BAB 1 pendahuluan hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena hipertensi sering muncul tanpa
gejala dan sering disebut sebagai The Silent Killer (Rahman, 2006).
Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII) yang
diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg (Girsang,
2013).
Menurut WHO (2012) dalam Purwanto (2012) angka kejadian
hipertensi di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni
bumi mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta
berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia. Lansia (lanjut usia) adalah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas (Statistik Indonesia, 2010). Individu yang
berumur diatas 60 tahun 50-60% mempunyai tekanan darah >140/90
mmHg (Puspita & Haskas, 2014). Dari hasil studi menunjukkan tentang

kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia, diketahui bahwa angka
kejadian hipertensi sebanyak 38,8% di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah

1

menduduki peringkat ke-3 setelah Provinsi Riau dan Bangka Belitung
(Badan Penelitian & Pengembangan Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surakarta dilaporkan bahwa jumlah
penderita hipertensi pada tahun 2010 terdapat 35.750 kasus di seluruh
wilayah Kota Surakarta.
Pada lanjut usia didapatkan beberapa faktor-faktor yang dapat
menyebabkan hipertensi diantaranya faktor genetik (keturunan), umur, zat
toksin, jenis kelamin, etnis, stres, obesitas, nutrisi, merokok, narkoba,
alkohol, kafein, kurangnya olahraga, kolesterol tinggi, kelainan ginjal,
konsumsi natrium yang tinggi yang masuk kedalam tubuh (Susilo &
Wulandari, 2011). Tingginya risiko terkena hipertensi pada lansia
dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
tekanan darah sejak dini tanpa harus menunggu adanya gejala yang
muncul, kurang aktif mengikuti kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh
petugas, pola makan yang tidak sehat dan kurangnya olahraga yang dapat

memicu peningkatan tekanan darah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2012).
Lansia dengan hipertensi perlu mendapatkan terapi hipertensi yang
dikelompokkan dalam terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.
Upaya pengobatan yang termasuk dalam terapi nonfarmakologi yaitu
terapi komplementer (pelengkap), antara lain terapi tertawa, teknik
relaksasi otot progresif, aromaterapi dan terapi musik klasik. Namun,
belum banyak yang mengetahui bahwa terapi musik Murottal Surah
Ar-Rahman juga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

2

Terapi Murottal Surah Ar- Rahman ini juga merupakan terapi tanpa efek
samping yang aman dan mudah dilakukan (Mayrani & Hartati, 2013).
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sadriyah
(2014) tentang pengaruh terapi murottal terhadap penurunan tingkat stress
pada pasien hipertensi dan didapatkan hasil bahwa surah Ar-Rahman
terbukti efektif untuk menurunkan tingkat stres sehingga terjadi
penurunkan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ernawati (2013) bahwa terjadi penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik setelah diberikan terapi murottal surah Ar-Rahman
pada kelompok intervensi masing-masing sebesar 7,78 mmHg dan 6
mmHg pada tekanan darah diastolik. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa setelah diberikan terapi murottal surah Ar-Rahman terjadi
penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada semua lansia
dalam penelitian ini yang berjumlah 24 orang. Tidak terdapat lansia yang
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik setelah
diberikan terapi murottal surah Ar-Rahman.
Hipertensi yang terjadi pada lansia apabila tidak dikendalikan
dapat menimbulkan komplikasi dan kerusakan organ tubuh baik secara
langsung maupun tidak langsung. Diantaranya dapat menyebabkan stroke,
penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan juga dapat menyebabkan
retinopati (Sudoyo dkk, 2009).
Berdasarkan latar belakang tentang pemberian terapi murottal
surah Ar-Rahman terhadap perubahan tekanan darah pada lanjut usia
(lansia) penderita hipertensi, maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan

3

tindakan pemberian terapi murottal surah Ar-Rahman pada asuhan

keperawatan Ny. A dengan Hipertensi di Ruang X Puskesmas Sibela.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi murottal surah ArRahman terhadap perubahan tekanan darah pada asuhan keperawatan
Ny. A dengan Hipertensi di Ruang X Puskesmas Sibela.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. A dengan
hipertensi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. A
dengan hipertensi.
c. Penulis mampu menyusun intervensi asuhan keperawatan pada Ny.
A dengan hipertensi.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. A dengan
hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. A dengan hipertensi.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan terapi
murottal surah Ar-Rahman terhadap perubahan tekanan darah pada
Ny. A dengan hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi terutama pada lansia dengan terapi
murottal surah Ar-Rahman untuk menurunkan tekanan darah.
2. Bagi instansi Pendidikan
Sebagai referensi dan wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan
terhadap pemberian asuhan keperawatan hipertensi dalam menurunkan
tekanan darah dengan aplikasi riset terapi murottal surah Ar-Rahman.
3. Bagi Rumah Sakit

4

Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama keperawatan pada
pasien dengan hipertensi di rumah sakit.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Membantu dalam menurunkan tekanan darah dan memberikan pilihan
dalam penanganan hipertensi dengan menerapkan intervensi terapi
murottal surah Ar-Rahman untuk menurunkan tekanan darah.

5