Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

(1)

MEDIA LITERACY DAN TAYANGAN REALITY SHOW

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana llmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh:

JENG KARONA SITEPU 070904115

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Literacy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan media literacy para siswa SMP Santo Thomas 1 Medan dalam penggunaanya terhadap pemilihan tayangan reality show. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Media Literacy, Komunikasi Massa, dan Program Tayangan.

Penelitian ini menggunkan metode korelasional yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional Stratified Sampling yaitu teknik ini digunakan karena responden yang digunakan dalam penelitian in heterogen dengan karakteristik yang bervariasi. Populasi yang dijadikan sampel terdiri dari kelas VII dan VIII SMP Santo Thomas 1 Medan, dan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan kreteria-kreteria yang ditetapkan yaitu minimal telah menyaksikan tayangan reality show di Trans TV sebanyak 3 kali.

Hasil uji hipotesa yang telah diperoleh dengan menggunkan SPSS 15.0 menujukkan besarnya koefesien korelasi Rank Spearman yaitu besar nilai Rho lebih besar dari nol dan ini berarti Media Literacy berpengaruh terhadap pemilihan tayangan Termehek-Mehek Trans TV pada siswa smp santo thomas 1 medan dan hubungan ini memiliki hubungan yang cukup berarti. Ini berarti bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara media literacy dengan pemilihan tayangan Termehek-mehek di Trans TV pada siswa SMP Santo Thomas.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia dan kekuatan yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi yang berjudul “Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Literacy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)” ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterimakasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis, Sinarta Sitepu dan Endang Sunyani yang tidak pernah lelah memberikan semangat, do’a, dan dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga nilainya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara dengan hasil yang baik.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Drs. Fatwa Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Syafruddin Pohan Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Yovita Sabarina Sitepu S.Sos, M.Si selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama kuliah di Departemen Ilmu Komunikasi.

6. Bapak ibu dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama kuliah, serta seluruh staf Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros, yang telah banyak membantu penulis dalam segala urusan akademik.

7. Ibu Romasi Sinambela, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Santo Thomas 1 Medan yang telah memberikan izin penelitian untuk menyebarkan kuesioner sebagai bentuk kerjaasama dan dukungan kepada penulis.

8. Terimakasih khusus penulis persembahkan kepada adik-adik penulis, Yana Sintra Sitepu dan Laura Zetira Sitepu, semoga kita selalu menjadi anak yang berbakti pada orang tua yang selalu akur dan kompak.

9. Terimakasih kepada sahabat-sahabat terbaikku Yohana Yulianti Simbolon dan Ira Elviana Simbolon, semoga persahabatan kita tidak lekang oleh waktu. Kepada sahabat penulis yang luar biasa Paul, Tabita, Herbin, Natasia, Kartika, Tysa, Astri, Kak Rohani, Kak Pinta, dan semua teman-teman mahasisawa Ilmu Komunikasi angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita sukses selalu.

10. Sahabat-sahabat di Radio Most fm Rio, Brata, Tiwi, Sevi dan yang lainnya, terimakasih atas kerjasama dan dukungannya.


(5)

11. Semua pihak yang tidak bisa diuraikan satu persatu yang telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik sadar maupun tidak disadari. Terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, namun penulis mengharapakan kepada para pembaca untuk dapat membarikan kritik dansaran yang dapat mendukung kesempuranaan skripsi ini sehingga penulis dan dan para pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.

Medan, Agustus 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang Masalah 1

I.2 Perumusan Masalah 6

I.3 Pembatasan Masalah 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

I.4.1 Tujuan Penelitian 6

I.4.2 Manfaat Penelitian 7

I.5 Kerangka Teori 7

I.5.1 Komunikasi 8

I.5.2 Komunikasi Massa 8

I.5.3 Literasi Media 9

I.5.4 Televisi 12

1.5.5 Program Siaran 13

I.6` Kerangka Konsep 18

I.7 Model Teoritis 19

I.8 Variabel Operasional 20

I.9 Definisi Operasional 21

I.10 Hipotesis Penelitian 24

BAB II URAIAN TEORITIS 25

II.1 Komunikasi 25

II.2 Kmunikasi Massa 39

II.3 Televisi 24

II.4 Literasi Media 46

II.5 Program Siaran 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 79

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 79

III.2 Metodologi Penelitian 84

III.3 Lokasi Penelitian 84

III.4 Populasi dan Sampel 84

III.5 Teknik Pengambilan Sampel 86

III.6 Teknik Pengumpulan Data 89

III.7 Analisis Data 90

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 95

IV.1 Pengumpulan Data 95


(7)

IV.3 Analisis Data 96

IV.3.1 Analisis Deskriptif 96

IV.3.1.1 Karakteristik Responden 97

IV.3.1.2 Media literacy 98

IV.4.1.2 Tayangan Termehek-mehek 107 IV.4. Hubungan antara Media Literacy dengan 108 Pemilihan Tyangan Termehek-mehek di Trans TV 120

IV.5 Uji Hipotesis 124

BAB V KESIMPULAN 163

V.1 Kesimpulan 163

V.2 Saran 164

DAFTAR PUSTAKA 167


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Operasional Variabel penelitian 20

2 Populasi 85

3 Sampling 87

4 kelas 97

5 jenis kelamin 97

6 Tayangan termehek-mehek berdampak atau berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku anda 98

7 Tayangan termehek-mehek membantu anda bagaimana

cara mengatasi masalah 99

8 Tayangan termehek-mehek termasuk reality show 100 9 Reality show adalah tayangan yang menyajikan suatu situasi seperti konflik,

persaingan, atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya 100 10 Tayangan termehek-mehek adalah tayangan terobosan tayangan reality show

di Indonesia 101

11 Tayangan termehek-mehek telah melalui proses editing 102 12 Tayangan termehek-mehek adalah mengandung unsur rekayasa 102 13 Tayangan termehek-mehek sudah di rencanakan terlebih dahulu dalam proses

peliputannya 103

14 Tayangan termehek-mehek dapat menciptakan emosi (sedih, senang, terharu,

dan lain-lain) 103

15 Tayangan termehek-mehek membuka wawasan atau pengetahuan tentang

budaya dan kehidupan 104

16 Tayangan termehek-mehek dapat menghibur 105

18 Tayangan termehek-mehek dominan memberikan pesan moral 105 19 Setiap episode tayangan termehek-mehek berakhir bahagia

(happy ending) 106

20 Tayangan termehek-mehek layak diberikan apresiasi 106 21 Salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan tayangan

Termehek-mehek adalah konflik. 107

22 Tayangan termehek-mehek di dominasi oleh konflik 108 23 Masalah hubungan keluarga adalah masalah yang dominan pada

tayangan termehek-mehek 108

24 Konflik yang terjdi pada tayangan termehek-mehek selalu menimbulkan

kekerasan fisik 109

25 Tayangan termehek-mehek tetap menarik di tonton sejak pertama kali

di tayangkan 109

26 Tema dan ide tayangan termehek-mehek selalu baru setiap episodenya 110 27 Anda selalu mengikuti setiap jalan cerita dari awal hingga akhir tayangan

termehek-mehek 111

28 Durasi tayangan Termehek-mehek memenuhi kebutuhan anda 111 29 Tayangan Termehek-mehek menampilkan pembawa acara yang menarik


(9)

30 Anda menonton tayangan termehek-mehek karena salah satu tokohnya

menarik perhatian anda 112

31 Anda menonton tayangan termehek-mehek karena permasalahan yang

ditayangkan pernah anda temui disekitar anda 113 32 Anda menonton tayanagn termehek-mehek karena lokasi kejadiannya

menarik perhatian anda 114

33 Tayangan Termehek-mehek konsisten terhadap tema dan pemain yang

dibawanya sejak awal. 114

34 Tayangan Termehek-mehek memiliki kekuatan (energi) yang mampu menahan anda untuk tidak mengalihkan perhatian anda pada hal-hal lain 115 35 Setiap cerita dan karakter dalam tayangan termehek-mehek jelas

dan terarah 116

36 Anda memahami jalan cerita yang di tampilkan pada tayangan

termehek-mehek 116

37 Jalan cerita pada tayangan termehek-mehek mudah untuk di ikuti 117 38 Adegan-adegan yang terjadi pada tayangan termehek-mehek menarik

perhatian anda 117

39 Tayangan termehek-mehek memilki daya tarik yang kuat untuk

selalu diikuti 118

40 Jam tayang Termehek-mehek sesuai dengan khalayak yang

Menontonnya 119

41 Tayangan Termehek-mehek merupakan tayangan yang tengah

digandrungi masyarakat masa kini 119

42 Hubungan Media literacy dan Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek 1 120 43 Hubungan Media literacy dan Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek 2 122


(10)

TABEL GAMBAR

Gambar Halaman

1 Model Teoritis 19


(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Literacy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan media literacy para siswa SMP Santo Thomas 1 Medan dalam penggunaanya terhadap pemilihan tayangan reality show. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Media Literacy, Komunikasi Massa, dan Program Tayangan.

Penelitian ini menggunkan metode korelasional yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional Stratified Sampling yaitu teknik ini digunakan karena responden yang digunakan dalam penelitian in heterogen dengan karakteristik yang bervariasi. Populasi yang dijadikan sampel terdiri dari kelas VII dan VIII SMP Santo Thomas 1 Medan, dan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan kreteria-kreteria yang ditetapkan yaitu minimal telah menyaksikan tayangan reality show di Trans TV sebanyak 3 kali.

Hasil uji hipotesa yang telah diperoleh dengan menggunkan SPSS 15.0 menujukkan besarnya koefesien korelasi Rank Spearman yaitu besar nilai Rho lebih besar dari nol dan ini berarti Media Literacy berpengaruh terhadap pemilihan tayangan Termehek-Mehek Trans TV pada siswa smp santo thomas 1 medan dan hubungan ini memiliki hubungan yang cukup berarti. Ini berarti bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara media literacy dengan pemilihan tayangan Termehek-mehek di Trans TV pada siswa SMP Santo Thomas.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, Televisi. Fungsi media massa setidaknya ada empat, yaitu menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), membentuk opini (to persuade), menghibur (to entertain) (Sunardian,2006: 23).

Salah satu media massa yang berkembang pesat saat ini adalah televisi. Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audio-visual, tidak membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Untuk masyarakat Indonesia, yang lebih kuat dengan budaya lisan, media televisi tidak memiliki jarak yang jauh (Wirodono, 2006: viii). Menurut Skornis dalam bukunya “Television and society: An Incuest and Agenda” , dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Komunikasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. (Kuswandi, 1996: 8).

Begitu banyak warga negara yang berinteraksi dengan media televisi setiap hari. Di kamar tidur, di ruang keluarga, bahkan di ruang tunggu berbagai gedung siaran televisi menjadi rutinitas sehari-hari. Setiap berita dikemas dalam gambar dan suara, disajikan kepada


(13)

penonton, membuat TV merasuk ke dalam kesadaran penonton secara lebih dalam. Tanpa kemampuan bersifat kritis, televisi memiliki kemampuan untuk membius, membohongi, dan melarikan masyarakat pemirsanya dari kenyataan-kenyatan kehidupan sekelilingnya. Televisi memiliki kemampuan manipulatif untuk menghibur, jauh dibanding media-media lainnya. Apalagi, jika media televisi tersebut dibangun dan ditumbuhkan oleh orientasi laba secara ekonomi, tanpa regulasi yang jelas, serta tanpa lembaga kontrol yang memadai. (Sunardian, 2006: 26).

Ekploitasi program acara, dengan dalih memuaskan selera masyarakat atau dalih lebih spesifik “begitulah selera masyarakat”, mengakibatkan media massa telah gagal dalam mengambil perannya yang strategis sebagai media kebudayaan masyarakat. Dalam ketidak arahan itu (aturan dan pengawasan), media televisi lebih kentara telah terjebak dalam situasi persaingan yang tak terkendali. Maka, demi pemenangan (pencapaian rating dan keuntungan), mereka menyajikan program apa saja. Muncul, acara-acara Reality Show, yang pada dasarnya bukan realitas sosial masyarakat. Realitas sosial masyarakat semakin disamarkan dalam realitas gadungan, yang bersifat eskapistik dan menipu.

Munculnya berbagai kritik dari sebagaian masyarakat mengenai kualitas tayangan program televisi indonesia menunjukkan hal itu dengan jelas. Misal, banyak tayangan yang bukan saja rendah kualitas teknis dan penyampaiannya, tetapi juga rendah dalam kualitas tematik, setting sosial, serta miskin dalam pendalaman materi. Demikian pula, ketidakdalaman dalam pengungkapan fakta dari sebuah tayangan akan berpengaruh pada substansi nilai yang ditimbulkan pada masyarakat.

Salah satu program acara televisi yang sedang menjadi trend dan diminati pemirsa adalah reality show. Reality show bukanlah suatu tayangan yang asing lagi dalam siaran


(14)

televisi yang sering disaksikan, mulai dari reality show yang bertemakan hubungan tali kasih dan asmara, pertualangan, kisah hidup, dan lain sebagainya. Reality show adalah acara yang mengeksploitasi munculnya momen dramatik obyek permainan. Momen dramatik ini akan menjadi “tontonan” yang mengasyikkan (exciting), karena akan memunculkan emosi-emosi spontan, tak terkendali, diluar dugaan, yang bisa merangsang syaraf keharuan, syaraf tawa bagi masyarakat pemirsanya. Seiring berjalannya kreatifitas orang-orang pertelevisian semakin berkembang pula reality show dengan macam alur cerita tanpa memikirkan apakah reality show tersebut adalah cerita nyata atau fiksi belaka.

Termehek-mehek adalah tayangan reality show di Trans TV. Termehek-mehek sebuah drama reality yang tayang setiap sabtu dan minggu pukul 18.15 WIB, pencarian yang akan mempertemukan client dengan orang yang sangat ingin ditemuinya (target) karena sebuah alas an khusus, dimana klien tidak tahu keberadaan sang target sekarang (lost

contact). Target bisa merupakan seseorang dari masa lalu klien (mantan pacar, teman kecil,

sahabat, kerabat, dll) Atau seseorang yang pernah ditemui klien tapi tidak tahu siapa dan dimana target berada. Pembawa acara akan melakukan pencarian berdasarkan petunjuk yang dimiliki oleh klien, seperti foto, surat, alamat terakhir, dll.

Anak-anak dan remaja adalah sasaran empuk bagi televisi. Remaja merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan siaran TV. Data tahun 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. Tayangan televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya sangat berpengaruh terhadap pola pikir, sikap, dan perilaku remaja yang banyak menonton televisi namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua


(15)

orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa. Dengan besarnya peran televisi dalam kehidupan masyarakat seperti yang disebutkan di atas, maka kecakapan bermedia perlu dimiliki dan ditingkatkan oleh masyarakat sebagai konsumen media televisi.

Kecakapan bermedia (Media Literacy) bermaksud membekali khalayak dengan kemampuan untuk memilah dan menilai isi media massa secara kritis, sehingga khalayak diharapkan mampu memanfaatkan isi media sesuai dengan kepentingannya. Hal ini dikarenakan tidak semua isi media massa bermanfaat bagi khalayak, banyak di antaranya yang tidak mendidik dan hanya mengedepankan kepentingan pemilik media untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

Media literacy adalah suatu istilah yang digunakan sebagai jawaban atas maraknya

pandangan masyarakat tentang pengaruh dan dampak negatif dan tidak diharapkan yang timbul akibat isi (konten) media massa. Sehingga perlu diberikan suatu kemampuan, pengetahuan, kesadaran, pembatasan pilihan, dan keterampilan secara khusus kepada khalayak sebagai pengkomsumsi media massa (Baran, 2003: 54).

Penelitian ini dilakukan di SMP Santo Thomas 1 Medan, dimana siswa kelas VII dan VIII yang menjadi responden. Peneliti memilih SMP Santo Thomas Medan 1 sebagai populasi, dikarenakan sekolah tersebut memiliki akreditasi yang baik dan cukup diminati oleh beberapa kalangan siswa yang ada di kota Medan. Selain itu sekolah ini juga memiliki berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang begitu atraktif yang juga sering ditampilkan pada tayangan-tayangan peliputan sekolah di stasiun televisi. Dengan sekolah yang memiliki


(16)

standar kependidikan yang baik, tentu para siswa dalam kegiatan belajar juga sering bersinggungan dengan media massa sebagai salah satu alat pemenuhan kebutuhan informasi mereka, yang dalam hal ini ditekankan lebih kepada media televisi. Inilah beberapa alasan mengapa peneliti tertarik untuk menjadikan SMP Santo Thomas 1 Medan sebagai populasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh media literacy siswa SMP Santo Thomas 1 Medan terhadap pemilihan tayangan termehek-mehek di Trans TV.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: “Sejauhmanakah media literacy siswa SMP Santo Thomas 1 Medan terhadap

pemilihan tayangan Termehek-mehek di Trans TV?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengamburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan studi korelasional

2. Penelitian ini mengenai media literacy difokuskan pada television literacy

3. Objek penelitian yang diteliti adalah siswa Santo Thomas 1 Medan kelas VII dan VIII tahun ajaran 2010-2011


(17)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kebiasaan siswa SMP Santo Thomas 1 Medan dalam menonton tayangan-tayangan televisi khususnya program reality show.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan para siswa memahami Media Literacy dalam penggunaanya terhadap pemilihan tayangan reality show.

3. Untuk menjelaskan apakah ada hubungan menonton tayangan termehek-mehek dengan kemampuan literasi media.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis peneliti diharapkan dapat memperkaya khasanah peneliti di pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi khususnya media literacy.

2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak Trans TV dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.


(18)

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kereangka teori. Kerangka teori disusun disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyorti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1995:40).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rahmat, 2004:6).

1.5.1 Komunikasi

Menurut Harold Lasswel (Mulyana, 2002:62) cara yang baik untuk menggambarakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who (siapa), says what (mengatakan apa), in which (dengan saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan pengaruh bagaimana).

Komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Effendy, 2004:6). Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan yaitu:

- Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya.

- Dampak afektif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tatapi tegerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

- Dampak behavioral, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.


(19)

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang terbesar dibanyak temapt, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas, khusunya media elektronik (Mulyana, 2002:75).

Fungsi komunikasi massa (Effendy, 2004:54) adalah:

- Menyiarkan informasi (to inform) - Mendidik (to educate)

- Menghibur (to entertain) - Membujuk (to prosuade)

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Jadi, membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri. Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi.

1.5.3 Literasi Media

Literasi media dapat diterjemahkan sebagai kecakapan bermedia. Kecakapan bermedia adalah sebuah kesadaran dan kecakapan untuk menempatkan diri individu dan masyarakat di depan media sebagai pelaku aktif. Dengan adanya kecakapan bermedia seseorang diharapkan mamapu untuk menyeleksi dan isinya untuk dikonsumsi. Rubin (dalam Baran, 2003:51) memberikan defenisi bahwa literasi media adalah tentang bagaimana memahami sumber dan teknologi komunikasi, simbol-simbol yang digunakan, pesan-pesan yang diproduksi dan diseleksi, interpretasi serta akibat dari pesan-pesan tersebut.


(20)

Para ahli pun memiliki pandangan yang beragam tentang pengertian literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan secara efesien memahami dan menggunakan komunikasi massa (Strasburger & Wilson, 2002). James W. Potter (2005) mendefenisikan Literasi media sebagai suatu perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara mengantisipasinya. Jadi secara risngkas Literasi media artinya adalah pintar, cakap, mampu dengan baik, menggunakan, memahami, menganalisa media, baik media televisi, radio, surat kabar, dan film.

Seseorang dikatakan cakap bermedia bila dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya mampu berperan sebagai khalayak aktif dalam memilih media dan pesan yang ingin dikonsumsinya. Cara menguasai literasi media yang baik adalah kesadaran yang muncul dengan sendirinya dari masing-masing individu yang mengkonsumsi media. Sebagai penonton, selayaknya kita bersikap kritis terhadap apa yang disuguhkan media. Jadilah penonton yang aktif, bila yang ditampilkan media sesuai dengan keyakinan maka manfaatkanlah namun ketika bertentangan maka tinggalkanlah.

Kecakapan bermedia dapat memiliki arti yang sedikit berbeda untuk pengamat yang berbeda. Setiap definisi itu , bagaimanapun merupakan ide dimana konsumen media harus mengembangkan “kemampuan” atau”fasilitas” menuju penafsiran yang lebih baik terhadap isi media. Jadi, untuk tujuan tersebut, kecakapan bermedia adalah kemampuan memahami dan menggunakan isi media massa secara efektif dan efisien.

Penerima beasiswa media, Art Silverblatt (1995) mengidentifikasi 5 elemen dasar literasi media:


(21)

Menulis dan mesin cetak membantu mengubah dunia dan orang-orang di dalamnya. Media masa melakukan hal yang sama. Jika kita mengabaikan dampak media dalam hidup kita, kita berisiko tertangkap dan terbawa oleh perubahan tersebut daripada mengendalikan atau memimpinnya.

2. Pemahaman akan proses komunikasi massa

Jika kita mengetahui komponen proses komunikasi massa dan bagaimana mereka berhubungan satu dengan lainnya, kita bisa membentuk ekspektasi bagaimana mereka melayani kita. Bagaimana beraneka industri media beroperasi apa kewajiban mereka pada kita, apa kewajiban penonton, bagaimana perbedaan batas media atau pesan-pesan, bentuk timbal balik yang mana yang paling efektif, dan mengapa.

3. Strategi menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan media

Untuk mengkonsumsi pesan-pesan media, kita butuh landasan yang menjadi dasar pemikiran dan refleksi. Bila kita membuat pemaknaan, kita harus memiliki alat-alat untuk membuatnya (sebagai contoh, memahami maksud dan dampak film dan konvensi video seperti sudut pandang kamera dan pencahayaan, atau strategi dibelakang penempatan. Dengan kata lain, pemaknaan dibuat untuk kita; penafsiran isi media akan bersama dengan penciptanya, bukan pada kita.

4. Pemahaman isi media sebagai teks yang memberikan wawasan tentang budaya dan hidup kita.

Bagaimana kita mengetahui sebuah budaya dan orang-orangnya, sikap, nilai, perhatian, dan mitos-mitos, kita mengetahuinya melalui komunikasi. Bagi budaya modern seperti kita, peningkatan pesan-pesan media mendominasi komunikasi. Membentuk


(22)

pemahaman dan wawasan kita terhadap budaya. Beberapa kelompok sangat kuat merasakan kemampuan media membentuk budaya bahwa mereka mencoba mengambil kembali sebagian kekuatan itu sendiri.

5. Kemampuan menikmati, memahami, dan menghargai isi media

Kecakapan bermedia bukan hidup sebagai pemarah, tidak menyukai apaun dari media, atau selalu curiga akan efek berbahaya dan penurunan budaya. Kecakapan bermedia bukan berarti tidak menyukai apapun dari media atau selalu curiga akan efek berbahaya dan penurunan budaya. tetapi kita dituntut untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi akan isi media.

1.5.4 Televisi

Televisi sebagai salah satu media massa yang mengalami perkembangan pesat saat ini. Pada hakikatnya, media televisi hadir karena perkembangan teknologi. Jika dilihat dari asal katanya, televisi berasal dari dua kata berbeda yaitu: tele (Bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi (videra-bahasa latin) yang berarti penglihatan (Wahyudi, 1986:49). Dengan demikian, televisi dapat diartikan sebagai gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat tetapi dapat dilihat dari jauh atau tempat lain.

Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelebihannya yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya dalam waktu yang bersamaan.

Menurut Subrata, sebagai media massa televsi memiliki karakteristik terse diri, antara lain:


(23)

1. Tidak bersifat alamiah tetapi selalu tersusun, dibentuk, dan direncanakan melalui suatu wadah organisasi.

2. Kegiatannya tidak bersifat personal

3. Kegiatnnya terarah dan bertujuan sehingga merupakan hal yang direncanakan

4. Komunikator tidak secara individu, melainkan secara kolektif (Sastro Subroto, 1995:20-21).

1.5.5 PROGRAM SIARAN

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama rogram itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran diatuntut untuk memilki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.

1.5.5.1 Elemen Keberhasilan

Menurut Vane-Gross dalam bukunya Progamming for TV, Radio and Cable, tidak peduli dengan tujuan (mendapatkan audien, prestise, penghargaan dan sebagainya), atau daya tariknya (informasi atau hiburan), maka setiap program yang ditayangkan stasiun televisi memilki dua bentuk, yaitu dominasi format dan dominasi bintang (Morissan, 2008: 321).

Programmer harus menentukan hal apa yang akan digunakan sebagai senjata untuk


(24)

Apakah audien akan menarik dengan program komedi, atau petualangan, atau pada cerita yang lebih serius. Jika hal ini sudah ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan elemen atau hal-hal apa saja yang harus dimasukkan ke dalam program bersangkutan sesuai dengan target dan jenis daya tarik yang ditentukan.

1. Konflik.

Salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan program adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh-tokoh yang terlibat. Tanpa adanya konflik, maka kemungkinan program itu akan mampu menahan perhatian audien. Elemen konflik menjadi sangat penting dalam program, seperti drama atau film namun konflik juga penting untuk program, seperti drama komedi, atau bahkan acara perbincangan (talk show).

2. Durasi

Jika memungkinkan, programmer sebaiknya tidak pikir untuk membuat suatu program yang bersifat hanya satu kali tayang. Suatu program yang berhasil adlah program yang dapat bertahan selama mungkin. Banyak drama seri yang dapat bertahan selama bertahun-tahun di televisi. Namun banyak juga program yang tidak bertahan lama karena sulit menemukan ide cerita yang segar tanpa harus mengulang dari yang sudah ada sebelumnya.

3. Kesukaan

Sebagian audien memilih program yang menampilkan pemain utama atau pembawa acara yang mereka sukai, yaitu orang-orang yang membuat audien merasa nyaman, sebagaimana dikemukakan Vane-Gross: ”Viewers tune to poeple they like


(25)

and with whom they feel comfortable.” Mereka adalah orang-orang yang memilki

kepribadian yang hangat, suka menghibur, sekaligus sensitif dan ramah. Mereka adalah jenis orang yang mungkin kita sukai untuk diundang ke rumah kita.

4. Konsisten.

Suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter pemaain yang dibawanya sejak awal. Para penulis cerita sutradara dan pemain haruslah bertahan pada tema atau karakternya sejak awal. Dengan demikian, tidak boleh terjadi pembelokkan atau penyimpanan tema atau karakter di tengah jalan yang akan membuat audien bingung pada akhirnya meningalkan program itu. Menurut Vane-Gross: “All viewers bring a certain level of anticipation to every program” (semua penonton televisi memiliki tingkat antisipasi tertentu terhadap setiap program). Ini berarti, penonton sejak awal sudah mengharapkan sesuatu ketika menonton sesuatu.

Drama komedi terkadang mengangkat tema-tema sosial kemasyaratan, seperti penyakit AIDS atau Narkoba dalam upaya memberi edukasi kepada masyarakat. Tema-tema seperti ini dapat berasal dari pihak lain (sponsor) ataupun atas prakarsa produsernya sendiri. Memasukkan tema kemasyarakatan seperti ini kedalam cerita komedi harus dilakukan secara hati-hati, karena dapat mengubah tema atau karakter sentral yang sudah ada. Tema-tema ini dapaat mengubah cerita menjadi serius, dalam hal ini cerita komedi menjadi kurang lucu.


(26)

Setiap program harus memiliki energi yang mampu menahan audien untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. Van-Gross mendefenisikan sebagai:

the quality that infuses a sense of pace and axcitement into a show. It is the charging of the screen with pictures that won’t let the viewer turn away (kualitas yang

menekankan pada kecepakatan cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditinggalkan cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditingglkan penonton). Berdasarkan defenisi Vane-Gross diatas, maka suatu program yang memilki energi harus memilki tiga hal:

1) Kecepatan cerita

2) Excitement (daya tarik)

3) Gambar yang kuat

6. Timing

Programmer dalam memilih suatu program siaran harus mempertimbangkan waktu penayangan (timing), yaitu apakah program bersangkutan itu sudah cocok atau sesuai zamannya. Setiap program memilikicerita yang mencerminkan nilai-nilai sosial yang hidup dan diterima oleh masyarakat saat itu. Jika suatu program tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai itu maka besar kemungkinan program itu tidak berhasil atau malah ditolak oleh masyarakat.

7. Tren

Seorang programmer dalam memilih program harus memiliki kesadaran terhadap adanya hal-hal tengah digandrungi (tren) di tengah masyarakat. Program yang sejalan dengan tren yang berkembang akan lebih menjamin keberhasilan, sebaliknya program


(27)

yang tidak seirama dengn tren maka besar kemungkinan akan gagal. Namun menurut Vane-Gross, program yang mengikuti tren bukanlah faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan. Menurutnya tren bisa menjadi petunjuk terhadap selera audien secara umum sehingga sedikit banyak memantau meningkatkan rating acara.

1.6 Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus (Jalaluddin, 1991:12). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa. (Nawawi, 1993:40)

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus diopersionalkan menjadi variabel. Beberapa hal harus dibatasi, diberi nilai, dan diukur, digeneralisasikan menjadi satu variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel terikat (Nawawi, 1993:57). Variabel bebas penelitian ini adalah media literacy.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1993:57). Variabel terikat ini adalah tayangan termehek-mehek.


(28)

3. Variabel Antaseden (Z)

Variabel antaseden dalam penelitian ini adalah karakter responden.

1.7 Model Teoritis

Model Teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait satu dengan lainnya. variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut:

1.8 Variabel Operasional

Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur. (Rakhmat, 1993:1). Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka operasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasional Indikator Variabel Bebas (X)

Media literacy

1. Kesadaran akan dampak media. 2. Pemahaman akan proses

komunikasi massa. 3. Strategi menganalisis dan

mediskusikan pesan-pesan media

4. Pemahaman isi media sebagai teks yang memberikan wawasan tentang budaya dan hidup kita. 5. Kemampuan menikmati,

memahami, dan menghargai isi media.

1. Mengetahui resiko atau dampak tayangan.

2. Mengetahui keterkaitan pada setiap komponen tayangan.

3. Memiliki pemahaman dasar untuk memikirkan dan merefleksik an pesan dari tayangan/mampu mengorganisasikan pesan.

4. Mengetahui nilai budaya yang terkandung didalamnya.

5. Mampu memberi kesan terhadap tayangan.

Variabel Terikat (Y)

1. Konflik 2. Durasi

1. Mengetahui benturan kepentingan atau karakter diantara tokoh-tokoh Variabel Bebas (X)

Media literacy

Variabel terikat (Y) Pemilihan tayangan Termehek-mehek


(29)

Program tayangan Termehek-mehek 3. Kesukaan 4. Konsistensi 5. Energi 6. Timing 7. Tren

yg terlibat.

2. Mengetahui lamanya program tersebut tayang di televisi.

3. Menentukan unsur ketertarikan pada pembawa acara.

4. Mengetahui kekonsistenan terhadap tema dan karakter tokoh yang dimunculkan sejak awal.

5. Mengetahui kecepatan cerita, daya tarik, gambar yang kuat pada gambat tersebut.

6. Mengetahui nilai-nilai sosial pada masyarakat yang sesuai dengan waktu penayangannya.

7. Mengetahui kesesuaian tayangan terhadap hal-hal yang tengah digandrungi masyarakat.

Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin 3. Kelas

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) Media literacy:

1. Kesadaran akan dampak media: untuk mengetahui sejauhmana kesadaran akan dampak media.


(30)

2. Pemahaman akan proses komunikasi massa: untuk mengetahui sejauhmana pemahaman bagaimana beraneka industri media beroperasi, apa kewajiban media terhadap khalayak, dan apa kewajiban penonton.

3. Strategi menganalisis dan mediskusikan pesan-pesan media: untuk mengetahui apakah responden memiliki landasan sebagai dasar pemikiran dan refleksi dalam menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan media.

4. Pemahaman isi media sebagai teks yang memberikan wawasan tentang budaya dan hidup kita: Bagaimana kita mengetahui sebuah budaya dan orang-orangnya, sikap, nilai, perhatian, dan mitos-mitos kita mengetahuinya melalui komunikasi. Dimana komunikasi membentuk pemahaman dan wawasan kita terhadap budaya.

5. Kemampuan menikmati, memahami, dan menghargai isi media: Kecakapan bermedia bukan berarti tidak menyukai apapun dari media atau selalu curiga akan efek berbahaya dan penurunan budaya. tetapi kita dituntut untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi akan isi media.

2. Variabel (Y)

Tayangan Termehek-mehek:

1. Konflik.

Salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan program adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh-tokoh yang terlibat.


(31)

Jika memungkinkan, programmer sebaiknya tidak pikir untuk membuat suatu program yang bersifat hanya satu kali tayang. Suatu program yang berhasil adlah program yang dapat bertahan selama mungkin.

3. Kesukaan

Sebagian audien memilih program yang menampilkan pemain utama atau pembawa acara yang mereka sukai, yaitu orang-orang yang membuat audien merasa nyaman.

4. Konsisten.

Suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter pemaain yang dibawanya sejak awal. Para penulis cerita sutradara dan pemain haruslah bertahan pada tema atau karakternya sejak awal.

5. Energi.

Setiap program harus memiliki energi yang mampu menahan audien untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. kualitas yang menekankan pada kecepakatan cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditinggalkan cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditingglkan penonton.

6. Timing

Programmer dalam memilih suatu program siaran harus mempertimbangkan waktu

penayangan (timing), yaitu apakah program bersangkutan itu sudah cocok atau sesuai zamannya.


(32)

Seorang programmer dalam memilih program garus memiliki kesadaran terhadap adanya hal-hal tengah digandrungi (tren) di tengah masyarakat.

3. Karakteristik responden:

1. jenis kelamin: pria dan wanita

2. kelas: kelas VII dan VIII tahun ajaran 2010-2011

1.10 Hipotesis

Hipotesis diturunkan dari teori. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu fenomena dan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Oleh sebab itu, rumusan hipotesis ditulis dalam bentuk pertanyaan ilmiah atau proposisi, yang mengandung hubungan dua variabel atau lebih. Meskipun demikian, pernyataan tersebut mesti diuji kebenarannya secara empiris, sebab pendapat yang terkandung dalam pernyataan tersebut belumlah mendalam.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara media literacy siswa SMP 1 Santo Thomas Medan terhadap pemilihan tayangan Termehek-mehek di Trans TV.

Ha: Terdapat hubungan antara media literacy siswa SMP 1 Santo Thomas Medan terhadap pemilihan tayangan Termehek-mehek di Trans TV.


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI

II.1.1. Definisi Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Effendy, 2003:8). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002:20). Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi

komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30). Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi.

Di antara sosiolog, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat,yang menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland yang memberi


(34)

pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat (Effendy, 2003:10). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi proses penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan, sikap, pendapat dan tingkah laku publik. Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, dkk, 2006:30).

Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With

What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa).

Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi : komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2003:253). Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan

2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang

3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan yang

disampaikan.

4. To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan


(35)

II.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.

Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi. (Cangara, 2002:23-26) sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator. (source, sender).

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang


(36)

menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. 7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.1.3. Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses (Effendy, 2003:45).


(37)

a) Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layer televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantic terjadi dalam sebuah pengertian.

b) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan mebuat seseorang selektif dalam menanggapi atau

menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

c) Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat


(38)

diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

d) Prasagka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan terberat bagi

suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjelasan komunikasi berdasarkan konteksnya:

1. Bidang Komunikasi

a) Komunikasi Sosial (social communication) b) Komunikasi Organisasi/Manajemen

(organization/managemen communication)

c) Komunikasi Bisnis (business communication) d) Komunikasi Politik (political communication)

e) Komunikasi Internasional (international communication) f) Komunikasi Antar budaya (intercultural communication)


(39)

g) Komunikasi Pembangunan (development communication) h) Komunikasi Tradisional (traditional communication)

2. Sifat Komunikasi

a). Komunikasi Verbal (verbal communication)

1. Komunikasi Lisan (oral communication)

2. Komunikasi Tulisan (written communication)

b). Komunikasi Nirverbal (nonverbal communication)

1. Komunikasi Kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain

c). Komunikasi Tatap Muka (face-to-face-communication)

d). Komunikasi Bermedia (mediated communication)

3. Tatanan Komunikasi

a) Komunikasi Pribadi (personal Communication)

1. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) b) Komunikasi Kelompok (group communication)

1. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication) a) Ceramah


(40)

c) Simposium (symposium)

d) Diskusi panel (panel discussion) e) Seminar

f) Curahsaran (brainstorming) g) Lain-lain

2. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public

speaking)

c) Komunikasi Massa (mass communication)

1. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication) a) Surat kabar (daily)

b) Majalah (magazine)

2. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media

communication)

a) Radio b) Televisi c) Film d) Lain-lain

d) Komunikasi Media (Media communication)

1. Surat 2. Telepon 3. Pamflet 4. Poster 5. Spanduk


(41)

4. Tujuan Komunikasi

a) Mengubah sikap (to change the attitude)

b) Mengubah opini/pandangan/pendapat (to change the opinion) c) Mengubah Perilaku (to change the behaviour)

d) Mengubah masyarakat (to change the society) 5. Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)

Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many

Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi dipandang dari

arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap system, yaitu sebagai berikut: (Effendy, 1993: 27-28)

1. Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.


(42)

3. Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5. Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan Kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu 7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian,

kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok, dan individu.

8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

6. Teknik Komunikasi


(43)

b) Komunikasi persuasif (persuasif communication) c) Komunikasi pervasif (pervasive communication) d) Komunikasi koersif (coersive communication) e) Komunikasi instruktif (instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (human relations)

7. Metode Komunikasi

a) Jurnalisme/jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)

d) Propaganda

e) Perang urat syaraf (phsylogical warfare) f) Perpustakaan (library)

g) Lain-lain (Effendy, 2003:52-56)

II. 2. KOMUNIKASI MASSA

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ”Communicatio”. Istilah ini bersumber dari dari perkataan ”Communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30).

Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In


(44)

Kepada Siapa Dengan Efek Apa?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto,2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner (Ardianto,2004:4), ”komunikasi massa ialah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Ahli komunikasi massa lainnya, Joseph A Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Komunikasi massa ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan (Ardianto,2004:6).

Rakhmat (Ardianto, 2004:7) merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa menjadi, “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveilance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan),


(45)

Komunikasi massa mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, menengarkan radio, atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

II.3. TELEVISI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASSA II.3.1. Definisi Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara


(46)

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6).

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika (Wahyudi, 1986:49). Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication

and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message A Reader in Human Communication” Random House, New York 1980, mengungkapkan 3 (tiga) fungsi media,

yaitu:

a) The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan.

b) The correlation of the part of society in responding to the environment yaitu mengadakan

korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

c) The transmission of the social heritage from one generation to the next, maksudnya ialah

menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kuswandi, 1996:25).


(47)

Kehadiran televisi di dunia merupakan perkembangan teknologi khususnya teknologi elektronika sejak abad 19 dan akan terus menerus berlanjut pada abad-abad berikutnya, sehingga televisi siaran juga akan ditentukan oleh perkembangan elektronika itu sendiri.

Kehadiran televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia. Daya tarik televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi, sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung (Kuswandi, 1996:23). Kekuatan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

Dunia perkembangan pertelevisian di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Awalnya, Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi, itupun dimiliki oleh pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kemudian pada tahun 1989, lahirlah stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Kemunculan stasiun RCTI memberikan sesuatu yang baru bagi pertelevisian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya stasiun-stasiun televisi swasta, seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang berubah nama menjadi MNC TV, Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, stasiun televisi swasta semakin ramai bermunculan, seperti Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang berubah menjadi TVOne, serta Global TV.


(48)

Stasiun televisi lokalpun tidak mau ketinggalan. Sekitar tahun 2000an banyak bermunculan stasiun televisi lokal, seperti Bali TV di Bali, JakTv di Jakarta, JTV di Surabaya, Cahaya TV di Banten. Televisi berlangganan atau televisi berbayar (pay per view) juga turut mewarnai perkembangan pertelevisian Indonesia. Yang relatif dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti Indovision, Aora TV, First Media, dan Telkomvision. Bahkan sampai tahun 2008, paling tidak terdapat 13 stasiun televisi berlangganan yang beroperasi di Indonesia (Usman, 2009:1).

Terkait dengan perkembangan teknologi, diperkirakan pada tahun 2018, televisi di Indonesia akan memasuki era televisi digital. Teknologi digital akan meningkatkan kualitas gambar televisi. Masih terkait dengan perkembangan teknologi, kini terjadi konvergensi media, misalnya antara media televisi dengan media online. Konvergensi ini tentu memperluas jangkauan siaran televisi (Usman, 2009:2).

II.3.3. Karakteristik Televisi

Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut: (Usman, 2009:23)

1. Media Pandang dengar (audio-visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga berbeda dengan media radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang gambar yang ditayangkan televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi atau naskah dari gambar tersebut.


(49)

Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar-gambar dalam hal ini adalah gambar hidup- membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak. Narasi atau naskah bersifat mendukung gambar.

3. Mengutamakan Kecepatan

Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik. Televisi mengutamakan kecepatan. Kecepatan bahkan menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.

4. Bersifat Sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakn dimensi waktu atau durasi.

5. Bersifat Satu Arah

Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan.

6. Daya Jangkau Luas

Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Siaran atau berita televisi harus dapat menjangkau rata-rata status sosial ekonomi khalayak, masuk ke berbagai strata sosial.


(50)

Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:

1. Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang-orang. Hal ini perlu karena berkaitan dengan materi pesan dan jam penayangan.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju.

3. Durasi

Durasi berkaitan denga waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acra disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama.


(51)

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan komunikator dan komunikan. Agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa, caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengadung unsur hiburan.

II.4 LITERASI MEDIA

II.4.1 Definisi Literasi Media

Dalam edisi khusus Jurnal Komunikasi didedikasikan untuk literasi media, peneliti media Alan Rubin dikutip definisi ini sebagai melek media. Dari Konferensi Kepemimpinan Nasional keaksaraan Media: kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menyampaikan pesan. Dari media sarjana Paulus Messaris: pengetahuan tentang bagaimana fungsi media dalam masyarakat (1998: 3). Dari peneliti komunikasi massa Justin Lewis dan Sut Jhally: memahami kendala budaya, ekonomi, politik, dan teknologi pada produksi, penciptaan dan transmisi pesan (1998: 3).

Rubin memberikan definisi sendiri mengenai melek media: Media literasi, adalah tentang pemahaman tentang sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang dihasilkan, dan seleksi, interpretasi, dan dampak dari pesan-pesan.


(52)

Dalam masalah yang sama, komunikasi ulama William Kristus dan W. James Potter menawarkan pandangan mereka tentang keaksaraan media: sebagian besar konseptualisasi (melek media) meliputi unsur-unsur berikut: Media dibangun dan membangun realitas; media memiliki implikasi komersial; media memiliki implikasi ideologis dan politik, bentuk dan konten terkait di setiap media, yang masing-masing memiliki estetika yang unik, kode, dan konvensi, dan penerima menegosiasikan makna dalam media. (1998: 7-8.).

Lingkungan budaya Gerakan (Rakyat Komunikasi Charter, 1996), sebuah kelompok kepentingan publik yang ditujukan untuk meningkatkan keaksaraan sebagai cara untuk memerangi pengambilalihan perusahaan media, menunjukkan definisi ini.

Hak untuk memperoleh informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi penuh dalam musyawarah publik dan komunikasi. Hal ini membutuhkan fasilitas dalam membaca, menulis, dan bercerita; kesadaran kritis media; melek komputer; dan pendidikan tentang peran komunikasi dalam masyarakat. Asosiasi Komunikasi Nasional (1996), sebuah organisasi ilmiah profesional sebagian besar terdiri dari akademisi universitas, menawarkan gambaran ini literasi media.

Televisi mempengaruhi budaya kita dengan cara yang tak terhitung banyaknya. Salah satu dampaknya, menurut banyak orang, televisi mendorong tindakan kekerasan di lingkungan kita. Misalnya, penonton televisi Amerika, mengatakan ada terlalu banyak kekerasan di dalam televisi. Hampir tanpa terkecuali, program berita televisi lokal yang memiliki proporsi terbesar kekerasan di siaran berita malam adalah pemimpin peringkat. "if it

bleeds, it leads”, telah menjadi moto bagi banyak televisi lokal. Artinya, semakin banyak

tayangan itu berisi kekerasan, maka tanyangan itu semakin memimpin. Hal ini terjadi karna orang-orang menonton.


(53)

Kita mengabaikan hal itu karena kita berpartisipasi dalam komunikasi massa secara alami, hampir tanpa usaha melakukan komunikasi massa secara sadar. Kita memiliki penafsiram yang tinggi dan pemahaman yang membuat tayangan, film, atau majalah yang paling bagus dapat dimengerti dan dinikmati. Kita mampu, melalui interaksi seumur hidup dengan media, untuk membaca teks-teks media.

Media literasi adalah kemampuan yang kita meiliki secar alami, tapi seperti semua kemampuan, literasi media dapat ditingkatkan. Dan jika kita mempertimbangkan betapa pentingnya media massa dalam menciptakan dan mempertahankan budaya yang membantu mendefinisikan siapa kita dan hidup kita, maka media literacy adalah kemampuan yang harus ditingkatkan. Stuart Ewen, Profesor media Hunter College, menekankan poin ini dalam membandingkan kecakapan bermedia dengan kecakapan tradisional. "Secara historis," tulisnya, "hubungan antara literacy dan demokrasi tidak dapat dipisahkan dari gagasan masyarakat informasi, yang fasih dengan isu-isu yang menyentuh kehidupan mereka. Literacy adalah mengenais yang secara historis memisahkan sejumlah ide dari masyarakat umum, mengenai pemberian hak pilih bagi mereka yang telah dikeluarkan dari kosations kompensasi kewarganegaraan (2000, hal 448). Bagi Ewen dan mereka yang berkomitmen pada literasi media, media literasi merupakan sarana untuk berpartisipasi penuh dalam budaya.

II.4.2 Unsur-Unsur Dari Media Literacy

Awalnya kita mendefenisikan literasi sebagai kemampuan memahami secara efektif dan efisien dengan menggunakan simbol-simbol tertulis. Dengan perkembangan media


(54)

elektronik, bagaimanapun defenisi media literacy harus dikembangkan, menjadi kemampuan memahami secara efektif dan efisien dalam memanfaatkan segala bentuk komunikasi.

Media literasi bisa berarti hal yang agak berbeda untuk pengamat yang berbeda. Dan kesamaannya adalah ide bahwa konsumen media harus mengembangkan "kemampuan" atau "fasilitas" untuk lebih baik dalam menafsirkan isi media Jadi, untuk tujuan tersebut, media literasi adalah kemampuan memahami secara efektif dan efesien dan menggunakan isi media massa.

Sarjana media Art Silverblatt (1995) mengidentifikasi lima dasar unsur-unsur media literacy. Untuk hal ini ditambahkan dua elemen lagi. Media literacy memilki karakter

1. Sebuah kesadaran akan dampak media. Tulisan dan mesin cetak membantu mengubah dunia dan orang-orang di dalamnya. Media massa melakukan hal yang sama. Jika kita mengabaikan dampak media pada kehidupan kita, kita menghadapi risiko yang terjebak dan terbawa oleh perubahan tersebut, bukan mengendalikan atau memimpin perubahan tersebut.

2. Pemahaman tentang proses komunikasi massa. Jika kita mengetahui komponen-komponen dari proses komunikasi massa dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain, kita dapat membentuk ekspektasi akan bagaimana mereka melayani kita. Bagaimana berbagai industri media beroperasi, apa kewajiban mereka kepada kita, apa saja kewajiban khalayak, bagaimana media yang berbeda membatasi atau meningkatkan pesan, bentuk-bentuk umpan balik yang mana yang paling efektif, dan mengapa.


(1)

1 2 3 3 4 4 2 4 2 2 4 1 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 2 2

3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 4 3 4 3 2 2 2 1 2 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3

3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3

3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 1 3 1 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3

3 1 2 3 3 3 4 2 3 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 3 2 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3 4 2 3 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 1 1 2 4 3 1 4 3 2 4 3 2 4

4 4 4 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 4 4 2 2 3 3 4 3 2 4 1 2 2 3 3 4 3 4 2 2 4 1 3

4 1 2 4 4 2 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 4 3 4 3 3 3 2 2 1 1 3 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2

4 2 1 1 4 4 2 1 4 2 2 1 1 1 4 1 3 4 2 4 2 4 3 1 1 2 4 2 4 3 4 1 1 3 4 4 4

4 2 3 2 4 4 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2 1 3 2 1 1 1 1 1 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3

4 3 2 3 3 4 2 2 3 1 2 2 3 4 3 4 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3

2 4 3 3 3 4 2 4 4 3 2 4 2 1 1 3 4 3 4 1 4 4 2 3


(2)

1 2 3 3 4 3 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 4 2 2 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 1 2 1 3 4 3 4 2 1 1 4 1 2

3 2 1 2 1 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 3 2 3 4 3 2 2 1 4 1 2 1 1 2 2 2 3 4 4 1 2 3

3 2 1 4 4 3 4 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 3 3 3 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 3 4 3 2 1 1

1 1 2 4 4 2 3 1 2 3 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3

4 1 2 4 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 1 2 4 3 3 2 3 1 1 1 3 4 4 3 4 2 2 4 3 3 4

4 4 3 3 2 3 1 3 4 3 2 1 4 1 3 3 1 4 3 4 3 4 3 1 1 1 2 1 4 4 4 4 4 4 1 1 1

1 4 1 4 4 1 4 1 4 1 2 1 1 1 1 4 2 1 1 2 1 4 1 1 1 1 3 4 4 4 4 2 1 1 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4

3 2 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 1 1 3 3 4 3 3 3 3 3 1 2 2

3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 1 4 3 3 4 4 4 2 1 2

3 2 2 3 4 4 3 2 4 2 4 2 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2


(3)

1 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2

3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2

3 2 3 4 4 3 3 3 3 1 3 3 3 2 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2

3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3

3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 4

2 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3


(4)

TABEL KOEFESIEN KORELASI SPEARMAN RHO

X

Y

43.00

45.00

33.00

33.00

42.00

45.00

35.00

42.00

39.00

41.00

41.00

43.00

41.00

38.00

48.00

77.00

32.00

54.00

31.00

35.00

37.00

46.00

38.00

49.00

35.00

37.00

38.00

39.00

41.00

62.00

44.00

57.00

38.00

50.00

36.00

46.00

33.00

44.00

43.00

58.00

31.00

52.00

38.00

47.00

40.00

62.00

40.00

62.00

37.00

46.00

33.00

36.00

40.00

48.00

41.00

51.00

35.00

44.00

36.00

27.00

38.00

52.00

37.00

45.00

35.00

45.00

39.00

44.00

33.00

44.00

35.00

49.00


(5)

39.00

55.00

33.00

47.00

36.00

57.00

31.00

38.00

44.00

51.00

34.00

42.00

32.00

48.00

28.00

47.00

27.00

41.00

36.00

43.00

38.00

49.00

34.00

32.00

37.00

52.00

29.00

46.00

36.00

57.00

34.00

31.00

48.00

75.00

45.00

74.00

42.00

53.00

38.00

45.00

39.00

59.00

38.00

55.00

47.00

58.00

37.00

46.00

36.00

48.00

37.00

51.00

44.00

59.00

38.00

57.00

38.00

51.00

43.00

53.00

45.00

50.00

45.00

61.00

38.00

59.00

32.00

45.00

31.00

44.00

24.00

42.00

35.00

51.00

47.00

56.00

36.00

42.00

47.00

78.00

44.00

64.00

39.00

52.00

38.00

59.00

39.00

61.00

38.00

59.00

39.00

48.00

45.00

64.00


(6)

36.00

55.00

40.00

52.00

43.00

59.00


Dokumen yang terkait

Tayangan The Golden Ways dan Motivasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan The Golden Ways di Metro TV terhadap Peningkatan Motivasi Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area)

0 45 118

Tayangan Jejak Petulang Dan Minat Berpetualang Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Minat Berpetualang Siswa SMA Negeri 1 Berastagi)

6 41 118

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan).

3 76 113

Reduksi Moral dan Reality Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek di Trans TV).

1 45 88

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN REALITY SHOW TERMEHEK-MEHEK DITRANSTV( Studi pada Remaja Desa Bumiaji RW.01 Kecamatan Bumiaji-Batu)

2 21 2

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TALK SHOW DR.OZ INDONESIA DI MEDIA TV ( Studi Analisis Kuantitatif Deskriptif Tentang Motif Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Talk show DR.OZ Indonesia di TRANS TV ).

0 0 86

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

Dramatisasi dalam Tayangan Reality Show (Studi Analisis Isi Kualitatif Dramatisasi dalam Tiga Episode Reality Show Jika Aku Menjadi yang Disiarkan Trans TV).

0 0 12

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20