Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanaja Modal dengan Inflasi sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Kab/Kota di Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Syukriy & Halim Abdul. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
Asli Daerah Terhadap Belanja Pemda: Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Jawa
dan Bali. Jurnal Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25.
Arsyad, Lincoln. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE.
Yogyakarta.
Budiono, 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4. BPFE. Yogyakarta.
Darwanto dan Yustikasari, Yulia. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian; USU Press.
Erlina dan Rasdianto, 2013.Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Medan; Brama
Ardian
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi III, 1-52,
79-134, 251-258, Badan Penerbit UNDIP. Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta;
Salemba Empat.
Kuncoro, Mudrajat, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
dan Startegi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta..

Lin, Justin Yifu dan Zhiqiang Liu. 2000. Fiscal Decentralitation and Economic Growth in
China, Economic Development and Cultural Change. Chicago
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32/2004 tentang
Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 33/2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32/2005 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Universitas Sumatera Utara

Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi,
Penerbit Ghalia Indonesia., Jakarta.
Siahaan, Marihot P, 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi 1, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sianipar, Eva. 2011. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan
Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kab/Kota di Sumatera Utara, Medan.
Skripsi.
Situngkir, Anggiat. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana

Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Anggaran Belanja
Modal pada Pemkab/Pemko di Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis Cetakan kedelapan, AlfaBeta, Bandung.
Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suratno, Nugroho. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Asli Daerah, dan
Dana Alokasi Umum, Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Skripsi.
Universitas Dipnonegoro.
Syahfitri, Irma. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada
Pemerintahan Kab/Kota di Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Website pembelajaran siswa, www.zonasiswa.com
Wong, John D. 2004. Fiscal Impact of Economic Growth and Development on Local
Government Capacity, Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial
Management. Fall. 16.3. Hal : 413-423.
Website Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Perimbangan
Keuangan, Laporan APBD, www.dpjk.kemenkeu.go.id

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah hubungan sebab akibat yaitu jika
variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, dan dinyatakan
bahwa variabel X menyebabkan variabel Y (Erlina, 2007:66). Jenis penelitian ini
bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dengan cara pengamatan
terhadap akibat yang ada dan menelusuri faktor-faktor penyebabnya.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Doanne dan Seward (2011), menyatakan bahwa population is all of the items
that we are interested in. Populasi merupakan totalitas dari suatu karakteristik
tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sudarmato,2013).

Populasi

dalam

penelitian


ini

adalah

Pemerintahan

Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara pada tahun 2011-2013.
Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel
merupakan bagian dari suatu populasi yang diambil dengan cara tertentu sebagaimana
yang ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel penelitian dengan maksud atau pertimbangan tertentu dari
sampel. (Sugiyono,2005:78)

Universitas Sumatera Utara

Penulis mempunyai kriteria dan pertimbangan dalam pengambilan sampel,
yaitu :
1. Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan

APBD dalam situs
Kementerian

Direktoral

Jenderal

Keuangan

Perimbangan

Republik

Keuangan
Indonesia.

(http://www.djpk.kemenkeu.go.id).
2. Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang mempublikasikan Laporan
Realisasi APBD secara lengkap dan terus-menerus selama periode 20102014.
3. Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang Laporan Realisasi APBD nya

telah memakai format Standar Akuntansi Peremintahan.
Tabel 3.1 Daftar Nama Sampel Penelitian
Periode 2010-2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama Kota
Kab. Asahan
Kab. Dairi
Kab.Deli Serdang

Kab. Langkat
Kab. Batubara
Kab. Mandailing
Natal
Kab. Simalungun
Kab. Tapanuli
Selatan
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Tapanuli
Tengah
Kab. Toba Samosir

1










Kriteria
2





Sampel



3
























S1
S2
S3

S4
S5
S6
S7

Universitas Sumatera Utara

12 Kab. Karo
13 Kab. Humbang
Hasundutan
14 Kab. Labuhan Batu
15 Kab. Labuhan Batu
Selatan
16 Kab. Labuhan Batu
Utara
17 Kab. Serdang
Bedagai
18 Kota Medan
19 Kota Pem. Siantar
20 Kota Sibolga

21 Kota Tj. Balai
22 Kota Tebing Tinggi
23 Kota Padang
Sidempuan
24 Kota binjai
25 Kab. Gunung Sitoli
26 Padang Lawas
27 Padang Lawas Utara
28 Pak Pak Barat
29 Nias
30 Nias Barat
31 Nias Selatan
32 Nias Utara
33 Samosir

































































S8
S9
S10
S11

S12

3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data primer yang telah diolah secara lanjut dan disajikan dengan baik oleh
pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel
atau diagram-diagram. Sumber data peneliti adalah dari dokumen laporan realisasi
APBD yang diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan

Universitas Sumatera Utara

Kementrian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). Dari
laporan realisasi APBD tahun 2011-2013 dapat diperoleh data mengenai Pertumbuhan
Ekonomi, jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu
peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yang bias diperoleh dari Badan Pusat
Statistik

(BPS)

Provinsi

Sumatera

Utara

dan

bisa

dilihat

di

www.dpjk.kemenkeu.go.id. Peneliti juga bisa melakukan studi dengan buku-buku
dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:2). Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah variabel independen, variabel dependen dan variabel moderating.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
Jenis Variabel

Nama Variabel

Dependen

Anggaran Belanja
Modal (Y)

Independen

Pertumbuhan
Ekonomi (X1)

Indikator
Lap. APBD
pemkab/ kota
Sumut.
Lap. Hasil
Pertumbuhan
Ekonomi
Pemkab/ kota
Sumut.

Kriteria
Anggaran
Belanja Modal
2010-2014.
Berdasarkan
PDRB harga
berla`ku tahun
2009-2013.

Skala
Rasio

Rasio

Universitas Sumatera Utara

Independen

Pendapatan Asli
Daerah (X2)

Independen

Dana Alokasi
Umum (X3)

Independen

Dana Alokasi
Khusus (X4)

Moderating

Inflasi (Z)

Lap. PAD
pemkab/ kota
Sumut.
Lap. APBD
pemkab/ kota
Sumut.
Lap. APBD
pemkab/ kota
Sumut.
Lap. Hasil
Pertumbuhan
Ekonomi
pemkab/ kota
Sumut.

Anggaran PAD
tahun 20102014.
Anggaran DAU
tahun 20102014.
Anggaran DAK
tahun 20102014.
Berdasarkan
PDRB perkapita
tahun 20092013.

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

3.5.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel

dependen

disebut

juga

variabel

terikat,

variabel

konsekuen, atau variabel output. Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2011:4). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah
Alokasi Anggaran Belanja Modal (Y). Belanja Modal adalah belanja
pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan
akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin. Alokasi Anggaran Belanja Modal
adalah dana yang dialokasikan sebagai anggaran untuk belanja
pemerintah daerah untuk kegiatan yang bersifat menambah asset dan
kekayaan daerah. Belanja modal dapat dihitung dengan menambahkan
semua asset.

Universitas Sumatera Utara

Belanja Modal = Belanja Tanah + Peralatan dan Mesin +
Gedung dan Bangunan + Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja
Aset tetap lainnya

3.5.2. Variabel Independen (X)
Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas atau
variabel prediktor. Variabel independen merupakan variabel yang
memengaruhi atau menjadi sebeb perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (variabel bebas) (Sugiyono, 2011:4).
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan variabel independen terdiri dari
Pertumbuhan Ekonomi (X1), Pendapatan Asli Daerah (X2), Dana Alokasi
Umum (X3), dan Dana Alokasi Khusus (X4).
3.5.2.1. Pertumbuhan Ekonomi (X1)
Pertumbuhan Ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan
PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau
lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 2005:7).
Pertumbuhan Ekonomi diukur dengan rumus:

PDRB=

���� � −���� �−�
���� �−�

x100%

Dimana;
PDRB = Product Domestic Regional Bruto; n = Tahun ke-n

Universitas Sumatera Utara

3.5.2.2. Pendapatan Asli Daerah (X2)
Pendapatan

Asli

Daerah

(PAD)

merupakan

semua

peneriamaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah
(Halim,2004:67). Besarnya PAD dapat dilihat dalam laporan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada bagian pendapatan.
PAD dapat diukur dengan rumus :
PAD = HPD + RD + PLPD + LPS

Dimana;
HPD = Hasil Pajak Daerah
RD

= Retribusi Daerah

PLPD = Pendaoatan dan Laba Perusahaan Daerah
PLS = Pendapatan Lain-lain yang sah
3.5.2.3. Dana Alokasi Umum (X3)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah salah satu transfer dana
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari
pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

DAU = Celah FIskal + Alokasi Dasar

Universitas Sumatera Utara

Dimana,
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal

3.5.2.4. Dana Alokasi Khusus (X4)
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus
untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat dari pos dana
perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD.
3.5.3. Variabel Moderating (Z)
Variabel moderating adalah variabel yang mempunyai dampak
kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independen dan dependen.
(Erlina, 2007:33). Variabel moderating dapat berperan sebagai factor
yang mmeperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen suatu penelitian. Di dalam penelitian
ini, variabel moderating yang digunakan adalah Inflasi. Laju Inflasi dapat
dihitung dengan indeks, sebagai berikut:

Dimana;

Universitas Sumatera Utara

IHt = Indeks Harga Konsumen tahun tertentu
IHt1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya
Inflasi berdampak negatif pada perekonomian, dan juga terhadap
belanja modal, tetapi pada prinsipnya tidak semua inflasi berdampak
negatif pada perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu
inflasi di bawah sepuluh persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi
semangat pada pengusaha, untuk lebih meningkatkan produksinya.
Pengusaha bersemangat memperluas produksinya, karena dengan
kenaikan harga yang terjadi para pengusaha mendapat lebih banyak
keuntungan. Selain itu, peningkatan produksi memberi dampak positif
lain, yaitu tersedianya lapangan kerja baru. Jadi jika keadaannya
demikian maka pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut akan semakin
meningkat yang dimana nantinya juga akan meningkatkan anggaran
belanja modal pemerintah di daerah tersebut.
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif menggunakan SPSS. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu
variabel independen terhadap variabel dependen maka penelitian ini menggunakan
metode regresi linear berganda.

Universitas Sumatera Utara

Langkah awal metode analisis adalah dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari
uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Lalu
uji berikutnya adalah uji analisis regresi linear berganda dan diakhiri dengan uji
hipotesis.
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi
dengan tujuan mengukur asosiasi atau keterikatan antarvariabel bebas.
Terdapat 4 (empat) pengujian terkait uji asumsi klasih yaitu uji normalitas
data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui keberadaan variabel
pengganggu atau residual di dalam model regresi. Jika data normal, maka
staistik yang dipergunakan adalah statistic parametric. Jika sebaliknya,
maka statistic non parametriklah yang digunakan atau peneliti dapat
melakukan treatment agar data normal.
Dalam menguji normalitas data, peneliti menggunakan Kolgomorov
Smirnov untuk menemukan distribusi residual. Jika sig atau p-value >
0,05 maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2005:27)
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas ini dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya
nya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang

Universitas Sumatera Utara

lainnya. (Sudarmanto, 2013:224). Model regresi yang baik seharusnya
tidak mengandung multikolinearitas di dalamnya. Pengujian ini
menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factors) sebagai acuan
adanya multikolinearitas. Jika nilai VIF lebih besar dari 2, maka telah
terjadi multikolinearitas antara variabel independen. Di samping itu,
sebuah model regresi dikatakan mengandung multikolinearitas apabila
korelasi antara variabel independennya lebih besar dari 0,8.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah variasi
residual absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan
(Sudarmanto,2013:240). Model regresi yang baik tidak diperbolehkan
mengandung heteroskedastisitas.
Terdapat beberapa cara dalam mengidentifikasi keterjadian
heteroskedastisitas. Wulandari (2012:47) mengungkapkan salah satu cara
mengidentifikasi heteroskedastisitas dalam model regresi adalah metode
chart (Diagram Scatterplot) yaitu :
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola
beraturan (gelombang, melebar kemudian menyempit), maka
model regresi mengalami heteroskedastisitas.
2) Jika ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar ke atas
dan bawah 0 pada sumbu Y, maka model tidak mengalami
heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah kondisi dimana adanya hubungan antar
pengamatan atau observasi. Uji asumsi tentang autokorelasi sangat
penting untuk dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat time series,
akan tetapi semua data yang diperoleh perlu diuji terlebih dahulu
autokorelasinya apabila akan dianalisis dengan regresi linear berganda.
Menurut Algifari (2000:88) dalam Wulandari (2012:46) autokorelasi
adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu,
pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui keberadaan korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu.
Pengujian autokorelasi dapat menggunakan Durbin-Watson Test. Ukuran
yang digunakan untuk menyatakan ada tidaknya autokorelasi, yaitu
apabila nilai statistic Durbin-Watson Test mendekati angka 2, maka dapat
dinyatakan bahwa data pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi,
jika sebaliknya makan dinyatakan terdapat autokorelasi.
3.7. Pengujian Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis berguna untuk memeriksa apakah koefisien regresi yang didapat
signifikan. Dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis sebanyak dua kali.
3.7.1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Dalam peneltiian ini, hipotesis (H1) diuji dengan analisis regresi
linear berganda dengan model sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y

= Anggaran Belanja Modal

a

= Konstanta

b1,b2 = Koefisien Regresi
X1 = Pertumbuhan Ekonomi
X2 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X3 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X4 = Dana Alokasi Khusus (DAK)
e

= Error

Pengujian hasil analisis regresi linear berganda dilakukan dengan
Uji F dan Uji t.
a. Uji F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%, maka
ketentuannya sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikan F > tingkat signifikansi 0,05 maka tidak ada
pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara

2. Jika nilai signifikan F < tingkat signifikansi 0,05 maka ada
pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama- sama
terhadap variabel terikat.
Ketentuan lain dengan menggunakan nilai F hitung dan F tabel sebagai
berikut:
1. Jika nilai F hitung ≤ F tabel, maka tingkat signifikansi 0,05 maka
tidak ada pengaruh dari variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
2. Jika nilai nilai F hitung > F tabel, maka ada pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama dari variabel independen
terhadap variabel independen.
b. Uji t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variabel dependen, artinya Uji-t digunakan mengetahui secara
parsial apakah setiap variabel bebas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat. Tingkat signifikansi yang
digunakan didalam penelitian adalah 5% dengan ketentuan:
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka secara parsial variabel bebas
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat.

Universitas Sumatera Utara

2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka secara parsial variabel bebas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian dengan membandingkan thitung dengan ttabel
sebagai berikut:
1. Jika nilai thitung ≤ t

tabel maka

tidak ada pengaruh yang signifikan

dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Jika nilai t

hitung

>t

tabel

maka ada pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.7.2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Pengujian hipotesis selanjutnya (H2) berkaitan dengan interaksi
inflasi dalam mempengaruhi variabel independen terhadap alokasi
anggaran belanja modal.
Seluruh variabel independen harus diregresikan dengan variabel
moderating melalui uji residual. Uji residual digunakan untuk
menghindari multikolinearitas.
Analisis residual ini menguji pengaruh deviasi dari suatu model
dengan fokus lack of fit antar variabel independen (Ghozali, 2013:240).
Apabila antara variabel independen memiliki nilai residual yang kecil
atau nol dengan Inflasi, maka terjadi kecocokan disini sehingga Inflasi
dengan persentase kecil dapat dikategorikan sebagai variabel moderating
yang menaikkan Alokasi Anggaran Belanja Modal.

Universitas Sumatera Utara

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan regresi
persamaan :
Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e…………………….. (1)
Kemudian regresi dilanjutkan dengan persamaan :
| e | = a + b1Y………………………………….. (2)
Persamaan regresi (2) menggambarkan Inflasi sebagai variabel
moderating jika nilai koefisien parameternya signifikan dan negatif.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran dari data yang

dipakai di dalam penelitian. Statistik deskriptif digunakan dengan cara melihat nilai
minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai standard deviation, dan nilai variance dari
setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Berikut tabel statistik dari variabel-variabel
yang digunakan :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Pertumbu

Pendapatan

Dana Alokasi

Dana Alokasi

Belanja

Valid N

han

Asli Daerah

Umum

Khusus

Modal

(listwise)

Ekonomi
N

Statistic

48

48

48

48

48

Minimum

Statistic

-.198

11813.00

227216.00

17956.00

27867.00

Maximum

Statistic

.850

328348.00

1260755.00

90869.00

352334.00

Statistic

.14317

53574.3750

514198.7917

46284.7292

148230.9583

.025000

9352.84051

35992.34095

2991.08030

11970.11214

.173209

64798.37986

249362.25287

20722.81223

82931.36959

Mean

Std.

48

Error
Std.
Deviation

Statistic

sumber :Olah Data SPSS
Berikut rincian data deskriptif dari Tabel 4.1 yang telah diolah :
1. Variabel Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai minimum sebesar -0,198, nilai
maksimum sebesar 0,850, nilai rata-rata sebesar 0,14317, dan standar deviasi
sebesar 0,173209 dengan jumlah pengamatan sebanyak 48.

Universitas Sumatera Utara

2. Variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai minimum sebesar 11813,00 nilai
maksimum sebesar 328348,00 nilai rata-rata sebesar 53547,3750 dan standar
deviasi sebesar 64798,37986 dengan jumlah pengamatan sebanyak 48.
3. Variabel Dana Alokasi Umum memiliki nilai minimum sebesar 227216,00 nilai
maksimum sebesar 1260755,00 nilai rata-rata sebesar 514198,7917 dan standar
deviasi sebesar 249362,25287 dengan jumlah pengamatan sebanyak 48.
4. Variabel Dana Alokasi Khusus memiliki nilai minimum sebesar 17956,00 nilai
maksimum sebesar 90869,00 nilai rata-rata sebesar 46284,7292 dan standar deviasi
sebesar 20722,81223 dengan jumlah pengamatan sebanyak 48.
5. Variabel Belanja Modal memiliki nilai minimum sebesar 27867,00 nilai maksimum
sebesar 352334,00 nilai rata-rata sebesar 148230,9583 dan standar deviasi sebesar
82931,36959 dengan jumlah pengamatan sebanyak 48.

4.2

Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan data yang diteliti dapat digunakan
dalam analisis model regresi linear. Setelah Data yang lolos di dalam uji asumsi klasik,
uji regresi akan dilakukan untuk melihat tingkat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Uji – uji yang dilakukan terdiri dari, uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikoliniearitas.

Universitas Sumatera Utara

4.2.1.

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan distribusi data

yang digunakan oleh peneliti. Uji dilakukan dengan menggunakan uji statistik non
parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik histogram, dan grafik normal plot.
Berikut hasil uji normalitas data peneliti dengan statistik non parametric
Kolmogorov-Smirnov (K-S) :

Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
One Sample Kolmogorov Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N

48
Mean

Normal Parameters

a,b

Std. Deviation

Most Extreme Differences

.0000000
38673.4077058
3

Absolute

.104

Positive

.104

Negative

-.067

Kolmogorov-Smirnov Z

.723

Asymp. Sig. (2-tailed)

.672

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

sumber :Olah Data SPSS
Selain Tes Kolmogorov Smirnov, grafik histogram dan grafik normal plot juga
digunakan dalam menguji normalitas data. Berikut grafik histogram dan normal plot
:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 GrafikHistogram

sumber :Olah Data SPSS
Gambar 4.2 Normal P-Plot
Dari kedua grafik di atas dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan peneliti
berdistribusi normal. Grafik histogram menunjukan bahwa residual bergerak dengan
skewness seperti lonceng, menandakan bahwa data berdistribusi normal. Grafik

Universitas Sumatera Utara

normal plot menunjukan bahwa data yang dipakai peneliti berdistribusi di dekat
garis diagonal yang ada pada grafik, menandakan bahwa data yang digunakan
peneliti berdistribusi dengan normal.
4.2.2.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat pela penyebaran titik

pada grafik scatterplot. Jika titik berkumpul dalam satu pola tertentu maka terjadi
indikasi heteroskedastisitas. Regresi yang baik dapat dilakukan bila tidak ada indikasi
heteroskedastisitas yang ditandai dengan titik yang menyebar tanpa membentuk suatu
pola pada grafik scatterplot. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot:

Gambar 4.3 Diagram Scatterplot
Grafik scatterplot di atas menandakan bahwa tidak ada indikasi heteroskedastisitas
karena titik-titik yang terdapat pada grafik menyebar dan tidak membentuk suatu
pola.

Universitas Sumatera Utara

4.2.3.

Uji Multikoliniearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan

linear antara variabel independen satu dengan lainnya. Jika variabel memiliki
hubungan linear, maka model regresi tidak dapat dilakukan. Untuk menguji adanya
indikasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan
VIF dari variabel yang digunakan. Berikut hasil uji multikolinearitas dari variabel
yang digunakan peneliti :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model

a

Collinearity Statistics
Tolerance

VIF

(Constant)

1

Pertumbuhan Ekonomi

.925

1.081

Pendapatan Asli Daerah

.280

3.577

Dana Alokasi Umum

.105

9.547

Dana Alokasi Khusus

.204

4.909

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Tabel di atas menunjukan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas. Nilai tolerance
> 0,1 dan VIF < 10 menandakan bahwa tidak ada indikasi multtikolinearitas. Variabel
PE memiliki nilai tolerance sebesar 0,925 dan VIF sebesar 1,081; variabel PAD
memiliki nilai tolerance sebesar 0,280 dan VIF sebesar 3,577; variabel

DAU

memiliki nilai tolerance sebesar 0,105 dan VIF sebesar 9,547; variabel DAK memiliki
nilai tolerance 0,204 dan VIF sebesar 4,909. Setiap variabel memenuhi syarat nilai

Universitas Sumatera Utara

tolerance dan VIF, sehingga semua variabel independen tidak memiliki hubungan
linear satu sama lain.
4.2.4.

Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk melihat adanya korelasi pada data dari

suatu periode dengan periode lainnya. Indikasi autokorelasi terjadi pada data yang
memiliki time series. Untuk menguji terjadinya indikasi autokorelasi, peneliti
menggunakan pengujian Durbin Watson. Dalam model regresi tidak terjadi
autokorelasi bila nilai Durbin Watson du < dw < 4 – du. Berikut tabel hasi pengujian
Durbin Watson :
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin Watson
b

Model Summary

Model
1
R

.885

a

R Square

.783

Adjusted R Square

.762

Std. Error of the Estimate

40432.17858

R Square Change
F Change
Change Statistics

.783
38.683

df1

4

df2

43

Sig. F Change
Durbin-Watson

.000
1.737

a. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Khusus,
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum
b. Dependent Variable: Belanja Modal

sumber :Olah Data SPSS

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji autokorelasi pada model regresi yang digunakan peneliti menunjukkan nilai
Durbin-Watson sebesar 1,737 Nilai ini dibandingkan dengan nilai du pada tabel nilai
signifikansi Durbin-Watson 5%. Dari tabel kita peroleh batas bawah sebesar 1,732
sedangkan batas atas sebesar 2,268 (4-1,732). Dari uji ini dapat dilihat bahwa model
regresi yang digunakan peneliti tidak terindikasi autokorelasi karena nilai Durbin
Watson memenuhi persyaratan (1,732 > 2,111 > 2,268).

4.3

Analisis Regresi Linear Berganda
Data yang telah lolos uji asumsi klasik dapat digunakan dalam model regresi dan
dianalisis. Analisis dilakukan dengan mencari koefisien setiap variabel dindependen
yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus pada model regresi untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel
dependen, dalam hal ini Belanja Modal. Berikut hasil analisis regresi yang dilakukan
peneliti :

Tabel 4.5
Analisis Linear Berganda
Coefficients
Model

a

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients

B
1

(Constant)

9818.580

Std. Error

Beta

15670.857

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan Ekonomi

-5947.898

35394.731

-.012

Pendapatan Asli Daerah

.434

.172

.339

Dana Alokasi Umum

.099

.073

.296

Dana Alokasi Khusus

1.411

.631

.353

a. Dependent Variable: Belanja Modal

sumber :Olah Data SPSS

Dari analisis regresi yang dilakukan, diperoleh koefisien setiap variabel untuk
membentuk suatu persamaan regresi. Persamaan regresi yang dibentuk adalah sebagai
berikut :
Belanja Modal = 9818,580 - 5947,898 PE + 0,034 PAD + 0,099 DAU + 1,411 DAK
Persamaan regresi yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut :
1. a = 9818,580
Nilai a sebesar 9818,580 menunjukkan apabila setiap variabel (PE, PAD, DAU,
DAK) tidak memiliki nilai atau 0, maka nilai BM akan berubah sebesar 9818,580.

2. b1 = -5947,898
Nilai b1 sebesar -5947,898 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel
PE bila variabel yang lain tetap adalah sebesar -59,47898%. Bila variabel PE naik
sebesar 1 maka variabel BM turun sebesar 5947,88.
3. b2 = 0,434

Universitas Sumatera Utara

Nilai b2 sebesar 0,434 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel PAD
bila variabel yang lain tetap adalah sebesar 4,34%. Bila variabel FVA t naik sebesar
1 maka variabel BM naik sebesar 0,434
4. b3 = 0,099
Nilai b3 sebesar 0,099 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel DAU
bila variabel yang lain tetap adalah sebesar 0,99%. Bila variabel DAU naik sebesar
1 maka variabel BM naik sebesar 0,099
5. b4 = 1,411
Nilai b4 sebesar 1,411 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel DAK
bila variabel yang lain tetap adalah sebesar 14,11%. Bila variabel DAK naik sebesar
1 maka variabel BM naik sebesar 1,411.
Pengaruh yang diberikan setiap variabel tidak terlalu signifikan dilihat dari persamaan
regresinya karena angka koefisien yang kecil. Selain melihat persamaan regresi,
koefisien korelasi dan koefisien determinansi juga dilihat untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut tabel koefisien
korelasi dan koefisien determinansi dari model regresi yang digunakan :
Tabel 4.6
Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinansi
b

Model Summary

Model
1
a

R

.885

R Square

.783

Adjusted R Square

.762

Std. Error of the Estimate

40432.17858

Universitas Sumatera Utara

Change Statistics

R Square Change

.783

F Change

38.683

df1

4

df2

43

Sig. F Change

.000

Durbin-Watson

1.737

a. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Khusus,
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum
b. Dependent Variable: Belanja Modal

sumber :Olah Data SPSS

Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari tabel adalah sebesar 0,885. Nilai
koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nilai koefisien korelasi yang diperolah
menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen Nilai koefisien korelasi di dalam model regresi adalah sebesar 0,885. Nilai ini
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen di
dalam model regresi lemah.
Nilai koefisien determinansi yang diperoleh dari tabel adalah sebesar 0,783. Nilai
koefisien determinansi berkisar antara 0 sampai 1. Nilai koefisien determinansi
menunjukkan kemampuan model menerangkan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Pada model regresi yang diteliti nilai koefisien determinansi
adalah sebesar 0,783. Nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan model regresi dalam
menerangkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen lemah.

4.4

Uji Hipotesis (Uji F)

Universitas Sumatera Utara

Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis adanya pengaruh signifikan antara variabel
independen yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus dengan variabel dependen yaitu Belanja Modal secara
simultan. Adapun hipotesis dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
H1 : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal.
H1 diterima bila semua variabel dependen memiliki pengaruh terhadap variabel
independen secara simultan.
Berikut tabel hasil Uji F :
Tabel 4.7
Hasil Uji F
a

ANOVA
Model

Sum of Squares
Regression

1

Residual
Total

Df

Mean Square

252953041125.582

4

70294725788.335

43

323247766913.917

47

F

63238260281.395 38.683

Sig.
.000

b

1634761064.845

a. Dependent Variable: Belanja Modal
b. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Khusus, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum

sumber :Olah Data SPSS
Didapatkan angka F hitung = 38.683 < F tabel = 2,58 dan nilai signifikansi = 0,000 > α
= 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Belanja Modal.

Universitas Sumatera Utara

4.4.1. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Hasil pengujian Uji t ini ditampilkan dalam Tabel 5.0.
Tabel 5.0. Hasil Uji t
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

T

Sig.

Coefficients
B
(Constant)

Std. Error

9818.580

15670.857

-5947.898

35394.731

Pendapatan Asli Daerah

.434

Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

Pertumbuhan Ekonomi

Beta
.627

.534

-.012

-.168

.867

.172

.339

2.522

.015

.099

.073

.296

1.349

.184

1.411

.631

.353

2.238

.030

Berdasarkan Tabel 5.0, uji hipotesis yang telah dilakukan, terlihat model
regresi penelitian adalah sebagai berikut:
Y = 9818,580 – 5947,898X1 + 0,434X2 + 0,099X3 + 1,411X4
Persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien masing-masing
variabel adalah bervariasi. Secara parsial, pengaruh masing-masing variabel
independen dapat diuraikan sebagai berikut:
a.

Pertumbuhan Ekonomi mempunyai t hitung = -0,168 < t tabel 2,01669 dan
memiliki signifikansi = 0,867 > α = 5% maka dapat disimpulkan
Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

b.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai t hitung = 2,522 > t tabel =
2,01669

dan memiliki signifikansi = 0,015 < α = 5%, maka dapat

Universitas Sumatera Utara

disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja Modal.
c.

Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai t hitung = 1,349 < t tabel =
2,01669 dan memiliki signifikansi = 0,184 > α = 5% maka Dana Alokasi
Umum (DAU) disimpulkan tidak memiliki pengaruh terhadap Belanja
Modal. .

d.

Dana Alokasi Khusus (DAK) mempunyai t hitung = 2,238 < t tabel =
2,01669 dan memiliki signifikansi = 0,030 > α = 5% maka Dana Alokasi
Khusus (DAK) disimpulkan memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal.

4.4.2. Pengujian Regresi dengan Variabel Moderating
Pengujian regresi dengan variabel moderating menggunakan Uji
Residual untuk melihat pengaruh Kebijakan Dividen sebagai Variabel
Moderating dalam hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil regresi dari pengujian hipotesis sebelumnya diregresikan kembali untuk
dilihat nilai koefisien parameter dan signifikansinya. Jika koefisien parameter
bernilai negatif dan signifikan, maka Kebijakan Dividen dapat dikatakan
sebagai variabel moderating dalam penelitian ini. Hasil pengujian regresi
dengan variabel moderating ditampilkan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji Residual

Universitas Sumatera Utara

Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

a

Standardized

T

Sig.

.559

.579

-.609

.546

Coefficients
B

Std. Error

(Constant)

7947.943

14212.365

Inflasi

-1537.010

2524.462

Beta

1
-.089

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa koefisien parameter Inflasi bernilai negatif
yaitu -0,089 dan signifikansinya 0,546 > -1537,010 yang berarti tidak
signifikan. Hasil tersebut menunjukkan Inflasi tidak mampu memoderasi
hubungan antara variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dengan Pengalokasian Belanja
Modal.

4.5

Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan lewat berbagai pengujian

tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh variabel independen dan
dependen serta variabel moderating adalah sebagai berikut:
a.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui Uji t pada Tabel 5.0,
Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu -0,186 < 2,01669 dan

Universitas Sumatera Utara

nilai signifikansi = 0,867 > α = 5% sehingga disimpulkan Pertumbuhan Ekonomi
tidak memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah
kabupaten/kotaTahun 2010-2013.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai t hitung = 2,522 > t tabel =
2,01669 dan memiliki signifikansi = 0,015 < α = 5%, maka dapat disimpulkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja
Modal.
Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai t hitung = 1,349 < t tabel =
2,01669 dan memiliki signifikansi = 0,184 > α = 5% maka Dana Alokasi Umum
(DAU) disimpulkan tidak memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal.
Dana Alokasi Khusus (DAK) mempunyai t hitung = 2,238 < t tabel =
2,01669 dan memiliki signifikansi = 0,030 > α = 5% maka Dana Alokasi Khusus
(DAK) disimpulkan memiliki pengaruh terhadap Belanja Modal.
Secara simultan, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana ALokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki pengaruh
terhadap Pengalokasin Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah kabupaten/
kota Tahun 2010-2013. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 5.0 dengan angka F hitung
= 38.683 < F tabel = 2,58 dan nilai signifikansi = 0,000 > α = 5%, maka Ha ditolak.
b.

Pengaruh Inflasi sebagai Variabel Moderating

Universitas Sumatera Utara

Hasil Uji Residual menyatakan bahwa nilai koefisien parameter yang
dimiliki Inflasi bernilai negatif. Hal ini diartikan bahwa Inflasi tidak mampu
memoderasi hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dengan Pengalokasian Belanja
Modal Pemerintah Daerah kabupaten/ kota tahun 2010-2013.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data yang telah diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh dalam pengalokasian anggaran belanja
modal di masa yang akan datang pada pemerintah kabupaten/ kota di Sumatera
Utara.
2. Secara simultan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap
anggaran belanja modal di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
3. Secara parsial hanya variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) yang berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal
daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Pertumbuhan
Ekonomi dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang diproksikan dengan PDRB tidak
berpengaruh signifikan dengan tingkat signifikan 5% terhadap anggaran belanja
modal di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

5.2

Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam mengadakan penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kota tertentu, yaitu 12 kabupaten/kota di
Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk kota

Universitas Sumatera Utara

yang menjadi sampel penelitian sehingga belum dapat digeneralisasi untuk seluruh
kabupaten Indonesia.
2. Periode penelitian yang digunakan hanya empat tahun amatan yaitu tahun 2010
sampai tahun 2013. Hal ini disebabkan keterbatasan dalam perolehan data.

5.3

Saran
Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam mengadakan penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah
Sekiranya penelitian ini dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam
penyusunan APBD, agar Pemerintah Daerah lebih serius menanggapi pelaksanaan
otonomi daerah karena jika pemerintah menanggapi secara lebih pelaksanaan
otonomi daerah maka kemandirian daerah dapat terwujud.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat seharusnya turut mengambil andil dalam rangka pembangunan di
daerahnya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan pengawasan terhadap
kinerja pemerintah dan memberikan masukan-masukan positif demi mewujudkan
masyarakat madani, terciptanya good governance, dan mengembangkan model
pembangunan

berkeadilan

yang

kesemuanya

bermuara

pada

terciptanya

kesejahteraan masyarakat.
3. Bagi Peneliti Lainnya

Universitas Sumatera Utara

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperbanyak kota yang akan
diuji, sehingga akan diperoleh sampel yang banyak dan hasil yang lebih akurat.
Selain memperbanyak, penelitian selanjutnya disarankan agar mengambil sampel
kota di luar Pulau Sumatera. Ini dimaksudkan agar dapat membandingkan apakah
hasil penelitian ini berlaku untuk kabupaten/kota diluar propinsi Sumatera Utara.
Bagi peneliti selanjutnya juga disarankan agar lebih banyak menggunakan variabel
independen dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORITIS
2.1.1 Alokasi Anggaran Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
berwujud yang memberi manfaaat lebih dari satu tahun periode akuntansi. Menurut
PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah
yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Sedangkan menurut
Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008 yang dimaksud dengan belanja
modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari
satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
pemeliharaan yang bersifat mempertahankan atau menambah masa manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatakan aset tetap pemerintah daerah,
yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoretis ada
tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri,
menukarkan dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun, untuk kasus di
pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah dengan cara membeli. Proses
pembelian yang dilakukan umumnya dilakukan melalui sebuah proses lelang atau

Universitas Sumatera Utara

tender yang cukup rumit. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga
beli/bangun

aset

ditambah

seluruh

belanja

yang

terkait

dengan

pengadaan/pembangunan aset sampai asset tersebut siap digunakan. Untuk memenuhi
tujuan tersebut Kepala Daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi (capitalization
treshold) sebagai dasar pembebanan belanja modal. Belanja modal meliputi:
a. Belanja Modal Tanah
b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
e. Belanja Modal Aset tetap lainnya
f. Belanja Aset Lainnya (Aset tetap tak berwujud)
Abdul Halim (2012) mengatakan bahwa belanja modal merupakan pengeluaran
pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah asset daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal terbagi 2, yaitu:
a. Belanja Publik
Belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat umum tanpa terkecuali. Contohnya; Pembangunan jembatan, jalan
raya, dll.

Universitas Sumatera Utara

b. Belanja Aparatur
Belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contohnya;
Pembelian kendaraan dinas, pembangunan rumah dinas, dll.
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu pendelegasian kewenangan yang
disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka desentralisasi fiskal. Dalam
menghadapi desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah
daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan ini
pada gilirannnya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula.
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Meningkatnya produksi barang dan jasa dari
suatu daerah, secara makro dapat dilihat dari peningkatan nilai produk domestik
regional bruto (PDRB) setiap tahunnya sedangkan PDRB dapat diukur atas dasar
harga konstan di suatu daearah, (Maryanti dan Endrawati 2009).
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
bersumber dari ekonomi asli daerah, atau bisa juga dikatakan sebagai pendapatan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah yang dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah.

Universitas Sumatera Utara

Besarnya kewenangan legislatif dalam proses penyusunan anggaran (UU
32/2004) membuka ruang bagi legislatif untuk “memaksakan” kepentingan
pribadinya. Posisi legislatif sebagai pengawas bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah
daerah, dapat digunakan untuk memprioritaskan preferensinya dalam penganggaran.
Untuk merealisasikan kepentingan pribadinya, politisi memiliki preferensi atas
alokasi yang mengandung lucrative opportunities dan memiliki dampak politik
jangka panjang. Oleh karena itu, legislatif akan merekomendasi eksekutif untuk
menaikkan alokasi pada sektor-sektor yang mendukung kepentingannya. Legislatif
cenderung mengusulkan pengurangan atas alokasi untuk pendidikan, kesehatan, dan
belanja publik lainnya yang tidak bersifat job programs dan targetable.
Erlina dan Rasdianto (2013 : 93) mengelompokkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) menurut jenis pendapatan yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lanlain pendapatan asli daerah
yang sah.
2.1.4 Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan
dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut
merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Dengan demikian terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam
APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah darah secara

Universitas Sumatera Utara

leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih
baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting, (Darwanto dan
Yustikasari 2007).
Dana Alokasi Umum diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan
mengisi kesenjangan formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum
mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak
daeripada daerah kaya. Selain itu luas wilayh dan jumlah penduduk menjadi hal yang
harus diperhatikan juga dalam pengalokasian DAU. Dengan kata lain, tujuan penting
dari pengalokasian DAU adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan
pelayanan publik antara Pemda di Indonesia.
2.1.5 Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)

merupakan dana transfer yang bersifat

kondisional. Sesuai dengan sifatnya, DAK dialokasikan untuk mendanai kegiatan
khusus sesuai prioritas nasional pada daerah tertentu (UU 33/2004).
Pemanfaatan

DAK

diarahkan

pada

kegiatan

investasi

pembangunan,

pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur
ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan adanya
pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran
belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimilik
pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik. Ada beberapa kewajiban yang
melekat pada daerah penerima DAK, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK
nya di dalam APBD.
b. Kecuali untuk daerah dengan kemampuan keuangan tertentu, daerah
penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD
sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Dana
Pendamping tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat
kegiatan fisik.
c. Kepala daerah penerima DAK harus menyampaikan laporan triwulan yang
memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada
Menteri

Keuangan,

Menteri

Teknis,

dan

Menteri

Dalam

Negeri.

Penyampaian laporan dilakukan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari
setelah triwulan yang bersangkutan berakhir
2.1.6 Infl

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Moderating pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

7 83 104

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Pada Pemko/Pemkab Sumatera Utara

1 65 74

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

0 36 72

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Moderating pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

0 0 16