Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga (Studi Pada Keluarga Anggota Jamaah Tabligh dalam Melakukan khuruj)
ABSTRAK
STRATEGI PEMENUHAN FUNGSI EKONOMI KELUARGA (Studi Pada Keluarga Anggota Jamaah Tabligh dalam Melakukan Khuruj)
Oleh
Acep Hendri Setiawan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga jamaah tabligh dalam melakukan khuruj. Di dalam penelitian ini diambil dari keluarga anggota jamaah tabligh sebanyak empat informan yang ditentukan sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian ini. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang berlokasi penelitian di Kota Bandar Lampung dengan data yang diperoleh berasal dari wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis datanya kajian secara sosiologi keluarga melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga jamaah tabligh dalam melakukan khuruj yaitu strategi yang berasal dari kelompok jamaah tabligh dan keluarga jamaah tabligh itu sendiri. Strategi yang dilakukan kelompok jamaah tabligh yaitu jamaah tabligh yang tidak mengikuti khuruj agar dapat membantu keluarga jamaah tabligh lain yang sedang ditinggalkan khuruj. Adapun strategi yang dilakukan keluarga jamaah tabligh dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya yaitu dengan cara berdagang (wirausaha), bekerja, memanfaatkan jaringan sosial seperti meminta dan meminjam uang kepada keluarga dan teman, memanfaatkan sumber daya yang ada (kekayaan yang berasal dari bekerja atau warisan), membuat apotek hidup, menukar atau menjual barang yang ada, dan mengoptimalkan kepemilikan rumah untuk dikontrakan kepada orang lain. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan formal, jamaah tabligh melakukan pekerjaan seperti biasanya tetapi langsung mengikuti kegiatan khuruj setelah bekerja tanpa pulang ke rumah. Sementara pekerjaan yang sifatnya informal seperti berdagang (wirausaha) dan memproduksi barang, dilakukan dengan digantikan oleh anggota keluarga lainnya. Untuk keberlanjutan strategi tersebut, jamaah tabligh melakukan pengelolaan keuangan seperti menabung, menghemat pengeluaran dan mencatat pemasukan dan pengeluaran uang.
(2)
THE ABSTRACT
THE FULFILMENT STRATEGY OF THE FUNCTION OF THE FAMILY's ECONOMICS
(The Study to the Member's Family the Jamaah Tabligh in doing Khuruj)
This research had a purpose to describe and explained about the fulfilment strategy of the function of economics of the jamaah tabligh’s family in did khuruj. In this research was taken from the family of the jamaah tabligh member totalling four informants who were determined in accordance with the certain criterion that was appointed to achieve the aim of this research. The method that was used was descriptive qualitative that was located the research in the Bandar Lampung City with the data that was received came from the deep interview, observation of participation, and the documentation. Whereas to analyse his data the study in a manner the family's sociology through the qualitative approach. Results of the research showed that is gotten by two fulfilment strategies of the function of economics of jamaah tabligh's family in did khuruj that is the strategy that came from the congregation's group of the jamaah tabligh's family of the sermon personally. The strategy that was carried out by the jamaah tabligh's group of the sermon that is the jamaah tabligh that did not follow khuruj in order to be able to help the congregation's family of the other sermon that was left khuruj. As for the strategy that was carried out by the congregation's family of the sermon in satisfying the requirement for his family's economics that is by means of trading (the businessman), worked, made use of the social network as ask for and borrowing money to the family and the friend, made use of available resources (the wealth that came from working or the inheritance), made the pharmacy live, exchange or sell the available thing, and maximise ownership of the house to saling to the other person. In the matter of the implementation of the formal work, jamaah tabligh carries out the work like usually but immediately joined the activity khuruj after working without coming home. Now the work that his characteristics were informal as trading (the businessman) and produced the thing, was carried out by being replaced by the family's other member. For the continuity of this strategy, the jamaah tabligh carried out the financial management like saved, saved the issuing and recorded revenue and the issuing of money.
The key word: the strategy, the function of the family's economics, jamaah tabligh.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga ... 8
1. Pengertian Strategi ... 8
2. Pengertian Keluarga ... 9
3. Pemenuhan Fungsi Ekonomi ... 10
a. Fungsi Ekonomi Keluarga ... 11
B. Tinjauan Tentang Jamaah Tabligh ... 14
1. Pengertian Jamaah Tabligh ... 14
2. Pengertian Khuruj ... 16
C. Kerangka Pemikiran ... 19
D. Skema Kerangka Pemikiran ... 20
III. METODE PENELITIAN ... 21
A. Tipe Penelitian ... 21
B. Fokus Penelitian ... 22
C. Lokasi Penelitian ... 23
D. Penentuan Informan ... 24
(4)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 32
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 32
1. Geografi... 32
2. Topografi dan Demografi ... 33
3. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 34
4. Kondisi Keagamaan Kota Bandar Lampung... 35
5. Lembaga Keagamaan di Kota Bandar Lampung ... 36
B. Gambaran Umum Jamaah Tabligh... 36
1. Sejarah Jamaah Tabligh dan Tokoh-tokohnya ... 36
2. Penyebaran dan Kawasan Pengaruh JT di seluruh Dunia ... 39
3. Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh di Afrika ... 39
4. Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh di Eropa ... 40
5. Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh di Amerika ... 41
6. Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh di Indonesia ... 42
7. Kegiatan Jamaah Tabligh ... 43
8. Keluarga yang Ditinggalkan ... 48
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Profil Informan ... 50
1. Informan 1 ... 50
2. Informan 2 ... 58
3. Informan 3 ... 67
4. Informan 4 ... 74
B. Pembahasan ... 80
1. Pengalaman Khuruj dan Aktivitas Khuruj ... 80
2. Latar Belakang Kondisi Keluarga Informan ... 82
a. Kondisi sosial intern keluarga informan (Posisi dalam keluarga dan Posisi dalam lingkungan tempat tinggal informan) ... 82
b. Kondisi Ekonomi (Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, dan Penggunaan Pendapatan) ... 84
3. Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga Jamaah Tabligh Ketika Melakukan Khuruj ... 88
a. Pelaksanaan Pekerjaan (Formal, Informal) ... 88
b. Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi (Sandang, Pangan, Papan) ... 90
4. Deskripsi Penelitian ... 96
VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 103
A. Simpulan ... 103
(5)
DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN ... 109
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2005. Masyarakat: Dinamika Kelompok dan Implikasi Kebudayaan dalam Pembangunan. Bandar Lampung. Unila Press.
Ahmadi, Abu, dkk. 2002. Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Fisher, Simon etc. 2001. Mengelola Konflik. The British Council Indonesia. Jakarta.
Geert, Hiddred. 1983. Keluarga Jawa. Grafiti Pers. Jakarta.
Goode, William J. 2004. Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara. Jakarta.
Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Gaung Persada Press. Jakarta.
Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina. Surabaya.
Light, Donald, Suzanne Keller dan Craigh Calhoun. 1989. Sociology Edisi Kelima. Alfred A. Knorpf. New York.
Maleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
(7)
106
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2005. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media. Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Rineka Cipta. Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Rineka Cipta. Jakarta.
Suhendi, Hendi, dkk. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. CV Pustaka Setia. Bandung.
Sumardi, Muljanto dan Evers, Hans Dieter. 1982. Sumber Pendapatan, Kebutuhan Pokok dan Prilaku Menyimpang. CV Rajawali. Yakarta.
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Suprayogo, Iman dkk. 2001. Metode Penelitian Sosial-Agama. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Suud, Muhammad. 2006. 3 Orintasi Kesejahteraan Sosial. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Usman, Husaini dkk. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Vredenbergt, Jacob. 1980. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. PT Gramedia. Jakarta.
Waluyo, Harry dkk. 1994. Strategi Adaptasi Masyarakat Tehadap Program Pengembangan Pariwisata. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta
(8)
Sumber Lain:
Skripsi
Anggraeni, Ni Galih. 2008. Profil Komunikasi Dakwah Jamaah Tabligh (Studi pada Mahasiswa Universitas Lampung yang Aktif dalam Dakwah Jamaah Tabligh). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Husni. 2004. Profil Masturah Jamaah Tabligh dalam Berdakwah (Studi pada Masturah di Bandar Lampung). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Buku dan Majalah:
Data Kuantitatif Penyusunan Profil Daerah Tahun 2007 BAPPEDA Kota Bandar Lampung
Hidayah Edisi 37, Agustus 2004 Tarbawi Edisi Februari 2005
Internet:
Anharudin. 2004. Kebijakan dan Program Resttlement Transmigrasi Bagi Penduduk Bermasalah di Indonesia. Diakses 6 April 2009. http://www.nakertrans.go.id/newsdetail.php?id=2004Depnakertrans.
Hidayatullah. 1999. Tak Hanya Mengandalkan Otak. Diakses 2 November 2008. http://www.hidayatullah.com.
Hidayatullah. 2009. Pengalaman Khuruj: Dihina Tambah Semangat. Diakses 6 Februari 2010.
http://dalamdakwah.wordpress.com/2009/02/03/pengalaman-khuruj-dihina-tambah-semangat/.
(9)
108
Jatmiko, Wisnu. 1999. Jema’ah Tabligh Di Mata Anggota. Diakses 6 April 2009. http://media.isnet.org/islam/Etc/Tabligh5.html.
Khairunnisahafizhah. 2009. May Allah Bless U. Diakses 6 Februari 2010. http://khairunnisahafizhah.multiply.com/journal/item/69/Karkuzary_Masturoh _21-.
Ghofur, Abdul. 2009 . Tantangan Luar Dalam Bagi Jama’ah Tabligh. Diakses 6 April 2009. http://hendrinova.wordpress.com.
Ghozali. 2009. Diakses pada tanggal 16 Desember 2009. http://www.infoanda.com/linkfollow.php.
Hartini, Titi. 2007. Perempuan dan Jaringan. Diakses pada tanggal 16 Desember 2009. http://www.asppuk.or.id.
Michailhuda. 2009. Kehidupan Keluarga dan Belajar Siswa. Diakses 7 Juli 2009. http://michailhuda.multiply.com/journal/item/89/kehidupan_keluarga_dan_akt ivitas_belajar_siswa.
Salma, Abu. 2007. Studi Kritis Pemahaman Jamaah Tabligh. Diakses 2 November 2008. http://abusalma.wordpress.com/2007/01/03/studi -kritis-pemahaman-jama%E%80%99ah-tabligh/.
Saufi, Muhammad. 2008. Masalah Ekonomi. Diakses 2 September 2009. http://one.indoskripsi.com/node/2326.
Subdit, Sakinah. 2007. Pembinaan Keluarga Sajinah. Diakses pada tanggal 16 Desember 2009. http://www.bimasislam.depag.go.id/indeks.
Wawancara:
Wawancara dengan Ibu Ety, istri anggota Jamaah Tabligh Alm. Bpk Wiyoto Bandar Lampung, tinggal di Jl. M. S. Batu Bara Kupang Teba Teluk Betung Bandar Lampung, 3 Maret 2009 Pukul 12.30 WIB.
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penggunaan Pendapatan Informan 3 ... 71
2. Penggunaan Pendapatan Informan 4 ... 77
3. Identitas Informan ... 96
4. Pengalaman Khuruj atau Aktivitas Khuruj ... 97
5. Latar Belakang Kondisi Keluarga Informan ... 98
6. Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga Jamaah Tabligh dalam Melakukan Khuruj ... 100
(11)
96
C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam Bentuk Tabel
Tabel 1. Identitas Informan
Label Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
Nama Pak Djalil Ibu Nisa Komar Pak Usman
Usia 35 Tahun 47 Tahun 23 Tahun 45 Tahun
Status dalam keluarga Suami/Kepala keluarga Istri Anak Suami/Kepala keluarga
Alamat Raja Basa Kupang Teba/Teluk
Betung
Kupang Teba/Teluk Betung
Way Halim
Pendidikan SMA SMA STM S1
Mata Pencaharian Pedagang/ Wirausaha
Pedagang/ Wirausaha
Pedagang/ Wirausaha
Pegawai Negeri Sipil
Jumlah anggota keluarga
(12)
Catatan: Kepala keluarga dihitung dalam jumlah anggota keluarga. Tabel 2. Pengalaman Khuruj atau Aktivitas Khuruj
Pengalaman Khuruj Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
Frekuensi khuruj Informan pergi khuruj dalam jangka waktu 4 bulan sekali dan dalam waktu tersebut ia biasa melakukan selama 3 hari, 7 hari, 11 hari, 1 bulan atau 40 hari.
Informan melakukan khuruj dalam kurun waktu 3 bulan sekali setidaknya melakukan khuruj selama 3 hari atau 7 hari dan paling lama 40 hari.
Informan mengemukakan bahwa setidaknya dalam 1 bulan pasti ia
melakukan khuruj selama 1 hari. Ia juga
menambahkan bahwa ia rutin 3 bulan sekali melakukan khuruj selama 11 hari dan dalam
setahun melakukan khuruj selama 40 hari.
Informan mengikuti khuruj dalam jangka waktu 6 bulan sekali dan dalam waktu tersebut ia biasa melakukan selama 3 hari, 7 hari, 11 hari dan 1 bulan.
Bagaimana hal itu dilakukan
Informan melakukan khuruj hanya untuk beribadah kepada Allah SWT dan bukan karena tuntutan dirinya sebagai jamaah tabligh.
Melakukan khuruj yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT dan juga merupakan suatu tanggung jawab moral pribadi sebagai jamaah tabligh untuk selalu menyebarkan agama Islam
Informan menganggap bahwa khuruj sangat dianjurkan bagi setiap anggota jamaah tabligh tetapi tidak diwajibkan.
Informan melakukan khuruj bermula hanya ingin ikut-ikutan saja, tetapi lama kelamaan melakukannya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Masalah yang dihadapi Pemenuhan kebutuhan ekonomi kurang
Masalah di dalam keluarga yaitu pernah
Masalah dalam keluarga yaitu usaha keluarganya
tidak terkontrolnya kebutuhan ekonomi
(13)
98
terpenuhi karena persediaan uang sangat terbatas. Hal tersebut terjadi apabila informan melakukan khuruj dengan waktu yang relatif lama yang mangakibatkan persediaan alat
pemenuhan kebutuhan menjadi habis.
mengalami kelaparan karena tidak ada bekal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
mengalami kemacetan karena kegiatan produksi yang biasanya dilakukan oleh ayah dan dirinya tidak dijalankan,
sedangkan tuntutan pasar sangat meningkat.
Melihat kondisi
demikian, ibu dan ketiga adikya turut ambil bagian dalam kegiatan produksi tersebut dan kemudian menyebabkan ibunya tersebut mengalami sakit keras karena kelelahan bekerja.
keluarganya
mengakibatkan biaya yang dikeluarkan secara terus menerus tanpa melalui proses berpikir secara matang. Pada akhirnya mengakibatkan persediaan alat
pemenuhan kebutuhan menjadi habis.
Tabel 3. Latar Belakang Kondisi Keluarga Informan
Latar belakang kondisi keluarga Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
Kondisi sosial intern keluarga informan
Posisi dalam keluarga Kepala keluarga Istri dari seorang anggota jamaah tabligh. Meskipun kedudukannya sebagai asisten keluarga, Ibu Nisa
Anak dari seorang jamaah tabligh yang juga merupakan anggota jamaah tabligh.
Kedudukannya
(14)
mengetahui apa saja tentang jamaah tabligh sangat diperlukan karena mampu menggantikan peran yang ditinggalkan ayahnya ketika khuruj. Informan dalam lingkungan tempat tinggal informan Menurut warga sekitar rumahnya, Pak Djalil merupakan orang yang pendiam, ramah dan sangat dermawan. Ia merupakan seorang yang rajin ibadah dan beramal. Selain itu, informan juga mudah bergaul dan sangat menghormati orang lain meskipun agak tertutup.
Menurut penuturan dari tetangganya yang menjelaskan bahwa keluarga Ibu Nisa yang mudah bergaul dan selalu menjaga hubungan baik dengan lingkungannya meskipun agak sedikit tertutup. Kehidupan keluarganya sangat terbuka, tidak sombong, sering membantu tetangganya. Beliau mudah bergaul, dermawan dan sangat terbuka.
Kondisi Ekonomi
Tingkat pendapatan Rp.800.000,00– Rp.2.000.000,00.
± Rp. 750.000,00 Rp.2.000.000,00-Rp.3.000.000.00.
Rp.3.500.000,00- Rp...
Tingkat pendidikan SMA SMA, D3 SD, SMA SD, SMA, S1
Penggunaan pendapatan Kebutuhan yang bersifat pokok, mengutamakan pengeluaran untuk Mengutamakan memenuhi kubutuhan pangan, kemudian diikuti kebutuhan pendidikan (sekolah, pondok pesantren), jajan @2orang, Informan mengeutamakan pendidikan untuk keluarganya,
(15)
100 pendidikan anak, menabung, biaya khuruj. dengan pemenuhan kebutuhan utnuk khuruj, bayar listrik, membeli pakaian, membeli
perlengkapan mandi dan mencuci. Tidak ada penambahan harta, karena sudah ada ketika mereka hidup layak.
angsuran motor, perangkat kebersihan badan, sabun cuci, bahan bakar untuk kendaraan, membeli pakaian, pulsa, tabungan, dan peribadatan, tabungan untuk khuruj. kemudian diikuti kebutuhan pangan, membeli perlengkapan rumah tangga seperti barang-barang elektronik, kendaraan, pakaian, dan keperluan sehari-hari yaitu belanja anak-anaknya, perlengkapan mandi, cuci, bahan bakar kendaraan, pulsa dan lain-lain.
Tabel 5. Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga Jamaah Tabligh Ketika Melakukan Khuruj
Strategi Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
Pelaksanaan pekerjaan Informal: Pekerjaan (berdagang) dapat digantikan oleh istri.
Informal: Suami sebagai seorang penjahit, dan untuk menambah penghasilan keluarga, istri melakukan usaha
Informal: Karena usaha milik keluarga, egiatan memproduksi barang dan penjualan dapat
dilakukan anggota
Formal: Pegawai Negeri Sipil, ketika beliau melakukan khuruj selama 3 hari strategi yang dilakukan yaitu
(16)
dengan berjualan kue. keluarga yang lain. khuruj pada hari libur kerja saja. Beliau berangkat pada hari jumat dan pulang pada hari minggu malam. Ketika beliau khuruj lebih dari 3 hari maka strategi yang dilakukan adalah mengambil cuti. Sedangkan ketika melakukan khuruj selama 40 hari, strategi beliau yaitu tetap bekerja seperti biasa dan
pulangnya khuruj kembali tetapi tidak pulang ke rumahnya.
Pemenuhan kebutuhan ekonomi Usaha: Berdagang, meminjam uang, mengontrakkan rumah, Pengelolaan keuangan: menabung, kalau sudah mendesak terpaksa melakukan uang modal dagangan.
Mengungkapkan bahwa
Usaha: Berdagang, menjahit,
meminjam dan meminta uang kepada kerabat dan anak, menjual peralatan perlengkapan rumah tangga dan menjual barang berharga lainnya. (Sebagian harta sudah
Usaha: Memproduksi barang (tempe) dan kemudian dijual di pasar), rumah yang mereka tempati milik sendiri, untuk pemenuhan kebutuhan pangan, mereka terkadang memanfaatkan hasil dari
Usaha: Bekerja (PNS), menyewakan rumah, menjual hasil kekayaan (warisan atau bekerja). Pengelolaan keuangan: menabung.
(17)
102
adanya bantuan dari anggota jamaah tabligh yang lain.
termiliki ketika mereka hidup sangat layak, dan rumah yang mereka tempati sekarang rumah peninggalan orang tua dan tidak menyewa). Pengelolaan keuangan: Menabung, berhemat dan mencatat keluar masuk uang (pembukuan). Mengungkapkan bahwa adanya bantuan dari anggota jamaah tabligh lain yang tidak khuruj, bantuan tersebut berupa kebutuhan pokok, uang dll.
tempe yang dibuat sendiri dan memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam apotik hidup. Pemenuhan kebutuhan papan
terpenuhi karena rumah yang mereka tempati merupakan milik sendiri. Pengelolaan Keuangan: menabung.
Mengungkapkan bahwa adanya bantuan dari anggota jamaah tabligh yang lain
(18)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Endry Fatimaningsih, S.Sos., M.Si. ...
Penguji Utama : Drs Benjamin, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 131610960
(19)
Judul Skripsi : STRATEGI PEMENUHAN FUNGSI EKONOMI KELUARGA (Studi Pada Keluarga Anggota Jamaah Tabligh dalam Melakukan Khuruj
Nama Mahasiswa : Acep Hendri Setiawan No. Pokok Mahasiswa : 0516011013
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Endry Fatimaningsih, S.Sos., M.Si. NIP.
2. Ketua Jurusan Sosiologi
Drs. Benjamin, M.Si. NIP. 195604171986031001
(20)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pemberian dakwah tentang ajaran Islam menjadi sangat penting. Selanjutnya pemberian dakwah tersebut pada intinya menginginkan perubahan sosial demi mewujudkan cita-cita Islam dan mempertahankan eksistensi Islam. Menurut Light, Keller dan Calhoun (1989: 602-604) bahwa perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun alam (resource mobilization). Untuk mencapai hal tersebut tentunya harus dibutuhkan individu yang taat dan mampu berjuang demi kepentingan Islam. Salah satu contohnya adalah jamaah tabligh.
Jamaah tabligh berarti kelompok penyampai. Jamaah tabligh adalah gerakan dakwah Islam dengan tujuan kembali ke ajaran Islam yang kaffah atau menyeluruh. Menurut Muhammad Muslihuddin (1999) anggota syuro jamaah tabligh Indonesia, jamaah tabligh tampil dalam gerakan pemurnian dakwah dengan tujuan membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan Islam setiap muslim. Cara merealisasikan hal tersebut adalah dengan menempuh khuruj.
Khuruj adalah meluangkan waktu untuk keluar berdakwah secara total. Khuruj
(21)
2
jamaah tabligh setidaknya harus mengikuti khuruj ke masyarakat untuk mengajak umat Islam lainnya mengerjakan perintahNya dan menjauhkan laranganNya. Menurut Wisnu Jatmiko (1999), metode dakwah khuruj dilakukan untuk melatih mental dan membina jiwa muslim yang tangguh. Para jamaah tabligh mendatangi suatu daerah atau tempat yang menurut mereka jauh dari peribadatan agama Islam. Mereka biasanya menginap di masjid-masjid, meramaikannya, mengajak warga sekitar untuk cinta pada dakwah, mengajak sholat berjamaah di masjid, dan lain sebagainya
Adapun waktu keluar (khuruj) adalah 3 hari, 7 hari, 40 hari, 3 bulan, 4 bulan bahkan hingga tahunan. Asumsinya ialah dalam waktu 30 hari bekerja mencari urusan di dunia harus mengupayakan 3 hari bagi jamaah ini dikhususkan hanya untuk Allah saja.
Sebelum melakukan khuruj, jamaah tabligh yang ingin melakukan khuruj mengadakan musyawarah masturah (kesatuan hati). Amir (pemimpin) khuruj meminta jamaah tabligh agar mendapatkan izin dari keluarganya terlebih dahulu. Mereka harus menafkahkan lahir dan batin keluarganya. Di dalam musyawarah tersebut, jamaah tabligh lain memberikan kesanggupan membantu keluarga jamaah tabligh yang kurang mampu atau miskin selama ditinggakan khuruj. Tetapi hal tersebut tentunya tidak setiap hari dilakukan. Selebihnya keluarga yang ditinggalkan harus mencari sendiri kebutuhannya tersebut.
Usaha untuk mencari pahala yang besar dengan jalan mengajak manusia ke jalan yang lurus tidak selamanya berjalan lancar. Menurut Muslihudin (1999), hambatan justru dari dalam diri kita dan keluarga. Masalah keluarga seperti istri,
(22)
anak, mertua dan lainnya dapat menghambat mereka untuk mengikuti khuruj. Persoalan yang dihadapi pada umumnya ialah bagaimana mungkin mereka meninggalkan keluarga cukup lama, sementara mereka harus mencukupi nafkah keluarganya tersebut. Menurut seorang istri jamaah tabligh (dalam wawancara) bahwa tidak dapat dipungkiri telah adanya sebagian keluarga jamaah tabligh yang merasa ditelantarkan karena sering ditinggal khuruj oleh suami. Kebutuhan ekonomi mereka kurang terpenuhi dan perhatian terhadap anak menjadi berkurang.
Menurut Abu Salma al-Atsari (2007) bahwa jamaah tabligh sering dituding tidak bertanggung jawab pada keluarga. Beberapa kasus menunjukkan beberapa anggotanya yang menelantarkan keluarga karena terlalu bersemangat dalam berdakwah yang mengasumsikan seperti halnya Nabi Ibrahim as yang meninggalkan istri dan anaknya (Nabi Ismail as) dalam serba kekurangan di tengah gurun. Akibatnya, keluarga mengalami kepincangan dan menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial di dalam keluarga.
Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga. Menurut Soerjono Soekanto (2004: 85) bahwa keluarga batih merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai fungsi-fungsi pokok, sebagai berikut:
1) Sebagai wadah berlangsung sosialisasi primer, yakni di mana anak-anak dididik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
(23)
4
3) Sebagai unit ekonomis yang membentuk dasar kehidupan sosial-ekonomis bagi anak-anak.
4) Sebagai wadah tempat berlindung, agar supaya kehidupan berlangsung secara tertib dan tentram, sehingga manusia hidup dalam kedamaian.
Menurut Abu Ahmadi (2002: 241), penyebab hilangnya sistem kekeluargaan adalah pengaruh uang (perekonomian), produksi dan pengaruh individualisme. Pengaruh tersebut dapat menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial, diantaranya yaitu:
1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri untuk keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini semakin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu
2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak yang kecil yang masih hidup dalam hubungan kekeluargaan.
3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluaga makin lama makin kecil.
Setiap individu selalu mendambakan keutuhan keluarganya. Menurut Abu Ahmadi (2002: 260) yang dimaksud dengan keutuhan keluarga ialah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di dalam keluarga itu ada ayah, ibu dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu, atau keduanya tidak ada, maka struktur keluarga itu tidak utuh lagi. Keluarga yang utuh tidak sekedar utuh dalam
(24)
arti berkumpulnya ayah dan ibu tetapi utuh dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu di samping utuh dalam arti fisik juga utuh dalam psikis. Keluarga yang utuh memiliki suatu kebulatan orang tua terhadap anaknya dan memiliki perhatian yang penuh atas tugas-tugasnya sebagai orang tua. Keutuhan orang tua (ayah, ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produktifitas ekonomi rumah tangga dan mendapatkan suatu jaminan akan ketentraman jiwa. Ketidakutuhan keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anak-anak.
Michailhuda (2009) menambahkan bahwa faktor kehidupan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor kehidupan keluarga terjadi menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu keadaan ekonomi dan keadaan lingkungan keluarga. Keadaan ekonomi banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya, anak keluarga yang mampu, dapat membeli peralatan sekolah dengan lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin kurang mampu membeli peralatan tersebut. Dengan peralatan dan buku yang tidak lengkap, hati anak menjadi kecewa, mundur dan putus asa sehingga dorongan atau motivasi belajar mereka menjadi berkurang.
Sebagai seorang kepala keluarga, seorang suami dituntut untuk memperjuangkan kesejahteraan sosial keluarganya. Menurut Pemerintah dan DPR RI (1983 :64), kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dan sosial
(25)
6
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia serta kewajiban manusia dengan Pancasila.
Fungsi keluarga mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaanya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
Jamaah tabligh harus menyiasati masalahnya agar mengalami keberhasilan dalam memenuhi fungsi keluarganya terutama fungsi ekonomi. Tentunya dibutuhkan persiapan yang matang dalam meninggalkan keluarganya ketika melakukan khuruj. Persiapan tersebut pada intinya merupakan upaya mengelola rumah tangga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan sewaktu ditinggalkan. Di sini peran istri sangat dibutuhkan untuk melakukan sikap yang asosiatif dalam keluarga. Misalnya, melahirkan kerja sama akomodasi (pekerjaan yang semula dikerjakan oleh suami harus ditanggung sementara oleh istri), dan menghidupkan amalan sunnah rasul dirumahnya selama 24 jam. Keikhlasan istri sangat mempengaruhi kelancaran khuruj suaminya dan menjaga keluarganya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila hal tersebut dilakukan, maka cita-cita dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah akan terwujud.
Berdasarkan penjelasan diatas, saya tertarik untuk mengambil judul ”Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga (Studi Pada Keluarga Anggota Jamaah Tabligh dalam Melakukan Khuruj)”.
(26)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi yang dilakukan oleh keluarga jamaah tabligh untuk memenuhi fungsi ekonomi keluarga dalam melakukan khuruj?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mendeskpripsikan dan menjelaskan strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga yang dilakukan oleh anggota jamaah tabligh ataupun keluarganya dalam melakukan khuruj.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara akademis maupun praktis. Adapun kegunaan akademis dan praktis yaitu :
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan sosiologi khususnya dalam penelitian yang berhubungan dengan strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para jamaah tabligh yang lain tentang strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga ketika melakukan khuruj dan penelitian ini diharapkan juga dapat menambahkan pengetahuan pembaca mengenai strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga.
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga
1. Pengertian Strategi
Menurut Fisher (2001) bahwa strategi adalah serangkaian langkah yang terkait secara logis ke arah tujuan Anda, yang dapat Anda uji dan ubah sesuai dengan perkembangan situasinya. Teori ini diperjelas oleh Harry Waluyo (1994) bahwa strategi adalah cara terbaik untuk mencapai baberapa sasaran dan untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria yang digunakan. Sedangkan taktik adalah pilihan-pilihan yang dimiliki, dalam mengimplementasikan sebuah strategi. Pilihan-pilihan ini akan bekerja atau tidak bekerja tergantung dari kriteria yang digunakan dan pilihan-pilihan tersebut adalah yang berlangsung lama, tidak mudah diubah dan mencakup situasi yang sangat terstruktur.
Menurut Anharudin (2006) bahwa strategi dapat dikatakan efektif jika hasil yang dicapai seperti yang diinginkan. Keputusan strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik potensial. Menurut Harry Waluyo (1994) ada beberapa macam strategi utama yaitu, strategi
(28)
pangan/konsumsi, strategi pekerjaan/pendapatan, strategi tempat tinggal dan strategi untuk kesehatan serta pendidikan anak-anak.
Menurut Abdulsyani (2005: 149) secara umum strategi dapat diartikan sebagai siasat, manajerialism, atau cara yang dipakai sehubungan dengan upaya pencapaian suatu tujuan dengan konsekuensi tertentu. Menurut Ali Moertopo (Abdulsyani, 2005: 149) bahwa strategi pada hakekatnya berarti hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa untuk mencapai tujuannya.
Setiap anggota jamaah tabligh mempunyai strategi yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya ketika mereka ingin melakukan khuruj. Hal ini dapat dilihat dari status ekonomi anggota jamaah tabligh dan lamanya waktu khuruj.
2. Pengertian Keluarga
Pembicaraan mengenai keluarga akan dibatasi pada keluarga batih. Menurut Soejono Soekanto (2004:22) keluarga batih terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang belum menikah. Lazimnya dikatakan bahwa keluarga batih merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Sebab, di samping keluarga batih terdapat pula unit-unit pergaulan hidup lainnya, misalnya, keluarga luas (extended family), komunitas (community) dan lain sebagainya.
Sebagai unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan tertentu. Peranan-peranan tertentu itu adalah, sebagai berikut:
(29)
10
1. Keluarga batih berperanan sebagai pelindung bagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
2. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan angota-anggotanya.
3. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
4. Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Dari penyajian beberapa peranan di atas, nyatalah betapa pentingnya keluarga batih terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang. Gangguan pada pertumbuhan kepribadian seseorang mungkin disebabkan pecahnya kehidupan keluarga batih secara fisik maupun mental. Pecahnya kehidupan keluarga bisa saja berakibat pada keluarga jamaah tabligh apabila ketika sang suami/ayah melakukan khuruj tidak meninggalkan nafkah lahir maupun batin kepada anggotanya. Sebaliknya, gangguan tersebut pula dapat diredam apabila sang suami/ayah memberikan strategi khusus yang dapat mensejahterakan anggota keluarganya.
3. Pemenuhan Fungsi Keluarga
Menurut Abu Ahmadi (dalam Hendi Suhendi, 2001: 44) bahwa setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada didalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang hanya dilakukan dalam keluarga inilah
(30)
yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.
Fungsi di sini mengacu pada peran individu dalam mengetahui yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga.
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi anak, fungsi rekreatif, fungsi ekonomis. Sementara itu, dalam tulisan Horton dan Hunt, fungsi keluarga meliputi, fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan, dan fungsi ekonomi.
Diantara semua fungsi tersebut telah bergeser dan berubah menjadi fungsi biologis, fungsi sosialisasi anak, fungsi afeksi, fungsi pendidikan, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi rekreatif, fungsi ekonomi, dan fungsi penentuan status.
a. Fungsi Ekonomi Keluarga
Menurut Michailhuda (2009), kata ekonomi dibentuk dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah tangga dan “nomos” yang berarti peraturan. Jadi kata aslinya adalah ilmu atau pedoman-pedoman untuk mengatur rumah tangga.
(31)
12
Jelas bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya guna mencapai kemakmuran. Sedangkan kemakmuran itu merupakan keseimbangan antara kebutuhan dengan alat pemuas. Jadi untuk dapat mencapai kemakmuran adalah harus berusaha semaksimal mungkin, sehingga keperluan hidupnya dapat terpenuhi.
Menurut Muhammad Saufi (2008) bahwa pada dasarnya manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi atau banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.
1. Macam-macam kebutuhan manusia
a. Kebutuhan primer atau kebutuhan pokok
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sangat mutlak harus dipenuhi, artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Contoh: sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
b. Kebutuhan Sekunder atau tambahan
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan kedua, artinya kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Contoh: lemari, sepeda, tempat tidur, dan meja kursi
(32)
c. Kebutuhan Tersier atau kemewahan
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi.
Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga jumlah kebutuhan seseorang berbeda dengan jumlah kebutuhan orang lain yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan sosial budaya, faktor fisik, dan faktor pendidikan.
Tidak semua kebutuhan terpenuhi maka manusia mencari pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya. Di dalam mengalokasikan sumber daya dan barang sebagai alat pemuas kebutuhan harus dilakukan secermat mungkin agar pengalokasian tersebut dapat memenuhi kebutuhan, baik vertikal maupun horizontal.
Di dalam memenuhi kebutuhannya, manusia dihadapkan pada berbagai masalah. Hal ini dimungkinkan karena jumlah dan macam kebutuhan manusia tidak terbatas. Masalah pokok yang dihadapi seseorang untuk memenuhi kebutuhan adalah terbatasya alat pemuas, padahal kebutuhan manusia tidak terbatas dan agar seseorang dapat memenuhi berbagai kebutuhannya maka harus menyusun skala prioritas. Adapun hal-hal yang mempengaruhi skala prioritas adalah tingkat pendapatan atau penghasilan, kedudukan seseorang, dan faktor lingkungan.
(33)
14
Adapun keluarga diintisarikan pengertiannya sebagai wadah yang sangat penting diantara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimasa anak-anak menjadi anggotanya. Keluarga merupakan tempat untuk menjadikan sosialisasi kehidupan anak-anak dan terdapat fungsi-fungsi lainnya yang harus dipenuhi seperti fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga, dan fungsi agama.
Kemudian dari uraian di atas, maka ekonomi keluarga dapat diartikan yaitu suatu usaha dari keluarga meliputi ayah, ibu dan anak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk juga biaya keperluan anak bersekolah.
D. Tinjauan Tentang Jamaah Tabligh
1. Pengertian Jamaah Tabligh
Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazary, Guru Besar di Masjid Nabawy dan Universitas Madinah Al Munawarah Saudi Arabia (dalam Ghulam Mustafa Hasan, 1997: 6) mengatakan:
“Setiap kerja besar dan penting, baik yang berpengaruh positif maupun negatif, terwujudnya
dan kemunculannya tentu ada factor dan alas an tertentu yang mendorongnya. Adapun faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya Jama‟ah ini adalah karena umat Islam di sebagian besar Negara telah ditimpa kebodohan, kefasikan, kerusakan, dan sebagainya.
Faktor terpenting yang mendorong munculnya Jamaah Tabligh adalah karena umat Islam benar-benar telah meniru (tingkah laku) jahiliyah. Bahkan di banyak Negara, peniruan mereka telah hamper menyeluruh. Sungguh inilah kerusakan dalam akidah, kebodohan dalam ibadah, kesesatan berfikir dan penyakit jiwa yang telah menimpa umat Islam di Negara-negara Islam pada umumnya dan di negeri India pada khususnya.
Sehingga, karena umat Islam ditimpah kebodohan tentang Islam dan syariatnya, mereka kembali pada penyempah terhadap dunia. Dalam suasana kehancuran ini, tumbuhlah Jamaah Tabligh yang diharapkan dapat menyelamatkan siapa saja yang dikehendaki Allah SWT, dari kebodoohan tentang Islam dan syariatnya, sehingga ia mengetahui, beramal dan selamat serta mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan. Sebab tidak ada keselamatan, kesempurnaan dan
(34)
Majalah Hidayah edisi 37, Agustus 2004 menyebutkan bahwa JT adalah suatu gerakan Islam akar rumput yang paling penting di dunia muslim masa kini. Gerakan ini muncul pada tahun 1926 dengan kegiatan dakwah di Mewat, Delhi dibawah kepemimpinan ulama sufi, Muhammad Ilyas Rahmatullah ‘alaih (1885-1944). Jamaah tabligh di anak benua India-Pakistan sering disebut dengan bermacam-macam sebutan, seperti jama’ah (kelompok), tahrik (gerakan), nizham (sistem), tanzhim (organisasi) dan tahrik al-iman. Kemunculan jamaah tabligh untuk membangkitkan kembali keimanan dan menegaskan ulang identitas agama serta budaya muslim. WAMY dalam bukunya Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (2003: 74) menyatakan bahwa jamaah tabligh (JT) adalah sebuah yang dakwahnya berpijak kepada penyampaian mengenai keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada setiap orang yang dapat dijangkau.
Menurut Maulana Muhammad Zakariya Kandhalawi dalam Kitab Fadhail Amal (2001: 828) menyatakan bahwa jamaah adalah sekelompok orang atau rombongan yang memiliki pikiran yang sama, maksud serta usaha yang sama pula. Sedangkan jamaah tabligh artinya penyampaian ajaran Islam.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, disimpulkan bahwa jamaah tabligh adalah sekelompok orang atau rombongan yang memiliki pikir yang sama, maksud dan tujuan sama yang bertujuan untuk memperbaiki diri dan umat Islam kembali kepada keadaan sebagaimana keadaanya para sahabat Radhiallah’anhum ajma’in.
(35)
16
2. Pengertian Khuruj
Salah satu metode dakwah jamaah tabligh adalah Khuruj. Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid- masjid. Sebelum melakukan khuruj, jamaah tabligh harus mendapatkan izin dari keluarga. Jamaah tabligh tidak dapat melakukan khuruj apabila tidak mendapatkan izin dari keluarganya, tetapi adapula jamaah yang tidak mendapatkan izin dari keluarganya pergi khuruj karena terlalu bersemangat beribadah. Akibatnya keluarga mengalami kegoncangan. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Muslihudin, syuro jamaah tabligh Indonesia (dalam Suara Hidayatullah, 06/XII/Oktober 1999) bahwa:
”Setiap pembagian tugas atau komando yang jelas, setiap akan melakukan pekerjaan dilakukan musyawarah. Saudara-saudara kita yang pergi khuruj ada datanya lengkap, termasuk posisi perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Ketika suatu saat keluarganya ada kepentingan, itu bisa dihubungi”.
Adapun waktu keluar (khuruj) adalah 3 hari, 7 hari, 40 hari, 3 bulan, bahkan hingga 1 tahun. Asumsinya ialah dalam waktu 30 hari bekerja mencari dunia harus mengupayakan 3 hari bagi jamaah ini dikhususkan hanya untuk Allah saja. Orang yang telah khuruj kemudian disebut Karkun.
Menurut Muhammad Qosim At Timori (Husni, 2004:63) bahwa untuk keluar di jalan Allah (khuruj fii sabilillah) bagi jamaah laki-laki ada nisabnya yaitu:
1. Empat bulan dalam seumur hidup, minimal sekali, 2. Empat puluh hari setiap tahunnya,
(36)
4. Dua kali jaulah (berkunjung) setiap minggu, sekali di masjid sendiri dan sekali di masjid yang belum ada jaulahnya.
5. Dua kali ta’lim setiap hari sekali di masjid dan sekali di rumah.
Khuruj dilakukan secara berkelompok antara 10 hingga 15 orang dengan mengunjungi daerah-daerah sesuai sasaran yang telah ditentukan. Selama masa khuruj, mereka tidur di masjid, meramaikannya dengan mengajak masyarakat sekitar untuk cinta pada dakwah, mengajak untuk sholat berjamaah. Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan ta’lim (membaca hadist atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria), jaulah (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah), bayan, mudzakarah (menghafal) 6 sifat sahabat, Karkuzari (memberi laporan harian pada Amir), dan musyarwarah.
Dalam khuruj dipimpin oleh seorang Amir (pemimpin). Orang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengkuti kegiatan sepulang kerja.
Aktivitas markas regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima’ (berkumpul), dimana dalam Ijtima’ akan diisi dengan bayan (ceramah agama) oleh para aulama atau tamu dari luar negeri yang sedang khuruj disana, dan juga ta’lim wa ta’alum.
(37)
18
F. Kerangka Pemikiran
Aktivitas khuruj membuat jamaah tabligh harus meninggalkan keluarga untuk beberapa waktu. Hal tersebut dapat mengakibatkan ketimpangan di dalam keluarga terutama bagi keadaan ekonomi dan perkembangan kepribadian seseorang dalam keluarga. Menurut Soekanto (1990) bahwa dalam kehidupan masyarakat di manapun juga, keluarga merupakan unit terkecil yang peranannya sangat besar. Peranan yang sangat besar itu disebabkan oleh karena keluarga (yakni keluarga batih) mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut William J. Goode (2004: 2) mengatakan bahwa suatu keluarga maupun masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak dipenuhi, seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan terhadap yang muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung, persaaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial, dan lain sebagainya.
Keutuhan orang tua (ayah, ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produktifitas ekonomi rumah tangga dan mendapatkan suatu jaminan akan ketentraman jiwa. Melalui teori fungsional dan struktural, keluarga dianggap memiliki bagian yang terdiri atas ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya. Tiap-tiap anggota keluarga memliki fungsi masing-masing. Fungsi keluarga tersebut membawa konsekuensi tertentu bagi anggota keluarga dan bagi keluarga secara keseluruhan. Beberapa konsep yang bisa dalam mengkaji keluarga melalui struktur, fungsi, status dan peranan. Kata struktur sering dianalogikan dengan tubuh. Disini struktur berarti suatu perangkat yang saling berhubungan,
(38)
diantaranya unit-unit menjadi bagian dari tubuh yang bersangkutan. Hubungan antara suatu struktur dan struktur lainnya sangat erat. Apabila bagian dari struktur itu terganggu, maka struktur pada bagian lainnya pun terganggu pula. Misalnya, keluarga adalah struktur yang memiliki bagian yang saling berhubungan. Ayah adalah salah satu bagian dari struktur keluarga. Jangankan ayah sudah meninggal, ayah tidak mampu untuk menafkahi keluarga saja maka beberapa fungsi dalam keluarga akan terganggu.
Kehidupan keluarga yang kurang serasi bukanlah semata-mata terjadi oleh karena ayah dan ibu hidup terpisah, akan tetapi justru menyangkut keadaan dimana salah satu anggota keluarga tidak berfungsi, sehingga tidak memenuhi peranan yang diharapkan darinya. Oleh karena itu, bahwa setiap anggota jamaah tabligh harus membuat strategi untuk memenuhi fungsi keluarganya tersebut.
Setiap jamaah tabligh mempunyai kondisi kehidupan (sosial-ekonomi) dan waktu lama khuruj yang berbeda-beda. Maka dari itu mereka akan mempunyai strategi yang berbeda pula dalam mengelola keluarganya. Dengan beragamnya informasi yang diperoleh dari informan maka akan melengkapi hasil penelitian ini. Masing-masing jamaah tabligh akan memiliki berbagai macam strategi mengelola keluarganya tergantung pada aspek kehidupannya.
Mengelola keluarga bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Disini para jamaah tabligh dituntut untuk mengelola sejumlah uang yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, mulai dari belanja kebutuhan sehari-hari, membiayai pendidikan anak, tagihan-tagihan, tabungan hingga dana untuk keperluan peribadatan, rekreasi dan sumbangan-sumbangan lainnya.
(39)
20
F. Skema Kerangka Pemikiran
Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga
Khuruj 3 hari, 7 hari, 11
hari, 40 hari, 3 bulan, 4 bulan, dll
Masalah Ekonomi
Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi
(40)
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Menurut Moch. Nazir (1988) metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur maupun untuk mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, karena ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalahnya serta hasil yang akan dicapai berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan pengahayatan (verstehen).
Menurut Hadari Nawawi (2001: 63) bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Basrowi dalam Koestoro (2006: 96) menambahkan bahwa:
“penelitian deskriptif bertujuan untuk mengeksplorasi, mengklarifikasi, menggambarkan, keadaan obyek atau subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, aktual dan akurat mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, fakta-fakta, sifat-sifat antar hubungan antarfenomena yang diselidiki denag jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penelitian ini juga berupaya untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang hendak dihadapi pada situasi sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian
(41)
22
ini juga mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena-fenomena”.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif, yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian. Untuk mendapatkan data kualitatif ini, maka peneliti telah melakukan pemahaman makna (verstehen). Usman (2004) mengungkapkan bahwa metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Penelitian ini diungkapkan gambaran tentang kasus anggota jamaah tabligh dengan keluarganya, kemudian secara obyektif diungkapkan juga bagaimana strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga yang dilakukan anggota jamaah tabligh ketika melakukan khuruj. Menurut Hadari Nawawi (2001: 63) penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding), kemudian hasil penelitian ini ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.
B. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian sangat penting dalam penelitian kualitatif karena melalui fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti. Fokus memberikan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini penelitian akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Oleh karena Lexy J. Moleong (2006: 63) fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi
(42)
kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data yang tidak relevan, agar tidak dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan, walaupun data itu menarik.
Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah:
1) Pengalaman-pengalaman (masalah-masalah) yang dihadapi keluarga jamaah tabligh ketika selama ditinggalkan khuruj.
2) Bagaimana khuruj itu dilakukan (apakah merupakan tugas sebagai jamaah tabligh atau beribadah kepada Allah SWT)
3) Kondisi sosial ekonomi keluarga Jamaah Tabligh sebelum khuruj, sedang khuruj, dan setelah khuruj.
4) Strategi yang dilakukan oleh anggota Jamaah Tabligh dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga ketika melakukan khuruj. Strategi yang mengupayakan bagaimana jamaah tabligh melaksanakan pekerjaannya apabila melakukan khuruj, dan bagaimana strategi pemenuhan kebutuhan ekonomi keluagga jamaah tabligh.
C. Lokasi Penelitian
Menurut Suprayogo, Imam dan Tobroni (2001: 1964) bahwa tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya. Dari pemahaman lokasi dan lingkungannya, peneliti bisa secara cermat dalam mengkaji dan secara kritis menarik kesimpulan.
(43)
24
Dalam usaha mendapatkan data dalam penelitian ini, maka dipilih Kota Bandarlampung sebagai lokasi penelitian karena banyak peserta khuruj berasal dari Kota Bandar Lampung.
D. Penentuan Informan
Informan merupakan sumber data yang telah dihubungi atau dikontak oleh peneliti atau pengumpul data. Oleh karena itu kedudukan para informan sangat penting dalam penelitian ini. Menurut Moleong (2006 : 132), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitiaan. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Berdasarkan rincian tinjauan pustaka yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya maka kriteria yang digunakan untuk memilih informan penelitian ini adalah:
1. Sejauh mungkin merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan khuruj ini (pernah atau sedang mengikuti khuruj).
2. Mempunyai pengetahuan yang cukup luas mengenai masalah yang sedang diteliti (keluarga seperti, istri, ibu, ayah, anak, kakak, adik, paman, bibi, dll).
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Alat pengumpul data yang satu dan yang lainnya berfungsi saling melengkapi data yang dibutuhkan. Secara garis besar alat pengumpul data
(44)
tersebut adalah wawancara mendalam, menggunakan dokumentasi yang berupa media cetak dan elektronik (internet), buku referensi, jurnal, makalah ilmiah, majalah, arsip atau dokumen yang memuat tentang Jamaah Tabligh dan pengamatan secara langsung serta diskusi kepada beberapa anggota Jamaah Tabligh. Secara jelas teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh fakta-fakta, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan data-data mengenai hal-hal yang telah dilakukan oleh para Jamaah Tabligh dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga ketika melakukan khuruj. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang informan maka penelitian menggunakan pedoman wawancara.
Menurut Koestoro dan Basrowi (2006: 172) pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar terkesan dialogis dan informal. Selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang juga telah dikemukakan di atas, sangat mempengaruhi proses wawancara, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi validitas data.
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subyek penelitian yang terbatas. Untuk memperoleh data yang memadai sebagai cross chek, seorang peneliti dapat menggunakan teknik wawancara yang sesuai dengan situasi dan kondisi subjek yang sesuai dengan situasi dan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial
(45)
26
yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili informasi atau data yang dibutuhkan untuk menjawab fokus penelitian.
Untuk memudahkan dalam pengumpulan data selanjutnya yang lebih akurat, peneliti menggunakan cara snow ball. Artinya, peneliti melakukan wawancara anggota jamaah tabligh satu dan kemudian meminta kepada jamaah tabligh tersebut agar menunjukkan jamaah tabligh lain yang mampu bekerja sama dalam penelitian ini. Wawancara dapat dilakukan secara formal dan informal (terjadwal atau tidak terjadwal) di tempat resmi dan di tempat umum atau tidak resmi.
Wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat terbuka. Pelaksanaan tidak hanya sekali dua kali, melainkan berulang-ulang. Di dalam proses pelaksanaannya sebelum mengumpulkan data di lapangan penulis akan menyusun daftar pertanyaan sebagai pedoman di lapangan. Namun daftar tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat ketat dapat mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi di lapangan. Pedoman ini digunakan untuk menghindari peneliti kehabisan pertanyaan.
2. Observasi Partisipasi
Dalam hal ini peneliti berinteraksi langsung dengan informan dengan kata lain ikut bergabung dalam tabligh tersebut. Menurut Koestoro dan Basrowi (2006: 150) dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap dan tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Peneliti berpartisipasi pasif dalam salah satu kegiatan jamaah tabligh yaitu mengikuti pengajian pada malam Jumat di Masjid Nurul Ulum Islamic
(46)
Centre Raja Basa Bandar Lampung. Seperti yang dijelaskan oleh Vredenbreght (1980: 73) tujuan yang ingin dicapai melalui partisipasi dalam kultur tersebut yaitu mencari data-data ilmiah yang dibutuhkan.
Data yang ingin dicapai melalui observasi partisipasi ini adalah data pelengkap setelah wawancara mendalam. Artinya selain mendengarkan secara obyektif maka perlu pengamatan secara obyektif pula. Data yang dimaksud adalah bagaimana cara hidup informan pada saat itu, apa saja yang dilakukan mereka sehari-hari.
3. Dokumen
Penelitian ini menggunakan dokumen untuk memperoleh data sekunder. Dokumen yang digunakan diantaranya adalah buku, majalah, artikel dalam internet, artikel dalam koran, dan skripsi. Data yang diambil dalam dokumen tersebut dilakukan dengan cara dikutip secara langsung dan tidak langsung.
F. Validitas (kesehihan) dan Reliabilitas (keterandalan) Data
Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan kesahihan (validitas), Keterandalan (reliabilitas), dan objektifitasnya sudah terpenuhi. Beberapa tekhnik penjamin keabsahan data penelitian kualitatif diantaranya sebagai berikut:
1. Objektivitas (Confirmability)
Objektifitas merupakan proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Adapun kriteri objektifitas, uika memenuhi syarat minimum sebagai berikut:
(47)
28
b. Fokus penelitian tepat
c. Kajian literatur yang relevan,
d. Informan dan cara pendataan yang akurat,
e. Tekhnik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, f. Analisis data dilakukan secara benar,
g. Hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Validitas Internal
Penjamin keabsahan data melalui kesahihan (validitas) internal menurut Moleong (2001), Danim Sudarwan (2002), dan Sugiyono (2007) dalam Iskandar (2008 ; 229) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria teknik pemeriksaan sebagai berikut:
a. Perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan penelitian, b. Meningkatkan ketekunan pengamatan,
c. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sesuatu pembanding terhadap suatu data.
d. Menganalisis kasus negatif, yaitu peneliti menemukan kasus-kasus yang bertentangan dengan informasi-informasi yang telah dikumpulkan.
e. Mendiskusikannya dengan teman sejawat, f. Tersedianya referensi,
g. Member Check, yaitu pengecekan data yang diperoleh peneliti dari pemberi data atau mengumpulkan sejumlah responden untuk diminta pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan.
(48)
3. Validitas Eksternal
Kriterium validitas eksternal menurut Danim (dalam Iskandar, 2008:234) adalah meminta peneliti untuk menghasilkan penelitian yang dapat mendeskripsikan rekonstruksi realita secara lengkap dan detail sebagaimana dikonstruksikan oleh responden atau informan penelitiannya. Apabila dapat memperoleh informasi yang jelas tentang temuan penelitian, maka dapat dikatakan data penelitian tersebut memenuhi kriteria validitas eksternal.
4. Keterandalan (Dependenbility)
Keterandalan atau dependenbility adalah apabila dua atau beberapa penelitian dengan fokus masalah yang sama diulang kembali penelitiannya dalam suatu kondisi yang sama dan hasil yang esensialnya sama, maka dikatakan memiliki reliabilitas (keterandalan) yang tinggi
G. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, dalam hal ini adalah hasil wawancara mendalam (indepth Interview) didapatkan, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Menurut Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1992: 45) bahwa analisis data kualitatif digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata sebagai jawaban atas permasalahan yang akan diteliti.
(49)
30
Menurut Usman, Husaini (2004: 86) bahwa analisis data dilakukan dengan cara menuangkan data yang dikumpulkan ke dalam bentuk laporan lapangan, tujuan analisis data adalah untuk mengungkapkan:
a) Data yang masih perlu dicari b) Hipotesis apa yang perlu diuji c) Pertanyaan apa yang perlu dijawab
d) Metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan data baru e) Kesalahan apa yang harus segera diperbaiki.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan hipotesis, sehingga poin b yang dimaksud oleh Usman tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Dalam menganalisis data, harus melalui 3 tahap proses berikut ini: a. Reduksi Data
Setelah data terkumpul dan semakin banyak maka harus direduksi, untuk menghindari penumppukan data. Peneliti harus menganalisis data sejak dimulainya penelitian. Proses reduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti selalu mencatat hasil wawancara maupun pengamatan secara langsung ke dalam buku harian penelitian. Peneliti melakukan pekerjaan ini setiap malam ketika tidak lagi berinteraksi dengan informan.
Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Menurut Mathew B. Mills dan A. Michael Huberman (dalam Koestoro dan Basrowi, 2006: 323) reduksi data juga merupakan suatu bentuk
(50)
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengaarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat ditarik.
b. Penyajian Data
Menurut Koestoro dan Basrowi (2006: 324) penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain dengan matrik naratif dan tabel. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan, karena sajian yang baik.
c. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Data yang didapat kemudian diambil kesimpulan, memang pada mulanya kesimpulan itu kabur, tapi lama kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara mengumpulkan data baru.
(51)
PEDOMAN WAWANCARA
(Pedoman wawancara dan observasi ini hanya sebagai penuntun di lapangan penelitian, karena pertanyaan bersifat terbuka dan dinamis sesuai dengan
perkembangan di lapangan penelitian)
Judul Penelitian :
STRATEGI PEMENUHAN FUNGSI EKONOMI KELUARGA (Studi pada Keluarga Jamaah Tabligh dalam Melakukan Khuruj)
Oleh
Acep Hendri Setiawan
I. Identitas Informan
a. Nama :
b. Usia :
c. Status dalam keluarga :
d. Alamat :
e. Pendidikan :
f. Mata Pencaharian : g. Jumlah anggota keluarga :
II. Pengalaman khuruj a. Frekuensi khuruj.
b. Bagaimana hal itu dilakukan. (tugas sebagai Jamaah Tabligh, Beribadah) c. Masalah yang dihadapi (Pengalaman yang menjadi kendala, masalah
keluaga).
III. Latar belakang kondisi keluarga informan a. Kondisi sosial intern keluarga informan
1. Posisi dalam keluarga.
2. Informan dalam lingkungan tempat tinggal informan. b. Kondisi ekonomi
1. Tingkat pendapatan. 2. Tingkat pendidikan. 3. Penggunaan pendapatan.
(52)
(53)
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ku persembahkan karya sederhana ini
kepada orang-orang yang terkasih dan mengasihiku.
Rasulullah SAW, sang manusia pilihan,
Akhlak mulia yang perlu diteladani.
Papa dan Mama tersayang,
terimakasih atas semua doa, cinta kasih dan pengorbanan yang telah kalian
berikan kepada anak mu, setiap tetes keringat yang kalian keluarkan demi
keberhasilan anak-anakmu, serta cinta dan kasih sayang yang kalian berikan,
takkan pernah tergantikan oleh apapun di dunia ini.
Adik-adikku yang kusayangi,
Sahabat-sahabatku tercinta, dan
Semua orang yang telah mengisi hari-hari dan perjalanan hidupku selama ini
Almamater Tercinta
UNIVERSITAS LAMPUNG
(54)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung Bandar Lampung pada tanggal 29 Maret 1986, anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Effendi dan Ibu Hennyi Nursari. Penulis yang berlatar belakang ekonomi pas-pasan ini menempuh pendidikan formal pada SD Negeri 1 Kupang Teba Teluk Betung Utara, dan selesai pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 16 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2001. Selesai pendidikan SLTP, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 4 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2004. Setelah itu penulis pada tahun 2005, penulis diterima pada Jurusan Sosiologi FISIP Unila melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Setelah itu, dari mulai duduk di bangku sekolah menengah, penulis telah aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ektrakurikuler, berikut beberapa pengalaman organisasi yang dimiliki :
SLTP :
1. OSIS sebagai anggota Tahun 1999-2000
(55)
SMAN :
1. ROHIS sebagai anggota Tahun 2002-2003
2. Club Sepak bola sebagai tim inti Tahun 2003-2004
Kampus :
1. LSSP Cendekia sebagai anggota Tahun 2005-2006 2. FSPI FISIP Unila sebagai AMF Tahun 2006-2007 3. FSPI FISIP Unila sebagai Anggota. Kaderisasi Tahun 2007-2008 4. HMJ Sosiologi sebagai Sekbid bidang
Pengabidan Masyarakat Tahun 2005-2006
Penulis pernah juga melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Lampung.
(56)
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatanku untuk bertahan hidup dan membuka wawasan berfikir dalam melakukan hal apapun, Shalawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasullallah Nabi Muhammad S.A.W, beserta sahabat dan pengikut-pengikutnya. Skripsi dengan judul “Strategi Pemenuhan Fungsi Ekonomi Keluarga (Studi pada Keluarga Anggota Jamaah Tabligh dalam Melakukan Khuruj)”. Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran dan kritikan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan keyakinan bahwa balasan Allah SWT yang sempurna yang bisa menggantikannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Drs. Agus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan FISIP Unila
2. Bpk. Drs. Benjamin, M. Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Unila 3. Bpk. Drs. Susetyo, M. Si., selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi FISIP Unila 4. Bpk. Drs. Erom Djuhendar, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terima kasih banyak atas perhatian dan bimbingannya selama ini.
5. Ibu Endry Fatimaningsih, S.Sos, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Banyak hal baru yang saya ketahui saat melakukan bimbingan bersama Ibu. Bukan sekedar pembimbing saja, Ibu ternyata mengubah perilaku saya lebih disiplin waktu dan termotivasi
(57)
dalam menjalani apapun. Sekali lagi terima kasih atas semua ilmunya ya bu, mudah-mudahan Alloh SWT. memberikan ganjaran pahala yang besar kepada Bapak.
6. Bpk. Drs. Benjamin, M. Si., selaku Dosen Pembahas dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih ya pak, atas saran dan masukannya.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FISIP Unila, Pak Gede, Pak Sindung, Pak Ikram, dan Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi lainnya, terima kasih atas bimbingan dan ilmunya selama ini. Kemudian seluruh Staff dan Karyawan FISIP Unila atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Keluargaku tercinta, Bokap n Nyokap (terima kasih atas semua pengorbanan dan kesabarannya), Adik-adikku yang pada bego semoga nambah pinter aja.
9. Seluruh keluarga besarku: nenek, uwak, oom, mamang, bici, sepupu, n keluarga besar komunitas kaca piring (aja ngegosip bae lah).
10.Guru-guru SLTPN 16 Bandar Lampung dan SMAN 4 Bandar Lampung. Terima kasih telah mengantarkanku menuju gelar sarjana ini.
11.Seluruh informan penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu untuk penulis (Tante Eti, Om Wiyoto, Komarudin, Om Udin, Wicak, Hasto), juga seluruh pengurus dan anggota jamaah tabligh seluruh Indonesia (Kalian adalah sebaik-baiknya umat, maka teruslah mengajak kebaikan di muka bumi ini, SEMANGAAAAT).
12.Seluruh Keluarga Besar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Lampung, Om Herdi, Tante Lis, Pak Dedy, Mbak Tanti, Mbak Hapsah, Mbak Imel, mbak Fitri, Mas Haris, Kak Ajibon, Kak Edy,
(58)
13.Mbak Ni Galih Anggreini (komunikasi), Asnani (pinter banget c mbak), Frensi Riastuti (bantuannya luar biasa mbak), Kak Fahmi (dosan tah euy,, hehee. Iya pak. Di cariin Deva tuh kak) dan Damar Wibisono (makasih mas skripsinya).
14.Teman-teman seperjuanganku di Sosiologi „05: Akhmad Al Kautsar (ekspedisi ke Palembangnya sial gara-gara gw, hoho), Fredi “Diey” Yansyah (diey, sosiologi kerja di Bank bisa gx), Julius Presto (pemilik kosan yang ramah, yang selalu marahin gw kalo gak ngelap kaki kalo abis ke kamar mandi. Coba kalo yang laen mah gak kena marah. Heehe), Dony YP Silalahi (barang baru geh Don), Vico Irawan (angger aja kalo setiap jadi pembahas gak dateng), Andika (si bebek cuek), Hendra Fauzi (semoga jadi aktivis ndra), Fitri Ketum (kota agung lagi tum), Rahmat (makasih mat komputernya), Erwan (Ucok tp kayak bukan Ucok), Wisnu (nu kalo gw kawin lu yang moto lah), Guntur (gw kira lu sombong, ternyata lu murah hati tur, salute 4 u tur), Winoto (mas win ninggalin gw), Dwarte (asikin ja te, enakin ja), Yuri (ngelawak ja yang satu ni, biking w ketawa ada aja omongannya), Nyoman (kpn lg nyo bisa ngeliatin isi rok mahasiswa dikampus), Dimas (dim, foto motor gw yang lama dh gx ada yh), Andi (nyanyi bagus bgt kyak glen), Rizky (komeng, labas aja), Dayat (kmana aje lu yat), Riki (satu ni kyknya sibuk bgt, ex mudo kyaknya), Irawan (yg ke Jepang ampe gk kuliah lagi. Kangen gw jalan bareng ke wasii sama koe wan), n…
(59)
15.Mia (oh mia, youre the best fren, hebat me salut gw punya temen kayak lu), Melsi (si judes satu ni mah proyek terus, heheee. Ampun mbak), Jundi (bisnis mulu.... huuuh, dasar MLM, hehee), Azizah (Uni, pangeran kodoknya mana ni), Aye (sama2 orang teluk dilarang mendahului), Meliyanti (dah gw bela2in tuh mel ke Liwa, hehe), Erlin (semangat Lin, nti kalo gw maen bola di depan hum u ntu, gw minta minum di hum u yah, hehee), Rika (pulangnya jgn malem2 ka, nti gk da mobil, hhe), Yuyun (rekomendasi gw dasyat gax yun, semoga langgeng yah teh).
16.Ria Rhey (ternyata alim juga yh rhe, hehee), Nila (thnx nila dah bantu gw ngegantengin, La tulipe nya minta lg donk, hehee), Dina (beasiswanya keluar lagi gx ya din kl qt dh lulus, hehe), Putri (sukses Put, klo jd pejabat nti jangan korupsi yh, hehee), Fermalia (oca buat pengalaman pertama gw di rumah kayu), Ermai (ternyata lu keriting yh mai, hehee), Yusna (lulus duluan), Visi (lahirnya pas ultah TVRI yh si).
17.Endha (mpok maniest bgt sih pok, semaangaat kerjanya mpok), Martha si Ukhti (kalo cuma ke Tangerang mah kecil, dpabrik mana, jatake, serang apa jababeka), Dini (Linggo yuk), Riza (PNS rizo), Erna (makasih na atas dukungannya), Eliya (sama teluk jangan saling mendahului El), Devi (pulang ke tangerang geh gak bawa oleh2), Jeanne (laporan PKL nya gw pinjem dl yh sri), Dewi (dew..dew...), Riris (semangat donk), Deka (PNS th ka), Rizki (mana kosannya ki, oh ini yah), Rifah (jangan sungkan2 rifah, q mah ikhlas koq), Tri Desi (mana aer minumnya, qtorang mau maen bola), Tri Linda (semangat Linda, semoga jadi kebanggaan orang tua mu).
(1)
93
memperhitungkan berapa jumlah uang yang harus digunakan untuk biaya produksi, biaya konsumsi, investasi, pengembangan usaha, kebutuhan pakaian, kesehatan, pendidikan dan juga hal-hal seperti ibadah maupun sumbangan pada acara pernikahan, khitanan, dan syukuran.
Sebagai salah satu bentuk manajemen keuangan keluarga, mencatat uang keluar merupakan suatu hal yang tidak boleh terlupakan. Menurut Subdit Sakinah (2007) bahwa mencatat uang masuk dan keluar sangat berguna bagi sebuah keluarga, karena dengan begitu kita dapat mengetahui berapa besarnya uang masuk tiap bulan dan berapa pengeluaran yang harus dikeluarkan.
Pengelolaan keuangan keluarga juga dilakukan dengan cara menabung dan investasi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang, atau jika terpaksa memanfaatkan jaringan sosial untuk membantu memenuhi kebutuhan. Menurut Hawy (Sumardi dan Evers, 1982: 83) bahwa tabungan pada dasarnya diperlukan untuk investasi dan didapat dengan jalan penghematan atas konsumsi.
Kehidupan yang tak selamanya dijalankan dengan lancar membuat informan menerapkan strategi yang lebih fatal. Strategi tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mendesak dan dikiranya tidak mampu lagi untuk memenuhinya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, diperoleh gambaran mengenai strategi yang mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan. Anggota keluarga dalam hal ini harus melakukan strategi transfer sosial dengan memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Hartini (2007) jaringan sosial itu seperti meminjam uang, meminta (suatu saat ganti memberi), tukar menukar barang termasuk bertukar tenaga, saling menitipkan pekerjaan domestik (mencuci,
(2)
memasak). Dengan memanfatkan jaringan sosial seperti ini diharapkan dapat mempertahankan kehidupan keluarganya.
Menurut Marx (Ritzer, 2005: 31) bahwa manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam. Produktifitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan bentuk pemanfaatan jaringan sosial dilakukan oleh Ibu Nisa. Dengan pendapatan pokok suami yang dirasa sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka ia harus ikut dalam aktivitas ekonomi baik itu dengan membuka usaha kue yang kemudian dititipkan ke warung-warung. Jaringan sosial lain juga berupa meminjam dan meminta sesuatu (uang atu barang) baik pada teman maupun keluarganya. Adapula yang tukar menukar (menjual) hartanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Selain hal tersebut, ada beberapa langkah lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga jamaah tabligh. Pada musyawarah sebelum melakukan khuruj, terjadinya kesepakatan antara sesama jamaah tabligh. Ketika salah satu jamaah tabligh melakukan khuruj, maka jamaah tabligh yang lain ikut membantu keluarga yang ditinggalkan tanpa melihat status sosialnya. Hal ini dilakukan agar mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditinggalkan khuruj
Melihat dari pembahasan di atas nampak jelas bahwa suatu struktur yang dianalogikan dengan tubuh, diantaranya unit-unit menjadi bagian dari tubuh yang bersangkutan saling berhubungan erat. Ketika bagian dari struktur itu terganggu,
(3)
95
maka struktur pada bagian lainnya pun terganggu pula. Hal tersebut terjadi pada anggota jamaah tabligh. Pada saat mereka melakukan khuruj, maka mereka tidak begitu saja meninggalkan keluarganya. Mereka harus dihadapkan dari berbagai persoalan dan permasalahan yang harus diselesaikan agar keluarganya tidak terganggu. Persoalan dan permasalahan itu terletak bagaimana seorang jamaah tabligh untuk memenuhi fungsi ekonomi keluarganya ketika melakukan khuruj.
Banyak strategi yang dilakukan anggota jamaah tabligh untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Di dalam pembahasan di atas, strategi tersebut mengarah pada upaya jamaah tabligh untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya dan bagaimana melaksanakan pekerjaan ketika sedang melakukan khuruj. Hal tersebut intinya adalah agar fungsi ekonomi keluarga dapat terwujud, kebutuhan ekonomi keluarga dapat terpenuhi dan keluarga sakinah, mawadah dan warahmah dapat terbentuk.
(4)
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkenan dengan strategi pemenuhan fungsi ekonomi keluarga pada jamaah tabligh ketika melakukan khuruj, dapat disimpulkan bahwa informan yang dalam hal ini adalah para jamaah tabligh memiliki strategi diantaranya bagaimana melaksanakan pekerjaan (formal dan informal) dan bagaimana menstrategikan pemenuhan fungsi ekonomi keluarganya.
Latar belakang keterlibatan jamaah tabligh terhadap khuruj, pengalaman-pengalaman khuruj (permasalahan yang dihadapi keluarga ketika ditinggalkan khuruj), dan latar belakang kondisi keluarga jamaah tabligh turut mempengaruhi jamaah tabligh dalam mengelola keluarganya ketika melakukan khuruj, terlebih khusus pada kondisi keluarga jamaah tabligh itu sendiri, tingkat pendapatan dan kondisi intern keluarganya.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat 2 macam strategi yaitu, strategi kelompok jamaah tabligh dan strategi keluarga anggota jamaah tabligh. Strategi kelompok jamaah tabligh tersebut merupakan suatu bentuk solidaritas atas sesama jamaah tabligh untuk membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan
(5)
104
khuruj. Sebelum melakukan khuruj, jamaah tabligh bermusyawarah terlebih dahulu dan di dalam musyawarah tersebut muncul kesepakan untuk membantu jamaah tabligh lain untuk membantu keluarga jamaah tabligh yang ditinggalkan khuruj. Bantuan itu berupa uang, bahan sembako, pakaian dan hal lain yang dibutuhkan keluarga jamaah tabligh yang ditinggalkan.
Sedangkan strategi yang dilakukan keluarga jamaah tabligh untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sendiri yaitu dengan bekerja, berdagang (wirausaha), memanfaatkan jaringan sosial seperti meminta dan meminjam uang kepada keluarga dan teman, memanfaatkan sumberdaya yang ada (kekayaan yang berasal dari bekerja atau warisan leluhur), membuat apotek hidup, menukar atau menjual barang yang ada, dan menyewakan rumah. Untuk keberlanjutan strategi ini maka keluarga jamaah tabligh melakukan pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan ini, menurut sebagian informan berfungsi untuk memantau keuangan keluarga. Mereka juga dapat memperhitungkan berapa jumlah uang yang harus digunakan untuk biaya produksi, biaya konsumsi, investasi, pengembangan usaha, kebutuhan pakaian, kesehatan, pendidikan dan juga hal-hal seperti ibadah maupun sumbangan pada acara pernikahan, khitanan, dan syukuran. Adapun Pengelolaan keuangan tersebut dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu dengan cara menabung, menghemat pengeluaran dan mencatat pemasukan dan pengeluaran uang.
Di dalam hal pelaksanaan pekerjaan harian ketika dalam waktu yang sama jamaah tabligh tersebut melakukan khuruj yaitu sebagai berikut:
(6)
1. Pekerjaan yang semula dilakukan oleh suami, bisa digantikan oleh anggota keluarga yang lain karena pekerjaan yang dilakukan bersifat informal seperti berdagang dan memproduksi barang.
2. Meskipun pekerjaan bersifat formal, jamaah tabligh bisa melakukan pekerjaan seperti biasanya, tetapi setelah pekerjaannya selesai harus kembali lagi melakukan khuruj tanpa pulang ke rumah.
B. Saran
Mencermati dari hasil penelitian ini, maka perlu adanya rekomendasi diantaranya: 1. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada keluarga jamaah tabligh yang kurang
terpenuhinya kebutuhan ekonomi Oleh karena itu, setiap anggota jamaah tabligh seharusnya mementingkan keluarganya terlebih dahulu sebelum melakukan khuruj dan Amir (pemimpin) musyawarah khuruj harus benar-benar menyeleksi anggotanya yang belum mampu untuk melakukan khuruj. 2. Hasil penelitian ini dapat dipakai dalam penelitian selanjutnya yang sejenis
seperti peranan istri anggota jamaah tabligh, profil anggota jamaah tabligh, strategi pemenuhan fungsi keluarga lainnya, pengaruh keaktifan khuruj terhadap kondisi perekonomian keluarga, dan lain-lain.