Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle), Daun Pepaya (Carica papaya) dan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

(1)

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum),

DAUN SIRIH (Piper betle) DAN DAUN PEPAYA (Carica papaya)

TERHADAP PENYERANGAN EKTOPARASIT PADA IKAN

NILA (Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

DESITA SARI BR GINTING 090302071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum),

DAUN SIRIH (Piper betle) DAN DAUN PEPAYA (Carica papaya)

TERHADAP PENYERANGAN EKTOPARASIT PADA IKAN

NILA (Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

DESITA SARI BR GINTING

Diajukan Sebagai Satu dari Beberapa Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle), Daun Pepaya (Carica papaya) dan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Nama : Desita Sari Br Ginting

NIM : 090302071

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Dr. Ir. Nurmatias, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(4)

ABSTRAK

DESITA SARI BR GINTING. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), Daun Sirih (Piper betle) dan Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh YUNASFI dan NURMATIAS.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui keefektifan penggunaan ekstrak dari bawang putih (Allium sativum), daun sirih (Piper betle), dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap infeksi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan untuk mengetahui kekebalan dari beberapa ektoparasit terhadap masing-masing perlakuan. Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu dan derajat keasaman (pH). Penelitian dilakukan selama 45 hari. Perhitungan Analisis Sidik Ragam digunakan untuk mengetahui pengaruh tanaman terhadap penyerangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa daun pepaya (Carica papaya) memiliki efektivitas paling baik dalam mengurangi penyerangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dibandingkan dengan bawang putih (Allium sativum) dan daun sirih (Piper betle) dan diperoleh 12 jenis ektoparasit yang menyerang ikan nila (Oreochromis niloticus), jenis parasit tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan nila (Oreochromis niloticus).


(5)

ABSTRACT

DESITA SARI BR GINTING. Effectiveness of Garlic (Allium sativum), Betel leaf (Piper betle) and Papaya Leaf (Carica papaya) Attacks Against Ectoparasites on Tilapia (Oreochromis niloticus). Under academic supervision YUNASFI and NURMATIAS.

The aimed of this research is to know effectiveness of use extract from garlic (Allium sativum ), betel leaf (Piper betle), and leaves pepaya (Carica papaya) against infection ectoparasite on tilapia (Oreochromis niloticus) and to know immunity from some ectoparasite against each treatment. Parameters water quality observed are temperature and degrees acidity ( ph ). Research is done in the 45 day. Analysis of variance calculations used to determine the effect of ectoparasites plants against attack in tilapia (Oreochromis niloticus).

Based on the research results that the leaves of papaya (Carica papaya) has the best effectiveness in comparison with garlic (Allium sativum) and betel leaf (Piper betle) in reducing the attack ectoparasites on tilapia (Oreochromis niloticus). There are obtained 12 kinds of ectoparasites that attack tilapia (Oreochromis niloticus), the type of parasite had no significant effect on mortality of tilapia (Oreochromis niloticus).


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Berastagi, 09 Desember 1990 dari pasangan Sampang Ginting (Alm) dan Sumarni br Sinukaban. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga (3) bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah di TK Letjen Djamin Ginting Berastagi tahun 1996, SD Letjen Djamin Ginting Berastagi tahun 1997, SMP Negeri 1 Berastagi tahun 2003, SMA Negeri 1 Berastagi tahun 2006. Pada tahun 2009, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Baru.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum renang tahun 2011 dan Pencemaran Perairan dan Pengolahan Limbah tahun 2012. Penulis juga telah melaksanakan kegiatan praktik kerja lapang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung tahun 2012.

Untuk menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), Daun Sirih (Piper betle), dan Daun Pepaya (Carica papaya), terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” yang dibimbing oleh Dr. Ir. Yunasfi, M.Si.dan Dr. Ir. Nurmatias, M.Si.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), Daun Sirih (Piper betle), dan Daun Pepaya (Carica papaya), terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Yunasfi, M.Si., sebagai Ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Nurmatias, M.Si., sebagai Anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yaitu Alm. Sampang Ginting dan Sumarni Br Sinukaban serta kedua abang, Array Maranatha Ginting, S.Hut dan Terry Dastanta Ginting yang tidak pernah lelah memberikan dukungan material dan spiritual.

Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Demikian skripsi ini penulis perbuat, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 1

Kerangka Pemikiran ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Hipotesis ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 7

Penyakit ... 8

Parasit ... 10

Penanggulangan ... 11

A. Bawang Putih (Allium sativum) ... 11

B. Daun Sirih (Piper betle) ... 13

C. Daun Pepaya(Carica papaya) ... 14

METODE PENELITIAN ... 15

Waktu dan Tempat ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Pelaksanaan ... 15

Pengembangan Ektoparasit ... 16


(9)

Pengamatan Ektoparasit ... 17

Pengumpulan Data ... 18

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Hasil ... 21

A. Jenis Ektoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila (O. niloticus) ... 24

B. Pengamatan Ektoparasit ... 24

C. Mortalitas Ikan Nila ... 25

Pembahasan ... 27

A. Jenis Ektoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila (O. niloticus) ... 28

1. Dactylogyrus ... 28

2. Myxobolus ... 29

3. Tricodina ... 29

4. Gyrodactylus ... 30

5. Saprolegnia ... 30

6. Oodinum ... 30

7. Lernea ... 31

8. Chilodonella ... 31

9. Henneguya ... 31

10.Clinostomum ... 32

11.Thelohanellus ... 32

12. Gnastostoma ... 33

B. Pengamatan Ektoparasit ... 33

C. Mortalitas Ikan ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1 Jenis Ektoparasit yang Menginfeksi Ikan……….. 18

2 Lokasi Infeksi Ektoparasit………. 19

3 Kondisi Ikan Selama Penelitian………. 19

4 Kualitas Air Selama Penelitian……….. 20

5 Klasifikasi Ektoparasit………... 21

6 Jenis dan Lokasi Penyerangan Ektoparasit……… 22

7 Jumlah dan lokasi infeksi dari Ektoparasit……… 23 .


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman 1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran Tentang Efektifitas Ekstrak Daun

Sirih, Daun Pepaya, dan Bawang Putih Untuk Pengobatan Ektoparasit pada Ikan Nila………..…………..

5

2 Diagram Interaksi antara Ikan, Lingkungan, dan Patogen………….... 9

3 Posisi Meja Uji……….…. 17

4 Jenis Ektoparasit pada Perlakuan………..… 22

5 Ektoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila……… 23

6 Insidensi Ikan Nila……… 24

7 Mortalitas Ikan Nila ………..………... 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1 Alat dan bahan………... 43

2 Perhitungan Anova jenis-jenis Parasit yang menyerang Ikan Nila………

45

3 Perhitungan Anova Insidensi Ikan Nila………. 46 4 Ciri-ciri dari Ektoparasit yang Menyerang Ikan Nila…… 47 5 Perhitungan Anova Mortalitas Ikan Nila………... 49


(13)

ABSTRAK

DESITA SARI BR GINTING. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), Daun Sirih (Piper betle) dan Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh YUNASFI dan NURMATIAS.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui keefektifan penggunaan ekstrak dari bawang putih (Allium sativum), daun sirih (Piper betle), dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap infeksi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan untuk mengetahui kekebalan dari beberapa ektoparasit terhadap masing-masing perlakuan. Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu dan derajat keasaman (pH). Penelitian dilakukan selama 45 hari. Perhitungan Analisis Sidik Ragam digunakan untuk mengetahui pengaruh tanaman terhadap penyerangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa daun pepaya (Carica papaya) memiliki efektivitas paling baik dalam mengurangi penyerangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dibandingkan dengan bawang putih (Allium sativum) dan daun sirih (Piper betle) dan diperoleh 12 jenis ektoparasit yang menyerang ikan nila (Oreochromis niloticus), jenis parasit tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan nila (Oreochromis niloticus).


(14)

ABSTRACT

DESITA SARI BR GINTING. Effectiveness of Garlic (Allium sativum), Betel leaf (Piper betle) and Papaya Leaf (Carica papaya) Attacks Against Ectoparasites on Tilapia (Oreochromis niloticus). Under academic supervision YUNASFI and NURMATIAS.

The aimed of this research is to know effectiveness of use extract from garlic (Allium sativum ), betel leaf (Piper betle), and leaves pepaya (Carica papaya) against infection ectoparasite on tilapia (Oreochromis niloticus) and to know immunity from some ectoparasite against each treatment. Parameters water quality observed are temperature and degrees acidity ( ph ). Research is done in the 45 day. Analysis of variance calculations used to determine the effect of ectoparasites plants against attack in tilapia (Oreochromis niloticus).

Based on the research results that the leaves of papaya (Carica papaya) has the best effectiveness in comparison with garlic (Allium sativum) and betel leaf (Piper betle) in reducing the attack ectoparasites on tilapia (Oreochromis niloticus). There are obtained 12 kinds of ectoparasites that attack tilapia (Oreochromis niloticus), the type of parasite had no significant effect on mortality of tilapia (Oreochromis niloticus).


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan akan ikan setiap tahun bertambah, hal ini didukung oleh pertambahan penduduk, kesadaran akan pentingnya protein hewani khususnya ikan, dan tingginya permintan ekspor serta semakin banyaknya diversifikasi produk turunan ikan baik untuk makanan maupun untuk obat dan kosmetik.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan dengan cara penangkapan dan budidaya. Namun, kegiatan yang bersifat penangkapan (capture) kini telah menimbulkan banyak masalah, mulai dari terjadi padat tangkap (overfishing) hingga beberapa komunitas telah mengalami kepunahan (species extinction), juga terjadi penurunan hasil penangkapan. Bahkan telah terjadi kehancuran ekosistem sumber perairan di berbagai wilayah. Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan, apalagi wilayah-wilayah tersebut diharapkan untuk terus dapat menyediakan sumber protein untuk penduduk Indonesia yang terus bertambah (Kordi, 2004).

Jika hanya berharap dari usaha penangkapan, maka kebutuhan akan ikan tidak akan terpenuhi. Oleh sebab itu, diperlukan alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi tersebut adalah usaha budidaya perikanan, baik di perairan umum maupun laut.

Usaha budidaya dikembangkan karena memiliki beberapa kelebihan di antaranya: (1) Produksi bisa diramal, (2) usahanya menguntungkan, (3) mengimbangi usaha penangkapan, sehingga mencegah berlanjutnya kepunahan spesies, (4)


(16)

meningkatkan pendapatan petani ikan dengan resiko usaha yang lebih kecil dibandingkan dengan penangkapan, terutama di laut karena ganasnya badai dan gelombang, (5) Kesadaran masyarakat dunia tentang kelestarian lingkungan, menguntungkan posisi para pembudidaya. Karena hasil tangkapan yang dianggap merusak sumberdaya perairan, seringkali ditolak konsumen internasional. Mau tidak mau produk perairan kita harus berasal dari usaha budidaya.

Melihat dari keunggulan usaha budidaya ikan dan potensi yang dimiliki yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya perikanan dan luas lahan yang dapat diusahakan, maka budidaya ikan di Indonesia cukup prospektif dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor.

Prospektifnya pasar untuk ikan dapat dilihat dari terus meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran untuk mengkonsumsi ikan. Budidaya ikan semakin prospektif karena semakin kritisnya konsumen internasional, yang menolak bahkan memboikot komoditas laut termasuk ikan yang berasal dari tangkapan. Kritisnya konsumen internasional yang sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan ini menguntungkan posisi Indonesia yang memiliki lahan perairan yang sangat luas yang dapat dijadikan tempat usaha budidaya ikan (Kordi, 2004).

Potensi yang besar dan prospek pengembangan yang begitu terbuka, bukanlah jaminan bahwa budidaya ikan akan berjalan mulus, tanpa permasalahan. Telah banyak masalah yang dihadapi oleh sektor budidaya ikan, masalah yang dianggap sering menjadi penghambat budidaya ikan terbesar adalah munculnya serangan penyakit. Karena serangan penyakit dapat menimbulkan kerugian ekonomis, bahkan


(17)

menggagalkan hasil panen, maka para pembudidaya dan calon pembudidaya, perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan hama dan penyakit.

Penggunaan bahan-bahan kimia dianggap sangat praktis, efektif dan murah. Tetapi perlu diingat, bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai obat, kebanyakan tidak spesifik dan dapat menimbulkan strain bakteri yang resisten dan menimbulkan pencemaran lingkungan dan penggunaan penyakit mempunyai efek samping dan beberapa kelemahan (Kordi, 2004).

Mengingat semakin tingginya kesadaran manusia terhadap keamanan pangan saat ini maka perlu memperhatikan sumber dan cara budidaya yang baik dan benar. Untuk itu usaha yang dilakukan harus dapat menghasilkan produk yang bersih dan sehat, terutama harus bebas dari bahan kimia berbahaya. Agar hal tersebut terpenuhi maka diperlukan penanggulangan yang tidak mengandung bahan adiktif berbahaya. Cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar.

Ikan nila merupakan salah satu ikan yang digemari oleh konsumen saat ini, karena pertumbuhannya cepat dan permintaan cukup tinggi. Untuk menciptakan hal tersebut pembudidaya selalu melakukan usaha intensif dengan cara padat tebar tinggi dan pemberian pakan buatan. Tindakan seperti ini sangat memudahkan ikan terserang oleh parasit. Untuk itu perlu antisipasi dengan memberikan daya tahan tubuh terhadap infeksi parasit.

Berdasarkan uraian di atas dan tingginya permintaan pasar akan ikan nila yang berasal dari usaha budidaya, mudahnya ikan terinfeksi oleh parasit akibat kepadatan tinggi dan adanya ketentuan dari produk ikan yang bebas dari bahan adiktif serta tidak merusak lingkungan, maka perlu dilakukan penelitian mendukung hal tersebut.


(18)

Salah satu yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengantisipasi infeksi parasit adalah memanfaatkan beberapa tanaman yang sudah lama dimanfaatkan manusia untuk menjaga kesehatannya, namun belum banyak diketahui efektifitasnya terhadap ikan. Tanaman yang dapat digunakan adalah bawang putih dengan kandungan alisin yang merupakan daya antibiotik, daun sirih dengan kandungan fenolnya yang merupakan antiseptik dan daun pepaya dengan kandungan carpain yang merupakan anti mikroba.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana keefektifan penggunaan ekstrak dari bawang putih (Allium sativum), daun sirih (Piper betle), dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap infeksi dari ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus)?

2. Bagaimana kekebalan ektoparasit dari masing-masing perlakuan?

Kerangka Pemikiran

Masalah utama yang dihadapi dalam budidaya adalah penyakit yang menyerang ikan. Namun, dewasa ini senyawa kimia yang kerap kali digunakan untuk menanggulangi penyakit dinilai tidak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan penyakit baru bagi manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut. Indonesia merupakan Negara agraris dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal ini dapat menjadi alternatif bagi para pembudidaya karena banyak tumbuhan-tumbuhan yang merupakan antibakteri dan dapat dimanfaatkan untuk penanggulangi penyakit pada ikan. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.


(19)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan dari ekstrak bawang putih (Allium sativum), daun sirih (Piper betle), dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap infeksi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus).

2. Untuk mengetahui kekebalan dari ektoparasit terhadap masing-masing perlakuan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi pembudidaya ikan nila yaitu dapat dijadikan pedoman untuk mengantisipasi serangan ektoparasit.

2. Bagi ilmu pengetahuan yaitu ditemukan cara yang efektif dari masing-masing perlakuan terhadap infeksi ektoparasit.

3. Bagi peneliti yaitu sumbangan ilmu pengetahuan di bidang perikanan. Ektoparasityang

menyerang ikan Nila

Penurunan daya tahan

tubuh

Penanggulangan

Daun Pepaya Daun Sirih

Bawang Putih

Efektifitas Daya Tahan Tubuh


(20)

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ekstrak bawang putih (Allium sativum), daun sirih (Piper betle), dan daun pepaya (Carica papaya) dapat mengatasi infeksi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus).

2. Terdapat perbedaan daya tahan ikan terhadap infeksi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dari masing-masing perlakuan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Osteichtyes Sub.Class : Acanthopterygii Ordo : Percomorphy Sub Ordo : Percoidei Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus

Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas yang disukai antara 0 - 35 ‰. Ikan nila gift air tawar dapat dipindahkan ke air payau, dengan proses adaptasi yang bertahap ikan nila yang masih kecil 2 – 5 cm, lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan yang sudah besar. Pemindahan


(22)

secara mendadak dapat menyebabkan ikan tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000 dalam Setyo, 2006). Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan ekonomis penting yang dibudidayakan di dunia saat ini. Namun kasus akibat parasit merupakan faktor pembatas yang penting dalam indusri budidaya ini.

Penyakit

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan, tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya patogen (penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad / organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Kabata, 1985).

Ikan dapat diserang berbagai macam penyakit di lingkungan alam. Demikian juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang ditimbulkannya pun sangat besar. Penyakit-penyakit tersebut banyak yang bersifat infektif, tetapi faktor-faktor non-infektif juga sangat berperan. Peran ini berhubungan dengan dua faktor, yaitu: (1) lingkungan tempat ikan hidup, tempat ikan terkungkung oleh air beserta semua jenis mikroorganisme dan polusi; (2) sifat ikan yang


(23)

poikilotermis. Sifat ini mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme setelah air mengalami penurunan suhu. Kegiatan sistem kekebalan tubuh tergantung pada suhu (Kordi, 2004).

Adanya informasi yang memadai mengenai cara mencegah dan mengobati ikan yang terserang penyakit sangat bermanfaat dalam upaya mempercepat pengetahuan petani ikan yang selama ini masih mengandalkan cara-cara tradisional dan anggapan-anggapan yang keliru. Konsep penyakit menurut Kordi (2004) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Konsep panyakit yang disebabkan oleh interaksi antara ikan, lingkungan dan patogen

Pada pengawasan penyakit ikan, kesehatan ikan sama pentingnya dengan penyakit ikan. Karena kesehatan yang baik merupakan pencegahan terhadap penyakit yang paling ideal, yang sulit adalah menduga kesehatan ikan (Kordi, 2004). Ciri-ciri ikan yang stress adalah ikan yang mendapat tekanan dengan ciri-ciri warna badan kusam, bergerak lambat, menyendiri, gelisah atau bergerak tidak normal. Sedangkan


(24)

ciri-ciri ikan sehat adalah warna cemerlang, bergerak normal dan selalu dalam gerombolan dan tidak ada perubahan fisik di tubuh.

Usaha penanggulangan terhadap beberapa penyakit telah banyak dilaksanakan. Penggunaan bahan kimia dan antibiotika yang terus-menerus selain dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga dikhawatirkan dapat menimbulkan akibat lain yaitu timbulnya pathogen yang tahan terhadap obat tersebut. Untuk itu diperlukan suatu cara penanggulangan penyakit yang tidak banyak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan (Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2005).

Parasit

Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme lain (berbeda jenis), sehingga memperoleh makanan dari inangnya tanpa adanya kompensasi apapun (Kordi, 2004). Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain. Parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder.

Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas dua golongan yaitu golongan ektoparasit (eksternal) dan endoparasit (internal). Ektoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar kulit, sisik, lendir, dan insang. Sementara itu endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam (Alifudin, 1996). Ekoparasit merupakan kajian dalam penelitian ini.


(25)

Penanggulangan

Ikan yang telah diserang penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan melalui makanan, terutama terhadap seranagan penyakit yang tidak mengakibatkan kematian secara tiba-tiba. Pengobatan melalui pakan sebaiknya segera dilakukan pada tahap awal terjadinya serangan, sebab pada saat itu ikan masih mempunyai nafsu makan. Keterlambatan pengobatan akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, karena ikan telah kehilangan nafsu makan sehingga obat yang diberikan lebih banyak terbuang percuma. Prinsip pengobatan melalui makanan adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui pemberian pakan dan membunuh organisme penyebab penyakit dengan obat yang sengaja dicampurkan ke dalam pakan (Kordi, 2004).

Akibat penggunaan bahan-bahan kimia, sehingga banyak mikrobia yang memiliki resistensi terhadap berbagai macam antibiotik sehingga bakteri-bakteri tersebut sangat sulit ditaklukan, sehingga tanaman herbal dapat menjadi solusi yang baik dalam penanggulangan penyakit ikan. Adapun tanaman herbal yang umum digunakan adalah bawang putih, daun sirih dan daun pepaya.

A. Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang puti

– 75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis


(26)

berwarna putih, merupakan tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun (Tora, 2013).

Syamsiah dan Tajudin(2000) diacu oleh Lukistyowati (2004) menyatakan bahwa jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai. Bawang putih termasuk kelas Monocotyledone, ordo Liliflorae, family Amarylidaceae, genus allium dan spesies Allium sativum. Bawang putih mengandung minyak atsiri yang mudah menguap di udara bebas. Minyak atsiri dari bawang putih ini diduga mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik. Bawang putih merupakan salah satu penakluk infeksi yang terbaik yang efektif untuk bakteri maupun virus (Plantamor, 2009).

Zat yang berperan memberikan aroma bawang putih yang khas adalah alisin. Di dalam tubuh, alisin merusak protein kuman penyakit sehingga kuman penyakit tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotik cukup ampuh (Syamsiah dan Tajudin diacu oleh Lukistyowati, 2004).

Selanjutnya dijelaskan oleh Lukistyowati (2004), alisin merupakan zat anti mikrobial yang mempunyai kekuatan antibiotik yang dapat melawan dan membunuh basil-basil serta kuman penyakit seperti gonorhoe, tifus, desentri, tuberculosis. Selain itu menurut Lukistowati (2004) bawang putih mengandung alin yang mengalami metabolisme akan menghasilkan suatu enzim yang merubah alin menjadi alicin. Dan alicin ini berfungsi sebagai anti bakteri, mampu secara efektif membunuh kuman atau bakteri.

Plantamor (2009) menyebutkan bahwa alisin merupakan salah satu zat yang terkandung dalam umbi bawang putih yang merupakan zat yang efektif untuk


(27)

menghancurkan bakteri dan jamur. Ketika bawang ditumbuk atau digerus akan keluar dan menyatu dengan enzim allinase membentuk senyawa antibakteri yang setara dengan penisilin berkadar 1%. Alisin merupakan antibiotik alami yang diketahui tidak menimbulkan resistensi bakteri yang diperangi.

Zat aktif lain yang terkandung dalam bawang putih adalah scordinin, zat ini diyakini dapat memberikan atau meningkatkan daya tahan tubuh (stamina) dan perkembangan tubuh. Hal ini disebabkan kemampuan bawang putih dalam bergabung dengan protein dan menguraikannya, sehingga protein tersebut mudah dicerna oleh tubuh (Syamsiah dan Tajudin diacu oleh Lukistyowati, 2004). Menurut Challem diacu oleh Lukistyowati (2004), zat scordinin berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

B. Daun sirih (Piper betle)

Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida dan fungisida (Sugianti, 2005). Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip,dan daging daun tipis. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut (Agustina, 2004).

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya


(28)

mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Kandungan di dalam daun sirih ini terdapat fenol, yakni betelphenol dan chavicol yang mempunyai fungsi sebagai antiseptik, dan dengan adanya kandungan zat aktif berupa antiseptik dalam daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghambat serta membunuh mikroorganisme layaknya bakteri (Kharisma 2010).

C. Daun Pepaya (Carica papaya)

Tanaman pepaya merupakan tanaman herbal yang sudah populer di kalangan masyarakat untuk pengobatan tradisional. Di dalam ekstrak daun pepaya terkandung papain yang memiliki aktivitas proteolitik dan anti mikroba, alkaloid carpain berfungsi sebagai antibakteri. Tocophenol dan flavonoid yang memiliki daya antimikroba. Carpain merupakan senyawa alkaloid yang khas dihasilkan oleh tanaman pepaya. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus, sebagai antiprotozoa dan antidiare, bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir racun dalam tubuh. Alkaloid diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan dengan kemampuan berinteraksi dengan DNA (Setiaji, 2009).

Zat dalam daun pepaya dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia untuk dapat melawan sel kanker. Dibandingkan dengan obat pelawan kanker lain, daun pepaya tidak bersifat meracuni terhadap sel tubuh yang normal, sehingga daun pepaya dinilai lebih aman untuk tubuh, daun papaya juga mengandung sativin yang berfungsi mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan (Agriefishery, 2012).


(29)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya dan Laboratorium Terpadu Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei sampai Juni 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah 14 buah aquarium dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 60 cm, baskom kecil, tangguk kecil, pH meter, thermometer, cover glass, deck glass, mikroskop binokuler, buku identifikasi ektoparasit, kamera, kertas label, pisau, pinset dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan adalah benih ikan nila dengan ukuran 3 cm sebanyak 70 ekor, ikan gurami sakit 3 ekor, air sumur, ½ kg bawang putih, ½ kg daun sirih dan ½ kg daun pepaya, ½ kg pellet no.03, 4 kg pakan ikan 99 dengan kadar protein 28%,(Lampiran 1).

Pelaksanaan penelitian

Metode yang digunakan adalah eksperimen (percobaan) dan observasi dengan mengamati langsung kejadian atau insidensi dari ektoparasit. Pengamatan terhadap infeksi ektoparasit dilakukan setiap ada ikan yang mati, sedangkan kualitas air akan diamati setiap hari yaitu pada pukul 12.00 WIB. Jika terjadi kematian ikan uji pada hari pertama dan hari ke dua ikan akan diganti, tetapi setelah hari ke tiga dan


(30)

seterusnya maka tidak ada penggantian. Selama penelitian ikan uji tidak dibantu dengan aerator. Sebelum ektoparasit dimasukkan kedalam aquarium perlakuan, ikan telah diberi pakan terlebih dahulu selama + 2 seminggu dengan pakan perlakuan, karena nafsu makan ikan yang berkurang ketika ikan telah sakit.

Selama penelitian ikan uji diberi pakan sebanyak 5% dari bobot badan dengan frekuensi pemberian pakan pada pagi hari, yaitu pada pukul 08.00 WIB dan sore hari pada pukul 17.00 WIB. Pakan yang diberikan pada ikan uji adalah pakan yang telah dicampur dengan ektrak perlakuan, yaitu dengan mengekstrak bawang putih, daun sirih dan daun pepaya secara terpisah dengan menggunakan juicer, kemudian air yang diperoleh disemprotkan ke pakan dan dikeringudarakan, kecuali ikan pada media kontrol pakan yang diberikan adalah pakan tanpa ada perlakuan.

Pengembangan Ektoparasit

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dikembangkan ektoparasit dalam 2 aquarium. Cara yang dilakukan adalah memasukkan 3 ekor ikan yang sakit atau terserang penyakit. Biarkan ikan sakit tersebut hidup atau mati dalam bak.

Ikan sakit yang digunakan untuk mengembangbiakan ektoparasit berasal dari petani ikan dan karantina ikan yang ada di Belawan dan di Polonia. Ikan yang dijadikan media untuk mengembangbiakkan ektoparasit tidak diberi pakan, dan kualitas airnya diupayakan seburuk mungkin.. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perkembangan ektoparasit. Pengembangan ektoparasit dilakukan selama + 10 hari. Untuk mengetahui apakah ektoparasit di dalam aquarium telah cukup, masukkan ikan nila sehat yang berukuran 3 cm ke dalam aquarium tersebut. Apabila ikan nila


(31)

tersebut mati atau sakit, hal ini menunjukan bahwa ektoparasit dalam aquarium telah cukup.

Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan satu kontrol. Untuk mengurangi kekeliruan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah :

Perlakuan A = pakan yang dicampur dengan ekstrak bawang putih Perlakuan B = pakan yang dicampur ekstrak daun sirih

Perlakuan C = pakan yang dicampur ekstrak daun pepaya Perlakuan D = kontrol

Penempatan media perlakuan dan ulangan disusun secara acak pada tempat yang telah disediakan. Susunan media uji dapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 3. Posisi Media Uji Pengamatan Ektoparasit

Pengamatan hanya melihat insidensi dari ikan uji. Pengamatan difokuskan kepada seluruh ikan yang mati, sedangkan ikan yang hidup akan diamati pada akhir penelitian. Cara pengamatan ektoparasit pada ikan uji adalah: untuk ikan yang mati, ikan uji diletakan diatas kaca, kemudian bagian luar ikan dikikis dengan pisau. Hasil

A.2 B.2 D.3

C.1 D.2 A.3

A.1 B.1 B.3


(32)

kikisan diamati di bawah mikroskop. Di akhir penelitian seluruh ikan yang hidup akan diamati dengan cara mengikis seluruh bagian eksternal dari ikan, kemudian hasilnya diamati di bawah mikroskop. Tujuan mengamati keseluruhan adalah melihat perbedaan daya tahan ektoparasit dari masing-masing perlakuan.

Cara pengamatan ektoparasit di mikroskop adalah: cairan hasil pengikisan bagian tubuh luar di masukkan ke objek glass, lalu di amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Setelah parasit terlihat maka ditambah pembesarannya menjadi 10 x 40. Hasil pengamatan ini kemudian diidentifikasi berdasarkan bentuk dan morfologi dari parasit yang ditemukan.

Pengumpulan Data

Dari hasil pengamatan akan diperoleh insidensi. Kemudian akan dikumpulkan data jenis ektoparasit yang menyerang ikan, lokasi infeksi dan jumlah dari ikan yang terinfeksi serta jumlah parasit yang menginfeksi dan data kualitas air. Jenis data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan Jenis

Parasit Pengamatan

PERLAKUAN DAN HARI PENGAMATAN A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup

Daerah penyerangan ektoparasit tidak sama. Berkaitan dengan tempat melekat dan bentuk giginya. Lokasi penyerangan ektoparasit dapat dilihat pada Tabel 2.


(33)

Tabel 2. Lokasi infeksi ektoparasit

Jenis Parasit LOKAS I

PERLAKUAN DAN HARI PENGAMATAN

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

A Tubuh Sirip Insang Ekor B Tubuh Sirip Insang Ekor C Tubuh Sirip Insang Ekor D Tubuh Insang Sirip Ekor

Pada setiap perlakuan akan diamati kondisi ikan mati selama penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kondisi ikan selama penelitian

TANGGAL/ HARI KONDISI IKAN UJI (ekor) PERLAKUAN

A B C D

Mati Mati Mati Mati Mati Mati

Kualitas air sangat berpengaruh terhadap kesehatan ikan nila (Oreochromis niloticus). Sehingga data kualitas air perlu diukur selama penelitian. Data kualitas air yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 4.


(34)

Tabel 4. Kualitas Air selama Penelitian

Tanggal/Hari Kualitas Air Perlakuan

A B C D

Ph Suhu Ph Suhu Ph Suhu Ph Suhu Analisis Data

Hasil pengamatan ektoparasit dari masing-masing perlakuan di tabulasi kedalam bentuk tabel secara menyeluruh, sehingga dapat diketahui ektoparasit yang dominan diantara perlakuan dan mengetahui reaksi dari masing-masing perlakuan.

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji statistik Anova. Uji statistik bertujuan mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Untuk membahas perlakuan tersebut, maka hasil analisis ini akan dideskripsikan dengan data sekunder, yang bertujuan melihat hubungan dari beberapa indikator yang diamati dengan perlakuan penelitian.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

A. Jenis Ektoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Hasil identifikasi yang dilakukan selama pengamatan ditemukan 12 jenis ektoparasit dari genus berbeda yang menyerang ikan nila, yaitu: Dactylogyrus, Gyrodactylus, Tricodina, Saprolegnia, Myxobolus, Oodinium, Chilodonella, Gnathostoma, Lernea, Henneguya, Thelohanellus, Complanatum. Klasifikasi ektoparasit disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Ektoparasit

No .

Divisi/Filum Kelas Ordo Famili Genus

1 Vermes Trematoda Monogenea Dactylogyridae Dactylogyru s

2 Protozoa Orozoa Cnodooridia Myxobolidae Myxobolus 3 Protozoa Ciliata Petrichida Trichodinidae Trichodina 4 Platyhelminthes Trematoda Gyrodactylid

ae

Gyrodactylidae Gyrodactylu s

5 Oomycotina Phycomycetes Saprolegniale s

Saprolegniaceae Saprolegnia

6 Sarcomastigopho ra

Dinophycaee Blastodiniales Blastodiniidae Oodinium 7 Arthropoda Maxillopoda Cyclopoida Lernaeidae Lernea 8 Ciliophora Phyllopharynge

al

Chilodonnellida e

Chilodonella 9 Protozoa Myxoora Myxororidae Myxobolidae Henneguya 10 Platyhelminthes Trematoda Digenea Clinostomatidae Clinostomu

m 11 Myxozoa Sporozoa Bivalvulida Myxobolidae Thelohanell

us 12 Nemathelminthes Nematoda Spirurida Gnathostomatid

ae

Gnathostom a


(36)

Jenis ektoparasit yang menyerang ikan tidak sama pada setiap perlakuan. Setelah dilakukan perhitungan anova ternyata jenis parasit tidak berpengaruh dengan perkembangan ektoparasit (Lampiran 2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Jenis Ektoparasit pada Perlakuan

Lokasi penyerangan dari ektoparasit hampir sama yaitu pada insang, ekor, sirip dan badan, kecuali pada perlakukan daun pepaya tidak diperoleh ektoparasit yang menginfeksi badan dan sirip. Jenis dan lokasi penyerangan ektoparasit disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis dan Lokasi Penyerangan Ektoparasit

Perlakuan Lokasi Ektoparasit yang ditemukan Bawang putih Insang Myxobolus

Badan Dactylogyrus Ekor Myxobolus Daun Sirih Insang Myxobolus Sirip Gyrodactylus

Gnathostoma Badan Gyrodactylus Saprolegnia Oodinium Ekor Lernea Daun Pepaya Insang Oodinium

Chilodonella Henneguya Lernea Ekor Thelohanellus

Tricodina kontrol Insang Dactylogyrus

Badan Tricodina Oodinium Myxobolus 0 2 4 6 8

A B C D

Ju m la h ( ek o r) Perlakuan

A = Bawang Putih B = Daun Sirih C = Daun Pepaya D = Kontrol


(37)

Ekor Dactylogyrus Lernea Clinostomum


(38)

Bagian tubuh ikan yang banyak diserang oleh ektoparasit adalah bagian insang dan badan. Jumlah dan lokasi infeksi dari ektoparasit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah dan Lokasi infeksi dari ektoparasit

No Jenis Ektoparasit Jumlah Ektoparasit pada Ikan Nila

Insang Badan Sirip Ekor

1 Dactylogyrus 1 1 1

2 Myxobolus 2 1 1

3 Tricodina 1 1

4 Gyrodactylus 1 1 1

5 Saprolegnia 1

6 Oodinium 2 2

7 Lernea 1 2

8 Chilodonella 1

9 Henneguya 1

10 Clinostomum 1

11 Thelohanellus 1

12 Gnathostoma 1

Bentuk dari berbagai macam ektoparasit yang ditemukan pada ikan nila dapat dilihat pada Gambar 5.

a b c d

e f g h

i j k l

m n

Gambar 5. Jenis-jenis ektoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila a. Dactylogyrus, b. Myxobolus, c. Trichodina, d. Gyrodactylus, e. Saprolegnia, f. Saprolegnia (Gusrina, 2008), g. Oodinium, h. Lernea, i. Chilodonella, j. Henneguya, k. 23


(39)

Henneguya (Gusrina, 2008), l. Clinostomum, m. Thelohanellus, n. Gnathostoma

B. Pengamatan Ektoparasit

Insidensi ikan yang terserang ektoparasit pada tiap perlakuan berbeda. Insidensi tertinggi terdapat pada kontrol. Selanjutnya pada pakan yang dicampur dengan bawang putih, kemudian pakan yang dicampur dengan daun sirih dan terendah adalah pakan yang dicampur dengan daun pepaya. Dari hasil perhitungan anova terlihat insidensi tidak berpengaruh terhadap perkembangan ektoparasit ikan (Lampiran 3). Insidensi ikan nila disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Insidensi Ikan Nila C. Mortalitas Ikan Nila

Mortalitas tertinggi selama penelitian terdapat pada pakan yang dicampur dengan ekstrak bawang putih dan kontrol mencapai 21,6 %, kemudian diikuti dengan pakan yang dicampur dengan daun sirih mencapai 20 % dan pakan yang dicampur

13,3 11,6 10 15 0 2 4 6 8 10 12 14 16

A B C D

Ju m la h K em a ti a n ( % ) Perlakuan


(40)

dengan daun pepaya mencapai 13,3 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Mortalitas Ikan

Minggu pertama dan minggu kedua terjadi tingkat mortalitas ikan nila lebih tinggi dari minggu ketiga dan keempat. Mortalitas setiap minggu disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Mortalitas Ikan Nila Setiap Minggu

Minggu pertama terlihat bahwa pada pakan yang dicampur dengan bawang putih dan kontrol ikan mati sebanyak 13.3%, pakan yang dicampur dengan daun sirih

21,6 20 13,3 21,6 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

A B C D

Ju m la h K em a ti a n ( % ) Perlakuan 0 2 4 6 8 10 12 14

1 2 3 4

P e rse nt a se Bawang putih Daun Sirih Daun Pepaya Kontrol Minggu Ke-25


(41)

sebanyak 8.33%, dan pakan yang dicampur dengan daun pepaya sebanyak 5%. Minggu kedua pakan yang dicampur dengan bawang putih terdapat ikan mati sebanyak 3.33 %, pakan yang dicampur dengan daun sirih 3.33%, pakan yang dicampur dengan daun pepaya 5% dan kontrol 8.33%. Minggu ketiga pakan yang dicampur dengan bawang putih mati sebanyak 1.66%, pakan yang dicampur dengan daun sirih 8.33%, pakan yang dicampur dengan daun pepaya sebanyak 1.66% dan kontrol sebanyak 3.33%. Minggu keempat pakan yang dicampur dengan bawang putih ikan mati sebanyak 1.66%, pakan yang dicampur dengan daun sirih 1.66%, pakan yang dicampur dengan daun pepaya sebanyak 1.66%, dan kontrol ikan telah mati seluruhnya.


(42)

Pembahasan

A. Jenis Ektoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berdasarkan Gambar 4, jenis ektoparasit yang banyak menyerang perlakukan terdapat pada pakan yang dicampur dengan daun sirih, pakan yang dicampur dengan daun pepaya dan kontrol serta yang terendah adalah pakan yang dicampur dengan bawang putih. Menurut Lukistyowati (2004), rendahnya jenis ektoparasit yang menyerang pakan yang dicampur dengan bawang putih disebabkan oleh adanya zat yang dikandung oleh bawang putih, sehingga dapat menghambat bahkan membunuh pathogen, yaitu alisin dan scordinin. Alisin merusak protein kuman penyakit sehingga kuman penyakit tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotik cukup ampuh dan Scordinin dapat memberikan atau meningkatkan daya tahan tubuh (stamina) dan perkembangan tubuh.

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa lokasi infeksi dari ektoparasit hampir sama yaitu pada insang, ekor, sirip dan badan, kecuali pada pakan yang dicampur daun pepaya tidak didapatkan ektoparasit yang menginfeksi badan dan sirip. Jenis ektoparasit yang menyerang di bagian bagian tubuh ikan tidak sama, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah daya lekat parasit pada inang. Daya lekat parasit pada inang biasanya di pengaruhi oleh kaki maupun gigi tempat menggigit atau menghisap inang.

Berdasarkan Tabel 7, bagian tubuh ikan yang banyak diserang oleh ektoparasit adalah bagian insang dan badan, hal ini disebabkan bagian tersebut tidak mengalami banyak pergerakan seperti pada ekor dan sirip. Walaupun badan dan insang tidak banyak bergerak namun insang adalah bagian yang paling banyak


(43)

diserang ektoparasit hal ini disebabkan oleh lamela insang. Lamela insang merupakan bagian tubuh yang banyak bersentuhan dengan pathogen saat melakukan pernapasan. Selain banyak berhubungan dengan pathogen, lamela juga dapat menyaring pathogen dan tinggal dan menginfeksi lamela tersebut.

Tingginya penyerangan ektoparasit pada lamela insang menurut Nurmatias (1992), insang merupakan alat yang berfungsi penyaring oksigen dan saat itu pathogen akan terbawa dan tersaring di lamella dan saat itu juga pathogen akan mudah menginfeksi lamela. Dalam insang juga banyak terdapat bahan organik sebagai pakan dari pathogen. Sedangkan pada bagian badan ektoparasit lebih mudah menginfeksi karena bagian tubuh hanya bergerak pasif. Akibat dari pergerakan yang pasif ini, ektoparasit yang telah menginfeksi badan akan sulit terlepas, sehingga ektoparasit akan mudah tumbuh dan berkembang.

Ciri-ciri dari setiap parasit yang menyerang ikan disajikan pada lampiran 4. Penjelasan dari setiap ektoparasit berdasarkan Tabel 5 disajikan pada uraian berikut. 1. Dactylogyrus

Dactylogyrus merupakan ektoparasit cacing yang ditemukan menyerang insang, badan dan ekor. Hal ini didukung oleh pernyataan Gusrina (2008) bahwa Dactylogyrus sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya. Ciri-ciri ikan yang terinfeksi oleh ektoparasit ini, ikan akan tampak stress, nafsu makan berkurang dan memproduksi banyak lendir. Menurut Noga (2000) beberapa gejala klinis akibat infeksi parasit antara lain ikan tampak lemah, tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku, dan berenang tidak normal disertai


(44)

produksi lendir yang berlebihan. Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air masuk, karena pada daerah ini kualitas air terutama kadar oksigen lebih tinggi. Sering mengapung di permukaan air. Insang tampak pucat dan membengkak, sehingga operculum terbuka. Kerusakan pada insang menyebabkan ikan sulit bernafas. Dalam keadaan serius enderum insang akan rusak dan enderum tidak tertutup dengan sempurna mengakibatkan kesulitan bernafas. Dactylogyrus sangat berbahaya karena secara nyata dapat merusak filament insang, sehingga sangat sulit dikendalikan. Sachlan (1957) menyatakan bahwa secara mikroskopis terlihat ada nekrosis pada insang yang berwarna kekuningan atau putih, selain itu juga terjadi poliferasi di kartilago hialin pada lamella sekunder. Penyebabnya karena tertular dari ikan yang terinfeksi dari kolam tempat pemeliharaan ikan yang menggunakan sumber air tanah dan kurang bersih.

2. Myxobolus

Myxobolus ditemukan menyerang insang, badan dan ekor ikan

Myxobolus yang menginfeksi insang akan sangat menggangu pernapasan ikan.

Menurut Dewi (2010) parasit ini membentuk kista pada lembar insang ikan, sehingga akan menghalangi proses penyerapan oksigen.

3. Tricodina

Tricodina didapati menyerang bagian badan dan ekor ikan. Menurut Zainun (2008) Parasit ini merupakan ektoparasit yang menyerang atau menginfeksi kulit dan insang, biasanya menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Berkembang biak dengan cara pembelahan yang berlangsung di tubuh inang, mudah berenang secara bebas, dapat melepaskan diri dari inang dan mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang.


(45)

Ciri-ciri ikan yang terinfeksi ektoparasit ini adalah nafsu makan ikan menurun, memproduki banyak lendir, gerakan menjadi lambat, mengalami iritasi pada kulit, insang pucat, sulit bernafas sehingga ikan sering menggantung di permukaan air atau di pinggir kolam, nafsu makan menurun, gerakan ikan lemah, sirip ekor rusak dan berwarna kemerahan akibat pembuluh darah kapiler pada sirip pecah (Mahatma, 2013).

4. Gyrodactylus

Hasil penelitian didapati Gyrodactylus menyerang sirip dan badan ikan yang terinfeksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gusrina (2008) bahwa Gyrodactylus

biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang.

5. Saprolegnia

Saprolegnia ditemukan pada bagian badan dari ikan. Ayubi (2011) menyatakan bahwa Saprolegnia menyerang jaringan-jaringan epidermis, pada umumnya bermula dari kepala dan sirip dan dapat menyebar ke seluruh permukaan tubuh. Jamur ini akan menempel pada jaringan otot di bawah kulit. Ciri-ciri dari Saprolegnia menurut Gusrina (2008) adalah adanya benang pada tubuh ikan yang lemah kondisi tubuhnya. Hifa dari jamur dapat masuk ke dalam otot ikan bagian dalam dan dapat menyebabkan kematian ikan. Pada umumnya jamur ini biasanya menyerang ikan-ikan yang lemah.

6. Oodinum

Oodinium ditemukan pada insang dan tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Phan (2000) yang menyebutkan bahwa serangan parasit ini menimbulkan


(46)

efek kasar di kulit ikan seperti kudisan. Menurut Kabata (1985) infeksi Oodinium disebabkan karena penetrasi akan rizoid ke sel epitel inang, sehingga menyebabkan nekrosis, pendarahan dan mengalami infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur.

7. Lernea

Lernea ditemukan pada bagian insang dan ekor ikan nila. Gusrina (2008) menyatakan parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangan telurnya. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan bekas lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit ini mempunyai penyebaran yang luas pada ikan budidaya dan sering penyebabkan kematian yang tinggi (Ohoiulun, 2002).

8. Chilodonella

Ektoparasit ini ditemukan pada insang ikan. Landsberg (1989) menyebutkan parasit ini umumnya menyerang insang dan jarang terjadi pada kulit dan sirip. Menurut Kabata (1985) parasit ini diperkirakan bersifat non spesifik, dan tidak semuanya merupakan parasit obligat. Kabata (1985) menyebutkan ciri-ciri ikan yang terinfeksi ektoparasit ini adalah mengalami iritasi, melompat dari air, menjadi lemah dan tidak responsif. Purbomartono dkk., (2010) diacu oleh Mahatma (2013) menyebutkan bahwa Chilodonella tidak dapat hidup tanpa adanya inang dalam jangka waktu lebih dari 12 - 24 jam.

9. Henneguya

Henneguya ditemukan pada insang ikan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, parasit ini dapat menyerang insang dan daging, kista berbentuk bintil berwarna putih dengan ukuran yang bervariasi dan


(47)

dapat ditemukan pada tempat infeksi. Ciri dari serangan parasit ini akan menimbulkan pembengkakan pada jaringan yang terinfeksi.

10. Clinostomum

Dias, dkk., (2006) diacu oleh Riauwaty (2010) menyatakan bahwa selama ini telah ditemukan beberapa ikan air tawar sebagai hospes intermedier dari Clinostomum, yaitu pada ikan Oreochromis nitoticus dan Cobitis anguillicaudatus. Parasit ini ditemukan pada bagian ekor dari ikan nila. Menurut Aohagi (1992) diacu oleh Riauwaty (2010), infeksi metaserkaria Clinostomum ditemukan di usus ikan nila (Oreochromis niloticus) dan Sarotherodon galilaeus dari sungai Niger. Dias, dkk., (2003) diacu oleh Riauwaty (2010) menemukan metaserkaria Clinostomum terdapat di otot, operkulum dan organ visceral ikan air tawar. Ditemukannya parasit Clinostomum di bagian luar diduga akibat adanya usus ikan mati yang pecah sehingga parasit ini keluar dan menggigit (menginfeksi) bagian ekor ikan yang sakit. Ikan yang diinfeksi adalah ikan-ikan yang lemah. Menurut Kabata (1985) bahwa infeksi metaserkaria Clinostomum ditemukan pada benih ikan gurami yang berukuran 2 - 3 cm yang di pelihara di wilayah Purwokerto, Jawa Tengah.

11. Thelohanellus

Ektoparasit ini ditemukan pada bagian ekor ikan nila. Menurut Kabata (1985) parasit ini terdapat pada insang, otot, dinding usus, empedu, hati, dan ginjal. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (1994) menyebutkan bahwa Thelohanellus menyerang ikan Puntius gonionotus (Bleeker) mulai dari ukuran juvenile hingga dewasa. Selanjutnya parasit akan membentuk kista.


(48)

12. Gnathostoma

Gnathostoma ditemukan pada sirip ikan. Menurut Kabata (1985) Gnathostoma berada di dinding perut dan otot. Ditemukannya parasit Gnathostoma di bagian luar tubuh ikan diduga akibat adanya ikan yang mati yang didalam bagian dalam tubuh ikan tersebut terdapat Gnasthostoma dan bagian ini pecah sehingga menempel dan menginfeksi ikan hidup dalam aquarium tersebut. Ikan yang diinfeksi adalah ikan-ikan yang lemah.

B. Pengamatan Ektoparasit

Tidak meratanya insidensi pada tiap perlakukan disebabkan oleh berbedanya daya tahan tubuh ikan akibat dari zat dari masing-masing perlakuan, karena setiap perlakuan mendapat penanganan yang sama. Perbedaan ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya toksin dari perlakukan, kualitas air dan daya tahan ikan serta jumlah ektoparasit yang ada dalam media.

Tingginya insidensi pada kontrol dikarenakan kontrol tidak diberi perlakuan, sehingga ektoparasit yang ada pada media aquarium tersebut dapat berkembang dengan cepat dan menyerang ikan. Jika dilihat dari setiap perlakuan yang dicampur dengan ekstrak tampak telah ada pengaruh dari kandungan ekstrak terhadap infeksi ektoparasit, ini membuktikan bahwa zat yang dikandung oleh setiap perlakuan dapat mempengaruhi infeksi ektoparasit. Sesuai pendapat Kabata (1985) bahwa penularan penyakit yang diakibatkan oleh ektoparasit melalui air dan stress akibat suasana lingkungan yang berbeda akan mengakibatkan perkembangan ikan terganggu sehingga mengakibatkan kematian massal pada ikan.


(49)

Pada pakan yang dicampur dengan daun pepaya, terlihat bahwa insidensi mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam daun papaya. Menurut setiaji (2009) Carpain merupakan senyawa alkaloid yang khas dihasilkan oleh tanaman pepaya. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus, sebagai antiprotozoa dan antidiare, bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir racun dalam tubuh. Alkaloid diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan dengan kemampuan berinteraksi dengan DNA.

Insidensi pada pakan yang dicampur dengan daun sirih, tampak berkurang dibandingkan dengan kontrol dan pakan yang dicampur dengan bawang putih, karena kandungan pada daun sirih yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan ektoparasit pada ikan nila. Menurut Kharisma (2010) di dalam daun sirih terdapat minyak atsiri, minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, yaitu anti jamur. Kandungan di dalam daun sirih terdapat fenol, yakni betelphenol dan chavicol yang mempunyai fungsi sebagai antiseptik, dan dengan adanya kandungan zat aktif berupa antiseptik dalam daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghambat serta membunuh mikroorganisme layaknya bakteri. Berdasarkan hasil penelitian Herawati (2009) daun sirih dapat menanggulangi serangan ektoparasit pada ikan hias tetra, karena mengandung chlavicol yang mempunyai sifat bakterasidal dan fungisidal pada bakteri dan jamur.


(50)

Gambar 6 menunjukkan insidensi daun pepaya lebih rendah lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol, perlakuan pada bawang putih dan perlakuan daun sirih, hal ini diduga karena bawang putih memiliki bau yang sangat menyengat dan membuat ikan kehilangan nafsu makan, sehingga daya tahan tubuh berkurang sementara ektoparasit semakin berkembang dan timbul penyakit. Pada daun sirih diduga . pada kontrol terjadi insidensi tertinggi karena tidak adanya penangan yang dilakuakan, sementara ektoparasit terus berkembang sehingga infeksi akibat ektoparasit sangat tinggi. Menurut Kabata (1985) serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.

C. Mortalitas Ikan Nila

Mortalitas ikan berbeda pada tiap perlakuan, walaupun terlihat mortalitas pada pakan yang dicampur dengan bawang putih dan kontrol sama, namun pada dasarnya mortalitas setiap minggu pada pakan yang dicampur dengan bawang putih dan kontrol berbeda. Pada kontrol tingkat mortalitas lebih cepat terjadi dibandingkan dengan pakan yang dicampur dengan bawang putih, pakan yang dicampur dengan daun sirih dan pakan yang dicampur dengan daun pepaya. Hal ini diduga karena kontrol tanpa ada perlakuan, sehingga ikan tersebut tidak memiliki daya tahan. Pada pakan yang dicampur dengan bawang putih, pakan yang dicampur dengan daun sirih dan pakan yang dicampur dengan daun pepaya terjadi peningkatan daya tahan tubuh ikan.


(51)

Berdasarkan Gambar 8, mortalitas ikan pada minggu pertama terlihat bahwa pada pakan yang dicampur dengan bawang putih dan kontrol ikan mati sebanyak 13.3%, pakan yang dicampur dengan daun sirih sebanyak 8.33% dan pakan yang dicampur dengan daun pepaya sebanyak 5%. Pada awal pengamatan terlihat bahwa mortalitas cukup tinggi ini diduga karena pengaruh ektoparasit yang dimasukkan ke dalam aquarium dan lemahnya daya tahan tubuh ikan akibat masa adaptasi dan perubahan kualitas air.

Minggu kedua mortalitas ikan mulai menurun. Diduga karena ikan telah dapat beradaptasi, sehingga daya tahan ikan telah meningkat.

Minggu ketiga pakan yang dicampur dengan bawang putih mati sebesar 1.66%, pakan yang dicampur dengan daun sirih sebesar 8.33% dan pakan yang dicampur dengan daun papaya sebesar 1.66% serta kontrol sebesar 3.33%. Minggu keempat pakan yang dicampur dengan bawang putih jumlah ikan yang mati sebesar 1.66%, pakan yang dicampur dengan daun sirih sebesar 1.66%, pakan yang dicampur dengan daun papaya sebesar 1.66%, dan control ikan telah mati seluruhnya. Terlihat bahwa angka mortalitas tertinggi terjadi pada minggu pertama dan minggu kedua. Menurut Suyanto (1993) diacu oleh Monalisa (2010) dalam usaha budidaya ikan nila

(Oreochromis niloticus) ketersediaan air dan kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan. Mortalitas ini juga disebabkan oleh kualitas air. Menurut Brown (1987) diacu oleh Effendi (2003), peningkatan suhu akan mengakibatkan meningkatnya reaksi kimia dalam air, meningkatnya proses metabolisme makhluk air dan menurunkan kadar oksigen dalam air. Peningkatan metabolisme organisme dalam air akan menambah penggunaan


(52)

oksigen akibat adanya reirasi. Kenaikan suhu 100 C akan meningkatkan penggunaan oksigen 10%. pH air yang diamati pada penelitian menunjukkan bahwa pada minggu ke 2 (dua) pH mengalami peningkatan. Menurut Anonimous pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif dan juga dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (asam) kandungan oksigen terlarut akan berkurang sebagai akibatnya kosumsi oksigen berkurang aktivitas pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Hal sebaliknya juga terjadi pada kondisi perairan yang basa.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa ikan masih ada yang mati sampai akhir penelitian, Adanya kematian ikan sampai akhir penelitian ini disebabkan adalah pengaruh infeksi dari ektoparasit. Karena pada masa adaptasi biasanya ikan banyak yang mati, namun semakin berkurang seiring dengan waktu. Apabila ikan telah mampu beradaptasi maka kematian dipengaruhi oleh parasit ataupun kualitas lingkungan.


(53)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Daun Pepaya (Carica papaya) adalah tanaman yang paling efektif untuk mengurangi penyerangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan dapat meningkatkan kekebalan ikan terhadap ektoparasit sehingga sebaiknya diberikan antibiotik berupa ekstrak daun papaya yang dicampur pada pakan ikan. 2. Nilai insidensi tertinggi terdapat pada kontrol sebesar 15% kemudian diikuti

dengan pakan yang dicampur dengan bawang putih sebesar 13,3% , pakan yang dicampur dengan daun sirih sebesar 11,6 %, dan terendah pada pakan yang dicampur dengan daun pepaya sebesar 10%. Ditemukan 12 jenis ektoparasit yang menyerang ikan nila, yaitu: Dactylogyrus, Myxobolus, Tricodina, Gyrodactylus, Saprolegnia, Oodinium, Lernea, Chilodonella, Gnathostoma, Henneguya, Clinostomum, Thelohanellus dan Gnathostoma.

Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis ekstrak yang tepat. 2. Perlu adanya penambahan pengukuran parameter kualitas air.

3. Perlu penelitian lanjutan gabungan dari tanaman herbal terhadap infeksi ektoparasit pada ikan.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S, H. 1994. Studies on the Morphology of Thelohanellus ., and the Effects of Water Quality and Rainfall on its Prevalence in Puntius gonionotus (Bleeker). Thesis submitted in partial fulfilment of the requirements for the Degree of Master of Science in the Faculty of Fisheries and Marine Science. Universiti Pertanian Malaysia.

Anshary., H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata Kuliah Parasitologi Ikan. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Asnita. 2011. Identifikasi Cacing Parasitik dan Perubahan Histopatologi pada Ikan

Bunglon Batik Jepara (Cryptocentrus leptocephalus) dari Kepulauan Seribu.

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian. Bogor.

Dewi, T.C., 2010. Studi Myxobolus . pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) secara

Konvensional dan Scanning Electron Microscope (Sem). Program Pasca

Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hadiroseyani, L., L. S. Harti, dan S. Nuryati. 2009. Pengendalian Infestasi Monogenea EktoparasitBenih Ikan Nila Gift (Oreochromis .) Dengan Penambahan Garam. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 31-38.

Hanafiah,K.V. 1994. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo persada. Jakarta.

Herawati,V, E,. 2009. Pemanfaatan Daun Sirih (Piper betle) untuk Menanggulangi

Ektoparasit pada Ikan Hias Tetra. PENA Akuatika volume I No I. Semarang.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish in Tropics. Taylor and Francis. London. 317 p.

Kharisma, A., H. Subangkit., F. Anggraini., A. Lailatul R., F. Riantono. 2010.

Khasiat Perasan Daun Sirih (Piper betle) terhadap Bakteri Aeromonas

hydrophila yang Menyerang Ikan Lele (Clarias batrachus). Usulan Program

Kreativitas Mahasiswa. Universitas Airlangga. Surabaya.

Kordi, M, .Ghufran H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta dan Bina Adiaksara, Jakarta.

Lukistyowati, l. 2004. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) untuk Pengobatan Penyakit Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Nurmatias, 1992. Ektoparasit pada Larva Hybrid Ikan Mas Majalaya dengan Ikan


(55)

Ohoiulun, I. 2002. Inventarisasi Parasit pada Ikan Cupang (Betta splendens Rean), Ikan Gapi (Poecilia reticulate Peters) dan Ikan Rainbow (Melanotaenia macculochi Ogilby) di Daerah Jakarta Barat, DKI Jakarta. Institut Pertanian Bogor.

Riauwaty, M., Kurniasih., 2010. Prevalensi Clinostomum (digenea, clinostomidae)

pada Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) dari Riau, Indonesia.

Fishery and Marine Science Faculty, Riau University, Pekanbaru. Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya Putra Darwati, Bandung.

Rustikawati, I., R. Rostika., D. Iriana dan E. Herlin. 2004. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio l.) yang Berasal dari Kolam Lradisional dan longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3): 33-39.

Setiaji, A. 2009. Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L. untuk pencegahan dan pengobatan ikan lele dumbo clarias yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyo, Bambang Pramono.2006. Efek Konsentrasi Kromium (cr+3) dan Salinitas Berbeda terhadap Ffisiensi Pemanfaatan Pakan untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Tesis. Universitas Diponegoro.

Suhendi, 2009. Identifikasi dan Prevalensi Bakteri dan Cendawan yang Terseleksi serta Parasit pada Ikan Arwana Super Red Scleropages formosus yang Sakit. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyowati,A.D. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L)

100% Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dari Pioderma. Artikel Karya

Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Supriyadi, H., A. Widiyati, A.Sunarto, dan T.H. Prihadi. 2005. Keragaan Penyakit Bakterial Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Keramba Jaring Apung (KJA) di Lokasi Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 2:35-36.


(56)

(57)

Lampiran 1. Alat dan Bahan

pH meter Termometer

Kamera Digital Pisau dan pinset


(58)

Bawang Putih Daun Sirih

Daun Pepaya Pakan Ikan

Ikan Gurami Sakit Benih Ikan Nila 3 cm


(59)

Lampiran 2. Perhitungan Anova jenis-jenis Parasit yang Menyerang Ikan Nila

Perlakuan Ulangan Total Perlakuan

1 2 3

A 3 0 0 3

B 3 2 1 6

C 0 3 3 6

D 6 0 0 6

TOTAL 21

F Tabel

SK db Jk Kt F Hitung 5% 1%

Perlakuan 3 2.25 0.75 0.157895 4,07 7,59

Eror 8 38 4.75

Total 11 40.25

FK 36.75

Nilai perhitungan menunjukkan nilai F hitung lebih kecil dari F tabel. Menurut Hanafiah (1194) Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata dari jenis terhadap perkembangan ektoparasit. Walaupun tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakukan, akan tetapi untuk menekan jumlah dari ektoparasit pada ikan nila sebaiknya pada pakan ikan diberikan bawang putih, daun pepaya dan daun sirih.


(60)

Lampiran 3. Perhitungan Anova Insidensi pada Ikan Nila

Perlakuan Ulangan Total Perlakuan

1 2 3

A 4 4

B 4 2 1 7

C 3 3 6

D 9 9

Total 26

F Tabel

Sk DB JK KT F Hitung 5% 1%

Perlakuan 3 4.33333 1.444444 0.15339233 4,07 7,59

Eror 8 75.3333 9.416666

Total 11 79.6666

FK 56.333333

Hasil analisis menunjukan bahwa F tabel lebih kecil dari F hitung dengan tingkat kepercayaan 95%. Hanafiah (1994) manyatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa Insidensi tidak berbeda nyata terhadap perkembangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Walaupun terdapat perbedaan insidensi ektoparasit namun tidak menunjukan berbeda nyata.


(61)

Lampiran 4. Ciri-ciri dari Ektoparasit yang Menyerang Ikan Nila

No. Nama ektoparasit Ciri-ciri

1 Dactylogyrus Memiliki dua (2) pasang mata yang terkadang tampak seperti titik hitam dan memiliki saluran usus, mata dan sepasang jangkar tanpa bar (penghubung).

2 Myxobolus Spora myxobolus terdiri dari 2 (dua) membran dan berisi 2 (dua) kapsul polar. Pada bagian anterior, filament polar berbentuk spiral dan pada bagian posterior iodhinophilus vakuola.

3 Tricodina Berbentuk cakram bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang terdapat di bagian tengah, sisi-sisi tubuh Trichodina berbentuk cembung. Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel cilia yang berfungsi sebagai pergerakan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat penempel pada inang. Parasit ini juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda.

4 Gyrodactylus Memiliki dua tonjolan pada bagian anterior, tidak memiliki pigmen mata.

5 Saprolegnia Saprolegnia sp biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu, jika dilihat di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang, dibagian ujung miseliumnya akan membesar dan menghasilkan zoospora.

6 Oodinium Sitoplasma menyerupai buih sabun dengan banyak

granula kecil didalamnya.

7 Lernea Sepintas mirip sebuah jarum yang menancap pada tubuh ikan, sehingga sering disebut kutu jarum. Terlihat ada jangkar yang menusuk pada kulit ikan dengan bagian ekor (perut) yang bergantung, dua kantong telur berwarna hijau.

8 Chilodonella Tubuh berbentuk oval dan datar dorsoventral. Pada sisi tubuh yang berbentuk convex tidak ditumbuhi cilia, memiliki barisan silia pada permukaan ventral. Memiliki alat cytoskeletal pada bagian mulut

9 Henneguya Spora mempunyai polar kapsul pada ujung anterior, bentuk biconvex.

10 Clinostomum Metaserkaria berbentuk kista berwarna krem.


(62)

agak memanjang dengan ukuran rata-rata: panjang 0,26 mm dan lebar 0,16 mm.

12 Gnathostoma adalah bagian kepala seperti balon dan memiliki kumpulan hook, memiliki esophagus, dan tubuh diliputi dengan lapisan cuticular.


(63)

Lampiran 5. Perhitungan Anova Mortalitas Ikan Nila

Perlakuan Ulangan

Total Perlakuan

A 3 5 5 13

B 4 3 5 12

C 2 4 2 8

D 5 3 5 13

Total 46

F TABEL

SK DB JK KT F HITUNG 5% 1%

Perlakuan 3 5.666667 1.888889 1.511111111 4,07 7,59

Error 8 10 1.25

Total 11 15.66667

Menurut Hanafiah (1994) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari setiap perlakuan tersebut, namun secara kasat mata terdapat perbedaan mortalitas dari masing-masing perlakuan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ada perbedaan mortalitas dari setiap perlakuan. Walau ada perbedaan namun setelah dilakukan perhitungan anova diketahui tidak ada perbedaan nyata dari setiap perlakukan Hasil analisis terlihat bahwa F tabel lebih besar dari F hitung, pada tingkat kepercayaan 95%.


(64)

Lampiran 6. Data Kualitas Air

Perlakuan Ulangan Kualitas Air / Minggu

I II III IV V VI VII

pH Suhu

(0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) Ph Suhu (0C)

A A1 7,2 29,7 7,7 29,7 7,7 29,4 7,4 29 7,5 30,3 7,7 29,0 7,8 29,5

A2 7,2 29,2 7,8 29,6 7,6 29,3 7,4 29 7,6 30,3 7,8 29,0 8,0 29,5

A3 7,2 29,4 7,8 30,4 7,9 29,9 8,6 31 8,4 30,6 8,1 31 8,1 30,0

B B1 7,2 29,2 7,6 29,1 7,3 24,1 7,4 28,5 7,5 30,0 7,7 28,5 7,8 29,5

B2 7,2 29,2 8,0 30,1 8,4 30,0 8,4 31 8,2 31,0 7,8 31,0 8,0 29,5

B3 7,2 29,2 7,7 28,8 7,4 28,7 7,3 28,5 7,4 30,0 7,4 28,5 7,6 29,0

C C1 7,2 29,2 7,6 29,3 7,6 28,6 7,7 29 7,4 30,1 7,5 29,0 7,7 28,7

C2 7,2 29,2 7,9 30,1 8,2 29,5 8,8 30,5 8,4 30,6 8,0 30,5 7,9 30,0

C3 7,2 29,4 8,1 30,8 8,3 30,0 8,6 31 8,3 31,3 8,0 31,0 8,1 30,5

D D1 7,2 29,2 7,4 29,4 7,6 29,o 7,5 28,5 7,6 30,1 7,5 28,9 7,5 29,5

D2 7,2 29,2 7,4 30,2 7,9 29,7 8,5 30,5 8,3 30,3 8,5 28,6 7,6 29,5


(1)

Lampiran 2. Perhitungan Anova jenis-jenis Parasit yang Menyerang Ikan Nila

Perlakuan Ulangan Total Perlakuan

1 2 3

A 3 0 0 3

B 3 2 1 6

C 0 3 3 6

D 6 0 0 6

TOTAL 21

F Tabel

SK db Jk Kt F Hitung 5% 1%

Perlakuan 3 2.25 0.75 0.157895 4,07 7,59

Eror 8 38 4.75

Total 11 40.25

FK 36.75

Nilai perhitungan menunjukkan nilai F hitung lebih kecil dari F tabel. Menurut Hanafiah (1194) Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata dari jenis terhadap perkembangan ektoparasit. Walaupun tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakukan, akan tetapi untuk menekan jumlah dari ektoparasit pada ikan nila sebaiknya pada pakan ikan diberikan bawang putih, daun pepaya dan daun sirih.


(2)

Lampiran 3. Perhitungan Anova Insidensi pada Ikan Nila

Perlakuan Ulangan Total Perlakuan

1 2 3

A 4 4

B 4 2 1 7

C 3 3 6

D 9 9

Total 26

F Tabel Sk DB JK KT F Hitung 5% 1% Perlakuan 3 4.33333 1.444444 0.15339233 4,07 7,59

Eror 8 75.3333 9.416666

Total 11 79.6666

FK 56.333333

Hasil analisis menunjukan bahwa F tabel lebih kecil dari F hitung dengan tingkat kepercayaan 95%. Hanafiah (1994) manyatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa Insidensi tidak berbeda nyata terhadap perkembangan ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Walaupun terdapat perbedaan insidensi ektoparasit namun tidak menunjukan berbeda nyata.


(3)

Lampiran 4. Ciri-ciri dari Ektoparasit yang Menyerang Ikan Nila

No. Nama ektoparasit Ciri-ciri

1 Dactylogyrus Memiliki dua (2) pasang mata yang terkadang tampak seperti titik hitam dan memiliki saluran usus, mata dan sepasang jangkar tanpa bar (penghubung).

2 Myxobolus Spora myxobolus terdiri dari 2 (dua) membran dan berisi 2 (dua) kapsul polar. Pada bagian anterior, filament polar berbentuk spiral dan pada bagian posterior iodhinophilus vakuola.

3 Tricodina Berbentuk cakram bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang terdapat di bagian tengah, sisi-sisi tubuh Trichodina berbentuk cembung. Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel cilia yang berfungsi sebagai pergerakan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat penempel pada inang. Parasit ini juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda.

4 Gyrodactylus Memiliki dua tonjolan pada bagian anterior, tidak memiliki pigmen mata.

5 Saprolegnia Saprolegnia sp biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu, jika dilihat di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang, dibagian ujung miseliumnya akan membesar dan menghasilkan zoospora.

6 Oodinium Sitoplasma menyerupai buih sabun dengan banyak granula kecil didalamnya.

7 Lernea Sepintas mirip sebuah jarum yang menancap pada tubuh ikan, sehingga sering disebut kutu jarum. Terlihat ada jangkar yang menusuk pada kulit ikan dengan bagian ekor (perut) yang bergantung, dua kantong telur berwarna hijau.

8 Chilodonella Tubuh berbentuk oval dan datar dorsoventral. Pada sisi tubuh yang berbentuk convex tidak ditumbuhi cilia, memiliki barisan silia pada permukaan ventral. Memiliki alat cytoskeletal pada bagian mulut

9 Henneguya Spora mempunyai polar kapsul pada ujung anterior, bentuk biconvex.

10 Clinostomum Metaserkaria berbentuk kista berwarna krem.

11 Thelohanellus parasit akan membentuk kista. Kista berbentuk bulat


(4)

agak memanjang dengan ukuran rata-rata: panjang 0,26 mm dan lebar 0,16 mm.

12 Gnathostoma adalah bagian kepala seperti balon dan memiliki kumpulan hook, memiliki esophagus, dan tubuh diliputi dengan lapisan cuticular.


(5)

Lampiran 5. Perhitungan Anova Mortalitas Ikan Nila

Perlakuan Ulangan

Total Perlakuan

A 3 5 5 13

B 4 3 5 12

C 2 4 2 8

D 5 3 5 13

Total 46

F TABEL

SK DB JK KT F HITUNG 5% 1%

Perlakuan 3 5.666667 1.888889 1.511111111 4,07 7,59

Error 8 10 1.25

Total 11 15.66667

Menurut Hanafiah (1994) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari setiap perlakuan tersebut, namun secara kasat mata terdapat perbedaan mortalitas dari masing-masing perlakuan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ada perbedaan mortalitas dari setiap perlakuan. Walau ada perbedaan namun setelah dilakukan perhitungan anova diketahui tidak ada perbedaan nyata dari setiap perlakukan Hasil analisis terlihat bahwa F tabel lebih besar dari F hitung, pada tingkat kepercayaan 95%.


(6)

Lampiran 6. Data Kualitas Air

Perlakuan Ulangan Kualitas Air / Minggu

I II III IV V VI VII

pH Suhu

(0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) pH Suhu (0C) Ph Suhu (0C) A A1 7,2 29,7 7,7 29,7 7,7 29,4 7,4 29 7,5 30,3 7,7 29,0 7,8 29,5

A2 7,2 29,2 7,8 29,6 7,6 29,3 7,4 29 7,6 30,3 7,8 29,0 8,0 29,5 A3 7,2 29,4 7,8 30,4 7,9 29,9 8,6 31 8,4 30,6 8,1 31 8,1 30,0 B B1 7,2 29,2 7,6 29,1 7,3 24,1 7,4 28,5 7,5 30,0 7,7 28,5 7,8 29,5 B2 7,2 29,2 8,0 30,1 8,4 30,0 8,4 31 8,2 31,0 7,8 31,0 8,0 29,5 B3 7,2 29,2 7,7 28,8 7,4 28,7 7,3 28,5 7,4 30,0 7,4 28,5 7,6 29,0 C C1 7,2 29,2 7,6 29,3 7,6 28,6 7,7 29 7,4 30,1 7,5 29,0 7,7 28,7 C2 7,2 29,2 7,9 30,1 8,2 29,5 8,8 30,5 8,4 30,6 8,0 30,5 7,9 30,0 C3 7,2 29,4 8,1 30,8 8,3 30,0 8,6 31 8,3 31,3 8,0 31,0 8,1 30,5 D D1 7,2 29,2 7,4 29,4 7,6 29,o 7,5 28,5 7,6 30,1 7,5 28,9 7,5 29,5 D2 7,2 29,2 7,4 30,2 7,9 29,7 8,5 30,5 8,3 30,3 8,5 28,6 7,6 29,5 D3 7,2 29,5 8,2 31,4 8,5 30,6 8,9 32,5 8,5 31,6 8,9 29,8 8,2 30,5


Dokumen yang terkait

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra L.) pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)

11 159 66

Penentuan Lc50 Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

1 60 75

Penentuan Lc50 Dari Getah Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

4 94 64

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

9 144 57

Efek Ekstrak Metanol Dan Ekstrak n-Heksana Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Tikus Wistar Jantan Setelah Diinduksi Karagenan

5 48 86

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) Pada Pakan Terhadap Tingkat Kesehatan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus).

0 1 1

PENGARUH EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava), DAUN PEPAYA (Carica papaya) DAN DAUN SIRIH (Piper betle) TERHADAP EKTOPARASIT PADA IKAN KARPER (Cyprinus carpio) EFFECT OF GUAVA LEAF (Psidium guajava), PAPAYA LEAF (Carica papaya) AND BETEL LEAF (Piper

0 0 8

PEMANFAATAN BUBUK DAUN SIRIH (Piper betle L.) UNTUK MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis niloticus)

1 0 7

Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle), Daun Pepaya (Carica papaya) dan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

0 2 8

Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle), Daun Pepaya (Carica papaya) dan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Penyerangan Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

0 0 12