes, selang, tangguk, blender, kamera digital, kertas millimeter, timbangan digital, pH meter dan DO meter. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing-masing tiga kali ulangan.
Universitas Sumatera Utara

Prosedur Penelitian Ekstraksi Daun Kamboja
Daun Kamboja segar dicuci dengan menggunakan air bersih. Kemudian daun kamboja dikering-anginkan. Daun kamboja yang sudah kering diblender sehingga diperoleh bubuk kering. Daun kamboja tersebut kemudian dimasukkan ke dalam meserator yang sudah berisi metanol 95 % dan dimaserasi selama 2 x 24 jam. Selanjutnya hasil (filtrat ekstrak metanol) disaring dengan menggunakan kertas saring dan ditampung dalam labu Erlenmeyer sehingga diperoleh filtrat ekstrak metanol yang bebas dari kotoran. Filtrat ekstrak metanol kemudian dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu ± 40 0C dengan kecepatan 120 rpm sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor. Uji Fitokimia Ekstrak Pembuatan Larutan Uji
Pembuatan larutan uji untuk uji fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan simplisia daun kamboja di dalam maserator dan direndam selama 24 jam. Ekstrak metanol daun kamboja diambil sebanyak 100 ml dengan gelas Beaker. Ekstrak metanol daun kamboja digunakan untuk semua uji fitokima kecuali uji flavonoid yang menggunakan pelarut etil asetat. Pengujian Golongan Fenolik
Ekstrak sampel diambi 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah FeCl3 1% jika terjadi perubahan warna menjadi hitam maka positif terdapat senyawa fenolik.
Universitas Sumatera Utara

Pengujian Golongan Alkaloid Ekstrak sampel diambil 4 ml dimasukkan masing-masing 1 ml kedalam 4
tabung reaksi. Tabung pertama ditambah 2 tetes pereaksi Bouchardat, apabila terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam maka sample positif alkaloid. Tabung kedua ditambah 2 tetes pereaksi dragendroff, apabila terbentuk endapan berwarna merah/jingga maka sampel positif alkaloid. Tabung ketiga ditambah 2 tetes pereaksi Mayer, apabila terbentuk endapan berwarna putih/kuning maka sampel positif alkaloid. Tabung keempat ditambah 2 tetes pereaksi Wagner, apabila terbentuk endapan berwarna cokelat maka sampel positif alkaloid. Pengujian Golongan Terpenoid/Steroid
Ekstrak diambil sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Lieberman-Bouchard. Apabila terbentuk warna biru/hijau menunjukkan adanya terpenoid/steroid. Pengujian dengan CeSO4 dilakukan dengan metode Thin Layer Cromatography (TLC) dengan cara ekstrak sampel diteteskan ke plat TLC kemudian disemprot dengan pereaksi CeSO4 dan dipanaskan di atas hot plate. Perubahan warna yang terjadi di plat diamati dan dibandingkan dengan standar tripenoid dan β-sitosterol yang terbentuk. Pengujian Golongan Saponin
Setelah 24 jam ampas dari proses maserasi diambil dengan spatula sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml akuades. Tabung reaksi dikocok hingga muncul buih. Ekstrak diberi 1 tetes HCl, bila buih terbentuk ± 10 menit maka positif terdapat senyawa saponin.
Universitas Sumatera Utara

Pengujian Flavonoid Ekstrak sampel diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambah FeCl3 1% jika terjadi perubahan warna menjadi merah jingga maka positif terdapat senyawa fenolik. Aklimatisasi Hewan Uji
Hewan-hewan uji ikan nila merah yang akan digunakan dalam pengujian terlebih dahulu dipelihara dalam kondisi laboratorik selama 4 hari, dan 2 hari menjelang pengujian, hewan-hewan tersebut tidak diberi makan. Persiapan Wadah
Persiapan wadah dan air pada uji pendahuluan dan uji defenitif berfungsi untuk menghindari terjadinya error akibat faktor lain selain perlakuan yang diberikan kepada hewan uji. Wadah dicuci sampai bersih dan dikering-anginkan. Kemudian wadah diisi air sebanyak 10 L dan diberi aerasi selama 2 hari agar kadar oksigen terlarut mencapai konsentrasi maksimal yaitu 6 – 8 ppm. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui ambang batas atas dan ambang batas bawah dalam menentukan konsentrasi perlakuan uji defenitif. Batas ambang atas adalah konsentrasi terkecil yang dapat membunuh seluruh hewan uji dalam waktu 24 jam yang disimbolkan dengan “N”. Batas ambang bawah adalah konsentrasi terbesar yang tidak membunuh hewan uji dalam waktu 48 jam yang disimbolkan dengan “n”.
Ekstrak daun kamboja dilarutkan kedalam air menjadi beberapa konsentrasi. Konsentrasi perkalakuan dari pertama sampai perlakuan kelima secara berurut yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 750 ppm. Ekstrak daun kamboja
Universitas Sumatera Utara

berbagai konsentrasi tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing wadah yang telah disiapkan sebelumnya. Volume larutan ekstrak yang dimasukkan sesuai dengan volume air yang dikeluarkan, sehingga volume air tetap 10 L. Air pada wadah diaduk secara perlahan bertujuan agar seluruh larutan ekstrak bercampur. Hewan uji dimasukkan sebanyak 10 ekor dan dilakukan pengamatan selama 48 jam. Pengamatan mortalitas ikan dilakuan pada jam ke 0 , 2, 4, 8, 16, 24, dan 48. Pengamatan pada uji pendahuluan dilakukan tanpa diberikan aerasi dan pakan. Uji Defenitif
Uji defenitif dilakukan untuk mendapatkan data mortalitas dari konsentrasi yang diberikan berdasarkan uji pendahuluan. Data mortalitas kemudian akan digunakan untuk menentukan LC50 (Lethal Concentration 50%) dari ekstrak daun kamboja terhadap ikan nila merah.
Konsentrasi uji defenitif ditentukan berdasarkan rumus menurut Syakti dkk. (2012) diacu oleh Sianturi (2014), yaitu:
Keterangan:
Keterangan: N : Konsentrasi ambang atas n : Konsentrasi ambang bawah k : Jumlah konsentrasi yang diuji a,b,c,d : Konsentrasi yang diuji, nilai a sebagai konsentrasi terkecil.
Universitas Sumatera Utara

Persiapan wadah dan ikan uji dilakukan sama dengan uji pendahuluan sebelumnya. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang telah didapatkan, dimasukkan ke dalam masing-masing wadah dengan mengeluarkan air sebanyak volume larutan yang dimasukkan. Setiap wadah diberikan aerasi dan dilakukan pengamatan mortalitas ikan selama 96 jam tanpa diberikan pakan dengan waktu pengamatan pada jam ke 0, 2, 4, 8, 16, 24, 36, 48, 72 dan 96. Pengukuran kualitas air dilakuan setiap hari selama pengamatan dilakukan, yang mencakup parameter oksigen terlarut (DO), pH, dan suhu. Analisis Data Mortalitas
Persentase mortalitas ikan uji diperoleh dengan mengikuti rumus menurut Nurhayati dkk. (2006):
Keterangan: M : Persentase mortalitas hewan uji (%) LC50
Proses analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50 adalah Analisis Probit (Metode Hubbert). Analisis tersebut merupakan hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji yang merupakan fungsi linier Y = a + bx. Nilai LC50 diperoleh dari anti log m, di mana m adalah logaritma konsentrasi bahan toksik pada Y = 5, yaitu nilai Probit 50% hewan uji, maka persamaan regresi menjadi:
Universitas Sumatera Utara

Dengan nilai a dan b diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut.
Persamaan regresi: Y = a + bx LC50 = anti log m Keterangan: Y : Nilai Probit Mortalitas X : Logaritma konsentrasi bahan uji a : Konstanta b : Slope/kemiringan m : Nilai X pada Y = 5 n : Jumlah hewan uji per akuarium Analisis Hubungan Mortalitas terhadap Konsentrasi, Suhu, pH, dan DO
Analisis hubungan mortalitas terhadap konsentrasi, suhu, pH, dan DO dilakukan dengan uji regeris menggunakan software SPSS 16.0. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, suhu, pH, dan DO terhadap mortalitas baik secara parsial ataupun secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Uji Fitokimia Daun Kamboja

Hasil Uji fitokimia ekstrak daun kamboja diketahui bahwa daun kamboja

mengandung senyawa fenolik, terpenoid/steroid, dan alkaloid dengan pereaksi

dragendroff. Hasil uji fitokimia daun kamboja dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji fitokimia ekstrak daun kamboja

Golongan Senyawa Pereaksi

Fenolik

FeCl3

Pelarut Metanol
+++++

Pelarut Etil Asetat

Terpenoid/steroid

Lieberman-Bouchard (CeSO4)

++

Alkaloid Saponin

Bouchardat Wagner Mayer Dragendroff Akuades-HCl

+++
-

Flavonoid

FeCl3

-

Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi ambang bawah
dan ambang atas. Uji pendahuluan dilakukan dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 750 ppm. Konsentrasi 750 ppm ikan uji mati seluruhnya

Universitas Sumatera Utara

dalam waktu kurang dari 24 jam. Konsentrasi 100 sampai 200 ppm masih ditemukan kematian ikan uji dan pada konsentrasi 50 ppm tidak ada ikan uji yang mati. Konsentrasi ambang bawah dan atas dapat ditentukan dari uji pendahuluan yang kedua, dimana konsentrasi ambang atas 750 ppm dan konsentrasi ambang bawa