PENGARUH TAYANGAN HUMOR TERHADAP MEMORI

PENGARUH TAYANGAN HUMOR TERHADAP PENINGKATAN MEMORI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

PASKAH APRIANTI SITANGGANG 051301067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2008/2009

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Peningkatan Memori Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2009

Paskah Aprianti NIM 051301067

Pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Paskah Aprianti Sitanggang dan Desvi Yanti Mukhtar, M.Si.,psikolog

ABSTRAK

Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kata-kata yang diucapkan serta semua peristiwa dan aktivitas yang terjadi sepanjang kehidupan individu merupakan fungsi dari memori.

Mahasiswa merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pengembangan negara. Zaman yang penuh dengan teknologi dan informasi juga memaksa mahasiswa untuk menguasai informasi sebanyak-banyaknya sehingga nantinya akan dapat berguna dalam pengembangan negara. Penguasaan informasi berkaitan dengan memori. Hal ini menyebabkan mahasiswa harus dapat merencanakan proses belajar yang tepat, salah satunya dengan menggunakan metode peningkatan memori (Suyanto dan Hisyam, 2000).

Salah satu metode peningkatan memori yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan humor. Penggunaan humor dalam proses belajar dan mengajar dapat memberikan pengembangan yang sangat berarti bagi dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan memori. Pada penelitian ini humor disajikan dalam bentuk tayangan humor.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Penelitian ini dilakukan pada 30 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan randomized matched two group design. Metode analisis data yang digunakan adalah paired samples t test karena setiap subjek penelitian terlebih dahulu dipasangkan sesuai dengan kapasitas kemampuan memori mereka.

Hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori secara signifikan. Nilai signifikansi uji t diperoleh sebesar 0,000 dan nilai t diperoleh sebesar 5,045 dengan nilai t tabel untuk derajat bebas 14 adalah sebesar 2,14. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel membuktikan bahwa ada pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori.

Kata kunci: memori, humor, tayangan humor

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Peningkatan Memori pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari banyak pihak maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof. dr. Chairul Yoel. Sp. A(K) selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Desvi Yanti Mukhtar, M.Si.,psikolog selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

3. Filia Dina Anggraeni, M.Pd., Rr. Lita Hadiati, S.Psi.,psikolog, Fastirola M.Psi., psikolog, Sri Supriyantini, M.Si.,psikolog, dan Tarmidi, M.Psi.,psikolog yang telah memberikan saran dalam penyusunan proposal penelitian ini.

4. Lili Garliah, M.Si.,psikolog dan Etti Rahmawati, M.Si. yang telah membimbing saya dalam penyusunan metode penelitian eksperimen ini.

5. Rika Eliana M.Si.,psikolog selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya.

6. Orang tua dan saudara yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan kepada saya.

7. Sahabat-sahabat (Maria, Yoland, Nita, Icha, Elsa, Ika, Ezra, Nova, Nani, Yulinda, Anggi, Afni, Ela, Yani, Yessy, Novi, Vera, Almh. Nur Anzelima, Mega, dan lain-lain) yang telah menemani hari-hari saya di Fakultas Psikologi.

8. Para subjek penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Semua sahabat dan pihak yang telah terlibat dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih buat dukungan dan bantuannya.

Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Medan, Maret 2009 Penulis

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Perbedaan tahap memori

18 Tabel 2 Rancangan penelitian

40 Tabel 3 Skor mentah dan skor standar

43 Tabel 4 Gambaran subjek penelitian berdasarkan kapasitas kemampuan memori yang diperoleh melalui hasil tes inteligensi

51 Tabel 5 Norma dalam pengkategorisasian

52 Tabel 6 Gambaran subjek penelitian berdasarkan kategorisasi kemampuan Memori

53 Tabel 7 One sample kolmogorov smirnov

54 Tabel 8 Levene test

55 Tabel 9 Deskripsi nilai rata-rata hasil tes ingatan

56 Tabel 10 Uji t

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Tahapan memori

15 Gambar 2 Kerangka penelitian 33

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Subjek Penelitian

73 Lampiran 2 Data Kelompok Kontrol

74 Lampiran 3 Data Kelompok Eksperimen

75 Lampiran 4 Data Berpasangan

76 Lampiran 5 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

77 Lampiran 6 Uji Normalitas Kelompok Kontrol 78 Lampiran 7 Uji Homogenitas

79 Lampiran 8 Uji t

80 Lampiran 9 Prosedur Penelitian

81

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Individu hidup di dunia yang penuh dengan informasi yang terdiri dari pemandangan, suara, bau, dan rasa yang mengelilinginya setiap waktu. Informasi masuk ke dalam pikiran melalui alat indra dan sebagian besar dari informasi yang masuk dengan segera dibuang tanpa disadari oleh individu. Sedangkan beberapa informasi disimpan di dalam memori untuk beberapa saat dan kemudian dilupakan Individu hidup di dunia yang penuh dengan informasi yang terdiri dari pemandangan, suara, bau, dan rasa yang mengelilinginya setiap waktu. Informasi masuk ke dalam pikiran melalui alat indra dan sebagian besar dari informasi yang masuk dengan segera dibuang tanpa disadari oleh individu. Sedangkan beberapa informasi disimpan di dalam memori untuk beberapa saat dan kemudian dilupakan

Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kata-kata yang diucapkan serta semua peristiwa dan aktivitas yang terjadi sepanjang kehidupan individu merupakan fungsi dari memori. Tanpa adanya memori, proses kehidupan manusia tidak akan berlangsung. Memori atau yang biasa disebut dengan kemampuan mengingat merupakan suatu hal yang fenomenal karena memori manusia mampu menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak terbatas. Selain itu, memori juga dianggap sebagai sumber pengetahuan karena semua materi tersimpan di dalam memori (Spear & Riccio, 1994). Tulving dan Craik (dalam Sternberg, 2006) mendefinisikan memori sebagai tempat di mana individu menyimpan dan mengingat kembali pengalaman masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk kebutuhan di masa sekarang.

Kehidupan individu selalu diwarnai oleh proses belajar dan proses belajar tersebut tidak akan dapat berlangsung tanpa adanya memori. Jika individu tidak dapat mengingat pengalaman yang terjadi dalam kehidupannya maka individu tidak akan dapat melakukan proses belajar. Bahkan dalam melakukan komunikasi sosial individu juga menggunakan memori karena kata-kata yang digunakan dalam komunikasi tersimpan di dalam memori. Higbee (2003) menyatakan bahwa semua proses belajar tidak akan ada hasilnya jika individu tidak dapat mengingat. Passer dan Smith (2007) mendefinisikan belajar sebagai proses yang dilakukan untuk mengenali informasi-informasi baru, sementara memori bertugas untuk mempertahankan dan memanggil kembali informasi-informasi tersebut. Ada Kehidupan individu selalu diwarnai oleh proses belajar dan proses belajar tersebut tidak akan dapat berlangsung tanpa adanya memori. Jika individu tidak dapat mengingat pengalaman yang terjadi dalam kehidupannya maka individu tidak akan dapat melakukan proses belajar. Bahkan dalam melakukan komunikasi sosial individu juga menggunakan memori karena kata-kata yang digunakan dalam komunikasi tersimpan di dalam memori. Higbee (2003) menyatakan bahwa semua proses belajar tidak akan ada hasilnya jika individu tidak dapat mengingat. Passer dan Smith (2007) mendefinisikan belajar sebagai proses yang dilakukan untuk mengenali informasi-informasi baru, sementara memori bertugas untuk mempertahankan dan memanggil kembali informasi-informasi tersebut. Ada

Individu sebenarnya telah menggunakan memori ketika masih bayi namun bayi belum dapat mengingat peristiwa-peristiwa dalam hidupnya karena memori pada bayi belum seefektif memori pada orang dewasa (Spear & Riccio, 1994). Piaget (dalam Papalia, 2004) menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada awal kehidupan tidak dapat disimpan secara efektif di dalam memori karena perkembangan struktur otak yang belum sempurna. Struktur otak akan semakin berkembang seiring bertambahnya usia individu.

Memori berkaitan erat dengan ketidakmampuan untuk memanggil kembali informasi yang telah dipelajari atau yang biasa disebut dengan lupa. Lupa tentu saja pernah dan bahkan sering dialami oleh individu, tidak terkecuali pada mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan Graff (dalam Hunt & Ellis, 2004) membuktikan bahwa pada tugas-tugas yang memerlukan memori eksplisit partisipan yang berusia belasan hingga dua puluhan memiliki kemampuan memori yang lebih baik. Sementara pada tugas-tugas yang memerlukan memori implisit tidak ada perubahan dalam rentang kehidupan. Mahasiswa berada pada rentang usia subjek penelitian yang dilakukan oleh Graff. Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Hopkins (dalam Maryam, 2008) ditemukan bahwa 83 % responden menyatakan sering lupa dengan nama seseorang, 60 % responden sering lupa tempat ia meletakkan sesuatu,

53 % responden sering lupa kata-kata, 49 % responden sering lupa tentang perkataan 53 % responden sering lupa kata-kata, 49 % responden sering lupa tentang perkataan

Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lupa. Lupa dapat terjadi karena adanya informasi baru yang mengganggu informasi yang telah ada di dalam memori. Selain itu, faktor waktu juga dapat menyebabkan individu menjadi lupa (Lahey, 2003; Peterson & Peterson dalam Reed, 2004).

Mahasiswa merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pengembangan negara dan para mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam proses belajar daripada siswa-siswa menengah atas. Mahasiswa mengalami masa transisi yang mana mereka dihadapkan pada suatu lingkungan pendidikan baru yang sangat jauh berbeda dengan dengan lingkungan sebelumnya. Lingkungan baru yang harus dihadapi mahasiswa menawarkan kesempatan untuk mengasah kemampuan, menggunakan asumsi, dan menggunakan cara pandang baru terhadap dunia. Selain itu, perubahan dalam hal kurikulum juga membuat mahasiswa harus menggunakan cara berpikir yang baru. Zaman yang penuh dengan teknologi dan informasi juga memaksa mahasiswa untuk menguasai informasi sebanyak-banyaknya sehingga nantinya akan dapat berguna dalam pengembangan negara. Penguasaan informasi berkaitan dengan memori. Hal ini menyebabkan mahasiswa harus dapat Mahasiswa merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pengembangan negara dan para mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam proses belajar daripada siswa-siswa menengah atas. Mahasiswa mengalami masa transisi yang mana mereka dihadapkan pada suatu lingkungan pendidikan baru yang sangat jauh berbeda dengan dengan lingkungan sebelumnya. Lingkungan baru yang harus dihadapi mahasiswa menawarkan kesempatan untuk mengasah kemampuan, menggunakan asumsi, dan menggunakan cara pandang baru terhadap dunia. Selain itu, perubahan dalam hal kurikulum juga membuat mahasiswa harus menggunakan cara berpikir yang baru. Zaman yang penuh dengan teknologi dan informasi juga memaksa mahasiswa untuk menguasai informasi sebanyak-banyaknya sehingga nantinya akan dapat berguna dalam pengembangan negara. Penguasaan informasi berkaitan dengan memori. Hal ini menyebabkan mahasiswa harus dapat

Peningkatan memori tentu saja merupakan hal yang sangat vital, khususnya dalam dunia pendidikan. Individu harus dapat memasukkan informasi yang berguna ke dalam pikiran sehingga nantinya dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah tersimpan jika individu tersebut membutuhkannya (Djiwandono, 2002). Pada saat ujian khususnya, individu harus dapat mengingat kembali materi-materi yang telah dipelajari. Kenyataannya, memori sering kali dapat bekerja dengan lancar dalam situasi-situasi yang tidak resmi namun dalam ujian hanya kadangkala saja memori dapat menunjukkan hasil yang baik. Beberapa pelajar khususnya mahasiswa juga mengalami berbagai hambatan selama proses belajar terutama pada saat menghadapi ujian. Mereka merasa takut, tegang, dan bingung selama berminggu- minggu atau hari-hari menjelang ujian berlangsung. Saat pertama kali menghadapi kertas ujian, kegugupan sangat dirasakan di mana mereka akan membaca dengan cepat dan kemudian mengulanginya kembali untuk menemukan jawaban dari masalah yang ditanyakan. Beberapa dari mereka ada yang menghabiskan lima belas sampai tiga puluh menit dari satu jam ujian untuk menulis catatan-catatan acak, menggaruk kepala, mengerutkan dahi, dan berusaha mengingat semua yang mereka ketahui. Mereka merasa frustasi karena tidak mampu memanggil kembali pengetahuan dan informasi yang telah mereka miliki (Buzan, 2002). Maka untuk itu perlu adanya metode-metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memori agar pemrosesan informasi berjalan dengan efektif dan pengetahuan yang telah tersimpan dapat dengan mudah kembali diingat .

Salah satu metode peningkatan memori yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan humor. Penggunaan humor dalam proses belajar dan mengajar dapat memberikan pengembangan yang sangat berarti bagi dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa penggunaan humor dapat meningkatkan memori. Penelitian yang dilakukan oleh Cossairt dan Jacobs (1998) menyatakan bahwa penggunaan humor di dalam ruangan kelas dianggap sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi para tenaga pengajar. Humor memberikan efek yang positif pada program pendidikan karena dapat memicu dan menstimulasi memori, kreativitas, motivasi, menurunkan stres, meningkatkan komunikasi, mengarahkan perhatian, membuka pikiran yang tertutup, meningkatkan pemahaman, meningkatkan harga diri, membantu mengingat materi-materi yang telah dipelajari, dan memberikan energi bagi tenaga pengajar dan anak didik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas Marquette Wisconsin, mereka menyatakan bahwa menonton tayangan humor dapat meningkatkan memori karena humor dapat menimbulkan arousal yang berdampak terhadap peningkatan memori (dalam Smith, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Sabato dan Gruner (dalam Sabato, 1985) mengemukakan bahwa penggunaan humor dapat meningkatkan perhatian dan tingkat ketertarikan seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan mengingat. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, Powless dan Nielson (dalam Smith, 2004) menyatakan bahwa stimulus positif seperti humor dapat memicu memori dan meningkatkan kemampuan untuk memanggil kembali informasi.

Carlson (2001) juga menemukan efek yang sangat besar dalam memori ketika menerapkan humor saat proses belajar mengajar di dalam ruangan kelasnya.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, fenomena tentang dampak humor terhadap memori dalam dunia pendidikan juga dirasakan oleh beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

“Aku biasanya sebelum belajar untuk ujian baca komik atau nonton film-film yang lucu dulu baru belajar. Rasanya lebih cepat aja nangkapnya kalau baca komik atau nonton yang lucu itu. Jadi belajarnya lebih enak dan lebih cepet. Namanya juga mahasiswa, pasti maunya ingatannya itu kuat jadi ga gampang lupa, apalagi kalau ujian.”

K. T. Purba (Komunikasi personal, 3 November 2008)

“Iya, kalau lagi nonton film lucu, pasti yang lucu-lucu lebih mudah untuk diingat. Terus kejadian sehari-hari yang lucu juga pasti selalu diingat. Kalau dosen yang ngajar pake lawak-lawak gitu jadi lebih gampang untuk diingat, apalagi kalau dijadikan perumpaan gitu. Ada materi yang diumpamakan dengan hal-hal lucu, pasti lebih mudah diingat. Kalau soal slide yang lucu-lucu udah pasti lebih enak dilihat dan biasanya isi slidenya juga jadi lebih diperhatikan dan gampang diingat. Kalau udah siap nonton kayaknya lebih enak aja, lebih masuk kalau masuk belajar. Maunya si dosen-dosen kalo ngajar juga ya slidenya dibuat lucu-lucu, pake animasi yang lucu pasti lebih enak suasananya dan kayak yang tadi kubilang, lebih gampang diingat. Psikologi kan banyak kali hapalan terus pake bahasa Inggris lagi jadi makin susah belajarnya. Menurut aku sih perlulah ya cara-cara untuk meningkatkan memori jadi kalau belajar ga cepet lupanya. Jadi beban belajar bisa agak berkurang gitu”.

E. Sitanggang (Komunikasi personal, 5 November 2008)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori, salah satunya adalah emosi. Emosi merupakan reaksi terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologis dan tingkah laku. Banyak individu yang tidak menyadari bahwa emosi seringkali memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Selain itu Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori, salah satunya adalah emosi. Emosi merupakan reaksi terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologis dan tingkah laku. Banyak individu yang tidak menyadari bahwa emosi seringkali memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Selain itu

Hal-hal yang membangkitkan emosi dapat menstimulasi keluarnya hormon yang akan meningkatkan kadar glukosa pada otak. Peningkatan kadar glukosa pada otak akan berdampak pada peningkatan memori (Clayton dalam Rathus, 2005; Sternberg, 2006). Powless dan Nielson (2004) menyatakan bahwa emosi positif dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak pada pemanggilan informasi. Sementara itu, emosi negatif akan merangsang pengeluaran hormon stres kortisol yang akan menghambat fungsi hipocampus yang sangat berperan dalam pembentukan memori (Nadel dkk. dalam Lahey 2003). Pada proses pembelajaran tentu saja fokus utamanya adalah pada emosi positif karena selain dapat memicu arousal, keadaan emosi yang positif juga menimbulkan mood yang positif yang mana mood berperan penting dalam proses pemahaman (Hunt & Ellis, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellis (dalam Hunt & Ellis, 2004) menemukan bahwa siswa-siswa yang sedang bersedih (mood negatif) melakukan banyak kesalahan dalam mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung kontradiksi. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman mereka terhadap suatu masalah menjadi terganggu akibat mood yang negatif. Terganggunya pemahaman individu terhadap suatu hal akan mengakibatkan tidak efektifnya kemampuan individu dalam mengingat. Salah satu hal yang dapat Hal-hal yang membangkitkan emosi dapat menstimulasi keluarnya hormon yang akan meningkatkan kadar glukosa pada otak. Peningkatan kadar glukosa pada otak akan berdampak pada peningkatan memori (Clayton dalam Rathus, 2005; Sternberg, 2006). Powless dan Nielson (2004) menyatakan bahwa emosi positif dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak pada pemanggilan informasi. Sementara itu, emosi negatif akan merangsang pengeluaran hormon stres kortisol yang akan menghambat fungsi hipocampus yang sangat berperan dalam pembentukan memori (Nadel dkk. dalam Lahey 2003). Pada proses pembelajaran tentu saja fokus utamanya adalah pada emosi positif karena selain dapat memicu arousal, keadaan emosi yang positif juga menimbulkan mood yang positif yang mana mood berperan penting dalam proses pemahaman (Hunt & Ellis, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellis (dalam Hunt & Ellis, 2004) menemukan bahwa siswa-siswa yang sedang bersedih (mood negatif) melakukan banyak kesalahan dalam mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung kontradiksi. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman mereka terhadap suatu masalah menjadi terganggu akibat mood yang negatif. Terganggunya pemahaman individu terhadap suatu hal akan mengakibatkan tidak efektifnya kemampuan individu dalam mengingat. Salah satu hal yang dapat

Secara sederhana humor merupakan sesuatu hal yang lucu dan dapat membuat individu tertawa dan merasa senang. Saper (dalam Franzini, 2001) mengartikan humor sebagai aspek kognitif, afektif, dan estetik pada individu, stimulus, ataupun peristiwa yang dapat membangkitkan rasa senang dan respon seperti tertawa ataupun tersenyum.

Humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tayangan visual dan termasuk dalam kategori cerita ringkas. Menurut Ross (1999), humor yang dihadirkan secara visual memiliki efek yang lebih kuat namun bukan berarti humor dalam bentuk lainnya tidak memiliki pengaruh. Tayangan humor yang merupakan input sensori akan masuk ke dalam talamus yang berfungsi untuk mengirimkan input sensori menuju serebral korteks. Pada saat ini emosi sebenarnya telah aktif namun belum ada proses kognitif sehingga individu tidak menyadarinya. Impuls sensori masuk ke dalam serebral korteks yang berfungsi untuk menerima dan memroses input sensori dan proses kognitif lainnya. Serebral korteks berhubungan dengan hipotalamus, amygdala, dan hipocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Pada saat ini emosi yang aktif telah disadari karena telah melalui proses kognitif. Tayangan humor akan membangkitkan pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi positif akan menstimulasi hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin yang Humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tayangan visual dan termasuk dalam kategori cerita ringkas. Menurut Ross (1999), humor yang dihadirkan secara visual memiliki efek yang lebih kuat namun bukan berarti humor dalam bentuk lainnya tidak memiliki pengaruh. Tayangan humor yang merupakan input sensori akan masuk ke dalam talamus yang berfungsi untuk mengirimkan input sensori menuju serebral korteks. Pada saat ini emosi sebenarnya telah aktif namun belum ada proses kognitif sehingga individu tidak menyadarinya. Impuls sensori masuk ke dalam serebral korteks yang berfungsi untuk menerima dan memroses input sensori dan proses kognitif lainnya. Serebral korteks berhubungan dengan hipotalamus, amygdala, dan hipocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Pada saat ini emosi yang aktif telah disadari karena telah melalui proses kognitif. Tayangan humor akan membangkitkan pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi positif akan menstimulasi hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin yang

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengganggap penting untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Penelitian ekperimen ini menggunakan dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa menonton tayangan humor sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan berupa menonton tayangan humor. Tayangan humor dalam penelitian ini hanya akan disajikan satu kali saja. Setelah kelompok pertama selesai menonton tayangan humor maka kemampuan mengingat mereka akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran kemampuan mengingat pada kelompok kedua.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah tayangan humor berpengaruh terhadap peningkatan memori ”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a) Memberikan informasi tentang pengaruh tayangan humor terhadap peningkatan memori.

b) Memberikan informasi agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengenali strategi belajar dan mengingat yang tepat.

c) Memberikan informasi kepada para tenaga pengajar agar dapat menerapkan cara- cara pembelajaran yang tepat.

d) Subjek penelitian dapat mengetahui tingkat kemampuan mengingat (memori) mereka sehingga dapat menjadi dasar untuk pengembangan kemampuan mengingat.

e) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan memori ataupun tayangan humor.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : Bab I

: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoretis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori- teori yang berhubungan dengan memori dan humor.

Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, rancangan penelitian, teknik kontrol, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang uraian singkat hasil penelitian dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran yang meliputi saran praktis dan metodologis.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Memori

1. Definisi memori

Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa memori merupakan suatu proses yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman. Memori bersifat sangat kompleks dan dinamis. Matlin (2005) mendefinisikan memori sebagai proses untuk mempertahankan informasi.

Menurut Bjorklund (dalam Sternberg, 2006), memori merupakan mekanisme dinamis yang dikaitkan dengan proses penyimpanan dan mengingat kembali informasi tentang masa lalu. Memori adalah pengalaman mental yang dapat dipercaya untuk menggambarkan pengalaman masa lalu seseorang (Johnson dalam Sternberg, 2006).

Morris dan Maisto (2005) menyatakan bahwa memori adalah kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan dialami oleh individu. Hunt dan Ellis (2004) mengemukakan bahwa memori adalah fungsi intelektual manusia yang meliputi proses persepsi dan penalaran.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa memori adalah kemampuan mengingat yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi ataupun pengalaman masa lalu yang akan digunakan untuk kebutuhan di masa sekarang.

2. Pemrosesan informasi dalam memori

Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori, yaitu:

a) encoding

Rathus (2005) mengemukakan bahwa informasi dari dunia luar akan ditangkap oleh alat indera dalam bentuk stimulus fisik dan kimiawi. Tahap pertama dalam pemrosesan informasi adalah encoding. Encoding merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi sehingga individu dapat menempatkannya di dalam memori. Individu mengubah informasi ke dalam bentuk psikologis yang dapat diterima mental. Biasanya kode yang digunakan adalah kode semantik, visual, dan akustik. Kode semantik didasarkan pada makna dan merupakan kode yang dominan di dalam memori jangka panjang (long term memory). Kode akustik didasarkan pada bahasa dan merupakan kode memori yang dominan dalam memori jangka pendek (short term memory). Materi yang ada di dalam kode akustik biasanya terdiri dari urutan huruf, angka, ataupun kata-kata yang tidak bermakna. Sementara kode visual diwakili oleh gambar.

b) penyimpanan (storage) Pemrosesan yang kedua adalah penyimpanan yang berfungsi untuk mempertahankan informasi(Rathus, 2005).

c) pemanggilan (retrieval) Pemrosesan yang ketiga adalah pemanggilan. Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa pemanggilan adalah proses mengakses kembali informasi yang telah disimpan. Menurut Hunt dan Ellis (2004) proses pemanggilan ada dua, yaitu: recall dan recognition.

Ada beberapa proses yang dapat dilakukan untuk mengirim informasi menuju ke memori jangka panjang (Atkinson & Shiffrin dalam Reed, 2004), yaitu:

a) Pengulangan (rehearsal) merupakan proses untuk mengulang informasi.

b) Coding merupakan usaha yang dilakukan agar informasi dapat diingat dengan mudah dan sesuai dengan konteks.

c) Kemampuan membayangkan (imaging) merupakan pembentukan karakter visual untuk memudahkan proses mengingat.

Ada beberapa bagian otak yang berperan dalam pemrosesan informasi pada memori, di antaranya adalah talamus, sistem limbik, dan cerebrum. Bagian otak tersebut terletak pada bagian otak depan.

Talamus berada di dekat tengah otak dan berfungsi untuk menyampaikan informasi sensori menuju korteks. Selain itu, talamus juga berperan dalam perhatian dan pada saat tidur. Misalnya, talamus menyampaikan informasi sensori dari mata menuju daerah visual pada serebral korteks (Rathus, 2005).

Rathus (2005) mengemukakan bahwa sistem limbik merupakan sejumlah struktur yang berfungsi untuk mengatur memori, motivasi, dan emosi. Sistem limbik berada di dekat cerebrum. Ada tiga bagian, yaitu amygdala, hipocampus, dan beberapa bagian dari hipotalamus. Amygdala terletak di bagian bawah dari sistem limbik dan berbentuk seperti dua buah kenari kecil. Amygdala berfungsi untuk mengatur emosi, proses belajar, dan memori. Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa hipocampus dan amygdala sangat berhubungan. Amygdala bertugas untuk membentuk pengalaman emosional sementara hipocampus bertugas untuk membentuk memori akibat dari pengalaman emosional. Tanpa amygdala, hipocampus tidak akan berguna.

Rathus (2005) menyatakan bahwa cerebrum berukuran cukup besar dan berfungsi untuk mengatur proses berpikir dan bahasa. Bagian permukaan cerebrum Rathus (2005) menyatakan bahwa cerebrum berukuran cukup besar dan berfungsi untuk mengatur proses berpikir dan bahasa. Bagian permukaan cerebrum

3. Tahapan memori

Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2006) memperkenalkan model tradisional dari memori yang terdiri dari tiga tahap, yaitu sensory register, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.

Tahapan Memori

Sensory

Memori jangka register

Memori jangka

pendek

panjang

Input dari

coding permanen)

Gambar 1. Model Tahapan Memori dari Atkinson dan Shiffrin

Sensory register merupakan tahap pertama dari memori yang berfungsi untuk menangkap semua pengalaman sensori (berupa visual, auditori, dan sentuhan) hingga akhirnya diproses. Proses encoding pada sensory register berlangsung pada saat informasi diubah dalam bentuk impuls-impuls yang dapat diproses otak. Pada proses Sensory register merupakan tahap pertama dari memori yang berfungsi untuk menangkap semua pengalaman sensori (berupa visual, auditori, dan sentuhan) hingga akhirnya diproses. Proses encoding pada sensory register berlangsung pada saat informasi diubah dalam bentuk impuls-impuls yang dapat diproses otak. Pada proses

Sejumlah informasi yang telah diseleksi dari sensory register akan dikirim ke tahap selanjutnya, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek merupakan tempat penyimpanan sementara bagi informasi. Pada umumnya, dengan memberi perhatian yang cukup terhadap informasi maka informasi tersebut akan segera dikirim ke memori jangka pendek. Proses encoding pada memori jangka pendek terjadi saat informasi dari sensory register diubah ke dalam bentuk yang dapat diproses lebih lanjut (Lahey, 2003). Menurut Lahey (2003), coding merupakan bentuk informasi yang disimpan dalam memori. Coding yang dominan di dalam memori jangka pendek adalah kode akustik.

Informasi yang ada di dalam memori jangka pendek akan segera hilang jika tidak segera dilakukan pengulangan (Reed, 2004). Ada empat teori yang dapat menjelaskan tentang lupa, yaitu:

a) Interference theory Interference theory menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya informasi yang mengganggu informasi yang telah ada di dalam memori (Peterson & Peterson dalam Reed, 2004). Biasanya karena informasi yang lain tersebut mirip dengan informasi yang diingat oleh individu (Lahey, 2003). Wickens dkk. (dalam Lahey, 2003) menyatakan ada dua hal yang berhubungan dengan teori ini, yaitu proactive dan retroactive interference. Proactive interference adalah gangguan yang terjadi akibat memori yang telah ada sebelumnya. Sementara retroactive interference adalah gangguan yang terjadi akibat memori yang baru saja masuk.

Gangguan ini tidak hanya terjadi pada memori jangka panjang tetapi juga pada memori jangka pendek.

b) Decay Theory Decay theory menyatakan bahwa memori yang tidak digunakan akan berangsur- angsur hilang seiring berjalannya waktu (Lahey, 2003). Teori ini ditentang oleh

beberapa psikolog dengan menyatakan bahwa lupa yang disebabkan oleh waktu hanya terjadi pada sensory register dan memori jangka pendek sementara informasi dalam memori jangka panjang bersifat permanen (White dalam Lahey, 2003).

c) Reconstruction (Schema) Theory Reconstruction (schema) theory adalah teori yang menyatakan bahwa informasi yang ada di dalam memori jangka panjang kadang-kadang berubah menjadi lebih konsisten dengan kepercayaan, pengetahuan, dan pengharapan individu (Bartlett dalam Lahey, 2003). Skema adalah jaringan-jaringan yang terdiri dari kepercayaan, pengetahuan, dan pengharapan seseorang.

d) Motivated Forgetting atau represi Motivated forgetting menjelaskan bahwa seseorang berusaha melupakan informasi yang menyedihkan dan mengancam dirinya (Freud dalam Lahey, 2003).

Galotti (2004) mengemukakan model kerja dari memori jangka pendek yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a) Phonological loop yang berfungsi untuk mempertahankan dan memanipulasi informasi bahasa. Phonological loop terdiri dari dua komponen, yaitu a) Phonological loop yang berfungsi untuk mempertahankan dan memanipulasi informasi bahasa. Phonological loop terdiri dari dua komponen, yaitu

b) Visuospatial sketchpad yang berfungsi untuk mempertahankan dan memanipulasi informasi visual dan spasial.

c) Central executive yang berfungsi untuk memilih informasi yang akan diproses dan menggabungkan informasi. Memori jangka panjang merupakan tahap ketiga dari memori yang meliputi proses penyimpanan informasi dalam waktu yang lama (Lahey, 2003). Informasi yang dapat disimpan di dalam memori jangka panjang tidak terbatas jumlahnya (Goldman & Rakic dalam Rathus, 2005). Memori jangka panjang disebut juga sebagai perpustakaan bagi manusia. Informasi yang ada harus diorganisasikan agar memudahkan proses pencarian, yaitu dengan menggunakan indeks. Proses encoding pada memori jangka panjang terjadi pada saat informasi dari memori jangka pendek diubah dalam bentuk makna. Informasi yang telah dipanggil dari memori jangka panjang akan masuk kembali ke memori jangka pendek dan muncullah respon (Lahey, 2003; Passer & Smith, 2007).

Tulving (dalam Lahey, 2003) mengemukakan tiga jenis memori jangka panjang, yaitu:

a) Memori prosedural merupakan memori yang berkaitan dengan keahlian dan prosedur. Contoh, cara mengendarai sepeda, bermain gitar, dll.

b) Memori semantik merupakan memori yang berkaitan dengan makna dan tidak berhubungan dengan waktu dan tempat. Contoh, ketika seseorang ingin mengetahui makna dari kedamaian.

c) Memori episodik merupakan memori yang berkaitan dengan pengalaman dan berhubungan dengan waktu dan tempat. Contoh, ketika seseorang berusaha mengingat kapan dan di mana ia pertama kali mendapatkan gitarnya.

Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori prosedural dan semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori episodik. Hal ini terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori episodik) telah dilupakan sejak di dalam memori jangka pendek (Lahey, 2003). Selain itu, Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa di dalam memori jangka panjang juga terdapat memori implisit dan eksplisit. Memori eksplisit terjadi saat individu harus mengingat informasi- informasi spesifik dan proses pemanggilan informasi dilakukan individu dengan sadar (Sternberg & Wagner, 1999). Memori implisit adalah memori yang berkaitan dengan bagaimana cara melakukan sesuatu dan proses pemanggilan informasi dilakukan dengan tidak sadar. Contoh, individu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa namun individu tidak sadar telah melakukan proses pemanggilan informasi tentang kata-kata yang digunakan (Sternberg & Wagner, 1999).

Tabel 1. Perbedaan Tahap Memori

Memori jangka Fitur

Memori jangka

Sensory Register

panjang Masuknya

pendek

Pengulangan informasi

Sebelum adanya Membutuhkan

perhatian

perhatian

Memberi lebih Menyusun mempertahankan

Cara

Tidak mungkin

banyak perhatian informasi dengan informasi

dan pengulangan tepat Bentuk informasi Bentuk nyata Akustik, visual, Berdasarkan

makna Kapasitas

dari input

dan makna

Tidak terbatas Penyebab lupa

Besar

Kecil

Faktor waktu

Faktor waktu dan Informasi tidak adanya

akan pernah

pergantian

hilang. Lupa

informasi

disebabkan karena ketidakmampuan memanggil informasi dengan sempurna

Menit – tahunan Pemanggilan

Durasi

¼ - 2 detik

Sampai 30 detik

Secara otomatis

Melalui proses pencarian

Sumber : Reading in Cognitive Psychology

4. Tes ingatan

Ada dua jenis alat tes yang dapat mengukur tingkat memori, yaitu:

a) Tes ingatan langsung Tes ingatan langsung adalah tes yang membutuhkan memori episodik. Biasanya tes-tes yang menuntut recall dan recognition (Buyer, 2004). Menurut Sternberg (2006) dalam recall, individu mengingat fakta, kata-kata, ataupun aitem lainnya dari memori. Contohnya adalah tes mengisi titik-titik (fill-in-the-blank). Sedangkan dalam recognition, individu memilih ataupun mengidentifikasi

apakah sebuah aitem telah dipelajari. Contohnya adalah tes pilihan berganda dan benar-salah. Memori individu dalam tugas recognition biasanya lebih baik dibandingkan dengan recall karena tugas yang berkaitan dengan recall membutuhkan level yang lebih tinggi dibandingkan recognition. Salah satu tes ingatan langsung yang dapat digunakan adalah tes Intelligenz Strukture Test (IST) yang dikembangkan di Jerman, khususnya pada subtes Merk Aufgaben (ME). IST dalam versi Indonesia merupakan bentuk adaptasi dari tes asli dan sudah distandarisasi. Tes IST terdiri dari sembilan subtes, yaitu SE, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU, dan ME. Subtes Satzerganzung (SE) mengukur masalah pembentukan keputusan, akal sehat, suatu penilaian yang mendekati realitas, dan untuk menggali apakah seseorang dapat berpikir secara mandiri. Subtes Wortauswahl (WA) mengukur daya pikir verbal yang integratif, dapat memahami isi dari suatu pengertian, dan suatu kemampuan untuk menghayati masalah bahasa. Subtes Analogien (AN) mengukur kemampuan mengkombinasi yang dapat menunjukkan fleksibilitas, pemahaman, dan kedalaman dalam berpikir. Subtes Gemeinsamkeiten (GE) mengukur kemampuan abstraksi, yaitu pengertian kemampuan untuk menyatakan pengertian di dalam bahasa. Subtes Rechen Aufgaben (RA) mengukur daya pikir praktis dalam berhitung. Subtes Zahlen Reihen (ZR) mengukur daya pikir induktif yang menggunakan bilangan-bilangan. Subtes Form Auswahl (FA) mengukur kemampuan membayangkan, kekayaan untuk membayangkan, dan suatu cara untuk berpikir secara keseluruhan secara konkrit. Subtes Wurfel Aufgaben (WA) mengukur kemampuan membayangkan ruang, komponen-komponen konstruktif-teknis, dan momen analitis. Subtes apakah sebuah aitem telah dipelajari. Contohnya adalah tes pilihan berganda dan benar-salah. Memori individu dalam tugas recognition biasanya lebih baik dibandingkan dengan recall karena tugas yang berkaitan dengan recall membutuhkan level yang lebih tinggi dibandingkan recognition. Salah satu tes ingatan langsung yang dapat digunakan adalah tes Intelligenz Strukture Test (IST) yang dikembangkan di Jerman, khususnya pada subtes Merk Aufgaben (ME). IST dalam versi Indonesia merupakan bentuk adaptasi dari tes asli dan sudah distandarisasi. Tes IST terdiri dari sembilan subtes, yaitu SE, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU, dan ME. Subtes Satzerganzung (SE) mengukur masalah pembentukan keputusan, akal sehat, suatu penilaian yang mendekati realitas, dan untuk menggali apakah seseorang dapat berpikir secara mandiri. Subtes Wortauswahl (WA) mengukur daya pikir verbal yang integratif, dapat memahami isi dari suatu pengertian, dan suatu kemampuan untuk menghayati masalah bahasa. Subtes Analogien (AN) mengukur kemampuan mengkombinasi yang dapat menunjukkan fleksibilitas, pemahaman, dan kedalaman dalam berpikir. Subtes Gemeinsamkeiten (GE) mengukur kemampuan abstraksi, yaitu pengertian kemampuan untuk menyatakan pengertian di dalam bahasa. Subtes Rechen Aufgaben (RA) mengukur daya pikir praktis dalam berhitung. Subtes Zahlen Reihen (ZR) mengukur daya pikir induktif yang menggunakan bilangan-bilangan. Subtes Form Auswahl (FA) mengukur kemampuan membayangkan, kekayaan untuk membayangkan, dan suatu cara untuk berpikir secara keseluruhan secara konkrit. Subtes Wurfel Aufgaben (WA) mengukur kemampuan membayangkan ruang, komponen-komponen konstruktif-teknis, dan momen analitis. Subtes

b) Tes ingatan tidak langsung Tes ingatan tidak langsung adalah tes yang membutuhkan memori semantik dan prosedural (Buyer, 2004). Contohnya adalah tes melengkapi kata.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi memori

Menurut Gunawan (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi memori, yaitu:

a) Informasi yang tidak relevan dan tidak penting Informasi yang tidak relevan dan tidak penting tidak akan mendapat perhatian dari individu.

b) Interfensi atau gangguan Jika ada gangguan pada saat individu ingin memasukkan informasi ke dalam memori maka informasi yang dimasukkan akan kacau. Contoh, kebisingan.

c) Tidak fokus Jika banyak informasi yang muncul pada saat kita ingin memasukkan suatu informasi ke dalam memori maka hal ini mengakibatkan perhatian terpecah.

d) Keadaan mental Keadaan mental yang mempengaruhi memori adalah emosi. Keadaan emosi akan mempengaruhi proses kognitif, seperti proses belajar dan memori (Hunt & Ellis, 2004). Ganong (1973) menyatakan bahwa emosi terdiri dari dua komponen, yaitu d) Keadaan mental Keadaan mental yang mempengaruhi memori adalah emosi. Keadaan emosi akan mempengaruhi proses kognitif, seperti proses belajar dan memori (Hunt & Ellis, 2004). Ganong (1973) menyatakan bahwa emosi terdiri dari dua komponen, yaitu

e) Fisik yang lelah Kondisi fisik yang lelah juga sangat berpengaruh terhadap daya serap informasi dan akan berpengaruh terhadap memori. Pikiran dan tubuh saling mempengaruhi, saat pikiran sedang kacau maka kondisi tubuh akan terpengaruh.

f) Pengaruh zat kimia tertentu Ada kebiasaan hidup yang kurang mendukung kerja otak, misalnya kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu, biasanya obat terlarang. Buzan (2003) menyatakan bahwa alkohol akan mempangaruhi memori jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan secara konsisten.

B. Humor

1. Definisi humor

Lippman dan Dunn (2000) menyatakan bahwa humor adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan rangsangan dan mengarahkan pada perasaan senang dan nyaman. Humor adalah sesuatu yang sangat berkaitan dengan respon tertawa (Provine, 2000).

Menurut Ross (1999), humor adalah sesuatu yang membuat orang tertawa ataupun tersenyum dan digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian. Richman (2000) berpendapat bahwa humor ialah sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan ketertarikan bagi banyak orang.

Taber dkk. (2007) menyatakan bahwa humor dapat dilihat dari beberapa cara, yaitu:

a) Sebagai stimulus, misalnya tayangan humor.

b) Sebagai respon, misalnya tersenyum.

c) Sebagai proses kognitif, misalnya pemahaman terhadap humor.

d) Sebagai karakter kepribadian, misalnya afek dan emosi positif yang dihasilkan oleh humor.

e) Sebagai intervensi terapeutik, misalnya terapi humor. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa humor ialah segala sesuatu (peristiwa, individu, ataupun stimulus-stimulus lainnya) yang dapat membangkitkan rasa senang.

2. Fungsi humor

Ada beberapa fungsi dari humor ditinjau dari beberapa bidang, yaitu:

a) Bidang medis

Humor berguna untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien-pasien yang mengidap penyakit mematikan (Kisner dalam Franzini, 2001).

b) Bidang fisiologis Humor dapat meningkatkan pengeluaran endorpin (Levinthal dalam Franzini, 2001). Selain itu, humor juga berperan penting dalam peningkatan aktivitas sel pembunuh (Bennet dalam Franzini, 2001).

c) Bidang sosial Humor merupakan stimulus sosial yang menyenangkan dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman (Ruch dkk. dalam Franzini, 2001).

d) Bidang psikologis Humor merupakan metode efektif untuk mengatur stres dan meningkatkan karakter kepribadian yang menarik (Buckan dkk. dalam Franzini, 2001).

3. Tipe-tipe humor

Ross (1999) mengemukakan beberapa tipe humor, yaitu:

a) Parodi Parodi ialah tiruan-tiruan yang bertujuan hanya sebagai hiburan belaka hingga yang bersifat menyindir. Parodi terdiri dari dua rentang, yaitu ironi (bersifat sindiran halus) hingga satire (bersifat sindiran yang lebih kasar).

b) Permainan kata atau makna ambigu

Permainan kata atau makna ambigu terdiri atas:

1) Fonologi, yaitu bunyi yang menyusun bahasa. Fonologi terbagi atas dua, yaitu homofon (kata yang pengucapannya sama namun berbeda dalam hal penulisan) dan homonim (kata yang memiliki pengucapan dan penulisan yang sama namun berbeda makna).

2) Grafologi merujuk pada bagaimana cara suatu bahasa ditampilkan secara visual. Beberapa humor lebih dapat dipahami jika dihadirkan secara visual dibandingkan jika didengar langsung.

3) Morfologi merujuk pada cara individu membentuk suatu kata.

4) Lexis merujuk pada kata-kata dalam bahasa Inggris yang diadaptasi dari bahasa lain.

5) Sintaks merujuk pada cara bagaimana suatu kalimat dibentuk sesuai dengan struktur bahasa agar memiliki makna.

c) Melanggar hal-hal yang dianggap tabu (taboo breaking) Melanggar hal-hal yang dianggap tabu merupakan tipe humor yang terlepas dari hal-hal yang dianggap suci ataupun dilarang. Hal ini tergantung pada budaya masyarakat. Humor ini meliputi seks, kematian, agama, dll.

d) Hal-hal yang dapat diobservasi (obversational) Tipe humor ini menggunakan hal-hal yang sepele yang mungkin sama sekali tidak menjadi pusat perhatian seseorang dan biasanya dialami oleh semua orang sehingga semua orang tanpa terkecuali menjadi bagian dari humor tersebut.

4. Teori humor

Ada beberapa teori humor yang sangat berpengaruh, yaitu:

a) Teori ketidaksesuaian (the incongruity theory) Teori ini fokus pada elemen keterkejutan (surprise). Humor muncul akibat adanya ketidaksesuaian pada apa yang diharapkan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ketidaksesuaian terjadi karena adanya makna ambigu dalam bahasa yang digunakan (Ross, 1999).

b) Teori kekuasaan (the superiority theory) Hobbes (dalam Ross, 1999) menyatakan bahwa tertawa merupakan kesenangan tiba-tiba yang dilakukan oleh orang yang melakukan penghinaan terhadap orang lain. Humor merupakan bentuk penghinaan terhadap orang lain untuk menunjukkan status dan kekuasaan mereka.

c) Teori pelepasan perasaan batin (the psychic release) Teori ini menjelaskan bahwa tertawa dipacu oleh rasa ingin melepaskan ancaman-ancaman dalam hidup, seperti ingin mengurangi rasa takut akan kematian (Jacobson dalam Ross, 1999).

5. Definisi tayangan humor

Thompson dan Bordwell (2003) mendefinisikan tayangan humor sebagai visualisasi yang dapat menimbulkan respon tertawa ataupun tersenyum. Tayangan humor dapat menampilkan gerak fisik ataupun permainan kata yang membuat seseorang merasa senang.

6. Jenis-jenis tayangan humor

Menurut Ross (1999) ada dua jenis tayangan humor, yaitu:

a) Komedi situasi (situation comedy) Komedi situasi merupakan tayangan yang didasarkan pada situasi dan karakter yang potensial untuk humor. Contoh, komedi situasi yang sangat terkenal adalah ”Friends”.

b) Cerita ringkas (television sketches) Cerita ringkas merupakan tayangan yang berisi cerita-cerita ringkas yang berbeda. Contoh, ”Prime Time”.

C. Mahasiswa Winkel (1997) menyatakan bahwa masa mahasiswa meliputi rentang usia dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang usia mahasiswa dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I s/d semester IV; dalam periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V s/d semester VIII.