Rumah Sakit Paru Medan (Arsitektur Hijau)

(1)

RUMAH SAKIT PARU MEDAN

(ARSITEKTUR HIJAU)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490-STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER 2010/2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Aksitektur

OLEH :

NOVITA SARI

070406021

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RUMAH SAKIT PARU MEDAN

(ARSITEKTUR HIJAU)

OLEH : NOVITA SARI

07 04 06 021

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir.Nelson M.Siahaan,Dipl.TP.,M.Arch Beny OY Marpaung,ST,MT,Ph.D ( NIP. 19581127 198701 1 001 ) ( NIP. 19711022 200212 2 001 )

Ketua Departemen Arsitektur

Ir.N.Vinky Rahman, MT (NIP: 19660622 199702 1 001)


(3)

Surat Hasil Penilaian Proyek Tugas Akhir (SHP2A)

Nama : Novita Sari

Nim : 07 0406 021

Judul Proyek : Rumah Sakit Paru Medan Tema : Arsitektur Hijau

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan : No. Status Waktu

Pengumpulan Laporan

Paraf

Pembimbing I

Paraf

Pembimbing II

Koordinator TKA 490

1 Lulus Langsung 2 Lulus

melengkapi 3 Lulus

Perbaikan 4 Perbaikan

dengan Sidang 5 Tidak

Lulus

Medan 16 Agustus 2011

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA 490

Ir.N.Vinky Rahman, MT Ir.N.Vinky Rahman, MT


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan kesempatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

Adapun maksud dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai persyaratan Tugas Akhir. Kiranya laporan ini dapat melengkapi persyaratan Tugas Akhir penulis dalam menerima gelar sarjana yang penulis kerjakan.

Penulis berterima kasih kepada Bapak Ir.Nelson M.Siahaan,Dipl.TP.,M.Arch dan Ibu Beny OY Marpaung,ST,MT,Ph.D selaku dosen pembimbing saya dan yang telah banyak membantu dan memberi banyak masukan dalam menyelesaikan tugas akhir dan laporan Tugas Akhir ini. Penulis juga berterimah kasih kepada orang tua penulis R.Simarmata, keluraga dan teman – teman kampus juga pelayanan UKM KMK UP FT yang selalu memberi semangat penulis untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam laporan ini, penulis memohon maaf untuk itu. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 16 Agustus 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..i

DAFTAR ISI ………ii

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR DIAGRAM...viii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Sekilas Tentang Penyakit Paru ………..1

I.2. Latar Belakang ………..2

I.3. Maksud dan Tujuan………4

I.4. Permasalahan ………5

I.5. Pendekatan ………5

I.6. Sasaran Perancangan ……….6

I.7. Lingkup Bahasan ………...6

I.8. Batasan Masalah ………7

I.9. Kerangka Berpikir ……….9

I.10. Sistematika Pembahasan ……….10

BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul ………..11

II.2. Tinjauan Teoritis ………12

II.2.1. Paru ……….14

II.2.1.1. Pengertian Paru……….14

II.2.1.2. Kesehatan Paru ..……….14

II.2.1.3. Penyakit Paru ………...15

II.2.1.4. Diagnosa Banding ……….…...28

II.2.1.5. Klasifikasi ……….……29

II.2.1.6. Faktor Risiko Penyebab Penyakit Paru …....30

II.2.1.7. Persentase Penderita Penyakit Paru ………..30

II.2.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru ………..34


(6)

II.2.2.2. Tujuan dan tugas Rumah Sakit Paru ………35

II.2.2.3. Kewajiban Rumah Sakit Paru …………...35

II.2.3. Faktor-Faktor Pengadaan Rumah Sakit Paru ……...35

II.2.4. Perencanaan Rumah Sakit Paru ………...36

II.3. Lokasi ……….36

II.3.1. Deskripsi Proyek ………..36

II.3.2. Tinjauan Pemilihan Kota Medan ……….36

II.3.3. Kriteria Pemilihan Lokasi ………36

II.3.4. Analisa Pemilihan Lokasi ………41

II.3.4.1. Alternatif Lokasi ………..41

II.3.4.2. Penilaian Alternatif Lokasi ………...44

II.3.4.3. Analisis dan Penilaian Lokasi………47

II.4. Tinjauan Fungsi ………..48

II.4.1. Deskripsi Pemakai dan kegiatan………48

II.4.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang ……….50

II.4.3. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria ………...58

II.5. Studi Banding Proyek Sejenis ……….66

II.5.1. RS Paru Dr. Ario Wirawan ………..66

II.5.2. Rumah Sakit Paru Dr. M Goenawan ………73

BAB III ELABORASI TEMA III.1. Pengertian ………..75

III.2. Interpretasi Tema………80

III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul ………83

III.4. Penerapan Tema dalam Bangunan ………84

III.5. Studi Banding Tema Sejenis ……….86

III.5.1. The Editt Tower, Singapore ………...86

III.5.2. Eco Bay Complex, Abu Dabai, UEA …………...87

BAB IV ANALISA IV.1. Analisa Fisik ………..……..89

IV.1.1. Deskripsi Proyek ……….…..89


(7)

IV.1.3. Analisa Intensitas Bangunan ……….……....92

IV.1.4. Tata Guna Lahan ………...……….…..93

IV.1.5. Analisa Posisi Site Terhadap Beberapa RSU…...94

IV.1.6. Analisa Pencapaian...………96

IV.1.7.Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ……….97

IV.1.8. Analisa View ………98

IV.1.9. Analisa Vegetasi……….101

IV.1.10. Analisa Kebisingan ..………...102

IV.1.11. Analisa Angin ………..………102

IV.1.12. Analisa Matahari…………..……….103

IV.1.13. Analisa Drainase ……….…….…104

IV.2. Analiasa Kebutuhan Ruang …………..……….106

IV.2.1. Analisa Pengguna dan Kebutuhan Ruang ….….106 IV.2.2. Analisa Skema Aliran Aktifitas Pengguna .…....112

IV.2.3. Organisasi Ruang dan program Ruang ………...115

IV.2.4. Perhitungan Jumlah Pengunjung Rumah Sakit…118 IV.2.5. Perhitungan Ruang Parkir ………..126

BAB V KONSEP V.1. Prinsip dan Implementasi………..…………...128

V.1.1. Prinsip dan Implementasi Sirkulasi ……...……..128

V.1.2. Prinsip dan Implementasi Zoning ………..……..128

V.2. Bentuk Massa ……….………129

V.2.1. Analisa Bentuk ……….………..130

V.2.2. Konsep Bentukan Massa ……….……130

V.2.3.Konsep Sirkulasi ………….……….131

V.2.4. Konsep Vegetasi ………….………133

V.2.5. Konsep Parkir ……….………135

BAB VI HASIL RANCANGAN ………137


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kanker Paru ...24

Gambar 2.2 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan ...42

Gambar 2.3 Peta Lokasi Jl. William Iskandar ...43

Gambar 2.3 Peta Lokasi Jl. Pasar 2 Tanjung Sari...44

Gambar 2.5 Fasilitas RS. Paru Dr. Ario Wirawan ...74

Gambar 2.5 Fasilitas RS. Paru Dr. Ario Wirawan...76

Gambar 3.1. The EDITT Tower , Singapore ...90

Gambar 3.2 The EDITT Tower , Singapore ...90

Gambar 3.3 Konsep Tata Vegetasi dan Penampungan Air Hujan The EDITT Tower , Singapore ...91

Gambar 3.4 Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA...92

Gambar.3.5 Diagram Konsep EcoBay Complex , Abu Dhabi , UEA...92

Gambar 4.1 Peta Indonesia ...93

Gambar 4.2 Batas-Batas Site ...96

Gambar 4.3 Intensitas Bangunan ...97

Gambar 4.4 Tata Guna Lahan Lokasi Perencanaan...98

Gambar 4.5 Fungsi Lahan Sekitar...99

Gambar 4.6 Lokasi Site Terhadap Rumah Sakit Umum ...100

Gambar 4.7 Peta Lokasi Site Perencanaan...102

Gambar 4.8 Situasi Site ...102

Gambar 4.9 Situasi Trotoar Pada Site...103

Gambar 4.10 View Suasana Pandangan Ke Luar Site...104

Gambar 4.11 Situasi Vegetasi Pada Daerah Sekitar Site...106

Gambar 4.12 Situasi Drainase Pada Daerah Sekitar Site...110

Gambar 5.1 Grounplan Rumah Sakit Paru...137

Gambar 5.2 Grounplan Rumah Sakit Paru...138

Gambar 5.3 Grounplan Rumah Sakit Paru...138

Gambar 5.4 Grounplan Rumah Sakit Paru...138

Gambar 5.5 Grounplan Rumah Sakit Paru...139


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyebab Utama Kanker Paru ...26

Tabel 2.2 Perbedaan asma, PPOK dan SOPT...30

Tabel 2.3 Klasifikasi Penyakit Paru ...30

Tabel 2.4 Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2009 ...32

Tabel 2.5 Pola 10 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2009...32

Tabel 2.7 Peruntukan Lahan Untuk WPP Kotamadya Medan...39

Tabel 2.8 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi...40

Tabel 2.9 Perbandingan Lokasi Alternatif Lokasi ...44

Tabel 2.10 Penilaian Lokasi Alternatif Lokasi...48

Tabel 2.11 Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit ...68

Tabel 2.12 Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit...69

Tabel 2.13 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi...69

Tabel 2.14 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar Mandi ...70

Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang...112


(10)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir ...1

Diagram 2.1 Konsep Patogenesis PPOK ...18

Diagram 2.2 Perbedaan Patogenesis Asma Dan PPOK...18

Diagram 2.3 Penemuan Penyakit Paru ...33

Diagram 2.4 Penemuan Penyakit Tuberkolosis...33

Diagram 2.5 Penemuan/Pendeteksian Pneumonia...34


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Sekilas Tentang Penyakit Paru

Menurut buku saku “Ilmu Penyakit Paru” oleh Dr.Halim Danusantoso, Sp.P,FCCP bahwa untuk mengetahui seseorang menderita paru apabila memiliki keluhan utama yang berupa:

a. Batuk : keluhan ini merupakan suatu reflex defenisi belaka, yaitu untuk membersihkan saluran pernapasan dari sekrit (berupa mucus), bahan nekrotik, benda asing, dsb. Refleksi ini bisa pula ditimbulkan berbagi ransangan pada mukrosa saluran dan juga dari rangsangan pada pleura parietalis.

b. Sesak : keadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara saat inspirasi ataupun pengeluaran udara saat ekspirasi, yang di sebabkan oleh adanya penyempitan ataupun penyumbatan pada tingkat bronculus/broncus/trakea/larings. sebab lain adalah karena berkurangnya elastisitas paru, bias juga karena ekspansi paru terhambat. Perlu juga di ingat berbagai sebab yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan paru, misalnya anemia berat, decompensatio cordis, dll.

c. Batuk darah : adanya lesi saluran pernapasan dari hidung sampai paru yang juga mengenai pembuluh darah.

d. Nyeri dada : keluhan ini dapat bersumber pada pleura parietalis, jantung, mediastinum dan dinding torax.

Hanya kadang-kadang saja gangguan keadaan umum, seperti misalnya panas badan, keringatan mala, tidak suka makan, rasa lesu/lemah, mengurus, dan sebagainya di tampilkan pada keluhan utama pada penyakit paru. Perlu diingat juga bahwa batuk merupakan manisfestasi yang paling sering dari semua penyakit paru, karena batuk ini pada hekekatnya adalah cara fisiologi yang palingefektif untuk mengeluarkan sekrit yang berlebihan dan atau kotoran/benda asing dari paru maupun saluran pernapasan pada umumnya. Penyakit paru disebabkan oleh :


(12)

b. Pencemaran udara c. Urbanisasi

d. Industri

e. Transisi epidemiologi dan demografi

f. Krisis ekonomi yang menyebabkan kemampuan ekonomi masyarakat untuk berobat turun drastis.

I.2 Latar Belakang

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki penduduk yang berjumlah 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km² yang bersifat heterogen. Kota Medan yang sedang berkembang menuju “Medan Metropolitan” membuat aktifitas dan mobilitas mayarakatnya menjadi tinggi. Aktifitas yang ada dan kesibukan yang membebani pikiran setiap masyarakat yang ada di medan, tak kala membuat banyak orang untuk merokok, dengan berbagai alas an untuk dapat menghindari stress dan di jadikan sebagai cara untuk dapat menikmati waktu – waktu santai yang sempit.

Paru-paru merupakan organ manusia yang sangat penting dan rentan terhadap serangan penyakit. Banyak penyakit yang dapat menyerang organ pernapasan ini. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah TBC, Asma, Ispa, Bronkitis, Bronkiektasis, bahkan Paru-paru juga sangat mudah untuk terserang kanker, dan yang sekarang baru berkembang adalah flu burung dan flu babi. Penyakit-penyakit tersebut sangat banyak faktor penyebabnya, diantaranya virus, bakteri, merokok, gaya hidup yang kurang sehat, dan tentunya kualitas udara yang semakin hari semakin memburuk akibat dari kemajuan zaman dan teknologi.

Karakter dari penyakit paru-paru selain mudah menghinggapi Paru-paru manusia juga rawan menyebabkan komplikasi, misal jika Paru-paru manusia sudah terkena penyakit maka fungsi dari organ tersebut juga mengalami gangguan, sedangkan fungsi utama Paru-paru selain untuk menukar oksigen dari luar dengan karbondioksida dari dalam tubuh, adalah untuk menyaring darah kotor dari jantung. Maka dengan terganggunya fungsi Paru-paru maka akan menyebabkan gangguan jantung dan organ-organ lain yang berkaitan dengan darah seperti ginjal, hati dan sebagainya. Selain mudah menyebabkan komplikasi terhadap organ lain, karakter penyakit Paru-paru adalah sangat mudah menular. Tetapi tidak semua penyakit Paru-paru mudah untuk


(13)

menular, penyakit Paru-paru yang sangat mudah menular merupakan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri diantaranya adalah TBC, Flu Burung, Flu Babi, Bronkitis, Ispa, Influensa.

Dan hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh kalangan masayarakat yang telah mandiri bekerja, melainkan menjadi sebuah kebiasaan yang juga dilakukan oleh kelangan mahasiswa, juga anak sekolahan. Dan jelas-jelas mengetahui dampak dari merokok untuk kesehatan mereka. Selain itu dampak yang lebih buruk lagi dirasakan oleh perokok pasif, yaitu mereka yang tidak menikmati rokok melainkan menikmati asap rokok, tetapi bahaya terjangkit penyakit yang merusak paru-paru lebih besar daripada perokok yang aktif. Sehingga dengan pasti banyak diantara masyarakat medan yang sadar ataupun tidak sadarnya akan kesehatan tubuh terkhusus pada bagian paru-paru sedang mengalami kemunduran aktifitas kerja paru-paru-paru-paru sebagai mana semestinya.

pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan terjadi karena adanya pemaparan oleh (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.

Pasien penyakit paru-paru membutuhkan penanganan khusus dan intensif dikarenakan penyakit-penyakit yang menyerang organ ini biasanya membutuhkan waktu yang panjang untuk meyembuhkan dan memulihkan kesehatan pasien. Selain waktu yang panjang pasien paru-paru juga harus ditempatkan secara khusus dengan system ventilasi baik, kualitas udara, dan jauh dari pasien penyakit lain sehingga tidak terjadi penularan penyakit dari atau ke pasien lain.

Dengan dasar-dasar tersebut maka memang dibutuhkan sebuah tempat pengobatan dan perawatan khusus penyakit Paru-paru supaya upaya pengobatan, perawatan, dan


(14)

pemulihan kesehatan pasien paru lebih maksimal dan berjalan lebih cepat dan aman. Hal inilah yang melatar belakangi pemilihan judul tugas akhir ini, yaitu Rumah Sakit Paru Medan, dimana sangat dibutuhkan adanya sebuah rumah sakit yang khusus menangani penyakit pada bagian tubuh yaitu paru-paru dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas.

I.3 Maksud dan Tujuan

Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dari perencanan rumah sakit paru ini adalah sebagai berikut :

Maksud:

a. Membuat sebuah tempat dimana kegiatan utamanya adalah tempat pelaksanaan pelayanana kesehatan paru.

b. Menciptakan tempat yang dapat mendeteksi dini penyakit paru dan pencegahannya. c. Menciptakan sebuah wadah tempat pelaksanaan rehabilitasi penderita penyakit paru. Adapun tujuan dari perencanan Rumah sakit paru adalah :

a. Membuat Rumah Sakit khusus Paru yang belum ada di Sumatera Utara.

b. Menjadikan Rumah Sakit Paru Medan ini menjadi pusat kesehatan Paru nomor satu di Sumatera Utara dengan melengkapi peralatan medis untuk pengobatan penyakit Paru yang lengkap.

c. Merancang Rumah Sakit Paru Medan yang layak dijadikan sebagai rumah sakit rujukan untuk penderita penyakit paru di Sumatera Utara.

d. Menghadirkan suatu bangunan yang dapat menjadi tempat pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa kedokteran yang sedang co-ass maupun untuk mahasiswa Pasca Sarjana yang mengambil spesialis penyakit Paru.

e. Merencanakan dan merancang suatu lingkungan dan bangunan yang menarik dan dapat mendukung kesembuhan pasien secara psikologis.

I.4 Permasalahan

Rumusan permasalahan yang timbul untuk tema dan kasus dalam perancangan proyek ini adalah :


(15)

a. Bagaimana menciptakan sebuah rancangan lingkungan dan bangunan yang sesuai dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang hendak dicapai demi menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.

b. Permasalahan yang melekat pada desain seperti sirkulasi, aktifitas, kenyamanan, utilitas, keamanan, lighting, akustik.

c. Bagaimana menciptakan suatu image baru pada bangunan sehingga tujuan yang ingin dicapai pun terpenuhi.

d. Bagaimana mengelola ruang dalam agar saling terintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

e. Bagaimana menyesuaikan lokasi yang ada dengan kebutuhan akan fasilitas- fasilitas yang mendukung terciptanya lingkungan dan bangunan tersebut.

f. Bagaimana menerapkan konsep perancangan yang ada yang didasarkan dari studi yang telah dilakukan kedalam sebuah proses perancangan.

I.5 Pendekatan

Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data, baik data primer maupun sekunder untuk memperjelas pemahaman tentang Rumah Sakit Paru Medan dilakukan dengan metode pendekatan berikut:

a. Studi Literatur

• Untuk mendapatkan data awal mengenai Paru dan penyakit-penyakitnya serta memperkaya materi yang berkaitan dengan proyek.

• Untuk mendapatkan sata awal mengenai bangunan rumah sakit.

• Untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan tema.

• Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam studi banding. b. Observasi Lapangan

• Mendapatkan data kondisi dan potensi lingkungan tapak terpilih.

• Melihat langsung keadaan dan pengelolaan bangunan yang ada dengan fungsi sejenis.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh masukan mengenai lingkungan tapak proyek, informasi non arsitektural dan karakteristik khusus kawasan proyek terpilih.


(16)

Serta masukan yang berkaitan dengan kasus proyek, antara lain informasi tentang persyaratan ruang, kendala-kendala dalam penyelenggaraan bangunan yang ada dari segi arsitektural.

d. Analisis

Analisis diperlukan untuk mengolah dan merumuskan berbagai masukan arsitektural maupun non arsitektural bagi keperluan perancangan.

e. Sintesis

Sintesis dilakukan pada tahap integritas data-data yang ada yang telah dikaji pada tahap analisis, untuk kemudian diolah menjadi konsep perencanaan dan perancangan. Selain hal diatas pendekatan terhadap perancangan dilakukan dengan mempertimbangkan item-item perancangan antara lain:

a. Ruang dalam b. Ruang luar c. Style bangunan d. Struktur e. Utilitas

I.6 Sasaran Perancangan

Yang menjadi sasaran perancangan dalam perencanaan rumah sakit paru ini adalah:

a. Perencanaan dan perancangan bangunan rumah sakit paru ini diperuntrukan untuk bagi seluruh masyarakat Medan dan juga bagi masyrakat yang berada diluar kota Medan untuk berobat ke Medan.

b. Bagi masyarakat mulai dari lingkup terkecil yaitu pribadi, lingkup keluarga sampai pada lingkup yang terluas.

I.7 Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dalam laporan ini adalah pengembangan konsep perencanaan Rumah Sakit Paru Medan beserta fasilitas pendukungnya. Studi – studi dimaksud untuk


(17)

mendapatkan dasar-dasar informasi yang mendukung konsep-konsep perencanaan dan perancangan berupa asumsi kelayakan sampai dengan program ruang. Pembahasan ini berupa dasar-dasar analisa yang bersumber dari studi literatur dan studi banding untuk menganalisa tapak perencanaan dan pengaturan urutan ruang disesuaikan dengan konsep, yakni menganalogikan bangunan dengan Paru. Konsep-konsep perancangan yang dihasilkan dari studi dan analisa ini dimanfaatkan sebagai pedoman perancangan pada tugas akhir.

I.8. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam perancangan yang timbul akan dibatasi pada:

a. Kompleksitas bagunan yang membutuhkan analisa yang mendalam tentang sirkulasi, program ruang, dan aktifitas terpadu.

b. Pengornanisasian ruang berdasarkan kegiatan, fungsi, dan pemakai. c. Perancangan sistem akustik ruang dan lighting yang baik.

d. Pemilihan sistem struktur yang efisien yang dapat menahan beban sekaligus menghasilkan bentukan desain yang modern.

e. Perancangan sirkulasi dalam dan luar bangunan.

Batasan perancangan sendiri dapat dilihat dari keterkaitan fungsi dan arsitektural dalam bangunan, dimana :

a. Fungsi yang didialamnya juga dibatasi :

• Kegiatan, dimana kegiatan yang dijalankan adalah kegiatan perawatan untuk rawat jalan, dan untuk penyembuhan pasien rawat inap dan ruang isolasi.

• Jenis pelayanan meliputi untuk semua masyarakat penderita penyakit paru yang datang untuk memperoleh pengobatan.

b. Arsitektural, dimana batas-batas arsitektural yang akan dibahas nantinya dalam rumah sakit paru ini berdasarkan standart yang telah dari dinas kesehatan untuk perancangan rumah sakit khusus.

• Bentuk dan ruang


(18)

a. Gubahan massa, dimana bentuk dari gubahan massa tunggal (Rumah sakit paru) dengan fasilitas penunjang yang ada.

b. Karateristik lahan yang sesuai sebagai tempat didirikannya rumah sakit paru ini. c. Lokasi , yang berhubungan dengan lokasi adalah, GSB,KDB dan KLB.

d. Citra/image, bagaimana kesatuan bangunan/ konteks bangunan dengan lingkungan sekitarnya.


(19)

I.9. Kerangka Berpikir

Adapun yang menjadi kerangka berpikir dalam perencanana rumah sakit paru ini adalah yang terdapat pada diagram 1.1 dibawah ini.

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir

(Sumber. Pengelolaan Data Primer) Ide / Gagasan

Rumah Sakit Paru Medan Arsitektur

Hijau

Latar Belakang

Rumusan Tujuan dan Sasaran

Identifikasi Masalah Kasus, Tema, Lokasi F

E E D

B A C K

Studi Pengenalan : Studi

Literatur,Studi Studi Lokasi

dan Survey

Pengumpulan / Kompilasi

Analisa

Program Perancangan

Konsep Perancangan


(20)

I.10 Sistematika Pembahasan

Yang menjadi sistematika pembahasan perencanaan rumah sakit paru ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan,lingkup batasan, dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang pengertian Rumah Sakit Mata, lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding terhadap Kasus Proyek sejenis yang lain.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian ,interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi dari tapak perancangan, potensi dan kondisi lingkungan, pemakai, dan aktivitasnya dan berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, hubungan antar ruang yang bersifat analisa.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan lingkungan kajian.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berisi gambar-gambar desain dan foto maket hasil perancangan. DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan literatur dalam perencanaan ini.


(21)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1 Terminologi Judul

Proyek perencanaan rumah sakit paru ini akan di deskripsikan, pada bab ini secara pengertian hingga kepada lokasi yang direncanakan, yaitu :

Judul Proyek : Rumah Sakit Paru Medan Pengertian Judul :

a. Rumah Sakit, adalah

• Rumah tempat merawat orang sakit

• Sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

• Rumah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

• Tempat menyediakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan.

• Sebuah institusi atau badan yang menyediakan perawatan di bidang kesehatan dan pelayanan yang lain seperti melayani orang sakit atau orang luka.

b. Paru, salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan.

c. Medan, merupakan ibukota Sumatera Utara dimana Medan yang dimaksudkan adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktivitas dan kehidupan masyarakat Sumatera Utara.

Dari defenisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah Sakit Paru Medan adalah, suatu sarana pelayanan atau kegiatan yang menyediakan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan pengobatan dan perawatan kesehatan Paru, yang disertai pula dengan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis yang berlokasi di kota Medan.


(22)

II.2 Tinjauan Teoritis

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 631/MENKES/SK/IV/2005 tanggal 25 April 2005, Rumah Sakit dibedakan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

a. RSU Pemerintah Kelas A

RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas A minimal harus mempunyai kelompok staf medis sebagai berikut: kelompok staf medis penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah, kesehatan anak, telinga, hidung, dan tenggorokan, PARU, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anesthesi, rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi. Pembentukan kelompok staf medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian atau dengan cara lain dengan pertimbangan khusus.

b. RSU Pemerintah Kelas B dan RSU Swasta kelas Utama

RSU Pemerintah kelas B dan RSU Swasta kelas Utama adalah rumah sakit umum yang menpunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas B atau RSU Swasta kelas Utama minimal harus mempunyai 11 (sebelas) kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, anesthesi, tenggorok, radiologi, patologi klinik, psikiatri / neurologi, kulit dan kelamin, PARU, telinga, hidung dan tenggorokan. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian.

c. RSU Pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya.

RSU pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar yang meliputi spesialis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. Dengan adanya kemampuan, pelayanan medis spesialistik dasar tersebut maka kelompok staf medis yang harus dipunyai adalah 4 (empat) yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian.


(23)

d. RSU Pemerintah kelas D atau RSU Swasta kelas Pratama

RSU pemerintah kelas D dan RSU Swasta kelas pratama, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. Karena itu jumlah dan jenis dokter spesialis sangat terbatas. Mengingat ketentuan kelompok staf medis minimal harus terdiri dari 2 (dua) kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis bedah dan kelompok staf medis non bedah.

e. Rumah Sakit Pendidikan

RS pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A dan kelas B, rumah sakit khusus pemerintah dan rumah sakit umum swasta kelas utama yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran. Tenaga dokter di RS pendidikan pada umumnya cukup banyak dari segi jumlah maupun jenis spesialisasi dan sub spesialisasi. Karena itu kelompok staf medis di RS pendidikan dapat terdiri dari kelompok staf medis dokter spesialis dan kelompok staf medis dokter sub spesialis sesuai kebutuhan.

f. Rumah Sakit Khusus

RS khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Mengacu hal tersebut, rumah sakit khusus berdasarkan disiplin ilmu wajib mempunyai kelompok staf medis minimal 2 (dua) yaitu kelompok staf medis sesuai dengan disiplin ilmu yang menjadi kekhususan rumah sakit dan kelompok staf medis lainnya yang merupakan penggabungan dari disiplin-disiplin ilmu. Sebagai contoh RS Bersalin maka minimal haru membentuk staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis lainnya. RS bersalin yang cukup besar dan mempunyai dokter sub spesialis maka pembentukan kelompok staf medis dapat terdiri dari kelompok staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis dokter sub spesialis. Sedangkan kelompok staf medis Khusus berdasarkan jenis penyakit tertentu misalnya RS Kanker, RS Kusta, maka pembentukan kelompok staf medis sesuai dengan jenis dan jumlah dokter spesialis yang ada di rumah sakit tersebut. Pembentukan kelompok staf medis dapat dengan mengelompkkan sesuai spesialisasi / keahliannya.

g. Rumah Sakit yang mempunyai kerja sama operasional pelayanan (outsourching pelayanan). Kerja sama operasional (outsourcing) adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan jasa


(24)

outsourcing). Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis tertentu untuk disisipkan. Pada saat ini pelayanan yang sering dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) adalah poliklinik gigi, laboratorium, radiologi, dan pelayanan medis lainnya, misalnya pelayanan jantung, pelayanan pasien orang asing, dan lain sebagainya. Dokter dan dokter gigi yang bekerja pada pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional harus tetap sebagai staf medis rumah sakit dan dimasukkan ke dalam kelompok staf medis sesuai dengan jenis spesialisasi / keahliannya dan sesuai dengan kelompok staf medis yang ada di rumah sakit tersebut. Dokter yang bekerja di pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) tersebut secara adminitrasi di bawah manajemen kerja sama operasional (oursourcing) namun secara profesi tetap di bawah komite medik.

Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru ini merupakan kategori Rumah Sakit Khusus, karena hanya menangani pelayanan kesehatan di satu disiplin ilmu saja yaitu ilmu kesehatan Paru.

II.2.1 Paru

II.2.1.1 Pengertian Paru

Paru-paru adalah dengan Fungsinya adalah menukar Prosesnya disebut fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo-, dari kat

II.2.1.2 Kesehatan Paru

Paru merupakan orga yang rentan terhadap penyakit dan yang menjdi jenis-jenis penyakit paru berdasarkan tipe-tipe penyakit paru maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Penyakit infeksi paru

• Penyakit paru akut

1. Infeksi saluran pernapasan bawah 2. Bronchitis akut


(25)

3. Pnemoni ( Lobaris) atau Pnemoni ( klasik ) 4. Abses Paru

• Penyakit Paru kronis 1. Tuberculosis paru 2. Bronkiektasis

3. Bronchitis Kronis dan Penyakit Paru Obstruktif Menahun

II.2.1.3 Penyakit Paru

Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai penyakit paru yang dialami oleh manusia ;

a. TBC, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikobakterium Tuberkulosis. Gejala awal yang perlu diketahui :

• Batuk-batuk selama lebih dari 2 minggu dengan disertai dahak

• Kadang-kadang batuk darah

• Nyeri dada

• Sesak napas

• Panas badan

• Keringat malam

• Kelelahan, badan mengurus

• Nafsu makan menurun Komplikasi penyakit :

• Batuk darah

• Pleural Effusion

• Pneunotorak

• Radang selaput otak dan penyebaran kuman TBC ke orang lain Cara pencegahan :

• Bila batuk segera segera berobat

• Makanan bergizi

• Penderita penyakit TBC bila batuk mulut ditutup dan membuang dahak harus ditempat khusus dan ditutup

• Penderita penyakit TBC harus minum obat teratur dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus


(26)

b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut, merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik, bakteri, virus maupun Ricketsia, tanpa/disertai radang parenchim paru. Gejala awal yang harus diketahui :

• Pilek, nyeri tengorok, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri dada (kadang pada mata), panas badan, nyeri otot, lelah, nafsu makan menurun, kadang-kadang mual, muntah.

Perawatan sebelum ke dokter :

• Bila badan panas, kompres dan beri obat penurun panas. Selanjutnya penpenderita harus berobat ke Puskesmas,rumah sakit, atau ke dokter.

Komplikasi penyakit :

• Radang parencim paru

• Empiena ( rongga selaput paru berisi nanah )

• Efusi pleura ( rongga selaput paru berisi cairan )

• Absles paru

• Radang selaput jantung

• Radang selaput otak

• Artritis

• Nefirtis ( radang pada ginjal ) Cara pencegahan :

• Memperkuat kondisi badan dengan makanan bergizi, istirahat cukup, menghindari kontak dengan penderita ISPA

• Penderita yang sakit harus berobat dan menghindari kontak dengan orang sehat c. Asma Bronkial merupakan penyakit paru yang disebabkan kepekaan dalam napas

yang meningkat terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan tersebut dapat berupa :

• Rangsangan dari dalam : stress, emosi

• Rangsangan dari luar dapat berupa : debu rumah, tungau, bulu binatang, polusi udara, perubahan cuaca, infeksi saluran napas, asap ( rokok, obat nyamuk, bahan kimia ), dan lain sebagainya.

Gejala awal yang perlu diketahui :

• Serangan batuk dan sesak napas yang kumat-kumatan, kadang-kadang saat bernapas disertai bunyi.


(27)

Komplikasi penyakit :

• Status Asmatikus

• Pneunotorak

• Tersumbatnya saluran napas oleh dahak kental

• kematian karena gagal napas Cara pencegahan :

• Menghindari alergen atau pencetus serangan, sepertiu tersebut dalam penybab penyakit di atas.

d. Penyakit-penyakit Pleura

• Efusi pleura

• Pnemotoraks

e. Kanker Bronkus/kanker paru

• Kanker bronkus/kanker paru

f. Patogenesis dan Patologi yaitu merupakan pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema (diagram 2.1):

• Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama

• Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah

• Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.


(28)

Diagram 2.1 Konsep Patogenesis PPOK

(Sumber. http//www.paru/jenis penyakit paru/PPOK/.com.februari 2011)

Diagram 2.2 Perbedaan Patogenesis Asma Dan PPOK

(Sumber. http//www.paru/jenis penyakit paru/PPOK/.com.februari 2011)

Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat ( digram 2.2). Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan:

a. Gambaran klinis

• Anamnesis

1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan 2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja

3. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga

4. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara

5. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak 6. Sesak dengan atau tanpa bunyi


(29)

• Pemeriksaan fisis

1. PPOK dini umumnya tidak ada kelainan 2. Inspeksi, yaitu ;

 Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)

 Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)

 Penggunaan otot bantu napas

 Hipertropi otot bantu napas

 Pelebaran sela iga

 Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater

3. Palpasi, pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

4. Perkusi, pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

5. Auskultasi

 suara napas vesikuler normal, atau melemah

 terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa

 ekspirasi memanjang

 bunyi jantung terdengar jauh 6. Pink puffer

 Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips-breathing Blue bloater

 Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer 7. Pursed - lips breathing, adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut

mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.

b. Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan rutin


(30)

 Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %

 VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.

 Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupunkurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%

2. Uji bronkodilator

 Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.

 Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml

 Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil 3. Darah rutin Hb, Ht, leukosit

4. Radiologi, foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain, pada emfisema terlihat gambaran :

 Hiperinflasi

 Hiperlusen

 Ruang retrosternal melebar

 Diafragma mendatar Pada bronkitis kronik :

 Normal

 Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus

• Pemeriksaan khusus (tidak rutin) 1. Faal paru

 Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat

 DLCO menurun pada emfisema

 Raw meningkat pada bronkitis kronik


(31)

 Variabiliti Harian APE kurang dari 20 % 2. Uji latih kardiopulmoner

 Sepeda statis (ergocycle)

 Jentera (treadmill)

 Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal

3. Uji provokasi bronkus, untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan

4. Uji coba kortikosteroid, menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid

5. Analisis gas darah, terutama untuk menilai :

 Gagal napas kronik stabil

 Gagal napas akut pada gagal napas kronik 6. Radiologi

 CT - Scan resolusi tinggi

 Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos

 Scan ventilasi perfusi, mengetahui fungsi respirasi paru

7. Elektrokardiografi, mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.

8. Ekokardiografi (menilai fungsi jantung kanan)

9. Bakteriologi, pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.

10.Kadar alfa-1 antitripsin, kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.


(32)

g. Kanker Paru

Kanker paru sulit terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal. Sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru melakukan reproduksi liar sehingga menyebabkan tumbuhnya tumor yang menghambat dan menghentikan fungsi paru-paru sebagaimana mestinya. Besarnya ukuran paru-paru menyebabkan kanker tumbuh bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. penyakit ini baru bisa dideteksi setelah kanker mencapai stadium lanjut. Kanker paru-paru adalah pertumbuha benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan berevolusi. menjad akibat pergantian lapisan disertai dengan menjad diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun. Asal-usul sel penyebab kanker paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini berkembang dua buah teori,

• Teori pleuripotential cell ole terjadi pada proses diferensiasi

• Teori sel kecil oleh

mengalami transformasi dan be

Namun diketahui bahwa terjadi mutasi genetik pad paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.


(33)

Gambar 2.1 Kanker Paru

(Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011)

• Jenis kanker paru-paru,

Lebih dari 90% kanker paru berawal dari karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari (gambar 2.1):

1. Karsinoma sel skuamus, disebut squamous cell carcinoma dalam utama. Umumnya terjadi perkembangan

2. Karsinoma sel kecil

3. Karsinoma sel besar, kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor memiliki ciri sel berukuran besar dengan ditemukan

4. Adenokarsinoma paru, tercatat terjadi sekitar 30%- 45% dan nampaknya akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ dan penyakit paru interstitial


(34)

penyakit paru yang disertai sering disebut scar carcinoma.

5. Adenokarsinoma bronkioalveolar, sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2% - 4% dari total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang berakibat pada terjadinya kanker ini masih menjadi perdebatan, namun kemungkinan telah diperkecil antara populasi sepanjan

Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah:

1. Adenoma (bisa ganas atau jinak) 2. Hamartoma kondromatous (jinak) 3. Sarkoma (ganas)

paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari


(35)

• Penyebab utama

Yang menjdi penyebab utama kanker paru dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Penyebab Utama Kanker Paru

Sub-types of non-small cell lung cancer in smokers and never-smokers

Histological sub-type Frequency of non-small cell lung cancers (%)

Smokers Never-smokers Squamous cell lung carcinoma 42 33 Adenocarcinoma Adenocarcinoma

(not otherwise specified)

39 35

4 10

7 16

Other 8 6

Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011

paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.

Peranan Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi


(36)

pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Penyebab-penyebab kanker paru-paru adalah :

1. Merokok, risiko terkena penyakit makin besar seiring dengan banyaknya jumlah rokok yang diisap dan semakin mudanya usia awal merokok.

2. Mengisap asap rokok, perokok pasif juga rentan terkena kanker paru-paru meski kemungkinannya tidak sebesar perokok aktif. Di beberapa keluarga para perokok aktif dapat menjadi 'penyebar' kanker paru karena hubungan genetika.

3. Masuknya zat-zat kimia seperti asbestos, uranium, chromium, dan nikel ke dalam tubuh. namun kasus ini jarang terjadi. Polusi udara juga dicurigai sebagai penyebab kanker paru namun masih sulit dibuktikan.

• Gejala kanker paru

Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah: 1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.

2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak. 3. Napas sesak dan pendek-pendek.

4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas. 5. Kelelahan kronis

6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. 7. Suara serak/parau.

8. Pembengkakan di wajah atau leher.

Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasus-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.

• Diagnosis dan pengobatan

Tes dengan menggunakan sinar X, bidang magnetis atau zat radioaktif untuk mendapatkan gambar bagian dalam tubuh dan mencari kanker paru-paru dan melihat penyebarannya. Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain adalah foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum


(37)

Halus, Bronkoskopi, dan USG Abdomen. Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan cara-cara seperti

1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening yang terkena

2. Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker.

3.

4. Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita.

• Perawatan

Pasien penderita kanker paru-paru biasanya dirawat tidak hanya dengan satu terapi tetapidengan menggunakan kombinasi dari berbagai terapi.

1. Bedah, yakni dengan mengangkat sel-sel kanker.

2. Radioterapi, teknik yang menggunakan sinar X dosis tinggi. Penyinaran ini dapat dilakukan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dengan mendekatkan zat radioaktif pada tumor.

3. Kemoterapi, pengobatan dengan menggunakan obat keras yangd apat membunuh sel kanker namun juga dapat membunuh sel normal.

4. terapi Photodynamic, merupakan cara perawatan baru, sering digunakna dalam percobaan klinis.

5. Immunoterapi, penggunaan obat-obatan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar menyerang kanker dalam tubuh.

6. Terapi gen merupakan metode membasmi mutasi genetika yangmenjadi penyebab kanker.

7. Penggunaan obat.

• Tingkatan

1. Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada paru-paru dan dikelilingi oleh jaringan paru-paru


(38)

2. Stadium II Kanker telah menyebar dekat kelenjar getah bening 3. Stadium III Kanker telah menyebar keluar paru-paru

4. Stadium IIIa Kanker dapat dicabut dengan operasi bedah 5. Stadium IIIb Kanker tidak dapat dicabut dengan operasi bedah 6. Stadium IV Kanker telah menyebar dari tempat pertumbuhan

awal ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dinamai metastase

Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70 % kasus kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium IIIb atau IV) sehingga hanya 5 % penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah dinyatakan positif. Dari pengelompokan penyakit-penyakit paru tersebut di atas maka dapat di bentuk program ruang yang berdasarkan jenis-jenis penyakit paru diatas.

II.2.1.4 Diagnosis Banding

Di bawah ini akan dijadikan diagnosis banding antara satu penyakit paru dengan penyakit paru lainnya seperti yang di bawah ini

a. Asma

• SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)

Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal.

• Pneumotoraks b. Gagal jantung kronik

• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.

Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbed (tabel 2.2).


(39)

Tabel 2.2 Perbedaan asma, PPOK dan SOPT

Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011

II.2.1.5 Klasifikasi

Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP (tabel 2.3).


(40)

Sumber. http//paru/kankerparu//.com.februari.2011

II.2.1.6 Faktor Risiko Penyebab Penyakit Paru

Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.

Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan : a. Riwayat merokok

• Perokok aktif

• Perokok pasif

• Bekas perokok

b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :

• Ringan : 0-200

• Sedang : 200-600

• Berat : >600

c. Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja d. Hipereaktiviti bronkus

e. Infeksi saluran napas bawah berulang

f. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

II.2.1.7 Persentase Penderita Penyakit Paru

Penyakit paru merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya, dan persentasenya juga tinggi, dibawah ini adalah persentase penderita penyakit paru.


(41)

Tabel 2.4 Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2009

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009

Tabel 2.4 di atas menunjukkan jumlah pasien rawat jalan yang terbesar, dan didapat bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan (bagian penyakit Paru) menjadi penyakit yang paling besar jumlah pasiennya.

Tabel 2.5 Pola 10 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2009


(42)

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009

Table 2.5 di atas menunjukkan jumlah pasien rawat inap, dan didapat bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan (bagian penyakit Paru) dan pneomia memiliki jumlah pasien yang cukup tinggi.

Diagram 2.3 Penemuan Penyakit Paru

(Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009)

Diagram 2.3 diatas menunjukkan jumlah penemuan penyakit paru di setiap provinsi, Sumatera Utara sendiri termasuk 10 besar di Indonesia yang pendeteksian penyakit baru terbesar. (Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010). Dan terkhusus untuk penyakit tuberculosis sendiri didapatkan persentase :


(43)

Diagram 2.4 Penemuan Penyakit Tuberkolosis

(Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009)

Untuk penemuan/ pendeteksian penyakit pneumonia sendiri masih rendah, dan mengalami penurunan, seperti yang terlihat di grafik 2.5 :

Diagram 2.5 Penemuan/Pendeteksian Pneumonia

(Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009)

Tabel 2.6 Penemuan Penyakit Paru :

Jenis Penyakit 2006 2007 2008 2009 TBC 20.169 20.169 20.868 21.197 Pnenomia 41.357 27.739 19.082 28.176


(44)

Sumber : BPS, Analisis Masyarakat Yang Merokok, 2010

Diagram 2.6 Persentase Perokok Kelompok Umur 10-65

(Sumber : BPS, Analisis Masyarakat Yang Merokok, 2010)

Dari data yang diperoleh( diagram 2.6), persentase penduduk yang merokok setiap hari cukup tinggi pada rentang usia produktif (25-64) yaitu dengan rentang 29% samapai 32%, disamping itu hampir separuh dari jumlah masyarakat berjenis kelamin laki-laki (45,8) yang merokok setiuap hari.dan menurut tingkat pendidikan paling banyak oleh penduduk yang tamat SLTA. Dan kondisi untuk peningkatan jumlah perokok dapat terus meningkatr, menyebaabkan semakin besar jumlah perokok berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang dapat terkena penyakit paru.

II.2.2 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru II.2.2.1 Definisi Rumah Sakit Paru

Rumah Sakit Paru sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan, ikut serta dalam kegiatan lima misi rumah sakit yang terprogram dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN, 1982) yang mencakup semua segi perlindungan kesehatan dalam tahap sebagai berikut:

a. Kuratif, yaitu pengenalan (diagnosis) dan pengobatan (terapi) penyakit dari bentuk yang sederhana sampai yang rumit. Dalam hal ini adalah penyakit paru.

b. Rehabilitasi medis, yaitu pemulihan untuk secepatnya mengembalikan orang sakit dalam rantai produksi sesuai dengan kemampuannya.

c. Preventif, yaitu tindakan untuk pencegahan penyakit.

d. Promotif, yaitu pembinaan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dari sikap hidup sehat seluruh warga serta pemeliharaan lingkungan yang sehat.

e. Edukatif, merupakan suatu kegiatan dalam bagian pendidikan yakni untuk

perokok dari umr 10-65 tahun

MEROKOK

KADANG KADANG MEROKOK

MANTAN MEROKOK


(45)

menghasilkan tenaga medis dan para medis.

Selain itu Rumah Sakit Paru juga memiliki fasilitas penunjang, yaitu fasilitas penelitian yang berkaitan dengan penyakit paru dan masalah lain yang berhubungan dengan paru.

Dari hal-hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Rumah Sakit Paru antara lain:

a. Sebagai media tempat berobat bagi orang yang menderita penyakit atau gangguan terhadsap fungsi kera paru.

b. Sebagai media tempat orang mencari informasi tentang seluk-beluk PARU dan kelainan atau penyakitnya,

c. Sebagai wadah untuk mengkoordinir kegiatan-kegiatan sosial yakni penyuluhan kesehatan paru.

d. Menambah variasi fasilitas kesehatan yang ada di Sumatera Utara. e. Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan penelitian.

II.2.2.2 Tujuan dan Tugas Rumah Sakit Paru

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2002:

a. Penyelenggaraan Rumah Sakit Paru bertujuan menyediakan sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian di bidang kesehatan PARU dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK Kedokteran dan Spesialis Paru, serta menjadi sarana upaya rujukan.

b. Tugas Rumah Sakit Paru adalah melaksanakan pelayanan kesehatan Paru dengan mengutamakan kegiatan pengobatan dan pemulihan pasien yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

II.2.2.3 Kewajiban Rumah Sakit Paru

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2002, setiap Rumah Sakit Paru dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban :


(46)

standar spesialis paru yang ditetapkan.

b. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien gawat darurat tanpa memungut biaya pelayanan terlebih dahulu.

c. Menyelenggarakan pelayanan selama 24 jam. d. Melaksanakan fungsi rujukan.

II.2.3 Faktor- Faktor Pengadaan Rumah Sakit Paru

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengadaan rumah sakit paru yaitu: a. Kesadaran masyarakat mengenai penyakit semakin baik, terutama dalam penyakit

paru.

b. Degenerasi penyakit. c. Kemajuan teknologi. d. Pertambahan penduduk.

II.2.4 Perencanaan Rumah Sakit Paru

Dalam merencanakan sebuah rumah sakit paru, persyaratan khusus untuk ruang menggunakan perencanaan untuk rumah sakit pada umumnya. Perbedaannya terletak pada tersedianya satu zona yang menyediakan fasilitas pengobatan dan pemeriksaan khusus penyakit paru.

II.3 Lokasi

II.3.1 Deskripsi Proyek

Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru Medan ini merupakan proyek yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan paru serta merupakan pusat rujukan, pendidikan, dan penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka Rumah Sakit Paru adalah suatu banguan atau kelompok bangunan yang merupakan pusat pelayanan kesehatan paru yang tidak hanya berfungsi melayani pengobatan masalah kesehatan paru juga melayani pencegahan timbulnya penyakit paru dengan mengadakan kegiatan pengajaran dan penyuluhan pada masyarakat mengenai masalah kesehatan paru dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Utara terhadap pelayanan kesehatan paru dan menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi kesehatan.


(47)

II.3.2 Tinjauan Pemilihan Kota Medan

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Rumah Sakit paru ini berdasarkan sebagai berikut:

a. Medan merupakan kota metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya sebagai pusat kegiatan di Sumatera Utara.

b. Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan. c. Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

II.3.3 Kriteria Pemilihan Lokasi

Sebagai sebuah bangunan publik, pendidikan, dan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat, hal pertama yang harus dilakuakn ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Rumah Sakit Paru beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu :

a. Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan

b. Dekat dengan kawasan urban kota sebagai acuan untuk sasaran pengunjung yang diperkirakan akan menjadi pengunjung utama untuk bangunan ini.

c. Tidak berada pada kawasan perindustrian

Kriteria lokasi pendirian rumah sakit Paru juga haruslah mendukung akan fungsi bangunan tersebut. Berikut syarat-syarat fisik rumah sakit paru-paru :

a. Untuk menciptakan suasana tenang maka letak rumah sakit Paru-paru di daerah yang bebas polusi dan jauh dari daerah industri.

b. Banyak pepohonan yang baik berfungsi sebagai penyedia oksigen alami.

c. Rumah sakit Paru-paru cocok berada di daerah yang panas dengan suhu ± 32.5ºC (banyak sinar matahari) guna menekan perkembangan virus TBC yang merupakan penyakit terbesar paru-paru.

d. Kelembaban udara 20% - 90%

e. Memiliki pemandangan/panorama yang indah f. Kecepatan angin 10 m/s - 100 m/s


(48)

g. Dengan kemajuan pengobatan dan teknologi medis sampai saat ini lokasi rumah sakit paru-paru sangat dimungkinkan untuk berada di tengah kota dengan syarat memiliki pengondisian udara yang baik

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2009 berkisar antara 20,8º C – 24,4º C dan suhu maksimum berkisar antara 33,5º C – 36,5º C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 21,00º C – 23,6º C dan suhu maksimum berkisar antara 32,6ºC – 34,2º C. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76 - 83 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,73 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 115,48 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2009 per bulan 45 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 182 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 228,6 mm (medan dalam angka). Dari data diatas, kota Medan dapat dijadikan lokasi yang cocok untuk didirikannya rumah sakit khusus paru.

Dalam pemilihan lokasi untuk Rumah Sakit paru perlu pula diperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dikelompokkan ke dalam 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu seperti yang terlihat pada tabel 2.7 :

Tabel 2.7 Peruntukan Lahan Untuk WPP Kotamadya Medan

W P P

Cakupan Kecamatan Pusat

Pengembangan

Sasaran Peruntukan

A 1.Kecamatan Medan Belawan

2. Kecamatan Medan Marelan

3. Kecamatan Medan

Belawan Pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic


(49)

Labuhan tank, pendidikan B 1. Kecamatan Medan

Deli

Tanjung Mulia Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi

indoor, permukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan.

C 1. Kecamatan Medan Timur

2. Kecamatan Medan Perjuangan

3. Kecamatan Medan Tembung

4. Kecamatan Medan Area

5 Kecamatan Medan Denai

6. Kecamatan Medan Amplas

Aksara Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan.

D 1. Kecamatan Medan Johor

2. Kecamatan Medan Baru

3. Kecamatan Medan Kota

Inti kota Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanent, penanganan sampah dan sarana pendidikan.


(50)

4. Kecamatan Medan Maimoon

5. Kecamatan Medan Polonia

E 1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kecamatan Medan Petisah

4. Kecamatan Medan Sunggal

5. Kecamatan Medan Selayang

6. Kecamatan Medan Tuntungan

Sei Sikambing Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan

air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan.

Sumber : RUTRK Medan

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK diatas, maka WPP yang tepat untuk membangun Rumah Sakit Paru adalah pada WPP C dan E, yaitu untuk peruntukan wilayah sarana kesehatan. Dan pada tabel 2.8, kriteria pemilihan lokasi yang baik untuk rumah sakit paru ini.

Tabel 2.8 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi

No. Kriteria Lokasi


(51)

struktur kota sedang.

Berada pada kawasan dengan popularitas dan citra kawasan yang baik.

2. Wilayah Pengembangan Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.

3. Lingkungan Terletak di antara fungsi-fungsi lain yang menunjang aktivitas pada bangunan.

Dekat dengan sarana pendidikan, perdagangan, permukiman, serta rekreasi. 4. Pencapaian atau

aksesibilitas

Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum ,pribadi mapun pribadi. 5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi

yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

Berada di titik tengah antara beberapa rumah sakit umum pemerintah maupun swasta, untuk menunjang fungsinya sebagai rumah sakit rujukan rumah sakit dan klinik PARU. 6. Utilitas kota / lingkungan Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai

sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon, drainase, dll )

7. Status kepemilikian Ada status hak milik

8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin


(52)

9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan

10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.

11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )

12. Kontur tapak / topografi Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.

Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data

II.3.4 Analisis Pemilihan Lokasi

Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan memilih 3 alternatif lokasi yang sesuai untuk proyek Rumah Sakit Paru Medan, yaitu :

a. Lokasi 1 : Jln. Perintis Kemerdekaan b. Lokasi 2 : Jln. William Iskandar c. Lokasi 3 : Jln. Pasar 2, Tanjung Sari

II.3.4.1 Alternatif Lokasi

Di bawah ini merupakan alternatif lokasi yang akan dianalisis sesuai dengan kriteria lokasi perencanaan rumah sakit paru.


(53)

Gambar 2.2 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

(Sumber : Google Map)

• Berada di persimpangan Jl.Perintis kemerdekaan dengan Jl. Gaharu

• Kecamatan Medan Timur

• Wilayah WPP C

Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septictank, sarana pendidikan, dan kesehatan.

Kelebihan:

• Berada pada jalan arteri primer, yaitu Jl. Perintis Kemerdekaan

• Berada di pusat kota

• Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site

• Dekat dengan stasiun kereta api

• Memiliki utilitas yang baik

• Berdekatan dengan hotel JW Marriot, stasiun TVRI, Deli Plaza, dan Lapangan Merdeka.

Kekurangan :

• Dekat dengan jalur kereta api, sehingga bising.

• Sering terjadi kemacetan

• Nilai lahan tinggi b. Alternatif 2 (gambar 2.3)


(54)

(Sumber : Peta Kota Medan) • Berada di jalan William Iskandar

• Kecamatan Medan Perjuangan

• Wilayah WPP C

• Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septictank, sarana pendidikan dan kesehatan

Kelebihan:

• Berada pada jalan William Iskandar

• Berada di pinggir kota

• Pencapaian cukup mudah karena tersedia angkutan umum yang melewati site

• Memiliki utilitas yang baik

• Berdekatan dengan pemukiman, RS Haji, sarana pendidikan. Kekurangan :

• Kurangnya fasilitas hotel

• Jauh dari stasiun KA medan c. Alternatif 3 (gambar 2.4)

Gambar 2.4 Peta Lokasi Jl. Pasar 2 Tanjung Sari

Sumber : Peta Kota Medan • Berada di Jl. Pasar 2, tanjung sari

• Kecamatan Medan Selayang

• Wilayah WPP E


(55)

minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan.

Kelebihan:

• Berada di pinggir kota

• Memiliki utilitas yang baik

• Berdekatan dengan RS Methodist, permukiman.

Kekurangan :

• Aksesbilitas menggunakan kendaraan pribadi.

• Fasilitas komersil tidak tersedia.

II.3.4.2. Penilaian Alternatif Lokasi

Berikut pada tabel 2.9 akan di jelaskan perbandingan antara lokasi alternative

yang ada.

Tabel 2.9 Perbandingan Lokasi Alternatif Lokasi

Parameter Kriteria Lokasi 1 Jl.Perintis Kemerdekaan

Lokasi 2 Jl.William Iskandar

Lokasi 3

Jl. Pasar 2 Tanjung Sari


(56)

Struktur kota Sesuai dengan RUTRK Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan. (3) Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan. (3)

Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan. (3) Lokasi terhadap fungsi sekitar yang menduku ng

Berada di daerah pendidikan, perumahan, kesehatan dan perdagangan. (3) Berada di daerah perumahan, pertokoan, kesehatan dan perkantoran. (3) Berada di daerah perumahan, kesehatan.(3) Citra lingkung an

Baik (3) Baik (3) Baik (3)

Wilayah pengemb angan

WPP C WPP C WPP E

Pencapaian Akses kendaraa Dapat dialalui oleh kendaraan Dapat dialalui oleh kendaraan Dapat dialalui oleh kendaraan


(57)

n pribadi pribadi (3) pribadi (3) pribadi (3)

Akses kendaraa n umum

Banyak (3) Banyak (3) Tidak ada

Akses pejalan kaki Ada, kondisi trotoar kurang baik (2) Ada, kondisi trotoar kurang baik (2) Tidak ada trotoar Jalur sirkulasi

Lebar diatas 6m, pedestrian 2m (3)

Lebar diatas 6m, pedestrian 2m (3)

Lebar diatas 6m, (3)

Jarak dari stasiun kereta api Medan

Dekat (3) Jauh (1) Jauh (3)

Jarak dari jalur lintas Sumatera

Jauh (1) Jauh (3) Jauh (1)

Area pelayanan Dekat dengan fungsi lain Permukiman, perdagangan, perkantoran, rekreasi dan pendidikan (3) Permukiman, perdagangan, perkantoran, pendidikan, rumah sakit (3)

Permukiman, kesehatan, (2)

Utilitas Tersedia, kondisi baik (3)

Tersedia, kondisi baik (3)

Tersedia, kondisi baik (3)


(58)

Persyaratan Status kepemili kian

Hak milik (3) Hak milik (3) Hak milik (3)

Nilai lahan

Tinggi (1) Sedang (3) Sedang (3)

View Terdapat dipersimpangan sehingga dapat dilihat dari penjuru ruas jalan

(3) Tidak terdapat dipersimpangan sehingga kurang dapat dilihat dari penjuru ruas jalan (1)

Tidak terdapat dipersimpangan sehingga kurang dapat dilihat dari penjuru ruas jalan (1)

Orientasi Intensitas cahaya tidak begitu tinggi (3) Intensitas cahaya sedang (3) Intensitas cahaya tidak begitu tinggi (3)

Ukuran lahan

> 1 Ha (3) > 1 Ha (3) > 1 Ha (3)

Kontur tapak / topografi

Relatif datar (3) Relatif datar (3) Relatif datar (3)

JUMLAH 43 43 40

Sumber: Olah Data Primer

II.3.4.3 Analisis dan penilaian lokasi

Berikut pada tabel 2.10 akan menjelaskan analisis dan penilaian antara lokasi alternatif yang ada.


(59)

Tabel 2.10 Penilaian Lokasi Alternatif Lokasi

No Kriteria

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. William Iskandar Jl. Pasar 2, tanjung sari

1. Kawasan inti dari pusat pelayanan kesehatan yang sudah ada.

+++ +++ +++

2. Nilai lahan minimum + +++ +++

3. Daerah komersil dan pendidikan. +++ +++ + 4. Pencapaian Kendaraan pribadi Kendaraan umum Pejalan kaki

Pencapaian dari luar daerah Tingkat minimum kemacetan

+++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ ++ +++ +++ + + ++ +++

5. Sarana pendukung di sekitar Hotel

Pusat perbelanjaan Rumah makan

Sarana dan prasarana

+++ +++ +++ +++ + +++ ++ +++ + + + ++


(60)

Medan

Jumlah 35+ 35+ 25+

Sumber: Olah Data Primer

Maka berdasarkan kriteria di atas dpat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Rumah Sakit Mata adalah alternatif lokasi 2 yaitu Jalan William Isakandar, yang dilihat juga dari kriteriapemilihan lokasi yang baik untuk tempat didirikannya rumah sakit paru.

II.4. Tinjauan Fungsi

II.4.1 Deskripsi Pemakai dan kegiatannya.

Pengunjung dan pemakai Rumah Sakit Paru Medan dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok pengunjung dan pemakai yaitu:

a. Pasien

Pasien rumah sakit dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan:

• Berdasarkan tinjauan wilayah

• Berdasarkan jenis kelamin, yaitu pasien wanita, pasien laki-laki.

• Berdasarkan usia, yaitu pasien dewasa, pasien anak-anak, dan pasien manula

• Berdasarkan jenis pelayanan yang diinginkan pasien, terdiri atas:

1. Pasien yang berobat ke poliklinik, dimana setelah berobat pasien dapat langsung pulang.

2. Pasien yang berobat ke unit gawat darurat, dimana pasien setelah berobat dapat langsung pulang atau bila diperlukan perawatan yang lebih intensif maka pasien akan dikirim ke bagian perawatan.

3. Pasien yang datang ke optik untuk membeli alat bantu penglihatan atau untuk memeriksa penglihatannya.

Dari keterangan di atas, maka pasien yang datang ke Rumah Sakit Paru ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Pasien rawat inap, umumnya karena :


(61)

• Pasien perlu mendapat pengawasan yang ketat dan teliti dari staf media.

• Keluarga pasien tidak mampu lagi menangani pasien

b. Pasien rawat jalan, pasien yang datang ke poliklinik dengan batas waktu tertentu untuk pengobatan dan kontrol kesehatan.

c. Staf Medisfungsional, dibagi menjadi:

• Dokter poliklinik, yaitu dokter umum yang melakukan pemeriksaan pertama kali sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis

• Dokter unit gawat darurat

• Dokter unit perawatan inap, yaitu dokter yang biasanya juga praktek di poliklinik dan datang ke ruang inap untuk memeriksa pasien secara berkala, sebelum melakukan pemeriksaan, dokter harus melihat data-data pasien di pos perawat.

• Dokter ahli gizi, yaitu dokter yang memeriksa gizi atau mengontrol gizi pasien.

• Dokter spesialis, yaitu dokter yang memiliki keahlian dalam salah satu penyakit khusus, dimana dalam kasus ini yaitu spesialis paru.

e. Perawat, bertugas melayani pasien pada masing-masing instalasi, seperti instalasi operasi, laboratorium, rawat inap, polispesialis, poliklinik, gawat darurat.

f. Pegawai Administrasi, yaitu orang yang bekerja mengurus administrasi rumah sakit. g. Pengunjung, yaitu:

d. Pembesuk, yaitu orang yang datang menjenguk pasien yang sakit. e. Tamu direksi

h. Pengunjung Apotik

i. Apoteker, yaitu orang yang bekerja meracik obat di apotek j. Peneliti, yaitu orang yang bekerja di laboratorium

k. Analis

Karakteristik pengunjung Rumah Sakit Paru Medan, berdasarkan: a. Segi Usia, pengunjung bangunan tidak memiliki batasan usia.


(62)

II.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang

Pembagian ruang yang ada dalam perencanaan rumah sakit paru dapat dibagi dalam zona berikut ;

a. Zona pertama, merupakan zona terluar yang bersifat publik dan orientasinya adalah masyarakat umum, terdiri dari :

• Penunjang utama kesehatan, pada dasarnya terdapat tiga cara yang umum dilakukan oleh sebuah rumah sakit untuk menunjang program kesehatan, yaitu melalui pendidikan dan training, memberikan bantuan teknis dan bantuan administrasi. Hal ini dikarenakan pasien rawat jalan menggunakan semua fasilitas diagnosa dan terapi selama kunjungannya. Perhatian harus ditujukan pada sirkulasi yang harus memberikan aliran yang tidak terganggu dari berbagai jalur lalu lintas yang melintasi bagian itu. Juga harus dirancang untuk menangani kursi roda dan kereta sorong.

• Bagian Administrasi, dilakukan oleh karyawan di bagian administrasi, staf, dan direksi rumah sakit. Diadakan pada hari kerja, yaitu Senin-Sabtu dari jam 08.00-15.00 WIB. Kegiatan Tata Usaha di bidang administrasi, antara lain:

1. Bagian umum, mengurus administrasi pasien rawat jalan dan pasien rawat nginap.

2. Bagian Medical Record, mencatat segala surat keluar dan masuk serta membuat / memcatat kartu pasien yang berobat baik itu pasien lama maupun pasien baru.

b. Zona Analisa, bagian yang memproses pekerjaan yang dilimpahkan dari zona pertama, terdiri dari :

• Laboratorium, fungsi utama laboratorium klinis adalah melakukan uji atau test klinis dalam enam bidang utama yaitu bakteriologi, biokimia, histologi, serologi, haematologi dan sitologi untuk membantu staff medis dalam melakukan dan mengkonfirmasi diagnosa dan dalam pengobatan serta pencegahan penyakit. Praktek perawatan medis modern memerlukan lebih banyak pengujian klinis. Laboratorium ini haruslah berada di lantai dasar untuk dapat melayani pasien


(63)

rawat jalan, bagian unit gawat darurat dan bagian penerimaan pasien. Juga harus berdekatan dan mudah diakses oleh bagian bedah. Ruangan dibutuhkan untuk hal-hal berikut :

1. Ruang kerja dengan ruang untuk peralatan, mikroskop, inkubator, sentrifugal, dll. Ruang kerja juga harus diperlengkapi dengan vakum, gas, peralatan listtrik, baik dan air.

2. Bak untuk mencuci tangan dan membuang cairan yang tidak beracun.

3. Tempat pengumpulan spesimen untuk darah, urine dan feses. Daerah pengumpulan spesimen darah, harus dilengkapi dengan meja kerja, ruang tempat duduk pasien dan bak air untuk mencuci tangan. Sementara untuk bagian pengambilan spesimen urine dan fases, harus ada toilet dilengkapi dengan bak air, tempat untuk menempatkan spesimen. Jendela kecil disediakan untuk menyerahkan spesimen.

4. Fasilitas penyimpanan untuk bahan pereaksi, standar, suplai dan spesimen lainnya dalam bentuk slide mikroskopik.

5. Penyimpanan untuk cairan kimia dan cairan yang mudah terbakar.

6. Bak darah untuk tempat penyimpanan darah dalam kulkas – dibahas terpisah.

7. Bagian administrasi termasuk kantor, kesekretariatan dan pekerjaan administrasi serta ruang untuk arsip dan pencatatan.

8. Fasilitas staff. 9. Daerah sterilisasi.

10.Tempat pencucian gelas – bagian kotor yang harus dipisahkan dan ditutup. 11.Penyimpanan spesimen bedah.

• Apotek, diperuntukkan bagi pasien luar (out-patient) dan pasien dalam yang rawat nginap (in-patient) yang aktivitas didalamnya meliputi pemesanan,pembelian, penyimpanan dan dispensing semua obat.

c. Zona proses, merupakan daerah transisi antara zona terluar dan dalam, terdiri dari:

• Ruang operasi, dilakukan oleh ahli medis. Ruang operasi merupakan ruang yang paling kompleks, namun paling penting di dalam suatu rumah sakit. Lokasi terbaik untuk bagian operasi adalah yang memungkinkan aliran pasien yang


(64)

mulus dan tidak terganggu, serta adanya kemudahan bagi staff dan alat kebersihan berlalu lalang. Ruang operasi sebaiknya diletakkan ditengah dan di lantai bawah agar mudah dicapai dari segala ruang perawatan dan pasien dari luar. Perlu diperhatikan integrasinya dengan baik lain yang erat hubungannya dengan ruang operasi, yaitu klinik, dan ruang steril induk. Pembagian zona ruang operasi, yaitu :

1. Zona terluar, yang terdiri dari ruang administrasi, ruang penerima.

2. Zona tengah, yang merupakan tempat kerja diluar aktivitas beda, dan batas terjauh yang dapat dimasuki oleh pegawai atau orang luar. Yang termasuk dalam zona ini recovery room dan gudang.

3. Zona dalam, adalah ruang bedah yang harus terjaga kebersihan dan tingkat sterilnya. Dalam zona ini orang luar tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan ini.

Fasilitas Ruang pada Ruang operasi:

1. Kantor, ruang administrasi dan ruang terima pasien.

2. Ruang transfer, ruangan ini harus cukup luas untuk memindahkan pasien dari trolley ruang nginap ke trolley ruang operasi.

3. Ruang ganti untuk staff medis.

4. Ruang anastesi, proses anastesi termasuk pekerjaan paling rumit dan memerlukan keterlibatan penuh selama operasi berlangsung. Aktivitas ini juga memerlukan kantor, tempat menyimpan peralatan dan tempat khusus melakukan induksi.

5. Setiap unit ruang operasi tidak boleh kurang dari 6mx6m (36M2), dan memiliki akses dari ruang anastesi, ruang membersihkan badan dan ruang supply namun dengan pintu yang terpisah.

6. Ruang scrub up (membersihkan badan).Fasilitas ini dapat melayani dua ruang operasi. Didalam ruang ini para staff medis memakai baju, masker, dan mencuci tangan.

7. Ruang pencucian, satu ruang pancucian dapat melayani dua ruang operasi. Ruang ini digunakan untuk membersihkan peralatan.

8. Ruang Sub Steril, ruang ini digunakan untuk mensterilkan peralatan yang sudah dipakai, jika sistem sterilisasi yang dipakai tidak sentral.


(65)

9. Tempat penyimpanan trolley, diperlukan tempat untuk menyimpan trolley pasien yang dioperasi. Tempat ini tidak boleh menghalangi pintu.

10.Ruang recovery (ruang penyembuhan), ruangan ini disediakan untuk menunggu pasien sadar dari pengaruh bius sesudah operasi. Ruang ini ditempatkan didekat pintu masuk pasien.

11.Storage, di dalam ruang penyimpanan harus disediakan bagi keperluan berikut :

 Peralatan bedah yang bersih seperti perban, linen, dll

 Air yang steril

 Alat bius

 Persediaan darah, tulang dan paru

• Ruang Kebidanan, bagian ini hampir sama dengan ruang operasi, namun pada ruang ini tidak selalu harus aseptik seperti halnya ruang operasi.

d. Zona Perawatan, merupakan zona terdalam tetapi memiliki akses ke zona terluar yaitu ke daerah publik, terdiri dari :

• Ruang Inap, dilakukan bila pasien memerlukan pemeriksaan dan pengawasan ekstra. Kegiatan ini diadakan setiap hari khusus untuk pasien rawat inap, dan untuk pasien rawat jalan dilaksanakan pada hari kerja. Ruang rawat inap ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :

1) Ruang VIP : 1 tempat tidur 2) Ruang kelas I : 2 tempat tidur 3) Ruang kelas II : 4 tempat tidur 4) Ruang kelas III : 5 tempat tidur

Ruang inap digunakan untuk menampung pasien yang terkena beberapa hal, sehingga ruang inap berfungsi sebagai :

1. Menggantikan fungsi rumah dalam hal memberikan makan, mandi dan tidur secara teratur.

2. Memberikan kemudahan memeriksa, merawat dan mengobati penyakit yang diderita pasien.

3. Menyiapkan pasien agar dapat kembali ke kehidupannya semula. Bentuk dari ruang inap :


(1)

Jenis bunga yang dapat menyerap racun ( gambar 5.9) :

Di dalam site juga akan dibuat taman-taman, yang pada ataman tersebut ditanami oleh tanaman bunga yang juga dapat membantu penyerapan racun-racun yang ada di udara.


(2)

Gambar 5.9 Jenis Bunga Penyerap Racun

(Sumber.http.//www.jenisbunga//penyerapracun.com//maret.2011)

V.2.4 Konsep Parkir

Di bawah ini ( gambar 5.10) akan dijelaskan kajian konsep sirkulasi yang akan digunakan pada rumah sakit paru ini.

Gambar 5.10 Grounplan Rumah Sakit Paru

(Sumber. Hasil Rancangan Rumah Sakit Paru)

Untuk area parkir dibuat tidak terlalu dekat ( tepat berda pada depan atau tanpa jarak) dengan bangunan, ini untuk mengurangi dampak kualitas udara yang akan tersedia pada site ini (gambar 5.10).

Bangunan-bangunan yang ada tidak saling lepas, tetapi berhubungan satu sama lainnya.

Areal parkir


(3)

Gambar 5.10 Grounplan Rumah Sakit Paru


(4)

BAB VI

HASIL RANCANGAN

Pada bab ini adalah hasil rancangan Rumah Sakit Paru Medan, adapun hasil rancangan tersebut adalah :

a. Siteplan

b. Groundplan

c. Tampak Sisi Bangunan ( Tampak Barat, Timur, Utara Dan Selatan )

d. Potongan Bangunan ( Potongan 2 Potongan Melintang, 2 Potongan Membujur )

e. Detail – detail Arsitektur

f. Sketsa Interor Bangunan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesomo,S, Manajemen Rumah Sakit.1995. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Hawkes, D. 1980. Bangunan Bentuk dan Penggunaan Energi, Arsitektur Energi, London: Longmans.

Humphreys,M .1997. Sebuah Pendekatan Adaptif untuk Kenyamanan Termal Kriteria, dalam Clements-Croome, ventilasi alami Bangunan: Bangunan untuk Senses, Ekonomi dan Masyarakat, E. & F.N. Spon, London: Longmans.

Kementerian Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Depkes, Jakarta.

Kementerian Kesehatan. 2008. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008. Depkes, Jakarta.

Kementerian Kesehatan . 2008. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2007. Depkes, Jakarta.

Kementerian Kesehatan .2000. Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No: HK.00.06.3.5.5797 tanggal 17 April 1998. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 214/MENKES/SK/II/2007. Jakarta.


(6)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ), Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Jakarta.

Profil Dinkes Kabupaten/Kota Tahun 2007. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 340/MENKES/PER/III/2010,Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta.

Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Jakarta.

Surat Keputusan Menteri No.031/BIThup/1972. Jakarta.

Tzonis, A., Lefaivre, L. dan Stagno, B. 2001. Arsitektur Tropis: Regionalisme kritis di Era Globalisasi, Chichester: Wiley-Academy.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. 2009. Jakarta.

Wignjohusodo,S.,”Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan Terpusat”, Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. 1996. Jakarta.