BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  4.1. Gambaran Umum Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat adalah perwakilan dari cabang pelabuhan Malahayati di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero). Status Pelabuhan Jetty adalah pelabuhan yang diusahakan, terbuka untuk perdagangan dalam dan luar negeri dengan status tidak wajib pandu (pandu luar biasa).

  ’

  Pelabuhan Jetty Meulaboh terletak di Pantai Barat Aceh pada posisi 04 - 07 - 07”

  ’

  LU dan 96 - 08 - 04” BT. Secara adminitratif pelabuhan ini berada di Kabupaten Aceh Barat berjarak 241.5 km dari Banda Aceh Ibu Kota Provinsi Aceh.

  Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat memiliki batasan lokasi sebagai berikut:

  1. Sebelah utara berbatasan dengan samudera hindia

  2. Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Suak Indrapuri

  3. Sebelah barat berbatasan dengan Gampong Suak Indrapuri

  4. Sebelah timur berbatasan dengan Gampong Padang Seurahet Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat merupakan pelabuhan umum baru menggantikan pelabuhan umum lama bernama Pelabuhan Ferry. Pelabuhan Jetty

  Meulaboh dibangun pada tahun 2006 didonori oleh Pemerintah Singapura,

  

Singapura Red Cross Society (SRCS) dan Temasek Holdings Pte,Ltd. Hal ini

  dikarenakan pelabuhan umum lama sebelumnya terjadi kerusakan berat pada saat terjadinya gempa dan tsunami pada 26 Desember 2014, sehingga kegiatan di pelabuhan umum lama (Ferry) Meulaboh mengalami kendala dengan fasilitasnya.

  Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat memiliki kedalaman minimum 6 m

  

Lws dan kedalaman maksimum 9 m Lws, fisik dermaga 95 m, Kap. Sandar 3.000

  DWT, daya tampung 30 Ton/m, trestle 27.5 x 12 m, kemampuan 3 Ton Causeway

  2

  12 x 145 m, bolder 5 buah, mouring bouy 2 buah, dan luas gudang 575 m serta

  2 luas tanah area pelabuhan 3.513 m .

  Lintas sektor terkait atau stakeholder yang selama ini ada Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat yaitu institusi KP3 (Kesatuan Polisi Penjaga Pelabuhan), Dinav, (Distrik Navigasi), Imigrasi, Karantina, TKBM (Tenaga Kerja Bongkat Muat), Perusahaan Perbaikan Kapal, Perusahaan Bunker, Tally Comp, Bank, PBM (Pekerja Bongkar Muat), Pelayaran, ADPEL (Admistrator Pelabuhan), KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) dan Bea Cukai.

  Proses pelayaran kapal dan barang yang ada di Pelabuhan Jetty Meulaboh terkait dengan bongkar muat (TKBM) dilaksanakan oleh PT. TKBM Arong Samudera Berjaya dan PT. Bahtera Adhi Guna. Secara keseluruhan ke dua perusahaan tersebut memiliki 115 orang pekerja yang dibagi menjadi 88 orang bekerja sebagai tenaga bongkar muat pada PT. TKBM Arong Samudera Berjaya dan 27 orang bekerja sebagai tenaga kerja bongkar muat pada PT. Bahtera Adhi Guna, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Nama Perusahaaan Pelayaran Kapal dan Jumlah Tenaga Bongkar Buat Muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  N Nama Perusahaan Frekuensi % o

  1 PT. TKBM Arong Samudera Berjaya

  88 Orang

  76.5

  2 PT. Bahtera Adhi Guna

  27 Orang

  23.5 Jumlah 115 Orang 100.0

  Sumber: Data TKBM Pelabuhan Jetty (2016)

  Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat diketahui tenaga bongkar muat lebih banyak bekerja pada PT TKBM Arong Samudera Berjaya dengan jumlah 88 orang (76.5 %) dibandingkan tenaga bongkar muat yang bekerja pada PT. Bahtera Adhi Guna 27 orang (23.5 %).

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Data Karakteristik Responden

  Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan mulai tanggal 17 sampai dengan 23 Mei 2016 di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat terhadap 53 responden penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan lama bekerja sebagai berikut sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Umur Responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Umur Frekuensi % 1 32 - 34 Tahun

  19

  35.8 2 35 - 37 Tahun

  15

  28.3 3 38 - 40 Tahun

  10

  18.9 4 41 - 43 Tahun

  6

  11.3 5 44 - 46 Tahun

  1

  1.9 6 47 - 49 Tahun

  2

  3.8 Total 53 100.0

  Data Sekunder (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat berdasarkan usianya maka responden dengan usia 32- 34 tahun berjumlah 19 orang (35.8 %), usia 35-37 tahun berjumlah 15 orang (28.3 %), usia 38-40 tahun berjumlah 10 orang (18,9 %), usia 41-43 tahun berjumlah 6 orang (11.3 %), usia 44-46 tahun berjumlah 1 orang (1.9 %) dan usia 47-49 tahun berjumlah 2 orang (3.8 %).

Tabel 4.3 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Pendidikan Responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Pendidikan Frekuensi %

  1 SD

  9

  17.0

  2 SMP

  14

  26.4

  3 SMA

  23

  43.4

  4 SMK

  7

  13.2 Total 53 100.0

  Data Sekunder (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat berdasarkan pendidikannya maka responden dengan pendidikan SD berjumlah 9 orang (17.0 %), pendidikan SMP 14 orang (26.4 %), pendidikan SMA berjumlah 23 orang (43.4 %) dan pendidikan SMK berjumlah 7 orang (13.2 %).

Tabel 4.4 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Lama Kerja Responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Lama Kerja Frekuensi %

  1

  8 Tahun

  19

  35.8

  2

  9 Tahun

  23

  43.4

  3

  10 Tahun

  6

  11.3

  4

  11 Tahun

  5

  9.4 Total 53 100.0

  Data Sekunder (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat berdasarkan lama kerja responden, maka responden yang telah bekerja selama 8 tahun berjumlah 19 orang (35.8 %), responden yang bekerja selama 9 tahun berjumlah 23 orang (43.4 %), responden yang bekerja selama 10 tahun berjumlah 6 (11.3 %) orang dan responden yang bekerja selama 5 tahun berjumlah 5 orang (9.4 %).

4.2.2. Data Univariat

  Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan mulai tanggal 17 sampai dengan 23 Mei 2016 di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat terhadap 53 responden penelitian diperoleh data distribusi pengetahuan, sikap, pelatihan, ketersediaan APD, pengawasan dan penggunaan APD sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data Distribusi Pengetahuan Responden yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh

  Barat

  No Pengetahuan Frekuensi %

  1 Baik

  22

  41.5

  2 Kurang

  31

  58.5 53 100.0

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 responden (41.5 %) dan responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 31 responden (58.5 %).

Tabel 4.6 Data Distribusi Sikap Responden yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Sikap Frekuensi %

  1 Positif

  20

  37.7

  2 Negatif

  33

  62.3 53 100.0

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan memiliki sikap positif sebanyak 20 responden (37.7 %) dan responden yang dinyatakan memiliki sikap negatif sebanyak 33 responden (62.3 %).

Tabel 4.7 Data Distribusi Pelatihan Responden yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Pelatihan Frekuensi %

  1 Pernah

  21

  39.6

  2 Tidak Pernah

  32

  60.4 53 100.0

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan pernah mengikuti pelatihan APD sebanyak 21 responden (39.6 %) dan responden yang dinyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan APD sebanyak 32 responden (60.4 %).

Tabel 4.8 Data Distribusi Ketersediaan APD yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Ketersediaan APD Frekuensi %

  1 Ada

  22

  41.5

  2 Tidak Ada

  31

  58.5 53 100.0

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang menyatakan ada ketersediaan APD sebanyak 22 responden (41.5 %) dan responden yang menyatakan tidak ada ketersediaan APD sebanyak 31 responden (58.5 %).

Tabel 4.9 Data Distribusi Pengawasan APD yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Pengawasan Frekuensi %

  1 Baik

  19

  35.8

  2 Kurang

  34

  64.2 53 100.0

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang menyatakan pengawasan baik sebanyak 19 responden (35.8 %) dan responden yang menyatakan pengawasan kurang sebanyak 34 responden (64.2 %).

Tabel 4.10 Data Distribusi Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  No Penggunaan APD Frekuensi %

  1 Lengkap

  20

  37.7

  2 Tidak Lengkap

  33

  62.3 53 100.0

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan lengkap menggunakan APD sebanyak 20 responden (37.7 %) dan responden yang dinyatakan tidak lengkap menggunakan APD sebanyak 33 responden (62.3 %).

4.2.3. Data Bivariat

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Penggunaan APD Jumlah OR

  Tidak Pengetahuan Lengkap P.Value

  Lengkap 95% CI n % n % F %

  36. Baik

  14

  63.6

  8 22 100

  4

  7.2 80. Kurang

  6

  19.4

  25 31 100 0.003

  6 (2.1-25.3) 62.

  20

  37.7

  33 53 100

  3 Data Primer (Diolah Tahun 2016) Dari tabel di atas menunjukkan distibusi tabel silang antara pengetahuan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 22 responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan baik terdapat 14 responden (63.6.6 %) lengkap menggunakan APD dan 8 responden (36.4 %) tidak lengkap menggunakan APD. Sedangkan dari 31 responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan kurang terdapat 6 responden (19.4 %) lengkap menggunakan APD dan 25 responden (80.6 %) tidak lengkap menggunakan APD.

  Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara pengetahuan dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.003 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) artinya pengetahuan merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden dengan pengetahuan kurang akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.

Tabel 4.12 Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Penggunaan APD OR

  Jumlah P.Value Tidak

  95% CI Sikap Lengkap

  Lengkap n % n % f % Positif

  13

  65.0

  7

  35.0 20 100

  6.8 Negatif

  7

  21.2

  26

  78.8 33 100 0.004 (1.9-23.8)

  20

  37.7

  33

  62.3 53 100

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara sikap dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 20 responden yang dinyatakan memiliki sikap positif terdapat 13 responden (65.0 %) lengkap menggunakan APD dan 7 responden (35.0 %) tidak lengkap sikap negatif terdapat 7 responden (21.2 %) lengkap menggunakan APD dan 26 responden (78.8 %) tidak lengkap menggunakan APD.

  Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara sikap dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.004 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan sikap dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 6.8 dan 95 % CI (1.9-23.8) artinya sikap merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang memiliki sikap negatif akan beresiko 6.8 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif.

Tabel 4.13 Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Penggunaan APD OR

  Jumlah P.Value Tidak

  95% CI Pelatihan Lengkap

  Lengkap n % n % f % Pernah

  14

  66.7

  7

  33.3 21 100

  8.6 Tidak Pernah

  6

  18.8

  26

  81.3 32 100 0.001 (2.4-30.8)

  20

  37.7

  33

  62.3 53 100

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara pelatihan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 21 responden yang dinyatakan pernah mengikuti pelatihan APD terdapat 14 responden (66.7 %) lengkap menggunakan APD dan 7 responden (33.3 %) tidak lengkap menggunakan APD. Sedangkan dari 32 responden yang dinyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan APD terdapat 6 responden (18.8 %) lengkap menggunakan APD dan 26 responden (81.3 %) tidak lengkap menggunakan APD.

  Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara pelatihan dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.001 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan pelatihan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 8.6 dan 95 % CI (2.4-30.8) artinya pelatihan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan APD akan beresiko 8.6 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang pernah mengikuti pelatihan APD.

Tabel 4.14 Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Penggunaan APD Jumlah OR

  Ketersediaan Tidak Lengkap P.Value

  APD Lengkap 95% CI n % n % f %

  Ada

  14

  63.6

  8

  36.4 22 100

  7.2 Tidak

  6

  19.4

  25

  80.6 31 100 0.003 (2.1-25.3)

  20

  37.7

  33

  62.3 53 100

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 22 responden yang menyatakan ada ketersediaan APD terdapat 14 responden (63.6%) lengkap menggunakan APD dan 8 responden (36.4 %) tidak lengkap menggunkan APD. Sedangkan dari 31 responden yang menyatakan tidak ada ketersediaan APD terdapat 6 responden (19.4 %) lengkap menggunakan APD dan 25 responden (80.6 %) tidak lengkap menggunakan APD.

  Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara ketersediaan dengan penggunaan APD hubungan ketersediaan APD dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) artinya ketersediaan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak ada ketersediaan APD akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada ketersediaan APD.

Tabel 4.15 Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Penggunaan APD Jumlah OR

  Tidak P.Valu Pengawasan Lengkap

  Lengkap e 95% CI n % n % f % Baik

  13

  68.4

  6

  31.6 19 100

  8.3 Kurang

  7

  20.6

  27

  79.4 34 100 0.002 (2.3-29.9)

  20

  37.7

  33

  62.3 53 100

  Data Primer (Diolah Tahun 2016)

  Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara pengawasan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 19 responden yang menyatakan pengawasan baik terdapat 13 responden (68.4 %) lengkap menggunakan APD dan 6 responden (31.6 %) tidak lengkap menggunakan APD. Sedangkan dari 34 responden yang menyatakan pengawasan kurang terdapat 7 responden (20.6 %) lengkap menggunakan APD dan 27 responden (79.4 %) tidak lengkap menggunakan APD.

  Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara pengawasan dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.002 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan pengawasan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 8.3 dan 95 % CI (2.3-29.9) artinya tidak ada pengawasan APD akan beresiko 8.3 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada pengawasan APD.

4.3. Pembahasan

  

4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat

  Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 25 responden (80.6 %) dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 8 responden (36.4 %).

  Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

  

P.Value = 0.003 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan

  penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) maka pengetahuan merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden dengan pengetahuan kurang akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

  Asumsi peneliti dalam penelitian ini bahwa aktifitas bongkar muat di

pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya

kecelakaan kerja pada pekerja yang memiliki pengetahuan kurang. Padahal semua

akitifitas pekerja mulai dari aktifitas pejalan kaki, aktifitas peralatan bergerak,

aktifitas penanganan bongkar muat, aktifitas bekerja pada ketinggian, aktifitas

keselamatan kapal, aktifitas teknik dan aktifitas isolasi di restricted area pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat diwajibkan menggunakan APD. Adapun APD yang disediakan oleh perusahaan dengan jumlah yang cukup untuk pekerja berupa sepatu boat, masker, sarung tangan, baju processing, dan pelampung yang digunakan oleh karyawan pada saat mereka bekerja.

  Kurangnya pengetahuan dalam penggunaan APD pada saat bekerja

  merupakan salah satu faktor rendahnya penggunaan APD oleh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat. Oleh karena itu, menurut peneliti untuk meningkatkan pengetahuan pekerja tentang penggunaan APD, perlu adanya penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan APD secara rutin, agar pengetahuan pekerja meningkat lebih baik, sehingga dengan adanya pelatihan tersebut, maka pekerja dapat terhindar dari penyakit kerja. Selanjutnya dengan pengetahuan tentang APD, akan menimbulkan kesadaran pekerja untuk menggunakan APD.

  Menurut Suma’mur (2006) bahwa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu metode pencegahan kecelakaan kerja, yang digunakan pada saat bekerja, dimana terdapat dalam waktu singkat dan pada jarak dekat dengan bahan pencemar dalam konsentrasi yang membahayakan. Selanjutnya menurut H.W. Heinrich (1980) yang dikutip oleh Haryono (2007) mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman, sehingga pengendaliannya harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman dalam hal ini adalah perilaku tenaga kerja terhadap penggunaan APD.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rawan Ahmad (2012) bahwa terdapat hubungan pengetahuan pekerja dengan praktik penggunaan APD dimana nilai P.Value = 0.004 atau P < 0.05. Data menunjukkan bahwa pekerja yang berpengetahuan baik, cenderung mempraktikkan penggunaan APD secara lengkap. Sedangkan pekerja yang berpengetahuan kurang, cenderung mempraktikkan penggunaan APD tidak lengkap. Hal ini terlihat pada data bahwa 53,4 % responden yang berpengetahuan baik, mempraktikkan penggunaaan APD secara lengkap. Sedangkan pada responden berpengetahuan kurang, hanya 33,3 % yang melakukannya.

  

4.3.2. Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat

  Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 26 responden (78.8 %) dibandingan pada responden yang memiliki sikap positif sebanyak 7 responden (35.0 %).

  Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

  

P.Value = 0.004 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan sikap dengan

  penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 6.8 dan 95 % CI (1.9-23.8) maka sikap merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang memiliki sikap negatif akan beresiko 6.8 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

  Asumsi peneliti dalam penelitian ini berkaitan sikap negatif pada sebagian besar tenaga kerja bongkar buat dalam penggunaan APD karena pekerja sudah terbiasa tidak menggunakan APD. Selain itu, sikap negatif ini timbul karena disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti masih rendahnya pengetahuan tenaga kerja, sebab apabila pekerja tidak mengetahui tentang APD dapat berpengaruh terhadap perubahan sikapnya, meskipun APD yang disediakan oleh perusahaan sudah cukup memadai untuk tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

  Menurut Alport dalam Notoatmodjo (2012), dijelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap akan membawa pekerja untuk berusaha supaya tidak terkena penyakit akibat kerja.

  Sikap seseorang akan timbul karena dipengaruhi oleh bantuan fisik dan bantuan mental. Bantuan mental seperti perintah harus berangsur-angsur dikurangi dan ditukar dengan pengarahan berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam kerja harus bersifat terus-menerus. Pekerja yang bekerja di tempat yang high risk memerlukan Alat Pelindung Diri untuk mengurangi terpaparnya suatu penyakit atau mencegah kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja, hal ini akan terus dilakukan karena merupakan suatu kebutuhan (Tarwaka, 2008).

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rawan Ahmad (2012) bahwa terdapat hubungan sikap pekerja dengan praktik penggunaan APD pada PT Harta Samudra Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon di mana nilai P.Value = 0.002 atau P < 0.05. Penelitian tersebut menekankan data bahwa data menunjukkan yang pekerja memiliki sikap positif terhadap penggunaan APD, tidak menjamin akan mempraktikkan pengunaan APD saat bekerja. Data sebanyak 60,5% pekerja yang bersikap positif dan tidak menggunakan APD secara lengkap saat bekerja pada PT Harta Samudra Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon.

  

4.3.3. Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat

  Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan penggunaan APD sebanyak 26 responden (81.3 %) dibandingan dengan responden yang pernah mengikuti pelatihan penggunaan APD sebanyak 7 responden (33.3 %).

  Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

  

P.Value = 0.001 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan pelatihan dengan

  penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 8.6 dan 95 % CI (2.4-30.8) maka pelatihan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan APD akan beresiko 8.6 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang pernah mengikuti pelatihan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

  Asumsi peneliti berkaitan dengan pelatihan penggunaan APD, bahwa kurangnya peran dari perusahaan dalam memberikan pelatihan merupakan penyebab dari rendahnya pengetahuan dan sikap sebagian besar tenaga kerja bongkar buat yang bekerja di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat, sehingga tenaga kerja pun tidak menggunakan APD sebagai alat perlindungan diri terhadap bahaya kecelakaan atau penyakit yang ditimbulkan akibat kerja.

  Pelatihan tentang APD merupakan salah satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku penggunaan APD oleh karena itu pelatihan tentang APD sangat penting peranannya untuk meningkatkan penggunaan APD saat bekerja. Media yang digunakan dalam pelatihan dapat berupa leaflet, poster, atau bisa dilakukan dengan suatu pelatihan khusus untuk karyawan di bagian produksi yang memang sangat membutuhkan pengetahuan tersebut. Dengan diberikannya pelatihan, pekerja akan lebih memahami dan dapat berperilaku sehat, baik di dalam tempat kerja maupun di luar tempat kerja (Tarwaka, 2008).

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Candra dan Ruhyandi (2008) di mana pemberian pelatihan atau pendidikan kesehatan tentang APD berpengaruh terhadap kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD. Hasil penelitian Candra dan Ruhyandi didapatkan hasil P.Value 0,039 atau P < 0,05 maka ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan atau pelatihan tentang APD terhadap kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat.

  

4.3.4. Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat

  Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak ada ketersediaan APD sebanyak 25 responden (80.6 %) dibandingkan dengan responden yang ada ketersediaan APD sebanyak 8 responden (36.4 %)

  Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

  

P.Value = 0.003 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan ketersediaan APD dengan penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1- 25.3) maka ketersediaan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD.

  Responden yang tidak ada ketersediaan APD akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada ketersediaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

  Asumsi peneliti terhadap terkait dengan ketersediaan APD yang disediakan oleh perusahaan di Pelabuhan Jetty di tempat kerja yaitu sarung tangan, kacamata pelindung, masker, earplug, sepatu keselamatan (safety shoes) dan yang lainnya. Dari penelitian ini jawaban responden yang terbanyak menjawab kelengkapan APD tidak ada, mempunyai arti bahwa tidak semua tenaga kerja bongkar muat menggunakan fasilitas APD secara lengkap, mungkin terdapat tenaga kerja yang memakai hanya dua APD dari APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Hal tersebut menurut peneliti karena tenaga pekerja bongkat muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat masih belum memiliki pengetahuan yang baik dan sikap positif terkait dengan penggunaan APD dan keselamatan dan kesehatan kerja dirinya.

  Menurut Tarwaka (2008) pada dasarnya perusahaan telah menyediakan APD untuk pekerja namun APD yang disediakan tidak dipergunakan oleh pekerja secara maksimal, misalnya saja di bagian penyediaan APD pekerja hanya menggunakan sarung tangan untuk melindungi diri dari kecelakaan. Perusahaan menyediakan APD dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikasi. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan syarat tersebut, harus diperhatikan faktor pertimbangan dimana APD harus (1) enak dan nyaman dipakai, (2) tidak mengganggu ketenangan pekerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja, (3) memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya atau potensi bahaya, (4) memenuhi syarat estetika, (5) memperhatikan efek samping penggunaan APD dan (6) mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga terjangkau

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faizah (2013) bahwa ada hubungan antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD pada tenaga kerja Technical Services Department PT Inocement Tunggal Prakasa Cirebon di mana diperoleh nilai P.Value = 0.005 atau P < 0.05. Penelitian ini menunjukkan bahwa di perusahaan tersebut kurang ketersediaan APD, sehingga dalam praktiknya tenaga kerja tidak menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.

  

4.3.5. Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat

  Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak ada pengawasan sebanyak 27 responden (79.4 %) dibandingkan dengan responden yang ada pengawasan sebanyak 6 responden (31.6 %).

  Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

  

P.Value = 0.002 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan pengawasan dengan

  penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 8.3 dan 95 % CI (2.3-29.9) maka pengawasan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak ada pengawasan APD akan beresiko 8.3 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada pengawasan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

  Asumsi peneliti dalam penelitian ini pada pengawasan tenaga kerja dengan penggunaan APD bahwa menurut peneliti sebagian besar pekerja belum menyadari akan pentingnya APD sebagai upaya untuk melindungi diri dari potensi bahaya di tempat kerja. Dalam pelaksanaannya di lapangan sebagian besar tenaga kerja tidak memakai alat pelindung diri yang telah ditentukan dan disediakan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan belum maksimalnya pengawasan yang dilakukan pengawas terhadap pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri sehingga area pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat yang wajib APD belum benar-benar memberikan perlindungan yang efektif terhadap tenaga kerja.

  Menurut Tarwaka (2008), pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang diharapkan dalam hal kepatuhan penggunaan APD, walaupun pengawasan telah dilakukan namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pekerja. Dengan demikian keberadaan pengawasan diperusahaan tidak mempengaruhi pekerja dalam hal penggunaan APD.

  Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeny (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD di pada pekerja di Unit Stamping PT. IPPI di mana diperoleh nilai P.Value = 0,043 atau P < 0,05. Meskipun pengawasan sudah dilakukan setiap hari oleh tim pengawas, namun sikap pekerja di Unit Stamping PT. IPPI yang menganggap tim pengawas sebagai rekan kerja (teman) sehingga kurang disegani. Pengawasan itu tidaklah perlu berupa kehadiran fisik tugas melainkan cukup rasa takut terhadap sanksi yang berlaku, kegiatan tersebut artinya bahwa tindakannya dilakukan selama masih ada pengawasan petugas, tetapi begitu pengawasan kurang maksimal maka perilaku itu pun ditinggalkan.