Respon PertumbuhanSukun (Artocarpus communis Forst)pada Penggunaan Berbagai Ketebalan Spons Sebagai Media Penahan Air di DTA Danau Toba

(1)

Lampiran 1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit sukun Data pertambahan tinggi bibit sukun

Perlakuan Ulangan Rata-Rata

1 2 3 4

B0 1,2 1,1 1,4 1,3 1,25

B1 1,5 1,7 1,6 1,5 1,57

B2 1,8 1,7 1,6 1,7 1,70

B3 1,6 1,8 1,6 1,7 1,67

B4 1,5 1,6 1,7 1,9 1,67

B5 1,8 2,1 1,7 2,0 1,90

Analisis ragam pengukuran tinggi bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F table

Perlakuan 5 0,896 0,179 9,643 3,2592*

Blok 3 0,033 0,110 0,589 3,4903tn

Galat 15 0,279 0,019

Total 23 1,230

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter bibit sukun Data pengukuran diameter bibit sukun minggu ke-1

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 Rata-rata

B0 0,50 0,50 0,52 0,51 0,50

B1 0,52 0,53 0,52 0,51 0,52

B2 0,53 0,55 0,52 0,55 0,53

B3 0,55 0,57 0,56 0,58 0,56

B4 0,58 0,57 0,60 0,58 0,58

B5 0,60 0,59 0,58 0,60 0,59

Analisis ragam pengukuran diameter bibit sukun Sumber

Keragaman Db

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F table

Perlakuan 5 2,359 0,472 29,773 3,25917*

Blok 3 0,019 0,006 0,406 3,49029tn

Galat 15 0,238 0,016

Total 23 2,618

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(2)

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan luas daun bibit sukun Data luas daun bibit sukun pada minggu ke-15

Perlakuan Ulangan

Rata-rata

1 2 3 4

B0 30,66 30,94 36,85 38,94 34,34

B1 33,65 32,98 33,73 39,10 34,86

B2 34,81 37,84 34,12 35,16 35,48

B3 49,63 48,61 38,45 37,69 43,59

B4 39,56 50,65 43,79 41,54 43,88

B5 43,84 54,63 51,54 52,75 50,69

Analisis ragam luas daun bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F table Perlakuan 5 920,370 184,074 10.685 3,259167*

Blok 3 27,822 9,274 0,538 3,490295tn

Galat 15 258,420 17,228

Total 23 1229,252

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan luas tajuk bibit sukun Data luas tajuk bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3 4

B0 94,27 87,59 94,82 89,51 91,54

B1 80,65 93,49 94,76 91,67 90,14

B2 95,64 97,43 93,82 95,38 95,56

B3 97,63 94,56 95,18 94,53 95,47

B4 98,51 95,78 99,65 100,69 98,65

B5 102,93 101,26 102,75 96,89 100,95

Analisis ragam luas tajuk bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F table Perlakuan 5 325,657 65,131 4,739 3,259167*

Blok 3 16,231 5,410 0,394 3,490295tn

Galat 15 206,153 13,744

Total 23 548,611

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(3)

Lampiran 5. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit sukun Data jumlah daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3 4

B0 6 6 8 5 6

B1 6 5 5 4 5

B2 4 3 4 4 4

B3 4 6 6 7 6

B4 5 4 6 6 6

B5 3 4 6 4 4

Analisis ragam jumlah daun bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F table Perlakuan 4 2,55 2,684211 0,082848 3,259167tn

Blok 3 1,20 1,263158 0,330918 3,490295tn

Galat 12 0,95

Total 19

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata

Lampiran 6. Analisis rancangan kadar air daun bibit sukun Data kadar air daun bibit sukun pada minggu ke-11

Perlakuan

Ulangan Rata-rata

1 2 3 4

B0 61,24 62,66 60,45 56,76 60,27

B1 66,89 63,67 62.86 61,85 63,81

B2 65,78 67,49 67,42 69,94 67,65

B3 71,69 70,81 68,59 72,69 70,94

B4 76,70 73,58 72,64 75,83 74,68


(4)

Analisis ragam kadar air daun bibit sukun Sumber

Keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F table Perlakuan 5 641,452 128,290 5,950 3,25917*

Blok 3 56,471 18,824 0,873 3,49029tn

Galat 15 323,402 21,250

Total 23 1034,428

Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata


(5)

Lampiran 6. Dokumentasi penelitian

Titik pengukuran tinggi Spons

Bibit sukun dari tanjung morawa Penandaan titik ukur


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 2006. Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Diakses dari

Doorenbos, J. And A. N. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper 33. Roma.

Forth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisoemarto.

Gardener, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Susilo, H. UI Press. Jakarta

Handayani, M., 1996. Pengaruh Enam Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Semangka(Citrullus vulgaris L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu

Hendalastuti, H dan Ahmad Rojidin. 2006. Karakteristik Budidaya dan Pengolahan Buah Sukun: Studi Kasus di Solok Kamapar. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan [11 Februari 2016]

Irwanto.2001. Pengaruh Hormon IBA (Idole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Am

Islami, T. dan Utomo W.H. 1995. Hubungan Tanah, air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

Jasminarni. 2008. Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa l) di polybag Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jurnal Agronomi. 12 (1)

Jumin H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta

Lamont, W. J. 1993. Plastic Mulches for The Production of Vegetable Crops. HorTechnology. 3 (1) : 35-38.

Mulyatri. 2003. Peranan Pengelolahan Tanah dan Bahan Organik Terhadap Konservasi Tanah dan Air. Pros. Sem. Nas. Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi.


(7)

Nurkhasanah, N. 2013. Studi Pemberian Air dan Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal

Produksi Tanaman.1 (4) : 2338-3976

Pangaribuan, D. H. dan Pujisiswanto, H. 2008 Pengaruh Kompos Jerami Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buah Tomat. Bandar Lampung.

Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius.Yogyakarta.

Purwantoyo, E. 2007. Budidaya dan Pasca Panen Sukun. Aneka Ilmu. Semarang. Rahardi, Yovita H. Indriani dan Haryono. 1999. Agribisnis Tanaman Swadaya.

Jakarta.

Rauf, A. 2009.Profil Arboretum USU 2006-2008.USU Press. Medan.

Sidabutar, R. M. 2012. Studi Tentang Aktivitas Bududaya Ikan Keramba di Desa

Silalahi Kecamatan Silalahisabungan Kabupaten Dair

2016].

Suhayatun, S. 2006. Perencanaan Beberapa Jenis Mulsa Organik dalam Suhu Tanah. Reasearch Report from LAPTUNILAPP. Diakses via internet http:

Subiksa, I. G. D. 2006. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Penanggulangan lahan kritis Sunarjono, H. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Bogor Sumarno, M.S. 2004. Pengelolaan Air Tanah Bagi Tanaman. Materi Kuliah:

Manajemen Sumber Daya Air, Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya. Malang.

Tan, K. H. 1993. Enviromental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York. Triwiyatno, E.A. 2003. Bibit Sukun Cilacap. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Wahyuningrum, N., C. Nugroho SP., Wardojo, Beny Harjadi, Endang Savitri,

Sudimin, Sudirman. Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Info DAS Surakarta No. 15 t Januari 2016].

Zainal, A. dan M. Soleh. 2004. Usahatani Konservasi Berbasis Tanaman Kentang di Lahan Berlereng Dataran tinggi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Surabaya.


(8)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo,Kecamatan Silalahisabungan, Kabupaten Dairi.Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan April 2016.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, timbangan, jangka sorong, camera digital, software image j, alat tulis, kalkulator, penggaris, spidol, benang, dan kertas label.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun (Artocarpus communis Forst) berumur 3 bulan yang pertumbuhannya seragam, media topsoil dan spons.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 6 perlakuan yaitu:

B0= Kontrol (tanpa perlakuan) B1= Spons dengan ketebalan 2 cm B2= Spons dengan ketebalan 4 cm B3= Spons dengan ketebalan 6 cm B4= Spons dengan ketebalan 8 cm B5= Spons dengan ketebalan 10 cm

Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali ulangan, sehingga didapat jumlah bibit sukun sebanyak 24 bibit.


(9)

Model linier rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Yij = µ + τi +βj+� ij

Keterangan :Yij = Nilai hasil pengamatan tanaman sukun pada ulangan ke-j dan perlakuan ketebalan spons

µ = Nilai rataan umumpertumbuhan sukun

τi = Pengaruh ketebalan spons berbagai ketebalan terhadap pertumbuhan sukun

βj = Pengaruh kelompok ke j (1,2,3,4,5,6)

�ij =Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-j dan perlakuan berbagai ketebalan busa

Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada SPSS.Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Prosedur Penelitian

1. Penyiapan Bibit Sukun

Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang berasal dari kebun pembibitan di Tanjung Morawa.Bibit sukun yang digunakan merupakan hasil perbanyakan vegetatif stek akar.Bibit yang digunakan merupakan bibit yang memiliki umur seragam yaitu 3 bulan dan memiliki, pertumbuhan seragam serta keadaan fisik yang baik.

2. Penyiapan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20cm x 20cm x 20cm dengan jarak tanam adalah 5m x 5m. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan cangkul. Disekitar lubang tanam dibersihkan dari gulma dan sampah sebagai tempat media penahan air.


(10)

3. Persiapan Media Penahan Air

Disiapkan spons yang terlebih dahulu dipotong 40 cm x 40 cm dan direndam dengan air selama 24 jam. Pemberian spons dilakukan dengan cara diletakkan di atas tanah. Spons yang diberikan sesuai dengan perlakuan ketebalan yang ditentukan.

Parameter Penelitian

a. Menghitung kadar air spons

Pengambilan data kadar air spons dilakukan di dua tempat yaitu dalam ruangan dan luar ruangan. Suhu pada dalam ruangan rata-rata 270C dan diluar ruangan 300C. Perendaman spons dilakukan selama 24 jam, dan pengambilan data dilakukan 1x24 jam sampai spons kembali ke berat awal.

b. Pertambahan tinggi bibit (cm)

Pengambilan data parameter tinggi tanaman dilakukan dua minggu sekali.Pengukuran dilakukan sejak hari pertama dilakukan penelitian. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan benang yang kemudian diukur dengan penggaris. Pengukuran tinggi dilakukan 1 cm di atas titik awal pertumbuhan sampai pangkal daun yang terbuka sempurna. Pengukuran ini dilakukan konsisten dari awal sampai akhir penelitian.

c. Diameter bibit (cm)

Pengambilan data parameter diameter tanaman dilakukan dua minggu sekali.Pengukuran dilakukan sejak hari pertama. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.Pengukuran diameter dilakukan 1 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai, titik tersebut dibuat untuk memudahkan pengukuran.


(11)

d. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada akhir pengamatan. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna.

e. Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada pengamatan terakhir dari setiap tanaman sukun. Daun diambil gambar secara vertikal, kemudian dihitung dengan menggunakan program image j.

f. Luas tajuk (cm2)

Pengukuran luas tajuk dilakukan pada pengamatan terakhir dari setiap tanaman sukun. Tajuk diambil gambar secara vartikal, kemudian dihitung dengan menggunakan program image J.

g. Kadar air daun

Pengukuran kadar air daun dilakukan pada akhir pengamatan dengan cara mengambil daun ke-3 dari atas disetiap tanaman. Kemudian dipotong 10 cm x10 cm, lalu ditimbang berat awalnya dan dioven dengan suhu ± 1050C selama 2 kali 24 jam.Setelah itu daun kemudian ditimbang dan diperoleh berat ovennya. Kemudian dihitung kadar air daun dengan rumus:

KA daun (%)=Berat awal-berat kering oven


(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Spons dan Kadar Air

Hasil pengeringan spons dapat dilihat pada Gambar 2 bahwa spons dapat menahan air dalam waktu yang cukup lama, dengan lama perendaman dilakukan selama 24 jam. Tingkat kemampuan spons dalam menyimpan air pada Gambar 2 berbeda antara dua parameter yaitu antara di dalam ruangan dan di luar ruangan. Pada dasarnya tingkat daya simpan spons terhadap air tergantung pada iklim, suhu dan cuaca. Pengambilan data dilakukan pada setiap hari pengamatan di jam 17.00 WIB, dengan suhu rata-rata diluar ruangan 300C dan suhu pada dalam ruangan rata-rata 270C. Berdasarkan hasil pengamatan pengeringan didalam ruangan menunjukkan yang paling lama mampu dalam menahan air pada spons jika di bandingkan dengan pengeringan diluar ruangan, seperti yang tertera pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Kemampuan Spons Menyerap Air Berdasarkan Kehilangan Kadar Air

0 100 200 300 400 500 600

1 2 3 4 5 6 7

B er at s p o n s ( G ram ) Hari ke-Dalam ruangan Luar ruangan


(13)

Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 4 bulan dengan parameter tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil pengamatan beberapa parameter pertumbuhan tanaman sukun umur 4 bulan di lapangan yang diberi perlakuan spons

Perlakuan Tinggi (cm)

Diameter (cm)

Luas Daun (cm2)

Luas Tajuk (cm2)

Jumlah Daun Kadar Air Daun (%)

B0 (kontrol) 1,25a 0,50a 34,34a 91,54a 6 60,27a

B1 (ketebalan 2cm) 1,57b 0,52ab 34,86a 90,14a 5 63,81a B2 (ketebalan 4 cm) 1,70b 0,53b 35,48a 95,56ab 4 67,65ab B3 (ketebalan 6 cm) 1,67b 0,56c 43,59b 95,47ab 6 70,94ab B4 (ketebalan 8 cm) 1,67b 0,58d 43,88b 98,65b 6 74,68bc B5 (ketebalan 10 cm) 1,90c 0,59d 50,69c 100,95b 4 69.39c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa spons menurut DMRT pada taraf 5%

1. Tinggi Bibit Sukun

Hasil sidik ragam rataan pertumbuhan tinggi bibit Sukun (Lampiran 1) menunjukan pemberian perlakuan ketebalan spons berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sukun yang ditanam selama 4 bulan di lapangan. Pertumbuhan tinggi yang terbaik diperoleh dari perlakuan B5 (Spons ketebalan 10 cm) sebesar 1,90 cm, sedangkan pertambahan tinggi terendah terjadi pada perlakuan B0 (kontrol) sebesar 1,25 cm.Berdasarkan hasil pengukuran data tinggi rata-rata bibit sukun menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi pada bibit sukun atas setiap perlakuan yang diberikan menunjukkan pertambahan tinggi yang berbeda. Spons yang tebal tampaknya menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik dari pada perlakuan yang lainnya, ditunjukan pada perlakuan B5 dan B4 pada penghitungan ke-2 yaitu di minggu ke-3 dan seterusnya. Artinya semakin tebal ukuran spons maka pertumbuhan tinggi tanaman semakin baik.


(14)

2. Diameter Bibit Sukun

Berdasarkan hasil sidik ragam rataan pertambahan diametr bibit sukun (Lampiran 2) menunjukan pemberian perlakuan ketebalan spons memberikan pengaruh nyata pada pengukuran diameter bibit sukun yang ditanam selama 4 bulan di lapangan. Pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan B5 (spons ketebalan 10 cm) yaitu sebesar 0,59 cm, sedangkan rataan pertambahan diameter terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu sebesar 0,50 cm. Spons yang memiliki ketebalan yaitu B4 (ketebalan 8 cm) dan B5 (ketebalan 10 cm) terlihat tumbuh lebih baik sampai pengukuran ke-7 minggu ke-15. Artinya semakin tebal ukuran spons maka pertumbuhan diameter tanaman semakin baik.

3. Luas Tajuk

Berdasarkan hasil sidik ragam rataan luas tajuk bibit sukun (Lampiran 4) menunjukan bahwa pemberian perlakuan berbagai ketebalan spons berpengaruh nyata terhadap luas tajuk. Berdasarkan pengukuran yang disajikan pada Tabel 2, luas tajuk pada bibit sukun beragam untuk setiap perlakuannya. Luas tajuk bibit sukun terbesar adalah 100,95 cm2 terdapat pada perlakuan B5, sedangkan untuk luas tajuk bibit sukun paling kecil adalah 91,54 cm2 terdapat pada perlakuan B0.

4. Luas Daun

Berdasarkan hasil sidik ragam rataan luas daun bibit sukun (Lampiran 3) menunjukan bahwa pemberian pemberian perlakuan ketebalan spons memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan luas daun. Berdasarkan pengukuran yang disajikan pada Tabel 2, luas daun terbesar adalah 50,69 cm2 terdapat pada perlakuan B5 (busa dengan ketebalan 10 cm), sedangkan untuk luas daun paling kecil adalah 34,34 cm2 terdapat pada perlakuan B0 (tanpa perlakuan).


(15)

5. Jumlah Daun

Hasil sidik ragam rataan jumlah daun bibit sukun (Lampiran 5) menunjukkan bahwa pemberian perlakuan ketebalan spons tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hasil rataan jumlah daun bibit sukun pada minggu ke-9 yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah daun sukun beragam untuk setiap perlakuan, rataan jumlah daun bibit sukun terbanyak adalah 5 helai daun yaitu terdapat pada B0 (tanpa perlakuan). Sementara itu rataan jumlah daun bibit sukun paling sedikit adalah 4 helai yaitu terdapat pada perlakuan B2 (busa dengan ketebalan 4 cm).

6. Kadar Air Daun

Hasil sidik ragam rataan kadar air daun bibit sukun (Lampiran 6) menunjukan permberian perlakuan ketebalan busa memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air daun. Berdasarkan Tabel 2, kadar air bibit sukun bahwa luas kadar air beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata kadar air terbesar adalah 69,39% yaitu terdapat pada perlakuan B5 (busa dengan ketebalan 10 cm). Sementara itu kadar air daun sukun paling kecil adalah 60,27% yaitu terdapat pada perlakuan B0 (kontrol). Semakin tebal ukuran spons, maka kadar air dalam daun semakin tinggi.


(16)

Pembahasan

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan mulsa spons berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, pertambahan diameter tanaman, jumlah daun, luas daun, dan kadar air daun. Hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor pertumbuhan tanaman baik faktor internal maupun eksternal, hal ini sesuai dengan pernyataan Triwiyanto (2003). Pertumbuhan tanaman yang berinteraksi kompleks dipengaruhi beberapa faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal ini meliputi faktor intrasel (sifat genetik atau hereditas) dan intersel (hormon dan enzim). Faktor eksternal meliputi air, tanah, danmineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya.

Dalam hasil penelitian ini menunjukan pemberian jenis mulsa spons (berbagai ketebalan) memberikan pertumbuhan yang lebih baik pada setiap parameter yang diamati dibandingkan kontrol. Hal ini dikarenakan jenis mulsa yang diberikan memberikan efek meningkatkan kelembaban tanah dan mencegah pertumbuhan gulma terhadap pertumbuhan bibit sukun, sehingga bibit sukun dapat bertumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyatri (2003) aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah, serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam mendukung pertumbuhan bibit sukun pada sekitar Danau Toba.

Pada semua parameter pengamatan menunjukan bahwa tanaman yang diberi mulsa busa dengan ketebalan 10 cm (B5) menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dapat dikatakan, bahwa spons yang


(17)

memiliki ketebalan yang tinggi dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada ketebalan yang rendah. Hal ini disebabkan semakin tinggi ketebalan busa, maka pertumbuhan bibit sukun semakin baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin (2005) yaitu mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan, dan kecepatan air permukaan, sehingga kelembaban tanah dan persediaan air dapat terjaga. Penggunaan mulsa ditunjukan untuk mencegah terjadinya pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian atas, mengurangi fluktuasi suhu tanah. Dan sesuai juga dengan pernyataan Mulyatri (2003) yakni penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan kelembaban tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pada parameter pengamatan luas daun dan luas tajuk bibit sukun dapat dilihat pertumbuhan luas daun beragam di setiap perlakuan. Luas daun dan luas tajuk terbaik terdapat pada perlakuan B5 (busa dengan ketebalan 10 cm). Dan rata-rata luas daun dan tajuk terkecil terdapat pada perlakuan B0 (tanpa perlakuan). Pertumbuhan bibit yang baik juga disebabkan oleh ketersediaan bahan-bahan yang mendukung terjadinya proses fotosintesis. Apabila bahan-bahan tersebut tersedia maka laju fotosintesis akan berjalan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Arifin (2014), apabila laju fotosintesis berlangsung dengan baik, yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan cepat, maka fotosintat yang


(18)

dihasilkan berupa biomassa tanaman seperti akar, daun, dan batang akan semakin banyak.

Pemberian mulsa sangat baik dilakukan pada awal kegiatan penanaman bibit. Pemberian mulsa ini memiliki fungsi sebagai menurunkanlaju transfirasi yang berjalan dengan cepat dan mulsa juga dapat menahan air dengan jumlah yang banyak, sehingga jika hujan turun dengan deras air hujan dapat tertahan pada mulsa. Mulsa ini juga melindungi tanah dari pukulan butir hujan yang langsung kepermukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Lumbanraja (2012) menyatakan residu mulsa akan cukup berarti untuk mempertahankan kondisi fisik tanah seperti laju infiltrasi tetap baik kaena itu diharapkan bahwa tanah dengan mulsa lebih permeabel dari pada tanah tanpa mulsa. Secara fisik dapat berfungsi menurunkan jumlah dan jarak percikan tanah.

Dari hasil penelitian juga menunjukan tingkat keberhasilan tanaman bibit sukun di lapangan dengan menggunakan mulsa ini tergolong berhasil dikarenakan tidak adanya bibit yang mengalami kematian, sehingga perlakuan dengan pemberian mulsa pada tanaman bibit sukun dengan tanaman reboisasi dilahan kritis merupakan salah satu upaya yang baik untuk meningkatkan produktifitas lahan serta dapat melakukan penghijauan kembali pada lahan-lahan kritis air dan juga dapat menghambat pertumbuhan gulma yang bertujuan untuk meningkatkan persen tumbuh bibit. Sesuai dengan pernyataan Purwantoyo (2007) tanaman sukun memiliki toleransi yang cukup longgar terhadap rentang iklim. Sukun dapat tumbuh di iklim kering maupun iklim basah. Tanaman sukun lebih suka tumbuh ditempat terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh dan menurut Nurkhasanah (2013), selain intensitas cahaya matahari, ketersediaan air juga penting terhadap


(19)

daya tumbuh tanaman untuk menghasilkan luas daun dan berat kering total yang optimum. Doorenbons dan Kassam (1979) menyatakan bahwa ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman, diantaranya untuk peningkatan luas daun. Kondisi lapangan yang menunjukkan ketersediaan air yang cukup bagi pertumbuhan sukun. Kemampuan tanaman dalam menyerap air berbeda-beda antar setiap perlakuan.

Selain pengaruh air, faktor genotip tanaman juga merupakan salah satu hal yang paling menentukan terhadap besar kecilnya hasil suatu tanaman selain faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jasminarni (2008) yang menyatakan bahwa hasil dari suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik yang meliputi ketahanan terhadap suhu, ketersediaan air, cahaya matahari dan komposisi tanah.

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data bahwa kadar air yang terdapat pada daun sukun memperoleh hasil yang beragam untuk setiap perlakuan. Hasil kadar air terbesar pada daun sukun terdapat pada perlakuan B5 (busa dengan ketebalan 10 cm). Sementara itu kadar air daun terkecil terdapat pada perlakuan B0 (kontrol). Hal ini sangan sesuai dengan pernyataan Gardner et. al (1991) menyatakan bahwa air berfungsi sebagai penyusun tubuh tanaman, pelarut dan medium reaksi biokimia, medium transpor senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku fotosintesis. dan menjaga suhu tanaman supaya konstan, evaporasi air untuk menjaga suhu.


(20)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian busa dengan berbagai jenis ketebalan sebagai mulsa yang diberikan kepada tanaman sukun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk, dan kadar air daun tanaman di umur 3 bulan di lapangan .Dan semakin tebal ukuran spons, maka pertumbuhan tanaman semakin baik.

Saran

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dilakukannya penelitian lanjutan seperti lokasi penanaman yang berbeda dan lamanya pengukuran.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Taksonomi Tanaman Sukun

Sukun merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat dikenal di Indonesia dan banyak negara lainnya. Tanaman jenis ini memiliki banyak nama lokal tergantung daerah persebarannya.Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, klasifikasi taksonomi tanaman sukun adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Rosales

Keluarga : Moraceae

Suku : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communisForst. Nama daerah : Sukun

Botani Tanaman Sukun

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kulit kayunya berserat kasar dan semua bagian tanaman bergetah encer.Daunnya lebar sekali, bercagap menjari dan berbulu kasar.Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu).Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel.Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada nangka.Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas


(22)

putik dari bunga sinkarpik tersebut (Sunarjono, 1999).Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya (Irwanto, 2001).

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar bulat dan memanjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai dengan adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam tanah, adapula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah.Panjang akar dapat mencapai 6 meter.Warna kulit akar coklat kemerah-merahan.Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memjacu tumbuhnya pertutanasan (Pitojo, 1992).

Syarat tumbuh sukun

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1500 mdpl yang bertipe iklim basah.Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun.Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun.Derajat keasaman tanah sekitar 6-7.Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. (Khaerudin, 1999).

Sukun mampu tumbuh di daerah yang memiliki temperatur harian rata-rata 20-400C. Pertumbuhan optimal didapat di daerah dan kisaran suhu 21-330C. Pohon sukun memiliki kebutuhan sinar matahari yang sedikit rumit, sewaktu masih muda tanaman sukun lebih baik ternaungi, tetapi setelah tanaman sukun


(23)

dewasa pohon sukun membutuhkan sinar matahari penuh. Pohon sukun hanya dapat diperbanyak secara vegetatif. Adapun caranya bisa memilih dengan stek akar, okulasi, cangkok, atau tunas akar. Pohon sukun yang baru ditanam perlu disiram agar kelembaban dan kebutuhan airnya terjaga. Untuk mengantisipasi penyiraman, para petani biasanya melakukan penanaman diawal musim hujan, dengan demikian air hujan yang turun mampu mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang baru (Rahardi et al., 1999).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor internal dan (dalam) dan faktor eksternal (luar). Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya.

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:

1. Sifat menurun atau hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar seleksi bibit unggul.

2. Hormon pada tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat pertumbuhan. Hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan yaitu auksin, giberelin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.

Faktor eksternal yang mempengarui pertumbuhan tanaman:

1. Cahaya matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Cahaya merupakan sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Daun dan


(24)

batang tumbuhan ditempat yang gelap akan kelihatankuning pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan.

2. Temperatur. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan apabila lingkungan, air, temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh.

3. Kelembaban atau kadar air. Tanah dan udara yang kurang lembab umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan, karena meningkatkan penyerapan air dan menurunkan penguapan atau transpirasi.

4. Air dan unsur hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagitumbuhan. Fungsi air antara lainsebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembaban. Kandungan air dalam tanah dapat menjaga suhu tanah (Triwiyatno, 2003).

Peran Air dalam Pertumbuhan Tanaman

Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Sumarno, 2004).


(25)

Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktifitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktifitasnya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanamann yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintetis protein, dan sintetis dinding sel (Gardner et al., 1991).

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun didalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerusakan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Islami dan Utomo, 1995). Tabel 1. Data informasi Klimatologi dan Iklim Tahun 2015

Keterangan Rata-rata/Tahun

Curah Hujan (mm) Suhu Udara (C)

Kelembaban Udara (%) Kecepatan angin

Rata-rata intensitas radiasi matahari

289,67 748,33 88,417 1,469 24,2


(26)

Peran Mulsa Spons

Mulsa merupakan material penutup tanah tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal (Hamdani, 2009). Fungsi lain dari pemulsaan adalah mempertahankan kesuburan (kehilangan unsur hara) akibat air hujan, memperbaiki agregat dan porositas tanah, mencegah pencucian hara serta melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran air hujan (Handayani,1996).

Penggunaan mulsa anorganik antara lain dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk menanam pada bedengan yang sama lebih dari satu kali (Lamont, 1993).

Spons yang digunakan sebagai mulsa adalah spons anorganik yang sering digunakan untuk membuat kasur dan jok atau dengan bahan baku Polyurethana. Polyurethana adalah suatu bahan campuran atau hasil pengisolvenan antara karet dan plastik sehinga didapatkan pelarutan material yang memiliki keunggulan sangat tahan gesek, stabil dalam suhu dingin dan panas. Bahan baku pembuatan busa adalah Polyol, Isocyanate, Silicon Surfactant, Amine catalyst, Tin Catalyst, Air dan Zat aditif. Kekuarangan dari spons yang berbahan polyurethana adalah bahanya mudah terbakar, dan efek terjadi pada lingkungan adalah pada saat busa terbakar dan meleleh, busa akan sulit di urai.


(27)

Pemberian mulsa pada permukaan tanah mampu meminimalkan kerugian akibat radiasi matahari yang mengenai permukaan tanah. Mulsa sangat mempengaruhi suhu tanah, karena suhu tanah sangat tergantung pada proses pertukaran panas antara tanah dengan lingkungannya. Proses tersebut terjadi akibat adanya radiasi matahari dan pengalirannya ke dalam tanah melalui konduksi. Adanya mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir ke dalam tanah lebih sedikit dibandingkan tanpa mulsa (Zainal, 2004).

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis kawasan Danau Toba terletakdi pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021’ 32” – 20 56’ 28” Lintang Utara dan 980 26’ 35” – 990 15’ 40” Bujur Timur.Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 mdpl.Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2 dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 km2. Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember – Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/tahun dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni – Juli dengan curah hujan berkisar 54 – 151 mm/tahun (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).

Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100 km2.Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah sekitar ± 906 mdpl (meter diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau


(28)

Toba berkisar 400 – 600 meter. Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi.Hal ini dapat kita lihat banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi(PPT Bogor, 1990).

Kabupaten Dairi beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan yang paling berpengaruh biasanyaberlangsung pada bulan Januari, April, Mei, September, Oktober, November dan Desember setiap tahunnya.

Tabel 2. Adapun Kelas Lereng di DTA Danau Toba dapat di Lihat pada Tabal berikut

No. Kelas Lereng Luas

(Ha) (%)

1 0 – 8 21.268 8,19

2 9 – 15 44.725 25,43

3 16 – 25 69.121 26,63

4 25 – 40 24.396 9,39

5 > 40 100.084 38,55

Sumber : LPPM USU-Bappeda Sumut, (2000) dalam Kuswara (2007)

Penelitian dilaksanakan di Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi (Gambar 1). Dengan karakteristik DTA Danau Toba terlihat perbedaan antara yang di dominasi oleh pohon dengan lahan kosong yang hanya di dominasi dengan padang rumput seperti yang terlihat pada Gambar 1.


(29)

(30)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu tentang degradasi lahan dan hutan yang gencar muncul di berbagai wacana, menurut pemerintah dan masyarakat untuk segera menindak lanjuti dengan tindakan nyata. Tindakan nyata tersebut tentu saja harus disertai dengan perencanaan yang matang dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang menonjol dalam hal ini adalah aspek pengelolaan lahan. Dalam perencanaan pengelolaan lahan dan kesesuaiannya untuk jenis tanaman tertentu. Informasi ini diperlukan terutama untuk menentukan kegiatan atau jenis konservasi tanah yang harus dilakukan (Wahyuningrum et al., 2003).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air.Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati (Daniel, et al., 1987).

Salah satu yang masuk dalam kriteria lahan kritis adalah tanah di sekitar Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba. Jenis tanah di Kecamatan Silalahisabungan didominasi jenis litosol dengan ciri-ciri kedalaman solum hanya


(31)

15-20 cm, tekstur tanah lempung sampai berpasir, dataran yang sangat rendah, perbukitan dengan tingkat kemiringan lebih 60% dan vegetasi semak belukar dan hutan sekunder. Kondisi tanah yang demikian berakibat kurang layak untuk lahan budidaya pertanian walaupun sumberdaya air melimpah di daerah ini (Sidabutar, 2012).

Saat ini kawasan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan yang cukup besar ditambah lagi sebagai akibat aktifitas masyarakat sekitarnya. Penyebab utama adalah konversi hutan secara ilegal menjadi lahan pertanian. Kondisi topografi DTA Danau Toba dengan kelerengan lapangan curam (25 – 45%) seluas 426,69 km2 dan sangat curam dan terjal (>45%) seluas 43,96 km2. Degradasi lingkungan DTA Danau Toba tidak saja mengancam kelestarian Danau Toba tetapi juga penghidupan masyarakat, baik masyarakat sekitar Danau Toba maupun seluruh Provinsi Sumatera Utara (Kementrian Lingkungan Hidup, 2011).

Sukun memiliki arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena sumber kalorinya dan kandungan gizi yang tinggi.Dalam bidang kehutanan, sukun merupakan salah satu jenis pohon yang dipilih dalam kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.Selain memiliki akar yang kuat dan tajuk yang lebar yang dapat mengurangi laju erosi, sukun juga merupakan salah satu alternatif tanaman sumber pangan (Hendalastuti dan Rojidin, 2006).

Tempat tumbuh sukun baik tumbuh dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi, namun sukun juga dapat ditemui tumbuh di tempat yang memiliki ketinggian 1.500 meter dpl. Sukun dapat tumbuh baik di daerah panas yang suhu rata-rata sekitar 20-400C yang beriklim basah dengan curah hujan 2.000-3.000


(32)

mm/tahun dan kelembaban relatif 70-90%. Sukun menyukai lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari (Sunarjono, 2008).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh berbagai faktor tanah dan iklim serta faktor-faktor yang terdapat di dalam tanah itu sendiri.Beberapa faktor-faktor ini dikendalikan oleh manusia, tetapi banyak yang tidak demikian.Misalnya, orang tidak dapat mengendalikan udara, cahaya dan suhu, tetapi dapat mempengaruhi penyediaan unsur hara tanaman dalam tanah. Mereka dapat meningkatkan persediaan hara yang tersedia dengan cara mengubah keadaan tanah atau melakukan penambahan pupuk (Forth, 1994).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh berbagai ketebalan spons sebagai media penahan air yang tepat terhadap pertumbuhan bibit sukun.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam mengaplikasikan berbagai jenis ketebalan spons bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai penggunaan berbagai jenis ketebalan spons pada objek yang berbeda.

Hipotesis Penelitian

Aplikasi penggunaan berbagai ketebalan mulsa spons berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sukun di lapangan dan dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam memperoleh air yang cukup.


(33)

ABSTRACT

DAVID ROBERTHO NAIBAHO: Response of Breadfruit (Artocarpus communis

F.)Growth Toward Various ofSponges MulchThickness. Under supervision:

BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

The Land around Toba Lake cathment area is one that qualifies into critical land. This condition makes the area less feasible for cultivation despite there are abundant water resources in this area. This research aims to know the Breadfruit (Artocarpus communis) growth response to water retaining medium is sponges. This research used a randomaized complete block design. Sponges used have 5 thicknesses they are 2cm, 4cm, 6cm, 8cm, 10cm. This study were held on December 2015 – April 2016 at Toba Lake cathment area.

This research show that ultyzation of various thickness gives a significant effect to height increase, diameter, leaf area, canopy area and water content. And sponges with high thickness has a good growth.


(34)

ABSTRAK

DAVID ROBERTHO NAIBAHO:Respon Pertumbuhan Sukun

(Artocarpus communis F.)Terhadap Berbagai Ketebalan Spons Sebagai Media

Penahan Air di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba .Di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Tanah di sekitar DTA Danau Toba adalah salah satu yang masuk dalam kriteria lahan kritis. Kondisi tanah yang demikian berakibat kurang layak untuk lahan budidaya pertanian walaupun sumberdaya air melimpah di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok. Spons yang digunakan memiliki 5 ketebalan yaitu 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 - April 2016. Penelitian ini dilakukan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba,

Hasil penelitian menunjukan penggunaan berbagai jenis ketebalan spons berpengaruh nyata terhadap rataan pertambahan tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk dan kadar air. Dan spons yang memiliki ketebalan tinggi memiliki pertumbuhan yang baik.

Kata Kunci: Sukun (Artocarpus communis F.), Mulsa, Spons, Daerah Tangkapan Air Danau Toba


(35)

RESPON PERTUMBUHANSUKUN (Artocarpus

communisForst)PADA PENGGUNAAN BERBAGAI

KETEBALAN SPONS SEBAGAI MEDIA PENAHAN AIR di

DTA DANAU TOBA

OLEH: SKRIPSI

DAVID ROBERTHO NAIBAHO 111201022/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(36)

2016

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian :Respon PertumbuhanSukun (Artocarpus communis Forst)pada Penggunaan Berbagai Ketebalan Spons Sebagai Media Penahan Air di DTA Danau Toba

Nama : David Robertho Naibaho

NIM : 111201022

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo SP, MP Affifuddin Dalimuthe SP, MPKetua Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Dekan Fakultas Kehutanan


(37)

ABSTRACT

DAVID ROBERTHO NAIBAHO: Response of Breadfruit (Artocarpus communis

F.)Growth Toward Various ofSponges MulchThickness. Under supervision:

BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

The Land around Toba Lake cathment area is one that qualifies into critical land. This condition makes the area less feasible for cultivation despite there are abundant water resources in this area. This research aims to know the Breadfruit (Artocarpus communis) growth response to water retaining medium is sponges. This research used a randomaized complete block design. Sponges used have 5 thicknesses they are 2cm, 4cm, 6cm, 8cm, 10cm. This study were held on December 2015 – April 2016 at Toba Lake cathment area.

This research show that ultyzation of various thickness gives a significant effect to height increase, diameter, leaf area, canopy area and water content. And sponges with high thickness has a good growth.


(38)

ABSTRAK

DAVID ROBERTHO NAIBAHO:Respon Pertumbuhan Sukun

(Artocarpus communis F.)Terhadap Berbagai Ketebalan Spons Sebagai Media

Penahan Air di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba .Di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Tanah di sekitar DTA Danau Toba adalah salah satu yang masuk dalam kriteria lahan kritis. Kondisi tanah yang demikian berakibat kurang layak untuk lahan budidaya pertanian walaupun sumberdaya air melimpah di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok. Spons yang digunakan memiliki 5 ketebalan yaitu 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 - April 2016. Penelitian ini dilakukan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba,

Hasil penelitian menunjukan penggunaan berbagai jenis ketebalan spons berpengaruh nyata terhadap rataan pertambahan tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk dan kadar air. Dan spons yang memiliki ketebalan tinggi memiliki pertumbuhan yang baik.

Kata Kunci: Sukun (Artocarpus communis F.), Mulsa, Spons, Daerah Tangkapan Air Danau Toba


(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 05 Maret 1994 dari Ayah Raya Marudut Naibaho dan Ibu Lina Uli Hutapea. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD ROM Kahtolik 1Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanjung Balai dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur udangan. Selanjutnya penulis memilih peminatan Budidaya Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosisten Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan pada tahun 2013. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Taman Nasional Meru Betiri Jember-Banyuwangi Provinsi Jawa Timur (28 Januari-28Februari 2015).

Penulis melaksanakan penelitian dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 di Desa Paropo, Kecamatan Silalahisabungan, Kabupaten DairiProvinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan Dr. Budi Utomo, SP., MP dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP.


(40)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini, penulis akan meneliti mengenai Respon Pertumbuhan Sukun(Artocarpus communis Forst)pada Penggunaan Berbagai Ketebalan Spons Sebagai Media Penahan Air diDaerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang turut membantu dalam menyelesaikanskripsi ini:

1. Komisi pembimbing yaitu Dr. Budi Utomo, SP., MP. Dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. Yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai.

2. Ayah R.M. Naibaho S.Pd dan Ibu L.U. Hutapea dan Devi Jessica Naibaho (adik), dan Ricky Louis Naibaho (adik) yang memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Raya Hehe Sihaloho selaku Kepala Desa Paropo, pegawai perpustakaan USU, serta seluruh pegawai Fakultas Kehutanan.

4. Abdul Khaliq S.Hut, Jhony Hutabarat S.Hut, Adam D.A Simanjuntak. Juga kepada teman-teman kehutanan khususnya stambuk 2011 yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dibidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.


(41)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sukun (Artocarpus communis F.) ... 4

Syarat Tumbuh Sukun ... 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ... 5

Peranan Air dalam Pertumbuhan Tanaman... 7

Peran Mulsa Spons ... 8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat Penelitian ... 12

Metode Penelitian... 12

Prosedur Penelitian... 13

Parameter Pengamatan ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 16

Pembahasan ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26


(42)

DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN ... 29


(43)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data Informasi Klimatologi dan Iklim Tahun 2015 ... 8 2. Kelas Kelerengan di DTA Danau Toba ... 11 3. Hasil Pengamatan Beberapa Parameter Pertumbuhan Bibit Sukun


(44)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 11 2. Grafik Kemampuan Spons Menyerap Air Berdasarkan


(45)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertumbuhan Tinggi dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 27 2. Pertumbuhan Diameter dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 27 3. PengukuranLuas Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 28 4. PengukuranLuas Tajuk dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 28 5. PengukuranJumlah Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 29 6. Pengukuran Kadar Air Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 29 7. Dokumentasi Peneitian ... 31


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini, penulis akan meneliti mengenai Respon Pertumbuhan Sukun(Artocarpus communis Forst)pada Penggunaan Berbagai Ketebalan Spons Sebagai Media Penahan Air diDaerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang turut membantu dalam menyelesaikanskripsi ini:

1. Komisi pembimbing yaitu Dr. Budi Utomo, SP., MP. Dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. Yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai.

2. Ayah R.M. Naibaho S.Pd dan Ibu L.U. Hutapea dan Devi Jessica Naibaho (adik), dan Ricky Louis Naibaho (adik) yang memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Raya Hehe Sihaloho selaku Kepala Desa Paropo, pegawai perpustakaan USU, serta seluruh pegawai Fakultas Kehutanan.

4. Abdul Khaliq S.Hut, Jhony Hutabarat S.Hut, Adam D.A Simanjuntak. Juga kepada teman-teman kehutanan khususnya stambuk 2011 yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dibidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.


(2)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sukun (Artocarpus communis F.) ... 4

Syarat Tumbuh Sukun ... 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ... 5

Peranan Air dalam Pertumbuhan Tanaman... 7

Peran Mulsa Spons ... 8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat Penelitian ... 12

Metode Penelitian... 12

Prosedur Penelitian... 13

Parameter Pengamatan ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 16

Pembahasan ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 26


(3)

DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN ... 29


(4)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data Informasi Klimatologi dan Iklim Tahun 2015 ... 8 2. Kelas Kelerengan di DTA Danau Toba ... 11 3. Hasil Pengamatan Beberapa Parameter Pertumbuhan Bibit Sukun

(Artocarpus communis) Umur 4 Bulan ... 17


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 11 2. Grafik Kemampuan Spons Menyerap Air Berdasarkan


(6)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertumbuhan Tinggi dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 27 2. Pertumbuhan Diameter dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 27 3. PengukuranLuas Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 28 4. PengukuranLuas Tajuk dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 28 5. PengukuranJumlah Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 29 6. Pengukuran Kadar Air Daun dan Analisis Ragam Bibit Sukun

(Artocarpus communis) ... 29 7. Dokumentasi Peneitian ... 31