Penguasaan Iptek Olahraga dan Budaya Masyarakat

commit to user Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI 2007 5 baik. Hal demikian dapat terjadi karena secara bersamaan pemerintah juga membentuk Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Kementerian tersebut yang kemudian merancang implementasi gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat di seluruh Indonesia. Pada tahun yang sama pemerintah juga menetapkan bahwa tanggal 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional Haornas. Kantor Menpora RI pada waktu awal pencanangan Sport for All telah merumuskan suatu Pola Dasar Pembangunan Olahraga. Pola Dasar tersebut merupakan arah pentahapan pembangunan olahraga yang seiring dan seirama dengan titik berat tujuan Rencana Pembangunan Lima Tahun Repelita. Pentahapan tersebut meliputi: 1 akhir Repelita IV terwujud keluarga berolahraga, 2 akhir Repelita V terwujud masyarakat berolahraga, dan 3 akhir Repelita VI terwujud bangsa berolahraga. Inti Sport for All memang lebih mengarah pada bagaimana menggerakkan masyarakat agar memiliki budaya berolahraga secara lebih baik. Kesadaran masyarakat dalam berolahraga memiliki arti yang amat penting bagi proses berseminya kemajuan prestasi olahraga. Namun ketika iklim globalisasi telah berhembus ke seluruh dunia, maka semua sektor pembangunan banyak dikelola dengan pola Research and Development R D . Pola pengembangan masyarakat ungggul dengan R D dipersyarati oleh mentalitas masyarakat rasional, yang berperilaku Scientific Oriented . Dengan demikian, untuk memajukan olahraga ke depan, kiranya gerakan Sport for All perlu dikembangkan menjadi gerakan Sport Science for All .

D. Penguasaan Iptek Olahraga dan Budaya Masyarakat

Bagaimana kita membangun partisipasi masyarakat di Indonesia dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Olahraga? Membangun partisipasi tersebut tidak mungkin commit to user Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI 2007 6 dapat dilakukan hanya dengan menyebarkan dasar-dasar ilmu olahraga dalam kelompok masyarakat terbatas, melainkan dilakukan dengan cara mempersiapkan cara berfikir dan cara pandang masyarakat. Cara berfikir dan cara pandang berkaitan dengan mentalitas kolektif masyarakat yang terkait dengan persoalan budaya. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila kemudian perlu pengembangan rencana inovasi pada aspek budaya. Inovasi pada aspek budaya bukan merupakan suatu proses yang hasilnya cepat teramati. Inovasi pada aspek budaya lebih merupakan proses yang berkesinambungan dan mewadahi setiap upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam berolahraga, sekaligus dalam penguasaan Iptek olahraga. Dalam pandangan inovasi budaya, penggarapan olahraga harus ditempatkan pada konteks pluralitas. Selama penggarapan olahraga dilakukan secara atomistik dan sektoral, selama itu pula partisipasi olahraga tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang pernah dilakukan selama ini. Dengan kata lain, perlu adanya upaya yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Upaya tersebut seharusnya menampung segenap potensi nilai, pandangan maupun akal budi yang bersemayam dalam perikehidupan masyarakat yang kemudian dikristalisasikan. Kristalisasi nilai merupakan suatu pendekatan yang bersifat holistik Pendekatan itu kemudian disebut sebagai pendekatan budaya. Kesadaran akan pentingnya pendekatan budaya didasari oleh pemahaman yang tepat bahwa bagaimanapun strategisnya suatu kebijakan, unsur manusia manpower tetap sebagai tujuan dan subyek penciptaan motivasi berpartisipasi dan berprestasi olahraga melalui partisipasinya dalam penguasaan Iptek olahraga. Budaya adalah sebagai suatu latar yang menciptakan suasana kondusif pencapaian partisipasi dan prestasi olahraga. Mengapa perlu pembudayaan? Karena budaya partisipasi dan prestasi olahraga banyak dipercayai sebagai sisi lemah yang belum tergarap dalam kesemestaan pembinaan olahraga nasional. Membangun prestasi olahraga dengan cara apapun tidak akan commit to user Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI 2007 7 berhasil maksimal tanpa adanya keterbentukan budaya yang kondusif. Budaya partisipasi berolahraga dan penguasaan Iptek olahraga selalu menjadi persemaian bagi terbentuknya budaya prestasi olahraga di masyarakat. Dengan kata lain, partisipasi akan memfasilitasi terbentuknya prestasi di masyarakat, seperti diilustrasikan pada gambar 1 berikut: Gambar 1. Iklim Partisipasi Memfasilitasi Terbentuknya Prestasi Upaya pengukuhan sikap mental masyarakat dalam suatu kerangka pembudayaan, oleh Fuad Hasan 1992 ditegaskan sebagai apresiasi tinggi terhadap usaha-usaha prestatif, produktif, dan kreatif. Dengan cara ini pula maka ciri-ciri masyarakat yang berorientasi pada status berangsur-angsur dapat dialihkan ke ciri yang lebih berorientasi pada karya dan prestasi. Orientasi pada status lebih mementingkan pada gaya, sedangkan orientasi pada prestasi lebih mengutamakan pada karya. Tinjauan masyarakat atas dasar faktor kebutuhannya, kemudian menjadi motivasi atas perilaku budaya, adalah termasuk pada kajian fungsi masyarakat sebagai pelaku actor . Lebih lanjut, fungsi masyarakat sebagai actor terwujud dalam dua dimensi yaitu : 1 dimensi having commit to user Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI 2007 8 yang mencakup pertumbuhan ekonomi dan kekayaan serta kelengkapan yang telah dimiliki masyarakat, dan 2 dimensi being mencerminkan pertumbuhan diri masyarakat untuk memerangi segala bentuk keterbelakangan. Masyarakat sebagai struktur structure terwujud dalam pola-pola serta relasi-relasi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pengkajian fungsi masyarakat sebagai struktur akan mengarah pada analisis nilai dasar yang perlu dibina. Nilai dasar itu adalah : 1 solidaritas bangsa, 2 partisipasi masyarakat, 3 pemerataan, dan 4 otonomi. Nilai dasar ini memperlihatkan adanya swadaya masyarakat untuk berusaha dan berprestasi, serta kemandirian. Solidaritas bangsa mengandung usaha mencegah setiap bentuk perpecahan. Partisipasi masyarakat dapat membuka komunikasi timbal balik yang mendorong dinamika bangsa. Pemerataan menghindarkan dari berbagai bentuk tekanan-tekanan yang kurang konstruktif. Sedangkan otonomi mengandung pengertian kemampuan untuk mencegah segala bentuk ketergantungan. Tabel 1. Strategi Pembudayaan Partisipasi Masyarakat dalam Penguasaan Iptek Olahraga R e a l i s a s i Strategi Masyarakat sebagai pelaku Masyarakat sebagai struktur Keterbentukan substansi dan karakteristik budaya partisipasi masyarakat dalam penguasaan Iptek Olahraga Having Being Pola Relasi Sarana dan prasarana pendukung pencapaian partisipasi dalam Iptek Olahraga Pertumbuhan Ekonomi Memerangi keterbelakangan budaya partisipasi dalam Iptek Olahraga Pertumbuhan Diri Solidaritas bangsa Pemerataan Partisipasi masyarakat Otonomi Akselerasi pertumbuhan partisipasi masyarakat dalam penguasaan Iptek Olahraga Keberhasilan Sport for All dan Sport Science for All commit to user Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI 2007 9

E. Penutup