6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ande-ande Lumut
Folklor sebagai bentuk warisan budaya memiliki berbagai macam kategori. Jan Harold Brunvard, seorang ahli folklor dari Amerika Serikat,
mengkategorikan folklor menjadi folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan.
1
Bentuk folklor yang masuk ke dalam kategori folklor lisan diantaranya adalah bahasa rakyat, puisi, dan prosa rakyat, serta nyanyian
rakyat, sedangkan yang termasuk ke dalam kategori sebagian lisan adalah kepercayaan dan permainan rakyat. Kelompok folklor bukan lisan terbagi
menjadi dua jenis yaitu material dan non material. Arsitektur rumah dan seni kerajinan tradisional, pakaian dan perhiasan adat merupakan contoh
dari folklor bukan lisan material. Lalu yang termasuk ke dalam folklor bukan lisan non material adalah gerak serta bunyi isyarat.
Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: mite myth, legenda legend, dan
dongeng folktale.
2
Mite atau mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya
cerita. Tokohnya adalah para dewa atau makhluk setengah dewa. Sedangkan legenda adalah cerita prosa rakyat yang juga dianggap benar-
benar terjadi seperti mite, namun tidak dianggap suci. Tokoh dari cerita legenda adalah manusia yang kadang juga memiliki kekuatan luar biasa
dan sering kali juga dibantu oleh kekuatan gaib. Tempat terjadinya adalah dunia yang seperti saat ini namun waktunya tidak diketahui dengan pasti.
Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh
1
James Dananjaja , Folklor Indonesia : Ilmu, Gosip, Dongeng, dan lain-lain, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1994, 21.
2
James Dananjaja, 50.
7 yang empunya cerita dan juga tidak terikat oleh waktu dan tempat. Tujuan
utama dari
dongeng adalah
sebagai sarana
hiburan. Dalam
perkembangannya, pencerita kemudian menyelipkan nilai-nilai kebenaran, pelajaran moral, maupun sindiran ke dalamnya.
Sebagai folklor lisan, cerita rakyat mengalami proses perubahan unsur-unsur pembentuk cerita. Oleh karena itulah pada sebuah judul cerita
rakyat akan didapati beberapa versi dengan garis besar alur cerita yang sama. Masing-masing penutur cerita menambahkan nilai dan detail sesuai
kebutuhan. Ande
–ande Lumut adalah sebuah cerita prosa rakyat dari Provinsi Jawa Timur yang masuk ke dalam kategori dongeng. Berikut adalah cerita
lengkapnya : “Dahulu kala di desa Dadapan hidup seorang janda, yang
terkenal dengan sebutan Mbok Rondo Dadapan. Rondo Dadapan ini mempunyai tiga orang putri yang cantik-cantik. Yang tertua
bernama Kleting Abang, yang kedua Kleting Hijau, dan yang ketiga Kleting Kuning.
Entah apa sebabnya, janda ini sangat membenci putri bungsunya. Jika kedua putrinya yang lebih tua dimanjakan dengan
pakaian yang indah dan makanan sedap, maka si bungsu dipaksanya untuk berpakaian compang-camping dan diwajibkan
pergi ke sungai untuk mencuci pakaian dan perabot dapur. Jika cuciannya tidak bersih, maka ia akan dicaci-maki dan didera.
Namun karena dasarnya Kleting Kuning adalah seorang anak yang mempunyai budi pekerti yang baik serta watak yang
halus, maka ia menerima semua perlakuan itu dengan sabar, sehingga di kemudian hari akan mendapat ganjaran dari para dewa.
Demikianlah seperti biasa pada suatu pagi ia menuju ke sungai untuk mencuci, oleh karena pekerjaan pagi itu berat sekali,
maka ia pun menyesali nasibnya yang buruk itu sambil bersabda kepada para dewa, “Oh dewa, apa yang telah saya perbuat sehingga
harus menanggung penderitaan ini? Oh Tolonglah saya.” Seselesainya kata-kata itu diucapkan, tiba-tiba terbang
turun entah dari mana seekor burung Bango Tontong yang teramat besar,
yang segera
menolongnya untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna, sehingga membuat ibu dan kedua
kakaknya tercengang. Bantuan itu terus diberikan Bango Tontong sampai ada
kabar bahwa seorang pangeran, yang bernama Ande-ande Lumut, sedang mencari calon istri. Mendengar kabar baik itu, Janda
8 Dadapan segera mengirim kedua anak putrinya yang lebih tua
untuk mencalonkan diri mereka menjadi istri sang Pangeran. Namun putrinya yang bungsu, yang ingin juga mencoba
peruntungannya, dicegahnya dengan keras. Larangannya kali ini tidak digubris oleh si bungsu, karena ia telah mendapat restu dari
Bango Tontong, dan telah dibekali pula sebatang lilin wasiat, yang disebut sada lanang lidi laki-laki.
Untuk munuju ke kediaman sang Pangeran, ketiga putri sang Janda itu harus menyeberangi sebuah sungai yang dalam
airnya. Kedua putrinya yang pertama dan kedua dapat melakukan hal itu, karena dapat bantuan dari seekor ketam siluman, yang
disebut Yuyu Kangkang, dengan satu ciuman sebagai imbalan. Kleting Kuning dapat juga menyeberang, bukan dengan bantuan
ketam itu, melainkan berkat lidi ajaibnya, yang dapat mengeringkan sungai hanya dengan satu sebatan saja. Si bungsu
harus
berbuat demikian,
karena permintaannya
untuk diseberangkan telah ditolak mentah-mentah oleh si ketam, karena
menurut si ketam si bungsu buruk pakaiannya dan bau tubuhnya. Kejadian ini membawa untung baginya, karena Ande-ande
Lumut justru hanya mau beristri dengan wanita yang belum dinodai Yuyu Kangkang. Demikianlah pada akhirnya, putri
bungsu, yang dijahati ibu dan kedua kakaknya, dijadikan istri oleh Ande-ande Lumut dan selanjutnya hidup rukun dengan suaminya
bagaikan mimi jantan dan betina.
”
3
Dongeng ini mengandung banyak nilai moral, di antaranya adalah ajaran untuk tetap berusaha menjaga sikap dan tidak menghalalkan segala
cara demi meraih tujuan kita. Selain itu, juga ajaran untuk menjadi pribadi yang bersikap nrima, sabar dan ikhlas seperti pribadi Kleting Kuning,
dengan berani mengalah maka akan memperoleh keuntungan di kemudian hari.
4
B. Komposisi Musik