201708101408551.BabILKPJ2016 Final14Maret2016

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.

DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh
Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
Selanjutnya Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan

daerah

yang

memuat

capaian

kinerja

penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan Tugas Pembantuan. Sedangkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan

Daerah


Kepada

Pemerintah,

Laporan

Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Dan

Informasi

Laporan

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah


Kepada

Masyarakat disebutkan bahwa setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala Daerah
mempunyai

kewajiban

untuk

memberikan

laporan

keterangan

pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Atas dasar tersebut, maka disusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
(LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015 yang merupakan informasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang

disampaikan Walikota kepada DPRD.
Kota Semarang didirikan oleh Sunan Pandanaran II pada tanggal 2 Mei 1547.
Setelah kemerdekaan, Kota Semarang ditetapkan sebagai Kotapraja diwilayah
Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari Negara Kesatuan RepubIik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat,
dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 1976, berdasarkan pada Peraturan

Hal.1

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat
II Semarang, jumlah kecamatan di Kota Semarang bertambah dari semula 5
kecamatan (Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Timur,
Semarang Selatan dan Semarang Tengah) menjadi 9 kecamatan, dengan
penambahan kecamatan Mijen, Gunungpati dan Tembalang di sebelah selatan,
Genuk di sebelah Timur dan Tugu di sebelah Barat. Selanjutnya pada tahun 1992,
wilayah administrasi kecamatan di Kota Semarang kembali berubah dari semula
berjumlah 9 menjadi 16 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50

Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten
Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta
Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam
Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban ini disusun dalam tujuh bab sesuai
dengan lampiran III Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2007, yang terdiri dari:
Bab I

Pendahuluan

Bab II

Kebijakan Pemerintah Daerah

Bab III Kebijakaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
Bab V

Penyelenggaraan Tugas Pembantuan


Bab VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan
Bab VII Penutup

B.

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

1.

GAMBARAN WILAYAH
Secara geografis, Kota Semarang terletak antara garis º

Selatan dan garis



’ -

’- º


’ Lintang

º 3 ’ Bujur Timur. Secara administratif Kota

Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan, dengan luas
wilayah adalah 373,70 Km2 (BPS, 2015), dengan batas-batas administratif adalah:
Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Selatan

: Kabupaten Semarang

Sebelah Barat

: Kabupaten Kendal

Sebelah Timur


: Kabupaten Demak

Secara topografi, Kota Semarang memiliki keunikan karena terdiri dari
daerah pantai dan daerah perbukitan, dengan elevasi topografi berada pada
ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350 m diatas permukaan laut. secara

Hal.2

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

umum, Kota Semarang didominasi oleh dataran rendah khususnya pada bagian
utaranya dan perbukitan di bagian selatannya. Sama halnya dengan kenampakan
morfologi Pulau Jawa, semakin mengarah ke selatan, morfologi Kota Semarang
cenderung berupa area perbukitan. Berdasarkan data topografi Kota Semarang
yang tercantum dalam RTRW Kota Semarang 2011 – 2031, sebanyak 43,89%

luasan wilayah Kota Semarang memiliki kelerangan yang berkisar 0 – 2% hal ini
dikarenakan sebagian besar Kota Semarang merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 2,45 meter di atas permukaan laut.
Jika dirinci per kecamatan di Kota Semarang, kecamatan yang mayoritasnya

merupakan dataran rendah diantara Kecamatan Pedurungan, Genuk, Gayamsari,
Semarang Timur, Semarang Utara, Semarang Tengah, Semarang Barat dan Tugu.
Sedangkan kecamatan yang memiliki area dengan perpaduan morfologi dataran
rendah

dan

perbukitan

dimiliki

oleh

Kecamatan

Mijen,

Banyumanik,

Gajahmungkur, Candisari, dan Tembalang. Sedangkan kecamatan yang memiliki

morfologi perpaduan antara perbukitan dengan pegunungan berada di Kecamatan
Gunungpati dan sebagian kecil berada di Banyumanik.
Kondisi klimatologi Kota Semarang sama seperti kondisi klimatologi di
Indonesia pada umumnya. Kota Semarang memiliki iklim tropis basah yang
dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari bulan November
hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW) menciptakan musim
hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Lebih dari 80% dari curah
hujan tahunan, turun pada periode ini. Untuk curah hujan di Kota Semarang, Kota
Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total
curah hujan di tahun 2014 mencapai 10.55 mm (berdasarkan data Badan Pusat
Statistik - BPS).
2.

GAMBARAN DEMOGRAFI
Secara demografi, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kota Semarang di

tahun 2015 diperkirakan sejumlah 1.596.036 jiwa, yang terdiri dari penduduk
laki-laki sejumlah 793.266 jiwa (49,7%) dan penduduk perempuan sejumlah
802.770 jiwa (50,3%). Jika dibandingkan dengan penduduk di tahun 2014,
penduduk di tahun 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 0,7% atau bertambah

11.130 jiwa.
Dari sebaran penduduk per kecamatan, Kecamatan Pedurungan adalah
kecamatan dengan penduduk terbanyak. Sedangkan Kecamatan Tugu adalah

Hal.3

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

kecamatan dengan penduduk paling sedikit. Secara rinci, sebaran penduduk di tiap
kecamatan terlihat pada tabel berikut:
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG PER KECAMATAN TAHUN 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

KECAMATAN
JUMLAH (JIWA)
PERSENTASE (%)
Kecamatan Semarang Selatan
86.064
5,39
Kecamatan Semarang Utara
131.511
8,24
Kecamatan Semarang Barat
164.324
10,30
Kecamatan Semarang Timur
81.899
5,13
Kecamatan Semarang Tengah
74.412
4,66
Kecamatan Gunungpati
75.895
4,76
Kecamatan Tugu
30.759
1,93
Kecamatan Mijen
56.994
3,57
Kecamatan Genuk
92.376
5,79
Kecamatan Gajahmungkur
65.035
4,07
Kecamatan Tembalang
144.371
9,05
Kecamatan Candisari
82.409
5,16
Kecamatan Banyumanik
131.651
8,25
Kecamatan Ngaliyan
122.687
7,69
Kecamatan Gayamsari
76.040
4,76
Kecamatan Pedurungan
179.609
11,25
JUMLAH
1.596.036
100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2015 (data sementara, data diolah)

Jika dilihat dari sebaran penduduk berdasarkan kelompok umurnya, jumlah
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) di tahun 2015 sejumlah 1.142.952
jiwa, dan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas)
sejumlah 453.084 jiwa. Dengan membandingkan antara jumlah penduduk tidak
produktif dengan penduduk yang produktif, maka akan dapat diketahui Angka
Beban Ketergantungan (dependency ratio). Angka beban ketergantungan Kota
Semarang pada tahun 2015 adalah sebesar 39,64%. Secara rinci, jumlah penduduk
Kota Semarang di tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASAR KELOMPOK UMUR KONDISI TAHUN 2015
KELOMPOK UMUR
JUMLAH (JIWA)
PERSENTASE (%)
0–4
127.674
8,00
5–9
126.763
7,94
10 – 14
123.123
7,71
15 – 19
148.361
9,35
20 – 24
157.671
9,97
25 – 29
150.913
9,47
30 – 34
140.438
8,80
35 – 39
126.105
7,89
40 – 44
119.700
7,49
45 – 49
107.174
6,70
50 – 54
90.847
5,67
55 – 59
64.789
4,03
60 – 64
36.954
2,29
65+
75.524
4,69
Jumlah
1.596.036
100,00
Sumber: BPS Kota Semarang (data sementara, data diolah)

Hal.4

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi penduduk Kota Semarang
hampir merata pada pendidikan dasar dan menengah (SD/MI sederajat, SMP/MTs
sederajat, SMA/MA sederajat) dengan persentase terbesar adalah tamatan SD/MI
sederajat sebesar 22,88%. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan
pada jenjang perguruan tinggi jumlahnya hanya sekitar 8,78%, yang terdiri dari
tamatan Diploma I/II/III sebesar 4,33% dan tamatan D IV, S1, S2, dan S3 sebesar
4,44%. Berikut ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat
pendidikan formal.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASAR PENDIDIKAN TAHUN 2015
NO
1
2
3
4

TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH (JIWA)
PERSENTASE (%)
Tidaksekolah
96.047
6,54
Tidak/ belum tamat SD
299.639
20,39
Tamat SD/MI sederajat
336.148
22,88
Tamat SLTP/MTs /
298.149
20,29
sederajat
5
Tamat SLTA/MA / sederajat
310.231
21,11
6
Tamat Diploma I / II / III
63.790
4,34
7
Tamat D IV / S1 / S2 / S3
65.248
4,44
JUMLAH
1.469.252
100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2015 (data sementara, data diolah)

Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kota Semarang sebagian besar
bekerja sebagai buruh industri (25,69%), PNS/TNI/POLRI (13,77%), pedagang
(12,53%) dan buruh bangunan (12,03%). Sementara itu, jenis mata pencaharian
petani dan buruh tani (3,9%) serta nelayan (0,37%) adalah mata pencaharian yang
paling sedikit di Kota Semarang. Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya
secara lengkap dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN TAHUN 2015
JUMLAH
PERSENTASE
(JIWA)
(%)
1
Petani Sendiri
27.203
3,90
2
Buruh Tani
18.665
2,67
3
Nelayan
2.560
0,37
4
Pengusaha
53.947
7,72
5
Buruh Industri
179.416
25,69
6
Buruh Bangunan
83.986
12,03
7
Pedagang
87.500
12,53
8
Angkutan
25.845
3,70
9
PNS/TNI/POLRI
96.189
13,77
10 Pensiunan
40.243
5,76
11 Lainnya
82.825
11,86
JUMLAH
698.379
100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2015 (data sementara, data diolah)
NO

JENIS MATA
PENCAHARIAN

Hal.5

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

Untuk mengukur kualitas hidup, terutama yang terkait dengan kualitas
pembangunan manusia di suatu wilayah, digunakan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).IPM dapat
menentukan peringkat atau level pembangunansuatu wilayah/negara. Sejak data
tahun 2014, IPM dilihat dengan menggunakan indikator metode pengukuran yang
berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya IPM diukur dengan Angka Melek Huruf
(AMH), Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-Rata Lama Sekolah dan Konsumsi Per
Kapita, dari tahun 2014 digunakan indikator Angka Harapan Hidup (AHH),
Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Paritas Daya
Beli. Di tahun 2015, diperkirakan nilai IPM Kota Semarang meningkat menjadi
79,82.
GRAFIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
KOTA SEMARANG TAHUN 2015

Keterangan : *). Data prediksi berdasarkan trend 5 tahun
Sumber : BPS Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang ( data diolah )

3.

KONDISI EKONOMI

a.

POTENSI DAERAH
Selain berdasarkan posisinya, Kota Semarang memiliki lokasi strategis

sebagai koridor pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari empat
simpul pintu gerbang yaitu koridor pantai utara, koridor selatan, koridor timur
dan koridor barat. Lokasi strategis Kota Semarang juga didukung dengan
keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas, Bandar Udara Ahmad Yani, Terminal
Terboyo, Stasiun Kereta Api Tawang dan Poncol, yang menguatkan peran Kota

Hal.6

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

Semarang sebagai simpul aktivitas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dan
bagian tengah Pulau Jawa, Indonesia.
Dalam konteks pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang juga
merupakan bagian dari rangkaian kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR
bersama dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota
Salatiga, dan Kabupaten Grobogan. Sebagai kota metropolitan, Kota Semarang
dalam kedudukannya di kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR menjadi pusat
aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan. Fungsi inilah yang
kemudian berdampak pada perkembangan pembangunan yang ada di Kota
Semarang karena sebagaimana yang diketahui, aktivitas perdagangan dan jasa,
industri dan pendidikan menjadi aktivitas yang paling banyak mengundang
manusia untuk beraktivitas di dalamnya. Oleh karenanya, Kota Semarang menjadi
salah satu kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk pendatang untuk
beraktivitas di dalamnya.
PETA KOTA SEMARANG TAHUN 2015

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

Kota Semarang memiliki Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pintu
utama Jawa Tengah dari jalur laut. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Emas ini
menjadi pendorong pengembangan kota. Selama tahun 2015, kinerja bongkar

Hal.7

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

muat dan penumpang di Pelabuhan Tanjung Emas dapat terlihat pada tabel
berikut ini :
JUMLAH ARUS BARANG DAN PENUMPANG
MELALUI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DI TAHUN 2015
JUMLAH PENUMPANG
(orang)

ARUS BARANG (ton)
BULAN

DALAM NEGERI

LUAR NEGERI

EMBARKASI

DEBARKASI

18.752

11.159

14.905

13.878

11.995

10.879

10.637

10.432

10.091

10.788

23.840

7.663

18.262

102.583

5.989

39.314

52.726

66.740

32.942

49.997

11.297

12.774

206.870

30.562

15.922

16.203

9.547

190.665

9.100

11.451

16.524

10.208

48.988

19.240

10.644

14.257

8.855

16.173

BONGKAR
244.897

MUAT
10.430

BONGKAR
101.609

MUAT
3.683

Februari

207.028

216.575

105.235

127.735

Maret

272.939

13.373

120.556

April

242.999

16.199

90.710

Mei

342.834

24.015

207.540

Juni

451.043

22.801

132.582

Juli

133.150

10.452

Agustus

192.103

18.311

September

460.210

Oktober

130.483

November

241.864

Januari

2.500

271.605
9.992
190.074
17.445
Desember
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2015 (data sementara, data diolah)

b.

GAMBARAN EKONOMI
Kinerja perekonomian suatu wilayah salah satunya dapat dilihat dari

seberapa besar nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan
produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu satu tahun
yang berada di daerah atau regional tertentu. Penyajian PDRB dihitung
berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur
perekonomian daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat
mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke
tahun yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.
Dari tahun 2014, BPS menggunakan metode dan lapangan usaha baru dalam
penghitungan PDRB. Penyesuaian ini dilakukan sesuai dengan System of National
Accounts 2008 (SNA2008) atau Sistem Neraca Nasional (SNN) yang merupakan
rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas
ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsipprinsip ekonomi.

Jika sebelumnya terdapat 9 jenis lapangan usaha, di

Hal.8

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

penghitungan PDRB yang baru digunakan 17 jenis lapangan usaha. Selain itu, hal
baru pada penghitungan PDRB dari tahun 2014 adalah penggunaan tahun dasar
penghitungan harga konstan dari sebelumnya tahun 2000 menjadi tahun 2010.
Berdasarkan jenis lapangan usaha PDRB yang baru, PDRB Kota Semarang
didominasi oleh lapangan usaha Konstruksi; Industri Pengolahan dan Perdagangan
besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor. Dari hasil
penghitungan, terjadi perubahan agregat PDRB tahun 2014 sebesar Rp.
102.501.385,64 juta menjadi Rp. 107.927.480,48 juta di Tahun 2015 sehingga
terjadi penambahan sebesar Rp. 5.426.094,84 juta atau mengalami kenaikan
sebesar 5,29 %. Sedangkan apabila menurut harga berlaku, maka pertumbuhan
ekonomi adalah sebesar 11,11 % atau mengalami kenaikan sebesar Rp.
13.471.402,52 juta, dari Rp. 121.262.902,12 juta pada tahun 2014 menjadi Rp.
134.734.304,64juta pada tahun 2015.
PDRB KOTA SEMARANG TAHUN 2014 DAN TAHUN 2015
LAPANGAN USAHA
1

Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
2
Pertambangan dan
Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Pengadaan Listrik, Gas
5
Pengadaan Air
6
Konstruksi
7
Perdagangan besar dan
eceran, reparasi dan
perawatan mobil dan
sepeda motor
8
Transportasi dan
Pergudangan
9
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
10 Informasi dan
Komunikasi
11 Jasa Keuangan
12 Real Estate
13 Jasa Perusahaan
14 Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan
16 Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
17 Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB)

HARGA BERLAKU (juta rupiah)

HARGA KONSTAN 2010
(juta rupiah)
2014*)
2015**)
955.371,32
1.083.410,15

2014*)
1.191.741,91

2015**)
1.372.864,36

237.362,63

257.566,38

180.989,86

203.283,79

34.014.760,83
115.316,51
106.014,39
32.419.240,18
17.109.716,68

36.088.781,96
147.998,24
138.895,36
36.177.423,56
20.634.546,36

27.693.433,54
123.652,45
100.363,05
26.606.793,55
15.307.225,85

28.043.565,99
132.467,04
118.405,84
28.857.134,61
17.026.785,62

4.443.064,22

4.597.309,10

3.718.913,76

3.726.085,53

4.193.188,06

4.373.965,53

3.238.499,55

3.358.183,58

8.613.386,80

10.285.146,93

9.498.187,04

9.265.642,00

5.182.183,79
3.302.285,58
712.300,68
4.031.883,83

5.893.435,90
3.727.803,66
754.635,74
4.715.998,39

4.048.687,63
3.026.679,77
597.792,43
3.198.841,73

4.522.381,29
3.149.778,05
597.728,75
3.701.992,76

3.329.442,98
902.194,22

3.149.567,45
914.595,41

2.312.701,34
711.486,43

2.203.494,65
698.486,30

1.358.818,80

1.503.770,32

1.181.766,33

1.238.654,54

121.262.902,12

134.734.304,64

102.501.385,64

107.927.480,48

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang (data sementara, data diolah)
keterangan : *) Angka sementara
**)Angka sangat sangat sementara

Hal.9

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

Berdasarkan harga konstan tahun 2010, pada tahun 2015 sumbangan
terbesar berasal dari lapangan usaha Konstruksi yang sebesar 26,74%. Terdapat
peningkatan kontribusi lapangan usaha ini dibanding tahun 2014 yang mencapai
25,96%. Kontributor tertinggi kedua adalah dari lapangan usaha Industri
Pengolahan yang sebesar 25,98%, menurun dibandingkan kontribusi di tahun
2014 sebesar 27,02%. Kontribusi terbesar ketiga berasal dari sektor Perdagangan
Besar Dan Eceran, Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor, yaitu sebesar
15,78%, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 14,93%.
Gambaran lengkap distribusi lapangan usaha PDRB Kota Semarang dapat terlihat
pada tabel berikut ini:
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010
DI KOTA SEMARANG TAHUN 2011-2015
LAPANGAN USAHA
1

2011
(%)
1,05

2012
(%)
1,01

2013
(%)
0,98

2014
(%) *)
0,93

Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian
0,19
0,19
0,18
0,18
3 Industri Pengolahan
25,49
25,96
26,66
27,02
4 Pengadaan Listrik, Gas
0,12
0,13
0,13
0,12
5 Pengadaan Air
0,12
0,11
0,10
0,10
6 Konstruksi
26,73
26,80
26,41
25,96
7 Perdagangan besar dan eceran,
16,60
15,78
15,38
14,93
reparasi dan perawatan mobil
dan sepeda motor
8 Transportasi dan Pergudangan
3,34
3,40
3,51
3,63
9 Penyediaan Akomodasi dan
3,08
3,14
3,12
3,16
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi
8,26
8,57
8,68
9,27
11 Jasa Keuangan
4,29
4,17
4,07
3,95
12 Real Estate
2,91
2,89
2,92
2,95
13 Jasa Perusahaan
0,54
0,54
0,57
0,58
14 Administrasi Pemerintahan,
3,59
3,41
3,30
3,12
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan
1,91
2,13
2,18
2,26
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
0,62
0,65
0,66
0,69
Sosial
17 Jasa lainnya
1,16
1,10
1,13
1,15
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
100,00
100,00
100,00
100,00
BRUTO (PDRB)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang (data sementara, data diolah)
keterangan : *) Angka sementara **)Angka sangat sementara

Hal.10

2015
(%)**)
1,00
0,19
25,98
0,12
0,11
26,74
15,78

3,45
3,11
8,59
4,19
2,92
0,55
3,43

2,04
0,65
1,15
100,00

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU
DI KOTA SEMARANG TAHUN 2011-2015
LAPANGAN USAHA
1

2011
(%)
1,03

2012
(%)
1,00

2013
(%)
1,04

2014
(%)
0,98

Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian
0,19
0,19
0,18
0,20
3 Industri Pengolahan
26,70
27,15
27,24
28,05
4 Pengadaan Listrik, Gas
0,12
0,11
0,11
0,10
5 Pengadaan Air
0,11
0,10
0,09
0,09
6 Konstruksi
26,46
26,71
26,56
26,73
7 Perdagangan besar dan eceran,
16,19
15,18
14,91
14,11
reparasi dan perawatan mobil
dan sepeda motor
8 Transportasi dan Pergudangan
3,26
3,27
3,48
3,66
9 Penyediaan Akomodasi dan
3,07
3,24
3,41
3,46
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi
7,93
7,66
7,33
7,10
11 Jasa Keuangan
4,31
4,41
4,42
4,27
12 Real Estate
2,79
2,70
2,70
2,72
13 Jasa Perusahaan
0,55
0,55
0,59
0,59
14 Administrasi Pemerintahan,
3,46
3,53
3,47
3,32
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan
2,07
2,46
2,68
2,75
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
0,64
0,69
0,71
0,74
Sosial
17 Jasa lainnya
1,13
1,05
1,09
1,12
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
100,00
100,00
100,00
100,00
BRUTO (PDRB)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang(data sementara, data diolah)
keterangan :*) Angka sementara **)Angka sangat sementara

2015
(%)
1,02
0,19
26,79
0,11
0,10
26,85
15,31

3,41
3,25
7,63
4,37
2,77
0,56
3,50

2,34
0,68
1,12
100,00

Indikator lain yang digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi Kota
Semarang juga dapat terlihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang
merupakan kenaikan output agregat (keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan
oleh kegiatan perekonomian). Jika pada tahun 2014 LPE Kota Semarang mencapai
5,30%, maka pada tahun 2015 angka LPE mencapai 5,30%. Angka ini masih lebih
tinggi dibandingkan LPE nasional (4,79%) dan LPE Provinsi Jawa Tengah (5,4%).
PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (LPE)
KOTA SEMARANG DAN NASIONAL TAHUN 2011-2015

Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2015

Hal.11

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

Dari sisi inflasi, pada tahun 2015 inflasi mengalami penurunan yang cukup
drastis. Inflasi Kota Semarang di tahun 2015 mencapai 2,56%, menurun
dibandingkan inflasi di tahun 2014 yang mencapai 8,53%. Penurunan ini
disebabkan antara lain oleh kebijakan pemerintah pusat yang terkait dengan
penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipicu oleh penurunan harga
minyak dunia. Selain itu penurunan inflasi juga disebabkan oleh terjaganya
pasokan komoditas strategis. Secara umum di Provinsi Jawa Tengah, sumbangan
terbesar inflasi di tahun 2015 berasal dari komoditas beras, rokok kretek filter,
bawang merah, bawang putih danakademi/perguruan tinggi.

Sedangkan

komoditas yang menyumbangkan deflasi adalah bensin, cabai merah, cabai rawit,
minyak goreng dan semen. Jika dilihat dari nilai tiap bulannya, inflasi tertinggi
terjadi pada bulan Desember, sementara deflasi terbesar terjadi di bulan Februari.
LAJU INFLASI DI KOTA SEMARANG
No

BULAN

2010
0,75
0,47
-0,20
0,37
0,02
0,84
1,73
0,53
1,04
0,02
0,63
0,70

2011
0,60
-0,12
-0,11
-0,54
0,13
0,43
0,67
0,57
0,51
-0,19
0,51
0,38

TAHUN (%)
2012
2013
0,42
0,99
0,37
0,90
0,33
0,95
0,14
-0,43
0,36
-0,17
0,68
0,86
0,83
3,50
1,26
1,25
-0,10
-0,61
0,07
0,12
-0,01
0,42
0,41
0,21

1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember
Year on Year
7,11
2,87
4,85
8,19
(Kalender Desember)
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2015(data sementara, data diolah)

2014
0,90
0,24
0,27
-0,04
0,25
0,85
0,62
0,41
0,41
0,55
1,35
2,40

2015
-0,48
-0,67
0,25
0,17
0,54
0,64
0,91
0,28
-0,18
-0,16
0,21
1,04

8,53

2,56

Meskipun inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstenal,
pengendalian inflasi menjadi hal yang harus terus dilakukan oleh Pemerintah Kota
Semarang untuk menjaga daya beli masyarakat. Selain melalui upaya pengendalian
ketersediaanya, pembangunan infrastruktur diharapkan akan dapat berperan
untuk menjaga nilai inflasi.

Hal.12