DEFENISI PATOGENESA MDR­TB

kembali merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari pasien kronik yang merupakan kasus gagal pengobatan, kasus relaps, dan pasien yang kembali setelah putus berobat. Dalam beberapa kasus, dari populasi ini lebih dari menunjukkan hasil smear positif. Kasus kronik dan pengobatan yang gagal memiliki resiko yang lebih besar mendapatkan resistensi dan MDR‐ TB. Terdapat bukti yang menunjukkan hubungan antara TB dan V. Namun meskipun kejadian kasus TB resisten OAT diantara pasien V positif secara nosokomial sudah secara luas diketahui, masih sedikit informasi yang didapat tentang hubungan V dan resistensi OAT dalam tingkat populasi. Ada dua alasan utama kenapa TB resisten OAT dapat dikaitkan dengan V. Pertama adalah terdapatnya resistensi rifampisin diantara pasien TB dengan V dan dalam pengobatan TB, meskipun hal ini berkaitan dengan pengobatan yang terputus‐putus. Malabsorbsi OAT juga telah berhasil dibuktikan dalam penelitian kohort pada kelompok dengan prevalensi V yang tinggi, yang menunjukkan pasien TB dengan V kemungkinan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan resistensi. Alasan kedua berhubungan dengan paparan, faktor risikonya adalah riwayat dirawat di rumah sakit yang berarti pasien TB dengan V memiliki risiko yang tinggi terpapar kuman yang resisten.

II. DEFENISI

Multiple Drug Resistance Tuberculosis MDR‐TB adalah suatu keadan dimana M. tuberculosis telah resisten terhadap N dan rifampisin saja atau resisten terhadap N dan rifampisin serta OAT lini pertama lainnya. , Drug Resistance TB dikonfirmasi melalui uji laboratorium yang menunjukkan bahwa isolat Mycobacterium tuberculosis dapat tumbuh secara invitro meskipun dengan adanya satu atau lebih obat antituberkulosis pat dibedakan atas , : OAT . Empat kategori resistensi OAT da  Mono­resistance : resistensi terhadap salah satu dari OAT  Poly‐resistance : resistensi terhadap lebih dari satu OAT, selain isoniazid N dan a a rifampisin secara bers m an  Multidrug‐resistance : resisten terhadap sekurang‐kurangnya N beserta rifampisin  Extensive drug‐resistance : Multidrug‐resistance ditambah resistensi terhadap salah satu golongan fluoroquinolon, dan sedikitnya satu dari tiga jenis obat lini kedua injeksi kapreomisin, kanamisin dan amikasin Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kategori diagnostik TB oleh WO yang berimplikasi pada perbedaan regimen pengobatan yang direkomendasikan, kasus MDR‐TB tergolong dalam kategori V. Kategori diagnostik V mencakup : o MDR‐TB yang sudah terkonfirmasi o Dugaan MDR‐TB. Kelompok ini memerlukan wewenang medis yang relevan yang merekomendasikan bahwa pasien perlu mendapatkan pengobatan Kategori V. Pasien dapat dicatat dan memulai pengobatan kategori V sebelum adanya konfirmasi MDR‐TB hanya jika adanya survey resistensi obat yang representatif atau data epidemiologik lain yang mengindikasikan kemungkinan besar kasus tersebut MDR‐TB o Poly­resistant TB . Beberapa kasus poly‐resistant TB membutuhkan pengobatan kategori V. Pasien‐pasien ini membutuhkan pengobatan dengan OAT lini pertama yang lebih lama bulan atau lebih diombinasikan dengan dua atau lebih obat lini kedua dan dicatat sebagai kelompok kategori V.

III. PATOGENESA MDR­TB

Kejadian resistensi M. Tubercolosis terhadap OAT adalah akibat mutasi alami. Amplifikasi M. tuberculo terjadi akibat kesalahan manusia seperti : sis yang resisten selanjutnya  Kesalahan pengelolaan OAT  Kesalahan manajemen kasus TB  mpaian OAT kepada pasien Kesalahan proses penya  Kesalahan hasil uji DST  Pemakaian OAT dengan mutu rendah  Kurangnya keteraturan pengobatan atau pengobatan yang tidak selesai TB yang rentan OAT dan TB yang resisten menular dengan cara yang sama yaitu melalui droplet saluran nafas yang menyebar di udara. Beberapa faktor risiko untuk terjadinya kasus MDR‐TB adalah :  nik Pengobatan TB sebelumnya yang tidak berhasil : kasus kambuh, gagal, kro  Kontak erat dengan penderita MDR‐TB : keluarga, sahabat, teman sekerja  Orang dengan daya tahan tubuh rendah : VADS, diabetes mellitus, ginjal, kanker, berat badan rendah, anak‐anak  Tinggallahir di tempat prevalensi MDR‐TB yang tinggi  Pencegahan dan pengendalian infeksi yang tidak adekuat Universitas Sumatera Utara Sebelum menegakkan diagnosa MDR‐TB, perlu dinilai kondisi yang mengarahkan penderita untuk dapat dikategorikan sebagai suspek TB MDR yaitu : Sem a o lah satu kriteria : u rang yang memiliki gejala TB dan memenuhi sa obatan kategori . Kasus kronik atau gagal peng . Gagal pengobatan kategori . Kasus TB kambuh kategori atau kategori tetap positif setelah bulan ketiga pengobatan kategori . Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan ketiga pengobatan kategori . Pasien yang pernah diobati dengan OAT TB MDR misalnya fluorokuinolon dan kanamisin . Pasien kategori dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah pemberian sisipan . Pasien yang kembali setelah lalaidefault pada pengobatan kategori dan atau kategori . Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal MDR Pasien yang memenuhi salah satu kriteria suspek, harus dirujuk ke rumah sakit rujukan TB MDR untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan basil M.tuberculosis dan pemeriksaan tes kepekaan terhadap OAT lini pertama. Resistensi obat alamiah resistance Resistensi alamiah dari M.tuberculosis merupakan rintangan utama dalam pengobatan dan ­Natural drug pengendalian TB. Resistensi ini dihubungkan dengan envelope sel multi layer yang tidak lazim dan aktivasi pompa efluks multidrug. Pengetahuan mutakhir adalah adanya mekanisme yang menetralisir toksisitas antibiotik dalam sitoplasmamenyebabkan sinergi antara barier permeabilitas dan istem effluks untuk menghasilkan resistensi alamiah. s Resistensi obat yang didapat­Acquir drug resistance Pengetahuan akan dasar molekular resistensi obat dari M.tuberkulosis meningkat seiring dengan dikembangkannya sekuensing dari genome kuman serta perangkat molekular. Pada spesies bakteri yang lain, resistensi terhadap obat dimediasi oleh plasmid atau transposon, tetapi kontradiktif pada M.tuberculosis, resistensi disebabkan oleh adanya mutasi dari gen ed Universitas Sumatera Utara kromosomal. Sejauh ini, tidak ada mutasi pleiotropik tunggal yang ditemukan pada M.tuberculosis yang menyebabkan fenotipik MDR. Fenotipe MDR disebabkan oleh akumulasi mutasi sekuensial pada gen‐gen berbeda yang terlibat dalam resistensi masing‐msing obat, berkaitan dengan pengobatan yang tidak tepat atau kepatuhan yang jelek. Meskipun begitu, penting untuk mengobservasi beberapa strain yang resisten yang tidak mengalami mutasi klasik ini, mengarahkan kemungkinan kehadiran mekanisme lain seperti pompa efflux dan perubahan permeabilitas dinding sel.

IV. MEKANISME MOLEKULER RESISTENSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS