1. Pendahuluan
Kunjungan yang dilakukan Ardika ke Taiwan pada tanggal 17 - 22 Nopember 2014, dan ke Nias pada tanggal 12 - 14 Desember 2014 menginspirasi penulisan makalah ini. Hasil
kunjungan tersebut telah menambah pemahaman tentang budaya Austronesia. Di samping itu, terdapat kesamaan elemen budaya materi yang dipamerkan di museum Sejarah
Universtas Nasional Taiwan History Museum of National Taiwan University, Museum Taman Nasional Taroko Taroko National Park Taiwan, dan rumah Siulu bangsawan di
Desa Bawomatolou, Kabupaten Nias Selatan, Nias. Kesamaan bahasa merupakan ciri penting yang diwarisi oleh penutur Austronesia
yang tersebar dari Madagaskar barat hingga Pulau Paskah timur, FormosaTaiwan utara dan Selandia Baru selatan. Para ahli mengidentifikasi ciri-ciri umum penutur Austronesia,
meskipun telah terjadi interaksi dan perubahan secara budaya dan biologi berabad-abad lamanya. Adapun ciri-ciri umum yang dimiliki oleh penutur Austronesia antara lain sebagai
berikut. 1 Sebagian besar penutur Austronesia di luar Melanesia dan Filipina memiliki ciri biologi yang dapat digolongkan sebagai ras Mongoloid Selatan Southern Mongoloid; 2
Secara budaya, penutur Austronesia di masa lampau memiliki tradisi mentato tubuh; 3 Menggunakan layar pada sampanperahu; 4 Secara etnografi maupun di masa prasejarah
penutur Austronesia mempunyai stilegaya seni, dan ciri sosial yang terkait dengan urutan kelahiran birth order untuk saudara kandung; serta 5 pemujaan terhadap leluhurnenek
moyang yang dianggap cikal-bakalpendiri keturunan. Rekonstruksi budaya Austronesia juga akan didukung oleh kata-kata yang berkognet
sebagai bukti bahwa nama-nama yang ada pada budaya Austronesia ditunjukkan oleh bukti kebahasaan yang ada pada bahasa yang tergolong ke dalam rumpun Bahasa Austronesia.
Data kebahasaan diambil dari Etimologi Volume I 1980, Volome II 1984, dan Volume III 1986. Data tersebut akan dibandingkan dengan data Bahasa Bali yang diambil dari Prasasti
Bali Volume I dan II Goris, 1954.
2. Metode Penulisan