Bab IV Pembahasan Sikap

PEMBAHASAN SIKAP
1. Pernyataan positif dengan skor tertinggi
Pernyataan sikap nomor 10: saya sering makan buah dan sayur supaya gigi saya
sehat.
Tabel 4.59. Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Sering
Makan Buah dan Sayur Supaya Gigi Sehat
Persentase
Frekuensi Persentase
Validasi
Validasi Sangat Tidak
1
1.3
1.3
Setuju
Tidak Setuju
1
1.3
1.3
Ragu-ragu1
1.3
1.3

Ragu-ragu
Setuju
29
36.3
36.3
Sangat Setuju
48
60.0
60.0
Total
80
100.0
100.0

Persentase
Kumulatif
1.3
2.5
3.8
40.0

100.0

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Tabel 4.60. Diskripsi Post-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Sering
Makan Buah dan Sayur Supaya Gigi Sehat

Frekuensi Persentase
Validasi Sangat Tidak 1
1.3
Setuju
Tidak Setuju 3
3.8
Setuju
25
31.3
Sangat Setuju 51
63.8
Total
80

100.0

Persentase
Validasi
1.3

Persentase
Kumulatif
1.3

3.8
31.3
63.8
100.0

5.0
36.3
100.0

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014


Marotz (2012) menjelaskan bahwa makanan buah dan sayur baik untuk
memelihara kesehatan gigi dan mencegah terjadinya gigi berlubang, karena
sayur dan buah dapat membantu membersihkan gigi, dan nutrisi. Berdasarkan
tabel pre-test dan post-test diatas, diperoleh hasil sangat setuju sebesar 48
siswa dan 51 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi

SDN 1 Pamijen telah menyadari jika mengkonsumsi buah dan sayur
bermanfaat untuk menyehatkan gigi.
2. Pernyataan positif dengan skor terendah
Pernyataan nomor 21: saya mau ke dokter gigi satu kali dalam setahun untuk
memeriksakan gigi.
Tabel 4.61 Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai
Kebiasaan ke Dokter Gigi 1 Kali Dalam Setahun Untuk Memeriksakan Gigi
Sumber :
Data
Primer
Praktek
Lapangan
Rural

2014

Validasi

Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
34
42.5
Setuju
27
33.8
Ragu-ragu7
8.8
Ragu-ragu
Tidak Setuju
8
10.0
Sangat Tidak
4
5.0

Setuju
Total
80
100.0

Persentase
Validasi
42.5
33.8
8.8

Persentase
Kumulatif

10.0
5.0

42.5
76.3
85.0

95.0
100.0

100.0

Tabel 4.62 Diskripsi Post-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai
Kebiasaan ke Dokter Gigi 1 Kali Dalam Setahun Untuk Memeriksakan Gigi
Frekuensi Persentase
Validasi Sangat Setuju 23
28.8
Setuju
29
36.3
Ragu-ragu- 1
1.3
Ragu-ragu
Tidak Setuju 24
30.0
Sangat Tidak 3
3.8

Setuju
Total
80
100.0

Persentase
Validasi
28.8
36.3
1.3

Persentase
Kumulatif
28.8
65.0
66.3

30.0
3.8


96.3
100.0

100.0

Sumber: Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Kunjungan ke dokter gigi dalam 6 bulan sekali perlu dilakukan dengan tujuan
untuk pencegahan kerusakan gigi yang lebih parah, penyakit gusi, penyakit
jaringan pendukung gigi, maupun untuk mengetahui kelainan rongga mulut

yang mungkin tidak dapat terlihat langsung (Rahmadhan, 2010). Berdasarkan
tabel pre-test dan post-test diatas, diperoleh hasil sebanyak 4 siswa dan 3
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa-siswi SDN 1
Pamijen tidak menyadari kebutuhan periksa ke dokter gigi dalam rentang
waktu 6 bulan sekali.
3. Pernyataan negatif dengan skor tertinggi
Pernyataan nomor 40: saya selalu rajin menyikat gigi agar rapi.
Tabel 4.63. Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Rajin
Menyikat Gigi agar Gigi Rapi

Persentase
Validasi Sangat

Frekuensi Persentase
48
60.0

Setuju
Setuju
Tidak Setuju
sgt tdksetuju
Total

30
1
1
80

Persentase


Validasi
60.0

Kumulatif
60.0

37.5
1.3
1.3
100.0

97.5
98.8
100.0

37.5
1.3
1.3
100.0

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Tabel 4.64. Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Rajin
Menyikat Gigi agar Gigi Rapi

Persentase
Frekuensi Persentase Validasi

Persentase
Kumulatif

Validasi Sangat
Setuju

47

58.8

58.8

58.8

Setuju

28

35.0

35.0

93.8

Ragu-ragu

1

1.3

1.3

95.0

Tidak Setuju 3

3.8

3.8

98.8

sgt tdksetuju 1

1.3

1.3

100.0

Total

100.0

100.0

80

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Menjaga kebersihan rongga mulut, salah satunya dengan menyikat gigi, bertujuan
untuk membersihkan plak, membersihkan bakteri lunak yang menempel pada gigi
agar dapat tidak menyebabkan gigi berlubang dan penyakit pada jaringan pendukung
gigi (Wong dkk, 2008). Berdasarkan tabel pre-test dan post-test diatas,

diperoleh hasil sebanyak 48 siswa dan 47 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian siswa-siswi SDN 1 Pamijen belum menyadari fungsi yang dapat
diperoleh dari menyikat gigi.
4. Pernyataan negatif dengan skor terendah
Pernyataan nomor 38: Saya menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur.
Tabel 4.65. Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Kebiasaan
Menyikat Gigi setelah Makan Pagi dan Sebelum Malam
Frekuensi Persentase

Persentase
Validasi

Persentase
Kumulatif

Validasi Setuju

33

41.3

41.3

41.3

Sangat
Setuju

47

58.8

58.8

100.0

Total

80

100.0

100.0

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Tabel 4.66. Diskripsi Post-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai
Kebiasaan Menyikat Gigi setelah Makan Pagi dan Sebelum Malam

Persentase
Validasi

Persentase
Kumulatif

1.3

1.3

1.3

Frekuensi Persentase
Validasi Sangat Tidak 1
Setuju
Ragu-ragu

2

2.5

2.5

3.8

Setuju

27

33.8

33.8

37.5

Sangat Setuju 50

62.5

62.5

100.0

Total

100.0

100.0

80

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pH dalam rongga mulut akan
kembali normal dibutuhkan waktu sekitar 20-30 menit setelah mengkonsumsi
karbohidrat. Apabila menyikat gigi dilakukan langsung setelah sarapan, maka
pH dalam rongga mulut masih berada dalam kondisi asam. Hal ini akan
menyebabkan mudahnya kerusakaan permukaan gigi. Oleh karena itu, waktu
menyikat gigi yang baik adalah pagi 30 menit setelah sarapan dan malam hari
sebelum tidur (Maulani, 2005). Berdasarkan tabel pre-test dan post-test
diatas, diperoleh hasil sebanyak 47 siswa dan 50 siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa hampir seluruh siswa-siswi SDN 1 Pamijen menyadari waktu yang
tepat untuk menyikat gigi adalah setelah sarapan dan sebelum tidur malam.

5. Pernyataan positif yang signifikan
Pernyataan nomor 39: saya akan mengganti sikat gigi saya yang sudah mekar.
Tabel 4.67. Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Kebiasaan
Mengganti Sikat Gigi yang Sudah Mekar
Frekuensi Persentase

Persentase
Validasi

Persentase
Kumulatif

Validasi Sangat Tidak
Setuju

1

1.3

1.3

1.3

Tidak Setuju

2

2.5

2.5

3.8

Ragu-ragu

4

5.0

5.0

8.8

Setuju

40

50.0

50.0

58.8

Sangat Setuju

33

41.3

41.3

100.0

Total

80

100.0

100.0

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Tabel 4.68. Diskripsi Post-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai
Kebiasaan Menggati Sikat Gigi yang Sudah Mekar

Persentase
Frekuensi Persentase Validasi
Validasi Sangat Tidak 1
Setuju

Persentase
Kumulatif

1.3

1.3

1.3

Ragu-ragu

2

2.5

2.5

3.8

Setuju

27

33.8

33.8

37.5

Sangat Setuju 50

62.5

62.5

100.0

Total

100.0

100.0

80

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Mengganti sikat gigi dengan yang baru hendaknya saat sikat sudah rusak, saat
sikat kehilangan kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik
ataupun sudah berusia tiga bulan. Jika sebelum tiga bulan tetapi sikat gigi
sudah rusak, berarti cara menyikat gigi yang dilakukan terlalu keras. Oleh
karena itu, tekanan yang digunakan perlu dikurangi (Rahmadhan, 2010).
Berdasarkan tabel pre-test dan post-test diatas, diperoleh hasil sebanyak 33
siswa dan 50 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
signifikan yaitu sebanyak 17 siswa yang menyadari pentingnya mengganti
sikat gigi yang sudah rusak.
6. Pernyataan negatif yang signifikan
Pernyataan nomor 27: saya minum es terlalu sering akan menimbulkan rasa
ngilu pada gigi.
Tabel 4.69. Diskripsi Pre-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Minum Es
Terlalu Sering Akan Menimbulkan Rasa Ngilu Pada Gigi

Persentase
Frekuensi Persentase Validasi
Validasi

Persentase
Kumulatif

Sangat Tidak
Setuju

22

27.5

27.5

27.5

Tidak Setuju

26

32.5

32.5

60.0

Ragu-raguRagu-ragu

2

2.5

2.5

62.5

Setuju

19

23.8

23.8

86.3

Sangat Setuju

11

13.8

13.8

100.0

Total

80

100.0

100.0

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Tabel 4.70. Diskripsi Post-test Sikap Siswa SDN 1 Pamijen Mengenai Minum
Es Terlalu Sering Akan Menimbulkan Rasa Ngilu Pada Gigi

Persentase
Frekuensi Persentase Validasi

Persentase
Kumulatif

Validasi Sangat Tidak
Setuju

10

12.5

12.5

12.5

Tidak Setuju

29

36.3

36.3

48.8

Ragu-raguRagu-ragu

4

5.0

5.0

53.8

Setuju

22

27.5

27.5

81.3

Sangat Setuju 15

18.8

18.8

100.0

Total

100.0

100.0

80

Sumber : Data Primer Praktek Lapangan Rural 2014

Rasa ngilu yang timbul saat mengonsumsi makanan atau minuman dengan
suhu yang terlalu ekstrim dapat dikarenakan gigi sensitif. Gigi sensitif
disebabkan oleh terkikisnya lapisan enamel sehingga udara atau saliva dapat
kontak langsung dengan ruang syaraf yang berada di lapisan dentin. Selain
itu, dapat juga disebabkan oleh gusi yang menurun sehingga permukaan akar
gigi terlihat (Sallika, 2010). Berdasarkan tabel pre-test dan post-test diatas,
diperoleh hasil sebanyak 11 siswa dan 15 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan yang terjadi tidak sidak signifikan karena jumlah peningkatan
hanya sedikit yaitu 4 siswa.

Marotz, L.R., 2012, Health, Safety, and Nutrition for TheYoung Child,

Ed.9,

Cencage, Stamford.
Maulani, C., 2005, Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua dalam Merawat
dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-anaknya, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Rahmadhan, A.G., 2010, Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Cet. 1, Bukune,
Jakarta.
Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilsn, D., Winkelstein, M. L., Schwartz, P., 2008, Buku
AjarKeperawatan Pediatrik Wong, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Sallika, N. S., 2010, Serba-serbi Kesehatan Perempuan, EGC, Jakarta.