BAB I PROFIL RUMAH SAKIT

(1)

BAB I

PROFIL RUMAH SAKIT

A. Profil Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Keberadaan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang berdiri di salah satu kawasan hijau (area resapan) Ibukota Jakarta ini sebenarnya dimulai semenjak era akhir dari Pemerintahan Sukarno. Pada periode sekitar 1960-1965, Indonesia memiliki hubungan bilateral yang ekstensif dengan beberapa negara Blok Timur, salah satunya dengan yang terbesar yaitu Negara Rusia. Sebagai bagian dari hubungan kedua negara saat itu yang erat; Pemerintah Rusia memberikan bantuan dan kerjasama dalam banyak bidang, yang salah satunya adalah mendirikan rumah sakit di kawasan Jakarta Timur yang dikenal sebagai Rumah Sakit (RS) Persahabatan. Nama “persahabatan” pun dipilih secara simbolik untuk menggambarkan adanya hubungan yang mesra antara kedua negara pada zaman itu.

Pembangunan RSUP Persahabatan di Rawamangun Jakarta Timur, dimulai pada tahun 1961, berjalan selama 3 tahun, dan dipimpin langsung oleh para insinyur Rusia. Penyerahan bantuan rumah sakit secara resmi oleh Pemerintah Rusia kepada Pemerintah Indonesia dilakukan pada tanggal 7 November 1963. Tanggal tersebut kemudian dikenal sebagai hari jadi RS Persahabatan, yang setiap tahun dirayakan secara resmi dengan kehadiran wakil pemerintahan Indonesia (biasanya Menteri Kesehatan RI), perwakilan beberapa negara sahabat Indonesia, dan tentu saja kehadiran pemerintah Rusia (perwakilan dari Kedutaan Besar Rusia) sebagai tamu tetap.

Setelah penyerahan resmi di tahun 1963 hingga saat ini RSUP Persahabatan mengalami berbagai perkembangan dalam hal perbaikan fasilitas yang semakin moderen dan peningkatan fungsinya sebagai pusat pelayanan kesehatan, sehingga sekarang diakui dan menjadi Rumah Sakit terbaik dalam pelayanan kesehatan di bidang respirasi (pernapasan) di Indonesia. Kita dapat membagi pertumbuhan dan perkembangan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan ke dalam 6 periode, sebagai berikut:

Periode I (1963 – 1975)

Pada periode awal ini RS Persahabatan merupakan rumah sakit cabang (satelit) dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tenaga-tenaga medis yang bekerja di RS Persahabatan pada periode ini terdiri atas dokter ahli (spesialis) dan para dokter asisten dari RSCM-FKUI dan dokter ahli dari Rusia. Setelah peristiwa G30SPKI, sesuai kebijakan Orde Baru, semua tenaga dokter ahli dari Rusia dikembalikan ke negaranya.


(2)

Oleh karena RSCM merupakan rumah sakit pendidikan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), maka secara otomatis RS Persahabatan pun menjadi rumah sakit pendidikan FKUI yang notabene adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Hal ini menyebabkan mayoritas dokter yang kemudian bekerja di RS Persahabatan sampai sekarang merupakan lulusan terbaik di bidangnya masing-masing.

Periode II (1975 - 1992

Periode 1975-1992 ditandai dengan adanya perubahan “status” RS Persahabatan menjadi rumah sakit mandiri, lepas dari RSCM, dan selanjutnya menjadi rumah sakit umum (RSU) kelas B-3 wilayah Jakarta Timur. Walaupun demikian, RSU Persahabatan tetap menjadi salah satu rumah sakit pendidikan FKUI, terlepas dari statusnya yang sudah mandiri.

Sebagian dokter yang tadinya berasal RSCM, kemudian mengkhususkan diri, mendalami, dan mengembangkan cabang ilmu kedokteran di bidang respirasi (sistem dan organ pernapasan) – seperti pulmonologi, bedah toraks, patologi respirasi, radiologi respirasi dll. -- akhirnya mampu menjadikan RSU Persahabatan sebagai menjadi rumah sakit rujukan Nasional untuk penyakit paru. Tidak hanya di tingkat Nasional, bahkan WHO memberikan pengakuan Internasional atas pencapaian dokter-dokter RSU Persahabatan dengan menyematkan sertifikasi Laboratorium Kuman Tuberkulosis RSU Persahabatan sebagai salah satu “Collaborating Center” penting WHO.

Periode III (1992 - 2002)

RSU Persahabatan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Swadana sejak tanggal 2 September 1992 dengan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 747/Men.Kes/SK/IX/1992.

Tahun 1997 RSU Persahabatan memperoleh akreditasi penuh dari Departemen Kesehatan RI untuk 5 kegiatan melalui 7 standar pelayanan rumah sakit. Pada periode ini Depkes RI mulai mengarahkan dan menetapkan RSU Persahabatan sebagai rumah sakit yang mengembangkan ilmu kedokteran di bidang respirasi dan rumah sakit rujukan (nasional) untuk kesehatan respirasi. Periode IV ( 2002 - 2005)

Tahun 2002 dengan Peraturan Pemerintah No. 118 tahun 2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan, status RSU Persahabatan berubah menjadi Perusahaan Jawatan. Pada tahun 2005 RSUP Persahabatan telah lulus akreditasi dari Departemen Kesehatan RI untuk 16 standar pelayanan rumah sakit.


(3)

Tahun 2005 dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI, nomor : 1679/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, menyebutkan bahwa RS Persahabatan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Jenderal Bina Pelayanan Medik. Pola pengelolaan keuangan adalah Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan.

Periode VI (2011 - ....

Pada Tanggal 3 Maret 2011 terjadi peningkatan kelas dan fungsi RSUP Persahabatan menjadi rumah sakit Kelas A oleh karena penilaian yang dilakukan Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa “...fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Pusat telah memenuhi persyaratan dan kemampuan pelayanan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas A.”, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514/MENKES/SK/III/2011. Hal ini tidak hanya merupakan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan pelayanan kesehatan yang diberikan RSUP Persahabatan tetapi juga merupakan peningkatan beban tanggungjawab kepada masyarakat untuk senantiasa dapat memberikan tingkat pelayanan kesehatan tertinggi dalam skala kelas rumah sakit rujukan di Indonesia.

VISI dan MISI Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Visi :

Menjadi Rumah Sakit Pusat Respirasi Terkemuka di Asia Pasifik

Misi

: 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

2. Melaksanakan pendidikan, penelitian & pelatihan kedokteran dan tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan pelayanan yang terintegrasi dengan penelitian dan pendidikan dalam bidang kesehatan respirasi.

4. Melaksanakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis yang berstandar internasional.


(4)

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia.

B

.

Rumusan Masalah

a. Apa itu Pneumonia?

b. Bagaimana gejala dan pengobatan Pneumonia?

c. Bagaimana teknik radiografi pada indikasi Pneumonia?

C. Tujuan Penulisan

a. Menyelesaikan tugas laporan makalah tentang kasus pada pemeriksaan radiologi bidang konvensional

b. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Thorax


(5)

BAB III

PEMBAHASAN

A. PNEUMONIA

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446).

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).

Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804)

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus, jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur. Ilustrasi pneumonia atau paru-paru basah

 PENYEBAB PNEUMONIA

Menurut Muttaqin (2008), Pneumonia terbilang penyakit berbahaya karena cara penularannya yang sangat mudah. Penyakit pneumonia dapat menular melalui percikan


(6)

ludah yang menyebar lewat udara saat bersin batuk, ataupun bicara. Pneumonia bukanlah penyakit tunggal.

Penyebabnya bisa bermacam – macam dan diketahui 30 sumber infeksi, dengan 4 sumber utama yaitu :

1. Pneumonia oleh bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Orang – orang dengan gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah orang yang paling beresiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcos pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

2. Pneumonia oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas terutama pada balita, gangguan ini bisa memicu pneumonia.

3. Pneumonia Mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal atau atypical pneumonia.

4. Pneumonia jenis lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur.

Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2005) antara lain :

1. Status gizi bayi

2. Imunisasi tidak lengkap

3. Lingkungan

4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

 GEJALA PNEUMONIA

Tanda-tanda dan gejala pneumonia bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman penyebab, usia penderita dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Tanda-tanda dan gejala pneumonia yang ringan


(7)

sering kali mirip dengan flu atau common cold (sakit demam, batuk-pilek), namun tak kunjung sembuh atau bertahan lama. Ciri-ciri dan gejala pneumonia antara lain:

 Demam, berkeringat dan menggigil

 Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun,  dan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah

 Batuk berdahak tebal dan kentel (lengket)

 Nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk Sesak napas (nafas cepat) Kelelahan dan nyeri otot

 Mual,

 Muntah atau diare

 Sakit kepala

 PENANGANAN dan PENGOBATAN

Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul dan type dari penyebab Pneumonia itu sendiri.

1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat Pneumonia akan kembali diderita.

2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan

pengobatan yang hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.

3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan dengan pemberian antijamur.

Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita Pneumonia bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.


(8)

B. ANATOMI PARU-PARU

Paru-paru merupakan organ yang lunak, spongious dan elastis, berbentuk kerucut ataukonus, terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma, diselubungi oleh membran pleura.Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul di kranial dan basis (dasar)yang melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal. Pembuluh darah paru, bronkus,saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus.

Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru kiri 2 lobus. Lobus pada paru-paru kanan adalah lobus superius, lobus medius, dan lobus inferius. Lobusmedius,lobus inferius dibatasi fissura hori!ontalis" lobus inferius dan medius dipisahkanfissura oblique. Lobus pada paruparu kiri adalah lobus superius dan lobus inferius ygd ipisahkan oleh fissura oblique. Pada paru-paru kiri ada bagian yang menon$ol seperti lidahyang disebut lingula. jumlah segmen pada paruparu sesuai dengan $umlah bronchussegment alis, biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan. Sejalan dgn percabangan bronch segmentales menjadi cabang-cabang yg lebih kecil, segmenta paru dibagi lagi menjadi


(9)

(10)

C. TEKNIK RADIOGRAFI

Teknik radiografi rutin pada indikasi efusi pleura yaitu Thorax proyeksi PA, berikut teknik radiografinya :

 Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan erect/berdiri  Posisi Objek :

 Letakkan garis tengah tubuh pada garis tengah grid

 Sesuaikan kaset untuk memproyeksikan kira-kira 1,5 inch diatas bahu agar terlihat bagian atas tulang-tulang iga

 Istirahatkan tangan pasien pada paha dengan bagian telapak dibelokkan keluar untuk merotasikan scapula jauh dari jangkauan tulang-tulang iga

 Sesuaikan kedua bahu pada bidang transversal yang sama  Mintalah pasien untuk tahan nafas pada saat inspirasi penuh

 Central Ray : Horizontal tegak lurus pada kaset  Central Point : Pada Thoracal ke VI

 FFD : 150 cm

 Kriteria Gambar :

 Foto mencakup keseluruhan thorax  Bagian atas apeks paru tidak terpotong

 Bagian bawah sinus costhoprenicus tidak terpotong  Gambaran diafragma mencapai iga ke – IX

 Kedua os scapula terlempar / tidak superposisi


(11)

D. FOTO RONTGEN PNEUMONIA


(12)

BAB IV

STUDI KASUS

A. Prosedur Pemeriksaan

a). Data Pasien

 Nama Pasien : CP  Umur : 25 tahun  Jenis Kelamin : Perempuan  No. Foto : P.16.09.xxxx  Tanggal : 01 okt 2016  Permintaan Foto : Thorax PA  Klinis : Pneumonia

 Tujuan : Untuk melihat seberapa banyak udara yang berada Pada rongga thorax

b). Prosedur

 Melihat formulir/amprah yang ada diatas meja

 Melihat nama, permintaan foto dan klinis pada amprah  Memanggil nama pasien dengan jelas

 Mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruangan pemeriksaan

 Memastikan kembali bahwa pasien tersebut akan melakukan pemeriksaan tersebut dengan menanyakan nama dan tanggal lahir dari pasien

 Memberitahukan sedikit tentang teknik pemeriksaan yang akan kita lakukan

 Mempersilahkan pasien untuk mengganti baju bagian atas dengan baju paisen yang sudah disediakan, terutama yang memiliki unsur logam

c). Persiapan Alat dan Bahan

 Kaset ukuran 35 x 43 cm  Pesawat DR

 Apron d.) Teknik Radiografi

 Thorax PA :

- Posisi pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan erect - Posisi objek :

- Letakkan garis tubuh pada pertengahan kaset

- Mengatur jarak antar bahu dengan bagian tepi atas pada kaset


(13)

- Kedua pergelangan tangan diletakkan dipanggul, dengan bagian telapaknya dibelokan kearah luar

- Lalu kedua bahu direbahkan ke bagian depan pada stand dan pastikan kedua bahu pada bidang yang sama

- Lalu menginstruksikan kepada pasien untuk Tarik nafas….. tahan

- CR : Tegak lurus pada kaset - CP : Pada c.v thoracalis ke VI

- FFD : 150 cm

- Faktor Eksposi : kV: 57 mAs: 10

- Kriteria Gambar :  Batas atas apeks paru

 Batas bawah sinus costhoprenicus  Kedua os scapula tidak menutupi  Diafragma mencapai hingga iga ke IX  Tampak c.v thoracalis s/d ruas keempat e). Hasil Gambaran Pneumonia

B. Hasil Pengamatan/ ekspertisi

Teknik pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan dasar teori, berdasarkan hasil gambaran yang dihasilkan sudah dapat membantu penegakkan diagnosa oleh dokter. Terlihat dari hasil gambaran bahwa pasien mengidap Pneumonia, karena terdapat cairan dan akan membengkak pada paru-parunya


(14)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

B. Saran

Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat


(15)

DAFTAR PUSTAKA

http://rsuppersahabatan.co.id

http://mediskus.com/penyakit/pneumonia http://paru-paru.com/penyakit-pneumonia/

https://sehati11022012.blogspot.co.id/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html Teknik radiograf chest pada Philip W Ballinger “ Merills atlas of Radiographic positions dan radiologic procedures” edisi ke 10 volume 1. 2003


(1)

C. TEKNIK RADIOGRAFI

Teknik radiografi rutin pada indikasi efusi pleura yaitu Thorax proyeksi PA, berikut teknik radiografinya :

 Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan erect/berdiri  Posisi Objek :

 Letakkan garis tengah tubuh pada garis tengah grid

 Sesuaikan kaset untuk memproyeksikan kira-kira 1,5 inch diatas bahu agar terlihat bagian atas tulang-tulang iga

 Istirahatkan tangan pasien pada paha dengan bagian telapak dibelokkan keluar untuk merotasikan scapula jauh dari jangkauan tulang-tulang iga

 Sesuaikan kedua bahu pada bidang transversal yang sama  Mintalah pasien untuk tahan nafas pada saat inspirasi penuh

 Central Ray : Horizontal tegak lurus pada kaset  Central Point : Pada Thoracal ke VI

 FFD : 150 cm

 Kriteria Gambar :

 Foto mencakup keseluruhan thorax  Bagian atas apeks paru tidak terpotong

 Bagian bawah sinus costhoprenicus tidak terpotong  Gambaran diafragma mencapai iga ke – IX

 Kedua os scapula terlempar / tidak superposisi


(2)

D. FOTO RONTGEN PNEUMONIA


(3)

BAB IV

STUDI KASUS

A.

Prosedur Pemeriksaan

a). Data Pasien

 Nama Pasien : CP

 Umur : 25 tahun

 Jenis Kelamin : Perempuan  No. Foto : P.16.09.xxxx

 Tanggal : 01 okt 2016

 Permintaan Foto : Thorax PA

 Klinis : Pneumonia

 Tujuan : Untuk melihat seberapa banyak udara yang berada Pada rongga thorax

b). Prosedur

 Melihat formulir/amprah yang ada diatas meja

 Melihat nama, permintaan foto dan klinis pada amprah  Memanggil nama pasien dengan jelas

 Mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruangan pemeriksaan

 Memastikan kembali bahwa pasien tersebut akan melakukan pemeriksaan tersebut dengan menanyakan nama dan tanggal lahir dari pasien

 Memberitahukan sedikit tentang teknik pemeriksaan yang akan kita lakukan

 Mempersilahkan pasien untuk mengganti baju bagian atas dengan baju paisen yang sudah disediakan, terutama yang memiliki unsur logam

c). Persiapan Alat dan Bahan

 Kaset ukuran 35 x 43 cm  Pesawat DR

 Apron d.) Teknik Radiografi


(4)

bagian telapaknya dibelokan kearah luar

- Lalu kedua bahu direbahkan ke bagian depan pada stand dan pastikan kedua bahu pada bidang yang sama

- Lalu menginstruksikan kepada pasien untuk Tarik nafas….. tahan

- CR : Tegak lurus pada kaset

- CP : Pada c.v thoracalis ke VI

- FFD : 150 cm

- Faktor Eksposi : kV: 57 mAs: 10 - Kriteria Gambar :

 Batas atas apeks paru

 Batas bawah sinus costhoprenicus  Kedua os scapula tidak menutupi  Diafragma mencapai hingga iga ke IX  Tampak c.v thoracalis s/d ruas keempat e). Hasil Gambaran Pneumonia

B. Hasil Pengamatan/ ekspertisi

Teknik pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan dasar teori, berdasarkan hasil gambaran yang dihasilkan sudah dapat membantu penegakkan diagnosa oleh dokter. Terlihat dari hasil gambaran bahwa pasien mengidap Pneumonia, karena terdapat cairan dan akan membengkak pada paru-parunya


(5)

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

B.

Saran

Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat


(6)

http://rsuppersahabatan.co.id

http://mediskus.com/penyakit/pneumonia http://paru-paru.com/penyakit-pneumonia/

https://sehati11022012.blogspot.co.id/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html

Teknik radiograf chest pada Philip W Ballinger “ Merills atlas of Radiographic positions dan radiologic procedures” edisi ke 10 volume 1. 2003