pengamatan media masa Pengaruh tayangan

Tema: Pengamatan dan analisis terhadap peran program media massa (koran, program TV, sinetron,
buku fiksi, iklan, dsb.) mempengaruhi opini dan keputusan masyarakat-masyarakat.
Oleh:
Moh. Wahyu Sholihuddin
12/334873/SA/16492
Jurusan Arkeologi | 2012

Pengaruh Tayangan Berita
pada Pandangan Masyarakat terhadap Politik Pemerintahan

Kesalah pahaman mengenai demokrasi yang dianut pemerintahan di negeri ini sering ditemui
di berbagai kasus. Karena demokrasi sering kali ditafsirkan sebagai perjuangan hak yang berlebihan
yang akan lebih condong ke liberalisme. Hal tersebut dapa dilihat dari lembaga (misalnya) yang
bergerak dalam bidang humas dan publikasi. Misalnya saja program televisi yang tayang dan menjadi
konsumsi informasi masyarakat. Mengenai tayangan pemberitaan, mayoritas yang diberitakan ialah
mengenai peristiwa-periswtiwa yang tidak baik/ tidak terpuji. Hal ini mungkin masih mengadopsi dari
prinsip para wartawan/ reporter berita bahwa good news is bad news dan bad news is good news
yakni berita tentang peristiwa yang buruk adalah suatu berita yang bagus bagi mereka untuk
diberitakan atau publikasi. Karena dari latar belakang mata pencaharian mereka ialah sebagai
pengumpul berita, maka apapun berita yang mereka dapat yang sekiranya akan mendapat perhatian
yang besar dari masyarakat akan digali dan dipublis.

Terlepas dari latarbelakang tentang mata pencaharian, hasil karya tulisan/ publikasi mereka
tentu akan mempengaruhi pandangan-pandangan masyarakat tentang berbagai hal, misalnya saja
mengenai pandangan politik. Dari hasil pengamatan yang saya lakukan, ternyata media massa
mempunyai pengaruh besar terhadap pandangan masayarakat terhadap suasana politik pemerintahan
yang terjadi di negeri ini. Akan tetapi, sangat disayangkan sekali apabila kekuatan media massa ini
dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang seharusnya tidak terjadi. Misalnya, dimanfaatkan oleh golongan
elit politik untuk menjatuhkan lawan politik atau mengalihkan perhatian masyarakat. Contoh khasus
ialah mengenai pemberitaan-pemberitaan seputar korupsi yang sering dialihkan dengan kasus lain
atau kasus-kasus yang diputar-putar mengenai penyelesaiannya sehingga membuat masyarakat jenuh.

Hal ini dimungkinkan untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada fokus kasus dengan cara
menyajikan berita lain yang “ditinggikan” pemberitaannya.
Contoh lain misalnya, apabila ada sedikit kasus tentang perilaku Bupati Garut yang sempat
melambung ke atas mengenai pemberitaannya. Para pencari berita benar-benar menggali dan selalu
mengkaitkan pribadi bupati tersebut dengan kasus-kasus lain, ibaratnya apabila ada satu pohon kecil
yang salah satu daunnya sudah kering dan gugur, maka pohon tersebut akan dicabut sampai ke akarakarnya.
Adalah lebih baik kalau proporsi berita yang disajikan seimbang. Antara fenomena politik,
hokum, sosial, budaya, serta pendidikan. Dapat diperhatikan secara langsung, setiap hari berita-berita
apa saja yang menjadi konsumsi masyarakat. Suasana politik publik di negeri ini yang kurang sehat,
kasus-kasus kejahatan yang selalu update. Hal ini menyebabkan kepercayaan (sesuatu hal yang

sangat vital dan berpengaruh) dari masyarakat kepada pemerintah akan berkurang. Kenapa saya sebut
kepada pemerintah, karena mayoritas masyarakat masih menganggap atau memukul rata lembagalembaga pengatur negeri/ daerah atau terutama pejabat-pejabat yang duduk di Senayan sana.
Meskipun pada kenyataannya kekuasaan pemerintahan itu terbagi-bagi ( legislatif, eksekutif, dan
yudikatif) dan kini saling menjatuhkan satu sama lain untuk menunjukkan keunggulan diri. Akibatnya
ketidak puasan terhadap pemerintah oleh masyarakat ditunjukkan dengan perilaku kedaerahan dan
sensitifitas antar golongan yang meningkat, sehingga sering mudah muncul konflik/ demonstrasi/
kerusuhan dengan dalih perjuangan dan pembelaan hak.
Perlu diketauhi lebih lanjut, bahwa demokrasi bangsa ini bukanlah ajang untuk saling
menguatkan golongan-golongan tertentu dengan dasar liberal/ kebebasan. Istilahnya ialah kebebasan
yang bertanggungjawab/ terbatas supaya jiwa nasionalis terhadap Bangsa dan Negara Indonesia tidak
hanya menjadi wacana dan kata-kata yang hanya terbang di depan mata, tetapi benar-benar
terwujud.**