REHABILITASI SOSIAL TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA.
Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak Sebagai Korban
Penyalahgunaan Narkotika
Penulis, Daniel Mardi Utomo
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: danielsorminnn@gmail.com
Abstract
The title of this research is: “social rehabilitation for children as drugs abuse victims”. This
purpose of this research is to know social rehabilitation to a child .This research method
used is a normative legal research. Data was collected through liter ature and interviews with
officer of BNNP and BRSPP in Yogyakarta. Based on the data analyzed, it can be concluded
that the process of social rehabilitation against children in yogyakarta was undertaken in
accordance with standard narcotics law in indonesia.
Keywords: Social rehabilitation, children, victims, drugs abuse
mengalami
1. PENDAHULUAN
Narkotika merupakan zat atau obat
kematian
karena
penyalahgunaan narkotika.
yang sangat bermanfaat dan diperlukan
Penyalahgunaan narkotika bukan
untuk pengobatan penyakit tertentu. Jika
hanya dilakukan oleh orang dewasa saja
disalahgunakan
anak
atau
digunakan
tidak
juga
telah
melakukan
sesuai dengan standar pengobatan dapat
penyalahgunaan narkotika sehingga harus
menimbulkan kerugian bagi perorangan
mendapatkan
atau masyarakat.
dilakukan rehabilitasi sosial terhadap anak
rehabilitasi
sosial.Tujuan
Pada awalnya narkotika hanya
korban penyalahgunaan narkotika yaitu
digunakan untuk ritual-ritual adat dalam
agar anak tersebut dapat sembuh atau lepas
acara tertentu di Indonesia. Oleh para
dari penyalahgunaan narkotika. Menurut
medis
sebagai
ketentuan Undang-Undang Dasar Republik
proses
Indonesia Tahun 1945 dan ketentuan
narkotika
pengobatan
digunakan
khususnya
dalam
pembiusan.
peraturan
Zaman
lainnya
orang
baik
hanya
bersifat internasional sehingga anak korban
untuk keperluan medis melainkan untuk
penyalahgunaan narkotika dapat menjalani
kesenangan semata sehingga pada zaman
rehabilitasi sosial.
menggunakan
sekaranag
sekarang
perundang-undangan
narkotika
orang-orang
bukan
banyak
yang
bersifat
nasional
maupun
yang
Dasar hukumnya yaitu Undang-
menjadi korban dalam penyalahgunaan
Undang Dasar 1945 Pasal 28b ayat (2)
narkotika dan tidak sedikit pula yang
bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
1
hidup tumbuh dan berkembang, anak berhak
Nomor 44/25 tanggal 5 Desember 1989)
atas
yang telah diratifikasi oleh Indonesia
perlindungan
diskriminasi.
dari
Dalam
kekerasan
dan
Undang-Undang
melalui Keputusan
Presiden
Republik
Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 54, bahwa
Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang
pecandu
menjalani
Pengesahan convention on the rights of the
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
chils (konvensi hak-hak anak). Dalam
Rehabilitasi sosial sendiri yaitu suatu proses
konvensi ini hak-hak anak dibagi menjadi
kegiatan pemulihan secara terpadu untuk
4 yaitu hak untuk kelangsungan hidup, hak
korban
narkotika
wajib
penyalahgunaan
narkotika
baik
untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk
secara fisik, mental maupun sosial
agar
mendapat perlindungan, dan yang terakhir
bekas pecandu dapat kembali melaksanakan
hak untuk partisipasi. Panti sosial dalam
fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
menjalankan rehabilitasi sosial terhadap
Anak merupakan penerus bangsa
anak harus memenuhi ke 4 kategori hak
dimasa depan. Anak menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
anak ini.
2. METODE
Perlindungan Anak dalam Pasal 1angka 1
Jenis penelitian yang digunakan
yaitu seseorang yang belum berusia 18
adalah penelitia normatif. Pengertian dari
tahun,
penelitian normatif yaitu penelitian yang
termasuk
yang
masih
dalam
kandungan.
Berdasarkan
berfokus pada norma hukum positif berupa
Undang-Undang
peraturan perundang-undangan mengenai
Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas
rehabilitasi sosial terhadap anak sebagai
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
korban penyalahgunaan narkotika.
Pasal 1 angka 15
anak mendapat
Sumber data penelitian ini yaitu terdiri dari
perlindungan khusus yang artinya suatu
bahan hukum primer berupa peraturan
perlindungan yang diterima oleh anak
perundang-undangan
dalam situasi atau kondisi tertentu untuk
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
mendapat jaminan rasa aman terhadap
Pasal
ancaman yang membahayakan diri dan
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
jiwa anak tersebut.
Undan-Undang Nomor 35 Tahun 2014
28b ayat
yang terdiri
dari
(2), Undang-Undang
Hak-hak anak menurut Konvensi
perubahan atas Undang-Undang Nomor 35
Hak-Hak Anak Tahun1989 (Resolusi PBB
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,
2
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
BNNP
DIY.
Metode
tentang sistem peradilan Pidana Anak,
digunakan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
sesuai dengan 5 tugas ilmu hukum yaitu
Nomor 25 Tahun 2011, dan Surat Edaran
deskripsi
Mahkama Agung Nomor 4 Tahun 2010.
hukum positif, interpretasi hukum positif,
yaitu
hukum
analis
dengan
positif,
yang
menganalisis
sitematisasi
yaitu
menilai hukum positif. Proses berpkir yang
bahan-bahan yang memberikan penjelasan
digunakan adalah deduktif yaitu berawal
terhadap bahan hukum primer yang terdiri
dari
dari buku-buku, website dan keterangan
kebenarannya telah diketahui/ diyakini dan
narasumber
berakhir pada suatu kesimpulan yang
Bahan
hukum
yang
sekunder
berhungan
dengan
proposisi-proposisi
umum
yang
bersifat khusus.
rehabilitasi sosial terhadap anak korban
penyalahgunaan narkotika. Bahan hukum
Dalam hal ini proposisi umum
tersier yaitu bahan yang memberikan
berupa norma hukum positif tentang
petunjuk atau penjelasaan terhadap bahan
perlindungan anak yang mengatur tentang
hukum primer dan sekunder, bentuk dari
hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan
bahan hukum tersier ini yakni Kamus
hak anak.
Besar Bahasa Indonesa.
anak korban penyalahgunaan narkotika
Metode pengumpulan data adalah
Rehabilitasi sosial terhadap
secara khusus yaitu kesimpulan penulis.
studi kepustakaan dengan mencari dan
menganalisis
buku-buku
mengenai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
rehabilitasi sosial terhadap anak korban
penyalahgunaan
korban
penyalahgunaan
wawancara
narkotika merupakan generasi penerus
langsung
bangsa yang dijaga atau dilindungi hak-
untuk memperoleh data yang diperlukan
haknya sehingga harus di perhatikan secara
penulis
dalam
penulisan
khusus sesuai dengan Undang-Undang
hukum
ini.
yang
Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas
diwawancarai yaitu Ir. Necky Setyarini.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
B.M.Si selaku kepala seksi perlindungan
Pasal 1 angka 5 yaitu, bahwa anak
dan rehabilitasi sosial BRSPP dan Nur.
mendapat perlindungan khusus yaitu suatu
Hidayati, S.KM, M.Kes selaku kepala
perlindungan yang diterima oleh anak
seksi
dalam situasi dan kondisi tertentu untuk
terhadap
narkotika.
Anak
narasumber
penguatan
secara
melakukan
Narasumber
lembaga
rehabilitasi
3
mendapatkan jaminan rasa aman terhadap
mengetahui
ancaman yang membahayakan diri dan
memerlukan perlakuan khusus atau
jiwa dalam tumbuh kembangnya.
tidak. Tujuan dilakukan wawancara
yakni
Salah satu cara dalam memberikan
anak
untuk
tersebut
mengetaui
cara
perhatian secara khusus terhadap anak
penanganan atau terapi terhadap anak
korban penyalahgunaan narkotika yaitu
korban penyalahgunaan narkotika.
b. Tahap detoksifikasi
dengan rehabilitasi sosial. Berdasarkan
Tahap detoksifikasi yaitu tahap
hasil penelitian di BNN Daerah Istimewa
Yogyakarta
pembersihan
tahun 2014 ada 10 kasus
anak
korban
penyalahgunaan narkotika oleh anak di
penyalahgunaan narkotika dari racun
provinsi DIY kisaran umur 8 sampai
narkotika dan untuk mengantisipasi
dengan 18 tahun. Data penyalahgunaan
terjadinya sakau.
c. Tahap pemulihan awal
narkotika yang dilakukan di provinsi DIY
Tahap pemulihan awal yaitu tahap
tahun 2014 yang setatusnya sebagai pelajar
berjumlah 4 kasus. Untuk data anak korban
persiapa
penyalahgunaan narkotika di BRSPP yaitu
penyalahgunaan
berjumlah 8 orang.
kedalam tahap program rawat utama.
Berdasarkan
dengan
hasil
narasumber
Ir.
tahap
perlindungan
menjalankan
di
korban
narkotika
masuk
Tahap rawat utama ini adalah
Necky
Setyarini. B.M.Si selaku kepala seksi
rehabilitasi
anak
d. Tahap rawat utama (primary stage)
wawancara
ibu
sebelum
BRSPP
dimana
anak
korban
aktivitas-aktivitas
di
terhadap anak memiliki beberapa tahap
dalama lembaga rehabilitasi sosial
yang sama anatara anak dan orang dewasa
yaitu BRSPP dan menjalankan setiap
yaitu :
program
oleh
1) Fase pengenalan pada fase ini
narkotika
sebelum masuk ke BRSPP harus di
anak
wawancarai
narkotika
untuk
berikan
memiliki beberapa fase yaitu:
Dalam tahap penerimaan anak
penyalahgunaan
di
BRSPP. Pada tahap rawat utama
a. Tahap Penerimaan
korban
yang
mengetahui
korban
yang
penyalahgunaan
dirawat
oleh
narkotika jenis apa yang digunakan
BRSPP di perkenalkan kepada
oleh
lingkungannya.
anak
tersebut
dan
untuk
4
1) Fase
2) Fase young member pada fase ini
orientasi
yaitu
tahap
anak yang dirawat oleh BRSPP
penyesuaian para anak korban
mendapat
oleh
penyalahgunaan narkotika di
seniornya. Pada fase ini juga
BRSPP yang didampingi oleh
anak
penyalahgunaan
pendamping yang ditunjuk oleh
narkotika wajib mengikuti setiap
staf BRSPP. Pada tahap ini para
aturan yang ada di BRSPP.
korban
pembinaan
korban
narkotika tidak berhak untuk
3) Fase middle member yaitu anak
korban
meninggalkan
penyalahgunaan
narkotika
sudah
memberikan
dapat
dapat
diberikan
dan
pekerjaan
2) Fase A. Pada fase ini korban
dibawahnya.
penyalahgunaan narkotika yang
4) Fase old member yaitu anak
korban
BRSPP
BRSPP
rumah oleh pendamping.
bimbinggan
terhadap junior-junior yang ada
narkotika
penyalahgunaan
dirawat di BRSPP dapat meminta
penyalahgunaan
yang
dirawat
mendapat
haknya
oleh
berupa
uang
jajan
mingguan, dapat bertemu orang
tanggung
tua
bahkan
pulang
kerumah
jawab terhdap para junornya dan
orang tua dengan pendampingan
tanggung
satu kali dalam dua minggu.
jawab
terhadapa
operasional yang ada di BRSPP.
Tujuan dari fase A ini adalah
e. Tahap resosialisasi (re-entry stage)
agar
Tahap resosialisasi yaitu tahap
anak
korban
korban
penyalahgunaan
narkotika yang tinggal di BRSPP
penyalahgunaan
dapat terlatih untuk menghadapi
narkotika melakukan pemulihan diri,
masalah keluarga dan melatih
tanggung
jawab
dan
mereka
pisikologi
agar
anak
korban
waktu.
narkotika
dapat
penyalahgunaan
sosial
untuk
memenejemen
3) Fase B. Pada fase ini pada fase
berinteraksi secara bertahap dalam
ini korban penyalahgunaan
keluarga dan masyarakat. Tahap
narkotika yang tinggal di BRSPP
resosialisasi memiliki beberapa fase
dapat melakukan aktivitas di luar
yaitu:
seperti les, bekerja, kuliah. Pada
5
tahap ini korban penyalahgunaan
sembuh.
narkotika dapat diberikan izin
tetap mendapat pengawasan dari
tinggal di rumah orang tua
petugas
selama dua malam dalam dua
melakukan
minggu yaitu hari sabtu dan
narkotika.
minggu. Fase ini bertujuan untuk
Hasil
BRSPP
agar
tersebut
tidak
penyalahgunaan
wawancara
dengan
mengimplementasikan atau
narasumber ibu Nur. Hidayati, S.KM,
menerapkn plening yang dibuat
M.Kes selaku kepala seksi penguatan
pada fase A, sehingga bias
lembaga
mencapai karir atau tujuan hidup.
menyatakan bahwa BNNP DIY merupakan
4) Fase C. Pada fase ini korban
penyalahgunaan
narkotika
rehabilitasi
lembaga
BNNP
yang
DIY
melakukan
di
koordinasi,fasilitasi, dan penguatan dalam
memiliki
hal pembiayaan pelayanan rehabilitasi
kebebasan berupa dapat pulang
medis dan rehabilitasi sosial yang belum
kerumah orang tua dengan cara
menjadi IPWL (Institusi Penerima Wajib
memilih waktu mereka sendiri
Lapor).
BRSPP
dapat
namun
dengan
adanya
BNNP
DIY
tidak
melakukan
pendampingan. Ketika korban
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
penyalahgunaan
terhadap
napza
telah
korban
penyalahgunaan
melewati fase A sampai dengan
narkotika. BNNP DIY dalam melakukan
fase
korban
rehabilitasi hanya melimpahkan kepada
penyalahgunaan
narkotika
dinas sosial dan dinas kesehatan (ditingkat
tersebut
konseling
provinsi) bagi korban penyalahgunaan
secara
C,
maka
mendapat
perseorangan
korban
f.
Alumni-alumni
apakah
narkotika anak dan dewasa.
penyalahgunaan
Anak
korban
penyalahgunaan
narkotika tersebut dapat tinggal
narkotika usia dibawah 18 tahun yang
dimasyarakat atau tidak.
ingin melaksakan rehabilitasi sosial, pihak
Tahap pembinaan dan lanjutan (after
BNNP DIY hanya memberikan informed
care stage)
consent yaitu persetujuan terhadap orang
Program ini ditunjuk bagi alumni
BRSPP
yang
telah
tua atau wali anak untuk melakukan
dinyatakan
rehabilitasi sosial terhadap anak dengan
6
pendampingan dari orang tua atau wali
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosia
anak. Hal tersebut guna agar anak dapat
Pasal 4 yaitu melalui tahap detokfikasi,
dirujuk ke tempat rehabilitasi sosial untuk
program primer , dan program Re-entry.
mendapatkan pengobatan.
Namun BRSPP
menjalankan
Dalam melakukan rehabilitasi sosial
rehabilitasi sosial belum ada pemisahan
anak korban penyalahgunaan di BRSPP
antara anak dan orang dewasa. Pemisahan
tidak ada pemisahan antara orang dewasa
sangat
dan anak. Seharusnya ada pemisahan
penyalahgunaan narkotika masih dalam
antara anak dan orang dikarenakan anak
masa
dalam tumbuh masa tumbuh kembang
mendapatkan perlakuan secara khusus.
penting
karena
pertumbuhan
anak
korban
sehingga
perlu
memerlukan perlakuan secara khusus.
Pemenuhan hak-hak anak di BRSPP
5. REFERENSI
telah dipenuhi secara garis besar sesuai
Buku:
dengan konvensi hak-hak anak tahun1989
Abdul Hakim G. Nusantara, dkk, 1992,
(resolusi PBB Nomor 44 tanggal 5
KUHAP Kitab Undang-Undang
desember 1989) yang telah diratifikasi oleh
Hukum
Indonesia
melalu
Keputusan
Presiden
Acara
Pidana
dan
Peraturan-Peraturan
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1989
Pelaksana , Djambatan, Jakarta.
tentang pengesahan convention on the
Andi Hamzah dan RM. Surachman,
right to survival.
1994, Kejahatan Narkotika Dan
4. KESIMPULAN
Psikotropika ,
Bedasarkan dari analisi dari bab
Sinar
Grafika,
Jakarta.
sebelumnya maka dapat disimpulakan.
Irma Setyowati Soemitro, 2001, Aspek
Pemenuhan rehabilitasi sosial terhadap
anak korban penyalahgunaan narkotika di
Hukum
provinsi DIY yang dilakukan oleh BRSPP
Quni Aksara,
telah sesuai dengan peraturan yang ada
Perlindungan
Anak,
Jakarta.
Kuesno Adi, 2009, Diversi Sebagai
yaitu Surat Edaran Mahkama Agung
Upaya
Nomor 4 Tahun 2010 tentang penempatan
Penanggulangan
penyalahgunaan, korban penyalahgunaan
Alternative
Tindak
Pidana Narkotika oleh Anak ,
dan pecandu narkotika kedalam lembaga
Penerbit Umm Pres, Malang.
7
Koesno Adi, 2014, Diversi Tindak
Pidana
Depatermen
Anak,
Narkotika
Jakarta
Setara Press, Malang.
Mardani,
2008,
Setya Wahyudi, 2011 Implementasi Ide
Penyalah
Narkoba
Gunaan
Dalam
Diversi
Prespektif
Hukum Islam dan
Hukum
Di
Hakim,
2004,
Pembaruan
Genta
Indonesia,
Publishing, Yogyakarta.
Grafindo Persada, Jakarta.
Arief
Dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak
Pidana Nasional, PT Raja
M.
Kehakiman,
Peraturan Perundang-undangan:
Undang
Bahaya
Narkoba – Alkohol Cara Islam
Undang
Dasar
Republik
Indonesia Tahun 1945
&
Undang-Undang Republik Indonesia
melawan, Penerbit, Nuansa,
Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Bandung.
Narkotika. Lembaran Negara
Mengatasi,
Mencegah
M.Nasir Djamil, 2013 Anak bukan
Untuk
Dihukum
Republik
Indonesia
Tahun
2009 Nomor 143. Sekertaris
Catatan
Negara. Jakarta
Pembahasan Undang-Undang
Sistem Peradilan Anak (UU-
Undang-Undang Republik Indonesia
SPPA), Sinar Grafika, Jakarta.
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Moh. Taufik Makarao, Suhasril dan
Perlindungan Anak. Lembaran
Moh.
Zakky
Tindak
A.S.,
Negara Republik Indonesia
Narkotika ,
Pidana
Penerbit
2003,
Tahun
Ghalia, Jakarta
109.
Undang-Undang Republik Indonesia
Atmasasmita,
1991-1992,
Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan
PenulisanKarya
IlmiahTentang
Atas
Undang-
Undang Nomor 23 Tahun
Masalah
Santunan Terhadap Korban
2002
Pidana ,
Anak.
Tindak
Nomor
Sekertaris Negara. Jakarta.
Indonesia.
Romli
2002
BPHN
tentang
Republik
8
Perlindungan
Lembaran
Indonesia
Negara
Tahun
2014 Nomor 297. Sekertaris
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/p
Negara. Jakarta.
ost/2014/08/19/Jurnal_Data_P4GN_20
13_Edisi_2014_Oke.pdf di akses 2
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2012 tentang
maret 2016
Sistem Peradilan Pidana Anak.
http://kbbi.web.id/rehabilitasi
Lembara
13 maret 2016
Negara
Republik
diakses
Indonesia Tahun 2012 Nomor
https://dfcsurabaya.files.wordpress.com
153.
/2010/06/sema_04_2010-narkotika.pdf
Sekertaris
Negara.
diakses 10 maret 2016
Jakarta.
Peraturan
Pemerintah
http://kbbi.web.id/sosial di akses 15
Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun
maret 2016
2011
http://kbbi.web.id/anak di akses 15
tentang
Wajib
Pelaksanaan
Lapor
maret 2016
Pecandu
Narkotika. Lembaran Negara
https://www.idjoel.com/pengertian-
Republik
sosial-menurut-para-ahli/ diakses 15
Indonesia
Tahun
maret 2016
2011 Nomor 46. Sekertaris
Negara. Jakarta.
Surat Edaran Mahkama Agung Nomor
4
Tahun
2010
tentang
Penempatan Penyalahgunaan,
Korban Penyalahgunaan, dan
Pecandu Narkotika Kedalam
Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial.
Web site:
http://www.psychologymania.com/201
2/08/pengertian-rehabilitasinarkoba.html di akses 1 maret 2016
9
10
Penyalahgunaan Narkotika
Penulis, Daniel Mardi Utomo
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: danielsorminnn@gmail.com
Abstract
The title of this research is: “social rehabilitation for children as drugs abuse victims”. This
purpose of this research is to know social rehabilitation to a child .This research method
used is a normative legal research. Data was collected through liter ature and interviews with
officer of BNNP and BRSPP in Yogyakarta. Based on the data analyzed, it can be concluded
that the process of social rehabilitation against children in yogyakarta was undertaken in
accordance with standard narcotics law in indonesia.
Keywords: Social rehabilitation, children, victims, drugs abuse
mengalami
1. PENDAHULUAN
Narkotika merupakan zat atau obat
kematian
karena
penyalahgunaan narkotika.
yang sangat bermanfaat dan diperlukan
Penyalahgunaan narkotika bukan
untuk pengobatan penyakit tertentu. Jika
hanya dilakukan oleh orang dewasa saja
disalahgunakan
anak
atau
digunakan
tidak
juga
telah
melakukan
sesuai dengan standar pengobatan dapat
penyalahgunaan narkotika sehingga harus
menimbulkan kerugian bagi perorangan
mendapatkan
atau masyarakat.
dilakukan rehabilitasi sosial terhadap anak
rehabilitasi
sosial.Tujuan
Pada awalnya narkotika hanya
korban penyalahgunaan narkotika yaitu
digunakan untuk ritual-ritual adat dalam
agar anak tersebut dapat sembuh atau lepas
acara tertentu di Indonesia. Oleh para
dari penyalahgunaan narkotika. Menurut
medis
sebagai
ketentuan Undang-Undang Dasar Republik
proses
Indonesia Tahun 1945 dan ketentuan
narkotika
pengobatan
digunakan
khususnya
dalam
pembiusan.
peraturan
Zaman
lainnya
orang
baik
hanya
bersifat internasional sehingga anak korban
untuk keperluan medis melainkan untuk
penyalahgunaan narkotika dapat menjalani
kesenangan semata sehingga pada zaman
rehabilitasi sosial.
menggunakan
sekaranag
sekarang
perundang-undangan
narkotika
orang-orang
bukan
banyak
yang
bersifat
nasional
maupun
yang
Dasar hukumnya yaitu Undang-
menjadi korban dalam penyalahgunaan
Undang Dasar 1945 Pasal 28b ayat (2)
narkotika dan tidak sedikit pula yang
bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
1
hidup tumbuh dan berkembang, anak berhak
Nomor 44/25 tanggal 5 Desember 1989)
atas
yang telah diratifikasi oleh Indonesia
perlindungan
diskriminasi.
dari
Dalam
kekerasan
dan
Undang-Undang
melalui Keputusan
Presiden
Republik
Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 54, bahwa
Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang
pecandu
menjalani
Pengesahan convention on the rights of the
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
chils (konvensi hak-hak anak). Dalam
Rehabilitasi sosial sendiri yaitu suatu proses
konvensi ini hak-hak anak dibagi menjadi
kegiatan pemulihan secara terpadu untuk
4 yaitu hak untuk kelangsungan hidup, hak
korban
narkotika
wajib
penyalahgunaan
narkotika
baik
untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk
secara fisik, mental maupun sosial
agar
mendapat perlindungan, dan yang terakhir
bekas pecandu dapat kembali melaksanakan
hak untuk partisipasi. Panti sosial dalam
fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
menjalankan rehabilitasi sosial terhadap
Anak merupakan penerus bangsa
anak harus memenuhi ke 4 kategori hak
dimasa depan. Anak menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
anak ini.
2. METODE
Perlindungan Anak dalam Pasal 1angka 1
Jenis penelitian yang digunakan
yaitu seseorang yang belum berusia 18
adalah penelitia normatif. Pengertian dari
tahun,
penelitian normatif yaitu penelitian yang
termasuk
yang
masih
dalam
kandungan.
Berdasarkan
berfokus pada norma hukum positif berupa
Undang-Undang
peraturan perundang-undangan mengenai
Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas
rehabilitasi sosial terhadap anak sebagai
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
korban penyalahgunaan narkotika.
Pasal 1 angka 15
anak mendapat
Sumber data penelitian ini yaitu terdiri dari
perlindungan khusus yang artinya suatu
bahan hukum primer berupa peraturan
perlindungan yang diterima oleh anak
perundang-undangan
dalam situasi atau kondisi tertentu untuk
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
mendapat jaminan rasa aman terhadap
Pasal
ancaman yang membahayakan diri dan
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
jiwa anak tersebut.
Undan-Undang Nomor 35 Tahun 2014
28b ayat
yang terdiri
dari
(2), Undang-Undang
Hak-hak anak menurut Konvensi
perubahan atas Undang-Undang Nomor 35
Hak-Hak Anak Tahun1989 (Resolusi PBB
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,
2
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
BNNP
DIY.
Metode
tentang sistem peradilan Pidana Anak,
digunakan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
sesuai dengan 5 tugas ilmu hukum yaitu
Nomor 25 Tahun 2011, dan Surat Edaran
deskripsi
Mahkama Agung Nomor 4 Tahun 2010.
hukum positif, interpretasi hukum positif,
yaitu
hukum
analis
dengan
positif,
yang
menganalisis
sitematisasi
yaitu
menilai hukum positif. Proses berpkir yang
bahan-bahan yang memberikan penjelasan
digunakan adalah deduktif yaitu berawal
terhadap bahan hukum primer yang terdiri
dari
dari buku-buku, website dan keterangan
kebenarannya telah diketahui/ diyakini dan
narasumber
berakhir pada suatu kesimpulan yang
Bahan
hukum
yang
sekunder
berhungan
dengan
proposisi-proposisi
umum
yang
bersifat khusus.
rehabilitasi sosial terhadap anak korban
penyalahgunaan narkotika. Bahan hukum
Dalam hal ini proposisi umum
tersier yaitu bahan yang memberikan
berupa norma hukum positif tentang
petunjuk atau penjelasaan terhadap bahan
perlindungan anak yang mengatur tentang
hukum primer dan sekunder, bentuk dari
hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan
bahan hukum tersier ini yakni Kamus
hak anak.
Besar Bahasa Indonesa.
anak korban penyalahgunaan narkotika
Metode pengumpulan data adalah
Rehabilitasi sosial terhadap
secara khusus yaitu kesimpulan penulis.
studi kepustakaan dengan mencari dan
menganalisis
buku-buku
mengenai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
rehabilitasi sosial terhadap anak korban
penyalahgunaan
korban
penyalahgunaan
wawancara
narkotika merupakan generasi penerus
langsung
bangsa yang dijaga atau dilindungi hak-
untuk memperoleh data yang diperlukan
haknya sehingga harus di perhatikan secara
penulis
dalam
penulisan
khusus sesuai dengan Undang-Undang
hukum
ini.
yang
Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas
diwawancarai yaitu Ir. Necky Setyarini.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
B.M.Si selaku kepala seksi perlindungan
Pasal 1 angka 5 yaitu, bahwa anak
dan rehabilitasi sosial BRSPP dan Nur.
mendapat perlindungan khusus yaitu suatu
Hidayati, S.KM, M.Kes selaku kepala
perlindungan yang diterima oleh anak
seksi
dalam situasi dan kondisi tertentu untuk
terhadap
narkotika.
Anak
narasumber
penguatan
secara
melakukan
Narasumber
lembaga
rehabilitasi
3
mendapatkan jaminan rasa aman terhadap
mengetahui
ancaman yang membahayakan diri dan
memerlukan perlakuan khusus atau
jiwa dalam tumbuh kembangnya.
tidak. Tujuan dilakukan wawancara
yakni
Salah satu cara dalam memberikan
anak
untuk
tersebut
mengetaui
cara
perhatian secara khusus terhadap anak
penanganan atau terapi terhadap anak
korban penyalahgunaan narkotika yaitu
korban penyalahgunaan narkotika.
b. Tahap detoksifikasi
dengan rehabilitasi sosial. Berdasarkan
Tahap detoksifikasi yaitu tahap
hasil penelitian di BNN Daerah Istimewa
Yogyakarta
pembersihan
tahun 2014 ada 10 kasus
anak
korban
penyalahgunaan narkotika oleh anak di
penyalahgunaan narkotika dari racun
provinsi DIY kisaran umur 8 sampai
narkotika dan untuk mengantisipasi
dengan 18 tahun. Data penyalahgunaan
terjadinya sakau.
c. Tahap pemulihan awal
narkotika yang dilakukan di provinsi DIY
Tahap pemulihan awal yaitu tahap
tahun 2014 yang setatusnya sebagai pelajar
berjumlah 4 kasus. Untuk data anak korban
persiapa
penyalahgunaan narkotika di BRSPP yaitu
penyalahgunaan
berjumlah 8 orang.
kedalam tahap program rawat utama.
Berdasarkan
dengan
hasil
narasumber
Ir.
tahap
perlindungan
menjalankan
di
korban
narkotika
masuk
Tahap rawat utama ini adalah
Necky
Setyarini. B.M.Si selaku kepala seksi
rehabilitasi
anak
d. Tahap rawat utama (primary stage)
wawancara
ibu
sebelum
BRSPP
dimana
anak
korban
aktivitas-aktivitas
di
terhadap anak memiliki beberapa tahap
dalama lembaga rehabilitasi sosial
yang sama anatara anak dan orang dewasa
yaitu BRSPP dan menjalankan setiap
yaitu :
program
oleh
1) Fase pengenalan pada fase ini
narkotika
sebelum masuk ke BRSPP harus di
anak
wawancarai
narkotika
untuk
berikan
memiliki beberapa fase yaitu:
Dalam tahap penerimaan anak
penyalahgunaan
di
BRSPP. Pada tahap rawat utama
a. Tahap Penerimaan
korban
yang
mengetahui
korban
yang
penyalahgunaan
dirawat
oleh
narkotika jenis apa yang digunakan
BRSPP di perkenalkan kepada
oleh
lingkungannya.
anak
tersebut
dan
untuk
4
1) Fase
2) Fase young member pada fase ini
orientasi
yaitu
tahap
anak yang dirawat oleh BRSPP
penyesuaian para anak korban
mendapat
oleh
penyalahgunaan narkotika di
seniornya. Pada fase ini juga
BRSPP yang didampingi oleh
anak
penyalahgunaan
pendamping yang ditunjuk oleh
narkotika wajib mengikuti setiap
staf BRSPP. Pada tahap ini para
aturan yang ada di BRSPP.
korban
pembinaan
korban
narkotika tidak berhak untuk
3) Fase middle member yaitu anak
korban
meninggalkan
penyalahgunaan
narkotika
sudah
memberikan
dapat
dapat
diberikan
dan
pekerjaan
2) Fase A. Pada fase ini korban
dibawahnya.
penyalahgunaan narkotika yang
4) Fase old member yaitu anak
korban
BRSPP
BRSPP
rumah oleh pendamping.
bimbinggan
terhadap junior-junior yang ada
narkotika
penyalahgunaan
dirawat di BRSPP dapat meminta
penyalahgunaan
yang
dirawat
mendapat
haknya
oleh
berupa
uang
jajan
mingguan, dapat bertemu orang
tanggung
tua
bahkan
pulang
kerumah
jawab terhdap para junornya dan
orang tua dengan pendampingan
tanggung
satu kali dalam dua minggu.
jawab
terhadapa
operasional yang ada di BRSPP.
Tujuan dari fase A ini adalah
e. Tahap resosialisasi (re-entry stage)
agar
Tahap resosialisasi yaitu tahap
anak
korban
korban
penyalahgunaan
narkotika yang tinggal di BRSPP
penyalahgunaan
dapat terlatih untuk menghadapi
narkotika melakukan pemulihan diri,
masalah keluarga dan melatih
tanggung
jawab
dan
mereka
pisikologi
agar
anak
korban
waktu.
narkotika
dapat
penyalahgunaan
sosial
untuk
memenejemen
3) Fase B. Pada fase ini pada fase
berinteraksi secara bertahap dalam
ini korban penyalahgunaan
keluarga dan masyarakat. Tahap
narkotika yang tinggal di BRSPP
resosialisasi memiliki beberapa fase
dapat melakukan aktivitas di luar
yaitu:
seperti les, bekerja, kuliah. Pada
5
tahap ini korban penyalahgunaan
sembuh.
narkotika dapat diberikan izin
tetap mendapat pengawasan dari
tinggal di rumah orang tua
petugas
selama dua malam dalam dua
melakukan
minggu yaitu hari sabtu dan
narkotika.
minggu. Fase ini bertujuan untuk
Hasil
BRSPP
agar
tersebut
tidak
penyalahgunaan
wawancara
dengan
mengimplementasikan atau
narasumber ibu Nur. Hidayati, S.KM,
menerapkn plening yang dibuat
M.Kes selaku kepala seksi penguatan
pada fase A, sehingga bias
lembaga
mencapai karir atau tujuan hidup.
menyatakan bahwa BNNP DIY merupakan
4) Fase C. Pada fase ini korban
penyalahgunaan
narkotika
rehabilitasi
lembaga
BNNP
yang
DIY
melakukan
di
koordinasi,fasilitasi, dan penguatan dalam
memiliki
hal pembiayaan pelayanan rehabilitasi
kebebasan berupa dapat pulang
medis dan rehabilitasi sosial yang belum
kerumah orang tua dengan cara
menjadi IPWL (Institusi Penerima Wajib
memilih waktu mereka sendiri
Lapor).
BRSPP
dapat
namun
dengan
adanya
BNNP
DIY
tidak
melakukan
pendampingan. Ketika korban
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
penyalahgunaan
terhadap
napza
telah
korban
penyalahgunaan
melewati fase A sampai dengan
narkotika. BNNP DIY dalam melakukan
fase
korban
rehabilitasi hanya melimpahkan kepada
penyalahgunaan
narkotika
dinas sosial dan dinas kesehatan (ditingkat
tersebut
konseling
provinsi) bagi korban penyalahgunaan
secara
C,
maka
mendapat
perseorangan
korban
f.
Alumni-alumni
apakah
narkotika anak dan dewasa.
penyalahgunaan
Anak
korban
penyalahgunaan
narkotika tersebut dapat tinggal
narkotika usia dibawah 18 tahun yang
dimasyarakat atau tidak.
ingin melaksakan rehabilitasi sosial, pihak
Tahap pembinaan dan lanjutan (after
BNNP DIY hanya memberikan informed
care stage)
consent yaitu persetujuan terhadap orang
Program ini ditunjuk bagi alumni
BRSPP
yang
telah
tua atau wali anak untuk melakukan
dinyatakan
rehabilitasi sosial terhadap anak dengan
6
pendampingan dari orang tua atau wali
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosia
anak. Hal tersebut guna agar anak dapat
Pasal 4 yaitu melalui tahap detokfikasi,
dirujuk ke tempat rehabilitasi sosial untuk
program primer , dan program Re-entry.
mendapatkan pengobatan.
Namun BRSPP
menjalankan
Dalam melakukan rehabilitasi sosial
rehabilitasi sosial belum ada pemisahan
anak korban penyalahgunaan di BRSPP
antara anak dan orang dewasa. Pemisahan
tidak ada pemisahan antara orang dewasa
sangat
dan anak. Seharusnya ada pemisahan
penyalahgunaan narkotika masih dalam
antara anak dan orang dikarenakan anak
masa
dalam tumbuh masa tumbuh kembang
mendapatkan perlakuan secara khusus.
penting
karena
pertumbuhan
anak
korban
sehingga
perlu
memerlukan perlakuan secara khusus.
Pemenuhan hak-hak anak di BRSPP
5. REFERENSI
telah dipenuhi secara garis besar sesuai
Buku:
dengan konvensi hak-hak anak tahun1989
Abdul Hakim G. Nusantara, dkk, 1992,
(resolusi PBB Nomor 44 tanggal 5
KUHAP Kitab Undang-Undang
desember 1989) yang telah diratifikasi oleh
Hukum
Indonesia
melalu
Keputusan
Presiden
Acara
Pidana
dan
Peraturan-Peraturan
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1989
Pelaksana , Djambatan, Jakarta.
tentang pengesahan convention on the
Andi Hamzah dan RM. Surachman,
right to survival.
1994, Kejahatan Narkotika Dan
4. KESIMPULAN
Psikotropika ,
Bedasarkan dari analisi dari bab
Sinar
Grafika,
Jakarta.
sebelumnya maka dapat disimpulakan.
Irma Setyowati Soemitro, 2001, Aspek
Pemenuhan rehabilitasi sosial terhadap
anak korban penyalahgunaan narkotika di
Hukum
provinsi DIY yang dilakukan oleh BRSPP
Quni Aksara,
telah sesuai dengan peraturan yang ada
Perlindungan
Anak,
Jakarta.
Kuesno Adi, 2009, Diversi Sebagai
yaitu Surat Edaran Mahkama Agung
Upaya
Nomor 4 Tahun 2010 tentang penempatan
Penanggulangan
penyalahgunaan, korban penyalahgunaan
Alternative
Tindak
Pidana Narkotika oleh Anak ,
dan pecandu narkotika kedalam lembaga
Penerbit Umm Pres, Malang.
7
Koesno Adi, 2014, Diversi Tindak
Pidana
Depatermen
Anak,
Narkotika
Jakarta
Setara Press, Malang.
Mardani,
2008,
Setya Wahyudi, 2011 Implementasi Ide
Penyalah
Narkoba
Gunaan
Dalam
Diversi
Prespektif
Hukum Islam dan
Hukum
Di
Hakim,
2004,
Pembaruan
Genta
Indonesia,
Publishing, Yogyakarta.
Grafindo Persada, Jakarta.
Arief
Dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak
Pidana Nasional, PT Raja
M.
Kehakiman,
Peraturan Perundang-undangan:
Undang
Bahaya
Narkoba – Alkohol Cara Islam
Undang
Dasar
Republik
Indonesia Tahun 1945
&
Undang-Undang Republik Indonesia
melawan, Penerbit, Nuansa,
Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Bandung.
Narkotika. Lembaran Negara
Mengatasi,
Mencegah
M.Nasir Djamil, 2013 Anak bukan
Untuk
Dihukum
Republik
Indonesia
Tahun
2009 Nomor 143. Sekertaris
Catatan
Negara. Jakarta
Pembahasan Undang-Undang
Sistem Peradilan Anak (UU-
Undang-Undang Republik Indonesia
SPPA), Sinar Grafika, Jakarta.
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Moh. Taufik Makarao, Suhasril dan
Perlindungan Anak. Lembaran
Moh.
Zakky
Tindak
A.S.,
Negara Republik Indonesia
Narkotika ,
Pidana
Penerbit
2003,
Tahun
Ghalia, Jakarta
109.
Undang-Undang Republik Indonesia
Atmasasmita,
1991-1992,
Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan
PenulisanKarya
IlmiahTentang
Atas
Undang-
Undang Nomor 23 Tahun
Masalah
Santunan Terhadap Korban
2002
Pidana ,
Anak.
Tindak
Nomor
Sekertaris Negara. Jakarta.
Indonesia.
Romli
2002
BPHN
tentang
Republik
8
Perlindungan
Lembaran
Indonesia
Negara
Tahun
2014 Nomor 297. Sekertaris
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/p
Negara. Jakarta.
ost/2014/08/19/Jurnal_Data_P4GN_20
13_Edisi_2014_Oke.pdf di akses 2
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2012 tentang
maret 2016
Sistem Peradilan Pidana Anak.
http://kbbi.web.id/rehabilitasi
Lembara
13 maret 2016
Negara
Republik
diakses
Indonesia Tahun 2012 Nomor
https://dfcsurabaya.files.wordpress.com
153.
/2010/06/sema_04_2010-narkotika.pdf
Sekertaris
Negara.
diakses 10 maret 2016
Jakarta.
Peraturan
Pemerintah
http://kbbi.web.id/sosial di akses 15
Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun
maret 2016
2011
http://kbbi.web.id/anak di akses 15
tentang
Wajib
Pelaksanaan
Lapor
maret 2016
Pecandu
Narkotika. Lembaran Negara
https://www.idjoel.com/pengertian-
Republik
sosial-menurut-para-ahli/ diakses 15
Indonesia
Tahun
maret 2016
2011 Nomor 46. Sekertaris
Negara. Jakarta.
Surat Edaran Mahkama Agung Nomor
4
Tahun
2010
tentang
Penempatan Penyalahgunaan,
Korban Penyalahgunaan, dan
Pecandu Narkotika Kedalam
Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial.
Web site:
http://www.psychologymania.com/201
2/08/pengertian-rehabilitasinarkoba.html di akses 1 maret 2016
9
10