Jenis Permainan Pendidikan Anak Usia Dini.

22 4.Belajar sambil bermain. Secara epistomologis, pembelajaran pada anak usia dini haruslah menggunakan konsep belajar sambil bermain learning by playing, belajar sambil berbuat learning by doing dan belajar melalui stimulus learning by stimulating. 18 Untuk mencapai ini semua dibutuhkan suasana belajar, strategi dan stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak, agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Hurlock mengartikan bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. 19 McConkey secara lebih jelas lagi menyampaikan akan esensi bermain bagi anak, yaitu: Bermain itu diinisiasi oleh anak itu sendiri, adalah dirinya yang memilih apa yang dimainkan dan bagaimana memainkannya. Tak seperti bekerja, bermain dilakukan untuk kepentingannya, bukan karena kepentingan akan hasil ataupun penghargaan. Maknabermain adalah penghargaannya sendiri. Di dalam bermain, anak-anak merasa bebas dari tekanan dan ia bisa memuaskan dirinya sendiri. Dia bisa bereksperimen tanpa resiko kesalahan, karena dia yang membuat peraturannya sendiri.Bermain juga merupakan suatu hal yang mencegah munculnya rasa frustasi. Kita sering berbicara kepada anak untuk melepaskan beban dalam bermain.Dalam bermain, seorang anak seperti mengisi kembali baterainya dan menemukan energi baru yang segar. 20

5. Jenis Permainan

Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, anak lain dan perhatian orang dewasa menolong anak-anak berkembang secara fisik, emosi, kognisi dan sosial. Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini Wikart, Rodgers, Adcock. 1971 dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud 21 : 18 Sujiono. op.cit. 19 Elizabeth Hurlock. op.cit. p. 320 20 Jeffrey, McConkey. Let Me Play. London. Souvenir Press. 1994 p.15. 21 CCRT. loc.cit. p.1-10 23 1. Main sensorimotorik atau fungsional Menurut Piaget dan Smilansky, anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. 2. Main pembangunan: Sifat cairbahan alam dan terstruktur Piaget menyatakan bahwa kesempatanmain pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilan yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Balok unit, lego, balok berongga, dan bahan lainnya dengan bentuk yang sudah ditentukan sebelumnya, yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. 22 3. Main peran mikro dan makro Manusia membangun kemampuan untuk menghadapi pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui uji coba dan perencanaan didalamnya. Menurut Erikson, anak menyusun hal ini melaluii kegiatan bermain. Dalam keadaan yang ia buat sendiri, anak memperbaiki kesalahannya dan memperkuat harapan- harapannya. Anak mengantisipasi keadaan-keadaan masa depan melalui ujicoba-ujicoba. 22 Ibid. p.7 24 Erikson menjelaskan dua jenis main peran yaitu main peran mikro dan main peran makro. Main peran mikro terdiri dari bahan main berukuran kecil, contoh : Rumah boneka dengan perabot dan orang-orangan, kebun binatang dengan binatang-binatang liar. Sedangkan main peran makro terdiri dari alat-alat berukuran sesungguhnya dan anak-anak dapat menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran. Contoh: dokter, perawat, polisi dan pemadam kebakaran, penjual barang kelontong. 23 4. Waktu bermain yang dibutuhkan anak Anak harus memiliki waktu untuk bermain, tempat, peralatan, dan pijakan dari pendidik ketika dibutuhkan. Dalam lingkungan anak usia dini harus ditekankan untuk menyediakan tiga jenis main, intensitas dan densitas dari pengalaman bermain. a. Konsep Intensitas Intensitas adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk pengalaman dalam tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun. Konsep ini menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan agar dapat berperan serta dalam keberhasilan sekolah di kemudian hari. b. Konsep Densitas Densitas adalah berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak. Konsep ini menekankan pada kegiatan yang berbeda yang disediakan untuk anak oleh orang dewasa dilingkungan anak usia dini. Kegiatan-kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui tiga jenis main dan dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak. c. Lingkungan main 23 Ibid. 25 Pada umumnya, anak-anak usia dini mempunyai kesulitan dalam menemukan urutan kejadian, benda-benda dan orang di lingkungan mereka. Teori dan penelitian telah membuktikan bahwa anak membutuhkan lingkungan yang dapat diperkirakan dan ditata, baik di rumah maupun di sekolah. Warna, penataan ruang dan bahan yang direncanakan dapat memberi pengaruh positif atau negatif pada anak usia dini Torelli Durrentt, 1998. 24 Yang menyarankan bahwa tempat main dimana anak dapat bergerak dengan bebas dan memilih kegiatan seharusnya berukuran dua setengah 2,5 tempat main setiap anak. Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Phelps 1986 dan Stannard 2002 menyarankan tiga tempat main setiap anak untuk perkembangan anak usia dua, tiga, dan empat tahun. Jika satu ruang kelas mempunyai 20 anak yang akan bergerak di sekitar ruangan untuk memilih kegiatan, di situ harus ada enam puluh tempat yang direncanakan untuk bermain. 25 . Montessori merealisasikan bahwa anak-anak memiliki motivasi sejak lahir untuk belajar. Orang lain tidak dapat menghalangi aktivitas belajar atau bekerja anak. Hal ini merupakan dukungan bagaimana pengembangan sikap positif terhadap sesuatu yang anak harapkan bagi kepentingan belajar pada jenjang pendidikan yang berbeda yang dimulai dari jenjang pendidikan anak usia dini baik dalam bentuk TPA, TK maupun kelompok bermain. Menurut Montesori ada enam periode sensitif yaitu: 1 sensitivitas memerintah, 2 sensitivitas berbahasa, 3 sensitivitas berjalan, 4 sensitivitas aspek kehidupan sosial, 5 sensitivitas objek-objek kecil, dan 6 sensitivitas belajar 26 . 6.Peran guru anak usia dini dalam bermain. 24 Ibid., p.3 25 Ibid., p.4 26 Lesley Britton. Montessori Play Learn: A Parent’s Guide to Purposeful Play from Two to Six. New York: Crown Publishers,Inc.1992. p.17 26 Keberhasilan kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini sangat ditentukan oleh peran guru. Pada anak usia dini tidak mungkin diceramahi atau ditransfer pengetahuan. Karena itu peran guru dalam memfasilitasi, memediasi, memotivasi, menginformasikan sesuatu, membimbing, mengevaluasi pada kegiatan bermain menjadi hal yang sangat penting agar bermain menjadi bermakna bagi anak. Hal ini seperti dinyatakan oleh Yamin bahwa peran guru anak usia dini adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator, informator, evaluator, dan pembimbing. 27

D. Limbah Rumah Tangga