Jejak Proto Bahasa Austronesia Pada Baha

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

JEJAK PROTOBAHASA AUSTRONESIA
PADA BAHASA MADURA
(Kajian Bandingan Historis Terhadap Retensi dan Inovasi
Fonem Protobahasa Austronesia Pada Bahasa Madura)

Iqbal Nurul Azhar1
Abstraksi: Bahasa Madura merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia. Sebagai bahasa yang merupakan
anggota dari rumpun Austronesia, tentunya bahasa Madura memiliki persamaan maupun perbedaan baik itu
dalam bentuk fonologis, leksikon, maupun grammatikalnya. Persamaan yang dimiliki bahasa Madura pastilah
disebabkan pewarisan dan retensi unsur protobahasa Austronesia oleh penutur bahasa Madura. Perbedaan yang
terjadi disinyalir terjadi karena masuknya berbagai anasir yang memberikan stimulus variasi dan perkembangan
bahasa madura. Meskipun mengalami evolusi, perubahan dan persamaan ini tetap dapat dilacak yaitu dengan
cara membandingkan fonem bahasa Madura dengan fonem protobahasanya yaitu protobahasa Austronesia.
Retensi dan Perbedaan inilah yang akan dibicarakan secara seksama dalam artikel ini.
Kata-Kata Kunci: Bahasa Madura, Proto Bahasa Austronesia, Retensi, Inovasi

A. Pendahuluan
Kridalaksana (1983) dan Djoko Kentjono (1982) memberikan definisi pada sosok bahasa sebagai
sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk

bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa diturunkan oleh nenek
moyang kita secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lain melalui proses yang
panjang dan berkesinambungan. Panjangnya proses penurunan bahasa ini menyebabkan proses
evolusi bahasa dapat terjadi. Evolusi dalam Cambridge Advance Learner’s Dictionary merujuk
kepada proses perubahan dan perkembangan secara beransur-ansur yang terjadi dalam kurun
waktu yang lama. Gabungan definisi bahasa dan evolusi ini menunjukkan bahwa bahasa adalah
suatu sistem lambang yang dinamis dan tidak statis. Selama bahasa tersebut digunakan oleh
penuturnya, bahasa akan berkembangan mengikut peredaran masa dan berubah sesuai dengan
perubahan masyarakat penutur bahasa tersebut.
Perubahan bahasa sebagai fenomena yang bersifat umum dapat diamati melalui
perubahan bunyi. Dengan kata lain perubahan ini secara mendasar dapat diamati pada tataran
fonologis yang merupakan suatu tataran kebahasaan yang paling mendasar dan penting dalam
rangka telaah bidang linguistik bandingan (Fernandez, 1996).
1

Dosen Sastra Inggris Universitas Negeri Trunojoyo Madura

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar


Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

Linguistik Bandingan Historis memiliki fokus untuk menelaah dan menentukan
klasifikasi genetis bahasa-bahasa di dunia. Cabang linguistik ini secara umum memiliki dua
peran besar yaitu (1) mengelompokkan bahasa-bahasa atas rumpun besar dan kecil dan (2)
merekonstruksi satu atau beberapa bahasa purba yang menurunkan bahasa modern. Disamping
dua peran besar tersebut, terdapat satu peran tambahan yang dimiliki Linguistik Bandingan
Historis yaitu berusaha menemukan tempat asal dan bangsa pemakai bahasa tersebut (Parera,
1991). Dengan hipotesis bahwa semua bahasa-bahasa di dunia memiliki kemungkinan
berkerabat, para linguis yang berkecimpung dalam kajian ini melakukan berbagai macam
penelitian. Dari beberapa penelitian yang dilakukan seperti yang dilakukan Gonda (1988), Blust
(1986), Nothofer (1975) dan Fernandez (1996 dan 1997), ditemukan bahwa beberapa bahasa di
dunia memiliki kekerabatan yang sangat erat.
Hubungan kekerabatan bangsa-bangsa ini dapat dibuktikan dengan rekonstruksi unsurunsur reternsi (kesamaan atau pemertahanan) maupun inovasi (perubahan) dari bahasa asal yang
disebut protobahasa baik pada tataran fonologi, leksikon, maupun grammatikalnya (Masrukhi,
2002). Proto bahasa adalah suatu gagasan teoritis yang dirancang dengan cara sederhana yang
dihubungkan dengan sistem-sistem bahasa sekerabat dengan memanfaatkan sejumlah kaidah
(Bynon dalam Masrukhi, 2002). Dengan kata lain, evolusi suatu bahasa dapat dilacak dengan
cara membandingkan bentuk terkini bahasa tersebut dengan proto bahasanya, yaitu dengan cara

mengamati perubahan pada aspek yang paling sensitif untuk berubah yaitu pada tataran
fonologisnya.
Ada dua langkah yang dapat diambil dalam menganalisa perubahan fonologis ini yaitu
(1) mencari perangkat kognat (kata asal) untuk mencari hubungan kekerabatan antarbahasa.
Pengetahuan tentang perangkat kognat ini bermanfaat besar untuk merunut relevansi historisnya,
merumuskan kaidah-kaidah perubahan bunyi bahasa baik itu yang primer ”teratur” maupun yang
sekunder ”tidak teratur” serta korespondensi bunyinya dari bahasa-bahasa tersebut, (2) setelah
diketahui kaidah korespondensi bunyi atau perubahan bunyi, maka selanjutnya dapat dilakukan
pemilihan leksikon bahasa sekarang yang merupakan kelanjutan dari proto bahasanya (Dyen
dalam Fernandez, 1996).
Bahasa Madura merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia. Sebagai bahasa yang
merupakan anggota dari rumpun Austronesia, tentunya bahasa Madura memiliki persamaan
maupun perbedaan baik itu dalam bentuk fonologis, leksikon, maupun grammatikal dengan

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010


protobahasanya. Persamaan yang dimiliki bahasa Madura pastilah disebabkan pewarisan dan
retensi unsur protobahasa Austronesia oleh penutur bahasa Madura. Perbedaan yang terjadi
disinyalir terjadi karena masuknya berbagai anasir yang memberikan stimulus variasi dan
perkembangan bahasa madura. Meskipun mengalami evolusi, perubahan dan persamaan ini tetap
dapat dilacak yaitu dengan cara membandingkan fonem bahasa Madura dengan fonem
protobahasanya yaitu protobahasa Austronesia. Retensi dan Perbedaan inilah yang akan
dibicarakan secara seksama dalam artikel ini.
Secara umum, pembahasan perubahan fonem bahasa Madura dalam artikel ini dipandu
oleh tiga pertanyaan besar yang berhubungan dengan perubahan fonem bahasa Madura. Adapun
ketiga pertanyaan tersebut antara lain (1) bagaimana sistem fonologi bahasa Madura (2) retensi
dan inovasi apakah yang terjadi pada fonem bahasa Madura dan (3) bagaimanakah jejak bahasa
protobahasa Austronesia pada bahasa Madura.
Berdasarkan tiga rumusan masalah tersebut, maka struktur penulisan artikel ini terbagi
menjadi tujuh bagian yaitu (a) pendahuluan (b) rumpun bahasa Austronesia (c) sistem tata suara
bahasa Madura (d) retensi dan inovasi fonem bahasa Madura (e) jejak protobahasa Austronesia
pada bahasa Madura (f) simpulan (g) penutup.

B. Rumpun Bahasa Austronesia
Austronesia dalam definisi umumnya mengacu pada suatu daerah yang dimana bahasa-bahasa
Austronesia dituturkan. Daerah tersebut mencakup pulau Taiwan, kepulauan Nusantara

(termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah,
Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti
"selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti "pulau" (www.wikipedia).
Wilhelm von Humboldt (dalam Parera 1991) menunjuk pada kemiripan antara bahasabahasa Melayu-Polinesia dan menyebut kemiripan tersebut sebagai rumpun bahasa MelayuPolinesia. Nama bahasa Melayu-Polinesia tetap digunakan sampai sekarang oleh beberapa pakar
bahasa untuk merujuk pada bahasa-bahasa Austronesia. Penamaan bahasa Melayu-Polinesia
kemudian ditolak oleh oleh Peter W. Schimdt (dalam Parera, 1991) pada tahun 1906 dalam
bukunya “Die Mon-Khmer Volkerein Bindeglied Zwischen Volkern Zentralasiens und
Austronesiens.” Schimdt tidak menerima istilah Melayu-Polinesia karena batas Melayu-Polinesia
sangatlah sempit. Di sebelah barat wilayah tersebut masih ada bahasa-bahasa Melagasi dan di

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

sebelah timur masih ada bahasa Maori, Hawai dan Rapuni yang memiliki status serumpun.
Dalam bukunya pula, Schimdt menawarkan nama baru penyebutan bahasa yang berada dalam
wilayah tersebut sebagai rumpun bahasa Austronesia. Disebut rumpun bahasa, karena banyak
kosakatanya memiliki kemiripan baik dalam bentuk maupun artinya (kognat). Kemiripan ini

dapat dilihat pada contoh di bawah ini:
Bahasa

1

2

3

Proto-Austronesia *esa/isa *duSa *telu
celu

4

5

6

7


8

9

10

*Sepat * lima *enem *pitu

*walu

*Siwa

*sa-puluq

sepac

lima

alu


siva

ta-puluq

unem

Paiwan

ita

dusa

Tagalog

isá

dalawá tatló

ápat


limá

ánim

pitó

waló

siyám

sampû

Ma'anyan

Isa'

rueh

telo


epat

dime

enem

pitu

Balu'

suei

sapuluh

Bugis

seddi

dua


téllu

eppa

lima

enneng pitu

aruwa

asera

seppulo

Malagasy

iráy

róa

télo

éfatra dímy

énina

válo

sívy

fólo

sa

duwa

lhee

peuet

limöng nam

tujôh lapan

sikureueng plôh
sia

Aceh
Toba Batak

picu

fíto

sada

duwa

tolu

opat

lima

onom

pitu

uwalu

Bali

sa

dua

telu

empat lima

enem

pitu

akutus sia

dasa

Sasak

esa

due

telu

empat lime

enem

pitu’

balu’

sepulu

Jawa Kuna

sa

rwa

telu

pat

lima

nem

pitu

wwalu sanga

sapuluh

Jawa Baru

siji

loro

telu

papat

lima

nem

pitu

wolu

sepuluh

Sunda

hiji

dua

tilu

opat

lima

genep

tujuh dalapan salapan

siwa’
sanga

sapuluh

Madura

settong dhua

tello'

empa' léma'

ennem pétto' ballu'

Melayu

satu

dua

tiga

empat lima

enam

Minangkabau

ciék

duo

tigo

ampék limo

anam

tujuah salapan sambilan

sapuluah

Rapanui

tahi

rua

toru

ha

ono

hitu

'ahuru

Hawaii

`ekahi

`elua

`ekolu `eha:

`elima `eono

`ehiku `ewalu `eiwa

`umi

Sinama

issah

duah

talluh mpat

limah

pitu'

sangpu'

rima

nnom

sanga'

sampulu

tujuh delapan sembilan
va'u
Walu'

iva
siam

sapolo
sepuluh

Sumber: www.wikipedia.com

Agak sulit untuk mendefinisikan struktur kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia
karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan
berhubungan erat. Selain itu, jumlah bahasa yang termasuk dalam dalam rumpun Austronesia
demikian besar sehingga proses pengklasifikasiannyapun demikian rumit. Dyen (dalam
Pordjosoedarmo) memperkirakan bahwa jumlah anggota bahasa Austronesia adalah 1/8 dari
jumlah bahasa yang ada di dunia
Ada beberapa perdebatan di atara linguis dalam membagi bahasa Austronesia
berdasarkan sub-sub yang lebih kecil. Pandangan kuno yang menggunakan pendekatan geografis
membagi bahasa Austronesia ke dalam empat bagian yang lebih kecil yang disebut subrumpun
yaitu Polinesia, Mikronesia, Melanesia, dan Indonesia (Anceaux, 1981). Teori ini kemudian
dibantah oleh beberapa linguis yang membertimbangkan kondisi bahasa-bahasa Mikronesia yang

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

telah mati sehingga pembagiannyapun tidak empat tetapi dua yaitu Polinesia dan Melanesia saja.
Schmidt,

Kern, (dalam Anceaux, 1981) adalah pendukung teori ini. Pembagian inipun

mendapatkan bantahan dari teori linguis lain seperti teori yang diajukan oleh Dempwolf (dalam
Poedjosoedarmo) dan Dyen (dalam Anceaux, 1981) yang memasukkan bahasa-bahasa yang ada
di Nusantara seperti bahasa Maluku, Irian Jaya, Batak-Toba, Jawa, dan Melayu ke dalam
subrumpun ketiga yaitu Indonesia. Dengan lebih detail Dempwolf (ibid) membagi bahasa
Austronesia ke dalam tiga subrumpun dengan memasukkan bahasa-bahasa yang menjadi anggota
dari subrumpun tersebut sebagai berikut: (1) Indonesia dengan anggotanya yaitu Tagalog, BatakToba, Jawa, Melayu, dan Dayak-Ngaju (2) Melanesia dengan anggota Hova (Malagasy), Fiji,
dan San’an, dan (3) Polynesia dengan anggota Tonga, Futuna dan Samoa.
Linguis-linguis Indonesiapun tidak mau kalah dengan linguis luar negeri dalam
menyumbangkan pemikiran mereka untuk mengkategorikan rumpun bahasa Austonesia ke
dalam sub-sub yang lebih kecil seperti yang dilakukan oleh Parera (1991). Parera membagi
Rumpun bahasa Austronesia ke dalam dua subrumpun yaitu subrumpun Austronesia Barat dan
subrumpun Austronesia Timur. Secara detail pembagian subrumpun dan anggota subrumpun
terlihat sebagai berikut:
(a) Subrumpun Austronesia Barat
1. Kelompok Malagasi
2. Kelompok Austronesia Barat Laut dengan anggota: (1) subkelompok Formosa, (2)
subkelompok Filipina, (3) subkelompok Chamoro, (4) subkelompok Palau,

(5)

subkelomok Sangihe-Talaud, dan (6) subkelompok Minahasa.
3. Kelompok Austronesia Barat Daya dengan anggota: (1) subkelompok Sumatra, (2)
subkelompok Jawa (suku Madura, suku Jawa) (3) suku Borneo, (4) suku Bali-Sasak, (5)
suku Gorontalo, (6) suku Tomini, (7) suku Toraja, (8) suku Loinang, (8) suku Banggai,
(9) suku Bungku-Mori, (10) suku Sulawesi Selatan, (11) suku Muna-Butung, dan (12)
suku Bima-Sumba
(b) Subrumpun Austronesia Timur
1. Kelompok Ambon-Timur dengan anggota: (1) suku Sikka-Solor, (2) suku Kedang- AlorPantar, (3) suku Timor Timur, (4) suku Vaikenu, (5) suku Timor Barat, (6) suku Kupang,
(8) suku Seram Timur, (9) suku Seram Barat, dan (10) suku Banda

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

2. Kelompok Sula-Bacan dengan anggota: (1) suku Taliabu, (2) suku Sanana, dan (3) suku
acan-Obi
3. Kelompok Halmahera Seratan-Irian Barat
Dari pembagian yang dilakukan oleh Parera ini, kita dapat melihat bahwa bahasa Madura
merupakan salah satu anggota dari bahasa Austronesia yang bernaung dalam subkelompuk
Austronesia Barat Daya. Subkelompok ini merupakan salah satu anggota dari subrumpun
Austronesia Barat

C. Bahasa Madura
Secara geografis, pulau Madura terletak pada 7˚ LS dan antara 112˚ dan 114 BT (Wiyata,
2002:2009). Di pulau ini terdapat empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang Pamekasan dan
Sumenep. Pulau Madura dapat dikatakan sebagai pulau multietnik karena pulau ini tidak hanya
didiami orang Madura saja, tapi juga didiami oleh orang Jawa, Sunda, Sumatera, Cina, dan Arab.
Meskipun struktur masyarakatnya terdiri dari berbagai etnis, mayoritas dari populasi pulau ini
adalah penutur asli bahasa Madura yaitu orang Madura dan bahasa komunikasi merekapun
bahasa Madura (Azhar, 2008).
Diantara beragam bahasa daerah yang ada di Indonesia, bahasa Madura merupakan salah
satu bahasa daerah yang terhitung besar. Hal ini disebabkan karena jumlah penuturnya berada
dalam posisi keempat setelah penutur Jawa, Melayu, dan Sunda. Penutur bahasa ini diperkirakan
berjumlah lebih dari 7% dari keseluruhan populasi bangsa Indonesia. (Wikipedia, 2006).
Dewasa ini, sekitar tiga hingga empat juta orang penutur bahasa Madura mendiami pulau
Madura, sedang sisanya, sebanyak sembilan hingga sepuluh juta orang Madura tinggal di Jawa.
Kantong penutur bahasa Madura juga dapat dijumpai di Jakarta, Kalimantan, dan Sulawesi.
(PJRN: 2006).
Bahasa Madura adalah bahasa yang unik. Selain karena mengenal tingkatan bahasa yaitu
Enja’-Iyah (bahasa kasar), Enggi-Enten (bahasa menengah) dan Enggi-Bunten (bahasa halus),
bahasa Madura memiliki karakter khusus terutama dalam kosakatanya yang banyak mengenal
bunyi “letup” seperti kata saba’ (meletakkan) dan lagghu’ (besok). Karakter khusus yang lain
adalah banyaknya konsonan yang muncul dalam sebuah kata semisal lebbhak (muara) dan
bhajjrah (mujur). Dua keunikan ini menjadikan bahasa Madura berbeda dengan bahasa daerah
lainnya. Apabila seseorang yang berasal dari suku bangsa lain mempelajari bahasa Madura, pada

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

mulanya mungkin dia akan mendapati hambatan yang berhubungan dengan dua karakter tadi.
Namun sisi positifnya, karena keunikan bahasa Madura inilah, sebuah kosakata dalam bahasa
Madura apabila telah diingat dan dipahami maknanya tidak akan pernah dapat dilupakan oleh
orang yang belajar bahasa Madura tersebut.
Di sekolah, bahasa Madura diajarkan dalam bentuk muatan lokal sejak tahun 1994. Pada
saat itu posisi muatan lokal bahasa Madura masih belum jelas apakah menjadi sebuah mata
pelajaran yang diwajibkan ataukah tidak. Baru ketika Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003, posisi bahasa ini
resmi menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah (dasar dan menengah)
(Azhar, 2009). Resminya bahasa Madura menjadi bahasa yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar
dan Menengah di seluruh pulau Madura menyebabkan Pemerintah Kabupaten memiliki
kewajiban yang penuh untuk mendukung program ini. Kewajiban itu kemudian dilaksanakan
oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten setempat dengan membentuk tim perancang dan
pengembang kurikulum bahasa daerah. Tim perancang dan pengembang kurikulum bahasa
daerah lokal ini pada akhirnya menerbitkan buku ajar yang dipakai oleh seluruh siswa SD
maupun SMP setempat.

D. Sistem Tata Bunyi Bahasa Madura
Fonem-fonem dalam bahasa Madura memiliki karakter khusus yang berbeda dibandingkan
bahasa lain karena banyak fonem di bahasa tersebut yang memiliki sifat aspirat. Fonem
beraspirat tersebut bersifat fonemik mengingat kemampuannya sebagai pembeda makna. Fonem
beraspirat adalah salah satu ciri khas dari tata bunyi bahasa Madura. Di bawah ini akan
dijelaskan beberapa ciri lain tata bunyi bahasa Madura yang tergambar dalam bentuk-bentuk
vokal, konsona maupun diftongnya.

D.1. Vokal dalam Bahasa Madura
Vokal adalah bunyi bahasa yang dalam proses pembentukannya arus udara yang mengalir dari
paru-paru tidak mengalami hambatan oleh alat-alat ucap. Kualitas vokal ditentukan oleh tiga
faktor yaitu: (1) tinggi-rendah posisi lidah, (2) bagian lidah yang dinaikkan, dan (3) bentuk bibir
ketika mengeluarkan suara vokal tersebut.

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

Dalam Bahasa Madura (BM) terdapat enam vokal yaitu: /a/, /i/, /e/, /u/, / / dan /‫כ‬/. Dilihat
dari tinggi rendah posisi lidah dan bagian-bagian lidah yang dinaikkan, atau parameter tinggirendah dan depan-belakang, keenam vokal tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Posisi Lidah

Depan

Atas

/i/

Tengah

/e/

Bawah

Pusat

Belakang
/u/

/ /

/‫כ‬/

/a/

Dari gambar diatas kita dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan tinggi rendahnya posisi
lidah, BM memiliki dua vokal atas (/i/ dan /u/), tiga vokal tengah (/e/, / /dan /‫כ‬/) dan satu vokal
bawah (/a/). Berdasarkan bagian lidah yang dinaikkan, BM memiliki dua vokal depan (/i/ dan
/e/), dua vokal tengah (/ / dan /a/), dan dua vokal belakang (/u/ dan /‫כ‬/). Berdasarkan bentuk
bibir, BM mempunyai dua vokal bundar (/u/ dan /‫כ‬/) dan empat vokal tak bundar (/i/, /e/, / /, dan
/a/. (Sofyan dkk, 2008). Contoh vokal-vokal tersebut ada dalam kata:
(1) /cabBi/

= cabai

(2) /ereŋ/

= samping

(3) /D pa?/

= sampai

(4) /kanna?/

= ke sini

(5) /Duj n/

= suka

(6) /c‫כ‬l‫?כ‬/

= mulut

D.2. Diftong dalam Bahasa Madura
Diftong adalah bunyi bahasa yang pada waktu pengucapanya ditandai oleh tambahan gerak lidah
dan perubahan tamber satu kali, dan yang berfungsi sebagai inti dari suku kata (Sofyan, 2008).
Dalam BM terdapat tiga buah Diftong yakni: /ay/, /‫כ‬y/ dan /uy/. Diftong /ay/ memiliki dua
allofon yaitu [ay] dan [ăy] sehingga kadang para linguis menyebut BM memiliki empat buah
diftong. Adapun contoh doftong tersebut dalam kata adalah:
(7) /tapay/

= tape

(8) /G băy/ = buat
(9) /k rBuy/ = kerbau
(10) /tam‫כ‬y/

= tamu

(11) /ap‫כ‬y/

= api

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

D.3. Vokal dalam Bahasa Madura
Menurut artikulasinya, konsonan dalam BM dapat dikategorikan berdasarkan empat faktor,
yaitu: (1) keadaan pita suara (2) daerah artikulasi (3) cara artikulasi dan (4) ada tidaknya aspirasi.
Berdasarkan keadaan pita suara, konsonan dibedakan menjadi konsonan bersuara dan tak
bersuara. Berdasarkan daerah artikulasinya, konsonan dibedakan atas konsonan bilabial,
labiodental, alveolar, palatal, velar dan glottal. Berdasarkan cara artikulasinya konsonan
dibedakan atas konsonan hambat, frikatif, nasal, getar, dan lateral. Berdasarkan ada tidaknya
aspirasi konsonan dibedakan atas konsonan beraspirasi dan tak beraspirasi. Disamping itu ada
lagi yang berwujud semi vokal, yakni bunyi bahasa yang secara praktis termasuk konsonan,
tetapi dilihat dari artikulasnya belum membentuk konsonan murni.
Daerah
Artikulasi
Cara
Artikulasi
Hambat
Takbersuara
Hambat
Bersuara
Frikatif
Takbersuara
Frikatif
Bersuara
Nasal
Bersuara
Getar
Bersuara
Lateral
Bersuara
Semivokal
Bersuara

Bilabial

Labio Dental

Tak
Beraspirasi
p

Beraspirasi

b

bh

Tak
Beraspirasi

Beraspirasi

Dental/
Alveolar
BerasTak
pirasi
Beraspirasi
t
T
d
dh
D
Dh
s

Palatal

Velar

Tak
Beraspirasi
c

Beraspirasi

j

jh

Tak
Beraspirasi
k
q
g

š

x

ň

ŋ

Glottal

Beraspirasi
?
gh
h

z
m

n
r
l

w

y

(sumber: sofyan, 2008)

Pada tabel di atas nampak bahwa BM memiliki 31 konsonan yaitu: /p/, /t/, /T/, /c/, /k/, /q/,
/?/, /b/, /d/, /D/, /j/, /g/, /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/, /f/, /s/, /š/, /z/, /x/, /h/, /m/, /n/, /ň/, /ŋ/, /r/, /l/, /w/,
/y/. Adapun munculnya konsonan dalam kata dapat dilihat dari contoh di bawah ini:
Kode

Jenis Konsonan

a

konsonan hambat bilabial

b

konsonan hambat dental

c

konsonan hambat alveolar

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Konsonan
/p/
/b/
/bh/
/t/
/d/
/dh/
/T/
/D/

Contoh
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

/pan‫כ‬/
/b j /
/bh taŋ /
/tan m/
/dimmah/
/dh bu/
/paTe/
/manDih/

= panu
= waktu
= bangkai
= tanam
= dimana
= ucapan
= santan
= mandi

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

d

e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s

konsonan hambat palatal

konsonan hambat velar

konsonan hambat glotal
konsonan frikatif
labiodental
konsonan frikatif alveolar
konsona frikatif palatal
tak bersuara
konsonan frikatif velar tak
bersuara
konsonan frikatif glotal
konsonan nasal bilabial
konsonan nasal alveolar
konsonan nasal palatal
konsonan nasal velar
konsonan getar alveolar
konsonan lateral alveolar
semivokal bilabial
semivokal palatal

/Dh/
/c/
/j/
/jh/
/k/
/q/
/g/
/gh/
/?/

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

/Dh mar/
/cal‫?כ‬/
/j reya/
/jh u/
/kasep/
/q‫כ‬mat/
/g l j r/
/gh j /
/D pa?/

= lampu
= golok
= itu
= jauh
= terlambat
= komat (sholat)
= keluyuran
= gajah
= sampai

/f/

(29) /hafal/

= hafal

/s/
/z/

(30) /sett‫כ‬ŋ/
(31) /z kat/

= satu
= zakat

/š /

(32) /iša?/

= waktu sholat

/x/

(33) /exlas/

= ikhlas

/h/
/m/
/n/
/ň/
/ŋ/
/r/
/l/
/w/
/y/

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

= hari ahad
= kotoran ungas
= kasihan
= lebah
= minm
= nama bulan
= hanyut
= lunak
= sekarang

/ahat/
/manc‫?כ‬/
/nes r/
/ňer‫כ‬an/
/ŋen‫כ‬m/
/ras‫כ‬l/
/laň‫?כ‬/
/p‫כ‬wa/
/sateya/

E. Retensi dan Inovasi Fonem Bahasa Madura
Telah disebutkan di bagian depan bahwa bahasa Madura telah mengalami evolusi dari yang
semula berbentuk protobahasa Austronesia, menjadi bahasa Madura seperti yang kita lihat
sekarang ini. Selama proses evolusi ini terjadi, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada
jenis-jenis kosakata maupun pengucapan bahasa Madura. Kemungkinan yang pertama adalah
bahasa Madura masih tetap mempertahankan dan mewarisi anasir protobahasa Austronesia. Ini
berarti bahwa bahasa Madura masih tetap mempertahankan kaidah-kaidah linguistik bahasa
protonya yaitu protobahasa Austronesia. Fenomena inilah yang dikenal sebagai retensi.
Kemungkinan yang kedua adalah terjadinya perbedaan jenis-jenis kosakata maupun pengucapan
bahasa Madura dari bahasa protonya. Fenomena inilah yang dikenal sebagai inovasi. Perbedaan
yang terjadi disinyalir terjadi karena masuknya berbagai anasir yang memberikan stimulus
variasi dan perkembangan bahasa madura. Karena pokok kajian kita adalah tentang fonem
bahasa Madura, maka fokus pembahasan bagian ini akan banyak menyentuh aspek fonologis.

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

E.1. Retensi Fonem PAN dalam BM
Beberapa fonem bahasa Austronesia masih dapat dilihat bentuknya secara utuh dalam fonem
bahasa Madura modern. Kita dapat melihat keutuhan retensi fonem bahasa Madura ini melalui
bentuk protobahasa Austronesia. Bentuk protobahasa Austronesia yang digunakan dalam artikel
ini mengambil konstruksi protobahasa Austronesia yang diajukan oleh Dempwolff (1938), Dyen
(1953) dan Dyen dan Mcfarland (1970) (ketiganya dalam Wurm &Wilson, 1978)
Adapun fonem-fonem protobahasa Austronesian (PAN) yang retensif dan tetap
digunakan secara utuh baik itu konsonan maupun vokalnya dalam bahasa Madura (BM) modern
adalah:
E.1.a. Retensi Vokal PAN dalam BM
(a) *a > a
(43) * páqa?

> p‫כ‬kaŋ

= paha

(44) * naqnaq

> nana

= nanah

(45) * aŋka

> angka?

= angkat

PAN /r/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

Ket:

tanda * aa
tanda >
tanda /
pre#KV___
#KV__
#KVK__
___KV#
___KVK#

: menunjukkan bahwa itu adalah protobahasa
: menjadi
: pada
: prepenultima (biasanya ada di kata dengan 3 suku kata)
: penultima (biasanya ada di kata dengan 2 suku kata)
: penultima (suku kata kedua, dua konsonan diantara satu vokal)
: ultima (suku kata akhir)
: ultima (suku kata terakhir, dua konsonan diantara satu vokal)

(b) *i > i /#KV___ dan *i > i /__KV#
(46) * binex

> bine?

= perempuan

(47) * ñañi

>

= bernyanyi

ñañi

PAN /i/ mengalami retensi pada penultima dan ultima dalam BM.

(c) *u > u /#KV/KVK___ dan *i > i /__KV/KVK#
(48) * lembut

> l mbu?/

= empuk

(49) * butbut

> bhutbhut

= mencabuti

(50) * buhaN

> buw ŋ

= buang

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

PAN /u/ mengalami retensi pada penultima dan ultima dalam BM.
(d) *e > e /__KV/KVK#
(51) * binex

> bine?

= perempuan

(52) * liqer

> le?er

= leher

PAN /e/ mengalami retensi pada ultima dalam BM.

E.1.b. Retensi Konsonan
(e) fonem /*b/ dengan rumus: *b > b /#KV___ dan *b > b /__KV/KVK#
(53) *butbut > butbut

= mencabuti

(54) *t buq

> t‫כ‬mbu

= tumbuh

(55) *sábaq

> sab

= sawah

PAN /b/ mengalami retensi pada suku kata kedua dari akhir (penultima) dalam BM.

(f) *p > p /#KV/KVK___ dan *p > p /__KV/KVK#
(56) *pitu?

> petT‫?כ‬

= tujuh

(57) *páqa?

> p‫כ‬kaŋ

= paha

(58) *?apa?

>

apah

= apa

(59) *sapu?

>

sap‫כ‬h

= sapu

PAN /p/ mengalami retensi pada penultima dan ultima dalam BM.

(g) *t > t.
(60) * tan m > tan m
(61) * q tek

> ‫כ‬t q

(62) * pátéy

> pateh

(63) * sebut

h

= tanam
= otak

> s bb ut

= mati
= sebut

PAN /t/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(h) *k > k
(64) * kaka?

> kaka?

= kakak

(65) * k lit

> k‫כ‬le?

= kulit

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(66) * bálik

> bh lik

= balik

PAN /k/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(i) *D > D/#KV___ dan *D > D /__KVK#
(67) * DaDa? > d D h

= dada

(68) * Dálem > D l m

= dalam

PAN /d/ mengalami retensi pada penultima dan ultima dalam BM.

(j) *h > h /__KVK#
(69) * taŋgah > andh h

= tangga

(70) * q bih

> ‫כ‬bih

= ubi

(71) * sapuh

>

= sapu

sap‫כ‬h

PAN /h/ mengalami retensi pada ultima dalam BM.

(k) *s > s
(72) * siwa?

> saŋa?

= sembilan

(73) * Rát s

> sat‫כ‬s

= seratus

(74) * mosaq >

m‫כ‬s‫כ‬

= musuh

>

sap‫כ‬h

= sapu

(75) * sapu?

PAN /s/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(l) *m > m
(76) * limá?

> lema?

= lima

(77) * lembut > l mbu?

= empuk

(78) * ?n m

>

en‫כ‬m

= minum

(79) * maCá? >

matah

= mata

PAN /m/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(m) *n > n
(80) * laun

> la‫כ‬n

= pelan

(81) * ?n m

>

= minum

en‫כ‬m

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(82) * tunu?

>

t‫כ‬n‫כ‬h

= panggang

PAN /n/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(n) *y > y
(83) * apuy

> ap‫כ‬y

= api

PAN /y/ mengalami retensi pada ultima dalam BM.
(o) *l > l
(84) * limá?

>

lema?

= lima

(85) * laun

> la‫כ‬n

= pelan

(86) * telu?

> t ll‫?כ‬

= tiga

(87) * béŋél

> teŋ l

= tuli

PAN /l/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(p) *c>c/__KVK#
(88) * ?ucap

> ‫כ‬ca?

= berbicara

PAN /c/ mengalami retensi pada ultima dalam BM.

(q) *r > r
rebbhuŋ

(89) * rebuŋ

>

(90) * ñiur

> ñe‫כ‬r

= nyiur

(91) * t run

> t‫כ‬r‫כ‬n

= turun

= anak bambu

PAN /r/ mengalami retensi pada semua posisi dalam BM.

(r) * ñ > ñ /#KV___ dan *ñ > ñ /__KV#
(92) * ñiur

> ñe‫כ‬r

= nyiur

(93) * ñañi

> ñañi

= nyanyi

PAN / ñ / mengalami retensi pada penultima dan ultima dalam BM.

(s) * ŋ > ŋ /#KV___ dan *ñ > ñ /__KVK#
(94) * rebuŋ

> rebbhuŋ

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

= anak bambu

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(95) * háŋin

> aŋen

= angin

(96) * aŋka

> aŋka?

= angkat

PAN / ŋ / mengalami retensi pada penultima dan ultima dalam BM.

(t) *? > ? /__KVK#
(97) * pitu?

> petT‫?כ‬

= tujuh

(98) * limá?

> lema?

= lima

PAN /?/ mengalami retensi pada ultima dalam BM.
Dari hasil analisi data terhadap kemunculan dan pemertahanan fonem protobahasa
Austronesia dalam bahasa Madura dapat digambarkan sebagai berikut:
*a > a
*? > ?
*i > i
*s > s
*u > u
*m > m
*e > e
*n > n
*p > p
*l > l
*t > t
*r > r
*k > k
*ñ > ñ
*D > D
*ŋ > ŋ
*h > h
*c >
c
*b >
b
*y >
y
Fonem-fonem konsonan dan vokal di atas mengalami retensi pada semua posisi atau
posisi tertentu. Disamping mengalami retensi, fonem-fonem tersebut mengalami inovasi yang
akan dijelaskan sebagai berikut:

E.2. Inovasi Fonem PAN dalam BM
Beberapa fonem PAN mengalami perubahan atau inovasi dalam BM. Inovasi-inovasi
tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan dua kaidah yaitu kaidah primer dan
kaidah sekunder. Kaidah primer yaitu kaidah yang menjelaskan proses inovasi yang terjadi
karena berubahnya satu fonem menjadi satu fonem lain yang terjadi secara berkesinambungan
dan merata pada fonem BM, sedangkan kaidah sekunder adalah kaidah yang berhubungan
dengan bentuk maupun letak dari perubahan fonem itu sendiri. Kaidah sekunder kadang acak
atau sporadis dan kurang teratur Adapun kaidah-kaidah tersebut tersebut antara lain.

E.2.a. Kaidah Primer

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(1) Inovasi Vokal PAN dalam BM
(a) Terjadi inovasi Substitusi yaitu pergantian satu bunyi dengan bunyi yang lain seperti pada
peristiwa *u > ‫ כ‬/__KVK# dan /#KV___
(99) * telu?

>

t ll‫?כ‬

= tiga

(100) * pitu?

>

petT‫?כ‬

= tujuh

(101) * ?ucap

> ‫כ‬ca?

= berbicara

(102) * puki

>

= kelamin perempuan

p‫כ‬keh

PAN /u/ mengalami inovasi Substitusi menjadi / ‫ כ‬/ pada ultima dan penultima dalam BM.

(b) Inovasi fonem vokal berupa Partial Split terjadi pada *i > e / #KV/KVK___

dan

*i > e /___KVK# serta *i > i #KV___ dan *i > i /___KVK/VK#
(103) * limá?

>

lema?

= lima

(104) * pitu?

>

petT‫?כ‬

= tujuh

(105) * k lit

>

k‫כ‬le?

= kulit

(106) * nipis

>

tepes

= tipis

(107) * binex

>

bine?

= perempuan

(108) * q bih

> ‫כ‬bih

(109) * záqit

>

= ubi

jh i?

= jahit

Partial Split adalah perubahan satu fonem menjadi dua fonem yang berbeda, namun satu fonem,
masih menyisakan bentuk asalnya. Partial Split dapat digambarkan sebagai berikut:
e
*i
i

(2) Inovasi Diftong PAN dalam BM
(c) Terjadi inovasi Merger pada diftong *ei, *ay, dan *uy > h pada BM. Merger (penggabungan)
adalah berubahnya dua atau beberapa fonem yang berbeda menjadi satu fonem yang sama.
(110) * Dahey

> D ih

(111) * pátéy

> pateh

(112) * tambay
(113) * linduy

= dahi
h

> tamb h
h

> lend uh

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

= mati
= tambah
= gempa

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

Merger ei, ay, dan uy > h dapat digambarkan sebagai berikut:
*ei
*ay

/h/

*uy

a.2. Inovasi Konsonan PAN dalam BM
(d) Inovasi terjadi pada Fonem*y > j /__KVK#
(114) * kayuq

> kajuh

= kayu

(115) * láyaR

> laj r

= layar

Fonem /y/ pada posisi ultima mengalami inovasi yaitu menjadi fonem /j/ dalam bahasa
Madura.
(e) Inovasi berupa Merger terjadi pada konsonan hambat seperti *d, *k, *t dan *p > ? Bukti
perubahan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut
(116) * Káwad

> kab ?

= kawat

(117) * záqit

> jh i?

= jahit

(118) * ?aŋkat

> angka?

= angkat

(119) * ?ucap

> ‫כ‬ca?

= berbicara

(120) * anak

> ana?

= anak

Perubahan protofonem konsonan hambat t, k, d > ? terjadi pada ultima.

(f) Fonem *t ternyata tidak hanya mengalami inovasi merger yaitu *t > ?, tapi juga terjadi
perubahan Partial Split karena ditemukan juga pada contoh lainnya bahwa *t > t
(121)*lembut > l mbu?

= empuk

(122)*k lit

= kulit

> k‫כ‬le?
h

h

(123)*butbut > b utb ut

= mencabuti

(124)*qasat

= kering

>

asat

PAN /t/ mengalami inovasi menjadi /?/ dan /t/ pada posisi ultima dalam BM.
(g) *z > jh /#KV___
(125) *zárium > jh rum

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

= jarum

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(126) *záqit
(127) *zauq

> jh i?

= jahit

h

= jauh

h

= jalan

> j u

(128) *zálane > j l n

PAN /z/ mengalami inovasi menjadi /jh/ pada penultima dalam BM.

(h) *q > Ø
(129) *belaq > bh sa

= pecah

(130) *taqun > ta‫כ‬n

= tahun

(131) *salaq

> sala

= salah

(132) *qasat

> asat

= kering

(133) *naqnaq > nana

= nanah

PAN /q/ mengalami inovasi mejadi fonem kosong (didrop) pada semua posisi dalam BM.

(i) *? > h /__KVK#
(134) * q bi?/

> ‫כ‬bih

= ubi

(135) * ?apa?

> apah

= apa

(136) * taDá?

> tanDh h

= tanda

(137) * sapu?

> sap‫כ‬h

= sapu

(138) * DaDa?

> d D h

= dada

(139) * tunu?

> t‫כ‬n‫כ‬h

= bakar

(140) * lupa?

> l‫כ‬ppah

= lupa

PAN /?/ mengalami inovasi menjadi /h/ pada posisi ultima dalam BM.
(j) *b > bh /#KV___ dan __KV/KVK#
(141)*belaq

> bh sa

(142)*rebuŋ

h

= pecah

> r bb uŋ

= anak bambu

h

= kembang

h

(144)*Rebaq > r‫כ‬bb u

= tumbang

h

= sebut

h

= cemburu

(143)*kembaŋ > kemb ŋ

(145)*sebut

> s bb ut

(146)*buRhu? > t mb uruh

PAN /b/ mengalami inovasi mejadi /bh/ pada posisi ultima dan penultima dalam BM

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

E.2.b. Kaidah Sekunder
(1) Fortrisi
Fortrisi adalah perubahan sebuah fonem atau lebih menjadi fonem berbeda yang posisinya lebih
lebih kuat (Crowle,1992), seperti konsonan lemah menjadi kuat atau vokal rendah menjadi
tinggi. Inovasi Fortrisi dapat kita jumpai pada BM seperti dicontohkan di bawah ini yaitu
perubahab *w > j dan *y > j:
(147) *lawa

> b labb h

= laba-laba

(148) *káwad > kab ?

= kawat

(149) *walat > b l t

= bahaya/kualat

(150) *kayuq > kajuh

= kayu

(151) *láyaR > laj r

= layar

(2) Lenisi
Lenisi adalah inovasi yang merupakan kebalikan dari fortisi, yaitu perubahan sebuah fonem atau
lebih menjadi fonem berbeda yang posisinya lebih lebih lemah (Crowle,1992), seperti /b/>/w/
atau /p>/f/. Lenisi yang paling ekstrim adalah hilangnya sebuah atau lebih suara (Crowle, 1992).
Contoh inovasi lenisi terdapat dalam daftar di bawah ini:
(152) *salaq

>

sala

= salah

(153) *sábaq

>

sab

= sawah

(154) *babaq

>

b b

= bawah

(155) *tambaq >

tamb

= tambah

(156) *mosaq

>

m‫כ‬s‫כ‬

= musuh

(157) *salaq

>

sala

= salah

(3) Apokope
Apokope adalah pelesapan bunyi-bunyi vokal pada akhir kata (Fernandez, 1994). Contoh inovasi
apokokope dalam BM ada dalam contoh berikut:
(158) *bat ?e

>

b t‫כ‬h

= batu

(159) *cáŋise

>

tanges

= tangis

kap‫כ‬r

= kapur

(160) *?ápuRe >

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(4) Sinkope
Sinkope adalah proses yang sangat mirip dengan Apokope. Sinkope mengacu pada pelesapan
bunyi-bunyi vokal pada posisi engah kata. Sinkope inilah yang seringkali menyebabkan adanya
gugus konsonan pada BM (Fernandez, 1994). Contoh inovasi Sinkope adalah:
(161) * epate

>

(162) * zárium >

mpa?

= empat

h

= jarum

j rum

(5) Haplologi
Haplologi merupakan sejenis perubahan bunyi yang penerapannya cenderung sangat sporadis
dan jarang dijumpai. Haplologi mengacu pada penghilangan suku kata seutuhnya apabila suku
kata tersebut berdampingan dengan suku kata yang identik sekurang-kurangnya mirip
(Fernandez, 1994). Contoh inovasi Haplologi dalam BM adalah:
(163) * kulambu >

klambu = kelambu

>

krap‫כ‬h

= sejenis ikan

(165) *balakaŋ >

bl kaŋ

= belakang

(164) * karapu

(6) Asimilasi Progresif
Asimilasi Progresif adalah salah satu jenis Asimilasi yang mana bunyi terdahulu dalam kata
mempengaruhi bunyi setelahnya (Fernandez, 1994). Seperti contoh dalam BM:
(166) * betlis

>

b ttes

= betis

(167) * belf?

>

b llih

= beli

(7) Unpacking/Pengenduran
Unpacking adalah sebuah proses perubahan fonetis yaitu dari sebuah suara menjadi dua buah
suara yang berurutan yang masih menyisakan fitur-fitur dari suara asal (Crawle,1992). Seperti
contoh dalam BM:
(168) * puki

>

p‫כ‬keh

= alat kelamin perempuan

(169) * besi

>

b sseh

= besi

(170) * tali

>

taleh

= tali

(171) * kali

>

kalleh

= gali

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

(8) Protesis
Protesis adalah istilah yang mengacu pada suatu tipe perubahan bunyi khusus yaitu
ditambahkannya satu atau dua bunyi pada awal kata (Fernandez, 1994). Contoh inovasi Protesis
adalah:
(172) * puluq

>

sap‫כ‬l‫כ‬

= sepuluh

(173) * lawa

>

b labb h = laba-laba

(9) Geminat
Geminat adalah kaidah sekunder untuk menjelaskan proses penduplikasian konsonan. Kaidah ini
tentu saja mengiringi perubahan lain yang terdapat dalam perubahan suatu etimon. Contoh
inovasi Geminat adalah:
(174) *eneme

>

nn m

= enam

(175) *tebuSe

>

t bbhuh = tebu

(176) * telu?

>

t ll‫?כ‬

= tiga

(177) * wal ?

>

b llu?

= delapan

(178) * rebuŋ

>

r bbhuŋ = anak bambu

(179) * peñu

>

p ññ‫כ‬h = penyu

(180) * Rebaq

>

r‫כ‬bbhu

(181) * sebut

>

s bbhut = sebut

= rubuh

F. Jejak Protobahasa Austronesia Pada Bahasa Madura
Dari daftar etimon PAN yang ada dalam lampiran, kita dapat melihat bahwa hampir seluruh
etimon PAN (yaitu sekitar 90%) yang terdaftar dalam lampiran, kognat dengan BM modern.
Kita juga dapat melihat bahwa ada beberapa etimon PAN yang tidak mengalami inovasi
sama sekali dan terlihat demikian mirip dengan leksikon BM. Kemiripan PAN dengan BM inilah
yang menjadi penguat status BM bahwa BM adalah bagian dari rumpun bahasa Austronesia.
Kemiripan ini terlihat pada data di bawah ini:
NO DATA

2081
2101
2272
2381

PAN
kaka?
ñañi
abuh
saka?

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

BM
kaka?
ñañi
abuh
saka?

GLOSS
kakak
nyanyi
abu
membajak

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

2701

taném

tanem

Tanam

Selain itu, dari analisis yang telah dilakukan terhadap retensi dan inovasi PAN mejadi
BM dalam artikel ini menemukan beberapa hal menarik antara lain:
(1) sebagian besar dari jumlah konsonan yang dimiliki PAN mengalami retensi pada BM dan
sisanya mengalami inovasi yang masih dapat diterangkan berdasarkan kaidah tertentu.
Konsonan PAN yang mengalami retensi adalah /s/, /m/, /b/, /n/, /p/, /l/, /t/, /r/, /k/, /ñ/, /D/, /ŋ/, /?/,
/c/, /h/, dan /y/. Konsonan PAN yang mengalami inovasi adalah:/y, /d/, /k/, /t/, /z/, /q/, /b/, /p/, dan /?/
(2) Vokal-vokal PAN juga masih tetap dipertahankan, seperti /a/, /i/, /u/, /e/. Vokal /i/ dan /u/
selain mengalami retensi juga mengalami inovasi. /*i/ berinovasi menjadi /i/ atau /e/, dan /*u/
berevolusi menjadi /u/ atau /‫כ‬/. Vokal ‫ כ‬yang dijumpai muncul dalam BM ternyata pada data
etimon PAN tidak muncul. Tidak munculnya fonem ‫ כ‬tersebut perlu dikaji lebih dalam
apakah PAN memang tidak mengenal vokal ‫ כ‬ataukah memang linguis historis komparatif
masih belum dapat merekonstruksi fonem PAN yang mengandung vokal tersebut.
(3) Diftong /*ei/, /*ay/, dan /*uy/ bermerger menjadi /h/
Dari sinilah kita dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain:
(1) pengkatagorian BM sebagai salah satu anggota bahasa Austronesia adalah benar adanya. Hal
ini dapat dilihat dari presentasi kekognatan yang tinggi. Andaikata ada inovasi, inovasi ini
terjadi secara beraturan dan dapat dijelaskan secara logis dengan menggunakan kaidah
tertentu.
(2) Persamaan maupun perbedaan yang terjadi pada BM adalah hasil inovasi dan retensi PAN
yang terjadi dalam proses evolusi BM dari PAN menjadi BM yang kita kenal seperti saat ini.
Bahasa Madura merupakan bahasa konsonan yakni banyak diantara kosakatanya terdiri
dari gugus konsonan. Banyak linguis memandang fenomena ini sebagai fenomena unik yang
menjadi ciri khas Bahasa Madura tanpa mampu menjelaskan mengapa fenomena ini terjadi.
Padahal, dengan menggunakan kajian Historis Komparatif, kita dapat melihat keunikan ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
(1) sebagian besar konsonan PAN mengalami retensi sehingga berdistribusi nyata dalam
pembentukan leksikon. Tidak hanya itu, evolusi yang terjadi pada BM menyebabkan
munculnya konsonan-konsonan baru yang tidak ada pada PAN. Inovasi konsonan baru ini

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

kemudian terlibat dalam inovasi linguistik tertentu dan akhirnya muncullah fenomena unik
tersebut
(2) Inovasi Sinkope terjadi dalam BM. Inovasi inilah yang menjadi penyebab sering munculnya
gugus konsonan dalam leksikon
(3) Inovasi Haplologi turut serta dalam menyumbang gugus konsonan, dan
(4) Proses inovasi Geminat sangat banyak ditemukan dalam analisa inovasi BM. Inovasi inilah
yang menjadi penyebab utama dari munculnya gugus kosakata BM modern

F. Simpulan dan Penutup
Dari Hasil kajian terhadap retensi dan inovasi fonem protobahasa Austronesia dalam Bahasa
Madura ini kita dapat menyimpulkan bahwa ternyata refleks/jejak-jejak fonem protobahasa
Austronesia masih terlihat jelas dalam Bahasa Madura. Kejelasan ini dapat dilihat dari beberapa
hal antara lain: (1) presentasi kekognatan yang tinggi antara PAN dan BM, (2) beberapa leksikon
PAN mengalami retensi sempurna sehingga sangat mirip dengan BM, (3) inovasi-inovasi yang
muncul terjadi secara teratur dan dapat dijelaskan secara logis menggunakan kaidah-kaidah
tertentu.
Semoga dengan adanya artikel ini, dapat menjadi inspirator bagi linguis lainnya untuk
mengembangkan kajian Bandingan Historis Nusantara yang masih belum begitu dilakukan.

Kajian Pustaka
Anceaux, J.C. 1981. Teori-teori Tentang Tanah Asal Bahasa Austronesia. Diterjemahkan oleh
Sudaryanto dari Bijdragen tot de taalland en volkenkunde, Deel 121, 4e Aflevering, ‘a.
Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1965, halaman 417 s.d. 428. serta hal. 429 s.d. 432 khusus
bibliografi. Penyunting MLI Komisariat Universitas Gadjah Mada.
Azhar, Iqbal N. 2008. dalam Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif: Ketika Bahasa
Madura Tidak Lagi Bersahabat Dengan Kertas dan Tinta. Halaman 9 Yogyakarta: Tiara
Wacana
Azhar, Iqbal N. 2009. Konstruksi Gender dalam Buku Ajar Muatan Lokal Bahasa Madura.
Dalam Jurnal Prosodi Volume 3 No 1 halaman 55. Sastra Inggris Unijoyo.
Blust, A. Robert. Telaah Komparatif Bahasa Nusantara Barat. Kumpulan Karya. Diterjemahkan
oleh Bambang Kaswanti dan J. Collins. (Edisi Dwibahasa): Jakarta: Balai Pustaka, 1986

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

Blust, R. (1999). "Subgrouping, Circularity and Extinction: Some Issues in Austronesian
Comparative Linguistics" dalam E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Artikel-artikel pilihan pada
Konference Internasional Linguistik Austronesia' ke delapan (pp. 31-94). Taipei:
Academia Sinica.
Cambridge Advance Learner’s Dictionary
Crowle, Terry. 1992. An Introduction to Historical Linguistics. Auckland: Oxford University
Press
Fernandez, Inyo, Yos. 1996. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores. Ende: Penerbit Nusa
Indah
Fernandez, Inyo, Yos. 1994. Linguistik Historis Komparatif: Pengantar di Bidang Teori.
Yogyakarta: tidak diterbitkan
Fernandez, Inyo, Yos. 1996. Persesuaian Subjek-Verb dalam Bahasa Mai Brat Dialek Ayamaru
dan Lamohot Dialek Ile Mandiri. Artikel dimuat di Jurnal Humaniora Nomor III Tahun
1996. Universitas Gajah Mada
Fernandez, Inyo, Yos. 1997.Konstruksi Posesif Bahasa-bahasa Austronesia dan Non
Austronesia di Kawasan Timur Indonesia: Studi Bandingan Bahasa Tetun (Timor-timur),
Lamaholot (Flores Timur), dan Mai Brat (Kepala Burung). Artikel dimuat di Jurnal
Humaniora Nomor V Tahun 1997. Universitas Gajah Mada
Gonda, J. 1988. Linguistik Bahasa Nusantara: Kumpulan Karya. Penerjemah: T.W. Kamil.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Kentjono (peny.) 1982. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas
Indonesia
Kridalaksana, Harimukti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Masrukhi, 2002. Refleksi Fonologis Protobahasa Austronesia (PAN) Pada Bahasa Lubu (LB).
Artikel dimuat di Jurnal Humaniora Volume XIV Nomor 1 Tahun 2002. Universitas
Gajah Mada
Nothofer, Bernd. 1975. The Reconstruction of Proto-Malayo-Javanic.’S-Gravenhage: Martinus
Nijhoff
Parera, Jos, Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural.
Jakarta: Erlangga
PJRN . 2006. Madura of Indonesia. www.joshuaproject.net. diakses 3 Mei 2006
Poedjosoedarmo, Soepomo. tanpa tahun. Keluarga Besar Bahasa Austronesia. tanpa penerbit
Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

Sofyan, A. dkk. 2008. Tata Bahasa Madura. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya
www.wikipedia.com. 2009. Rumpun Bahasa Austronesia. Diakses 12 November 2009
www.wikipedia.com 2006. Madurese Language. Diakses 3 Mei 2006
Wiyata, A Latief. 2002. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta:
LkiS
Wurm, S.A&Wilson,B. 1976. English Finderlist of Reconstructions in Austronesian Languages.
Department of Linguistics, Research School of Pacific Studies, The Australian National
University

DAFTAR ETIMON PAN YANG COGNATE
DENGAN FONEM BM
NO

ETIMON
PAN

FONEM BM
MODERN

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

RETENSI FONEM
PAN

INOVASI FONEM
PAN

GLOSS

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

1821
1831
1841
1852
1861
1872
1881
1891
1901
1912

/hesá?/
/DewSa?/
/telu?/
/epate/
/limá?/
/eneme/
/pitu?/
/wal ?/
/siwa?/
/puluq/

/sett‫כ‬ŋ/
/duw ?/
/t ll‫?כ‬/
/ mpa?/
/lema?/
/ nn m/
/petT‫?כ‬/
/b llu?/
/saŋa?/
/sap‫כ‬l‫כ‬/

1921
1931
1942
1951
1961
1971
1981
1991
2001
2011
2022
2031
2041
2051
2061
2071
2081
2091
2101
2111
2121
2131
2141
2151
2161
2171
2181
2192

/Rát s/
/lembut/
/lawa/
/belaq/
/bat ?e/
/tebuSe/
/?ucap/
/binex/
/t lis/
/q bi?/
/taqun/
/salaq/
/záqit/
/qasat/
/taZém/
/rebuŋ/
/kaka?/
/taDá?/
/ñañi/
/k lit/
/tales/
/laun/
/nipis/
/sábaq/
/peñu/
/babaq/
/qutaq/
/puki/

/sat‫כ‬s/
/l mbu?/
/b labb h/
/ bh sa /
/b t‫כ‬h/
/t bbhuh/
/‫כ‬ca?/
/bine?/
/t‫כ‬les/
/‫כ‬bih/
/ta‫כ‬n/
/sala/
/jh i?/
/asat/
/taj m/
/r bbhuŋ/
/kaka?/
/tanDh h/
/ ñañi /
/k‫כ‬le?/
/tal s/
/la‫כ‬n/
/tepes/
/sab /
/p ññ‫כ‬h/
/b b /
/ŋ‫כ‬ta/
/p‫כ‬keh/

*a>a, *s>s
*l>l, *m>m, *b>b
*l>l
*a>a
*b>b, *t>t
*t>t, *b>b, *u>u
*c>c
*b>b, *i>i, *n>n, *e>e
*t>t, *l>l, *s>s
*b>b, *i>i
*t>t, *a>a, *n>n
*s>s, *a>a, *l>l,
*i>i
*s>s
*m>m
*u>u
*k>k, *a>a, *?>?
*n>n,
*ñ>ñ
*k>k, *l>l
*t>t, *a>a, *l>l, *s>s
*l>l, *a>a, *n>n,
*p>p, *s>s
*s>s , *b>b,
*p>p, *ñ>ñ
*b>b
*t>t
*p>p, *k>k

2201
2211
2221
2231
2241
2251
2261
2272
2281
2292
2301
2311
2321

/cáŋise/
/?apa?/
/háŋin/
/sapu?/
/káwad/
/tambaq/
/gukguk/
/abuh/
/kembaŋ
/qutek/
/DaDa?/
/tunu?/
/belf?/

/tanges/
/apah/
/aŋen/
/sap‫כ‬h/
/kab ?/
/tamb /
/gukguk/
/abuh/
/k mbh ŋ/
/‫כ‬t q/
/d D h/
/t‫כ‬n‫כ‬h/
/b llih/

*s>s
*a>a, *p>p
*ŋ>ŋ, *n>n
*s>s
*k>k,
*t>t, *m>m
*g>g, *u>u, *k>k
*a>a, *b>b, *u>u, *h>h
*m>m
*t>t,
*D>D
*t>t, *n>n
*b>b, *l>l

Jejak Protobahasa Austronesia Pada......

*e>e,
*?>?
*t>t, *l>l.
*p>p, *a>a, *p>p
*l>l,*?>?
*n>n, *m>m
*p>p, *t>t
*l>l, *?>?
*s>s, *?>?
*p>p,

*u>‫כ‬,
sinkope
*i>e,
geminat
*u>‫כ‬, *i>e,
fortrisi, geminat
*u>‫כ‬, *q>Ø, lenisi,
protesis
*u>‫כ‬,
*kh>?,
fortrisi, protesis
*q>Ø, *b>bh, lenisi,
*u>‫כ‬, apokope,
geminat
*u>‫כ‬, *kh>?,
*x>?, lenisi,
*u>‫כ‬, *i>e,
*q>Ø, *?>h, lenisi,
*u>‫כ‬,
*q>Ø, lenisi,
*kh>?,*z>jh
*q>Ø, lenisi,
*Z>j, lenisi
*b > bh, geminat
*?>h,
*u>‫כ‬, *i>e, *kh>?,
*e>
*u>‫כ‬,
*i > e,
*q>Ø, lenisi,
*u>‫כ‬,
*q>Ø, lenisi,
*u>‫כ‬,
*u>‫כ‬, *i>e,
unpacking,
*i>e, apokope,
*?>h,
*i>e,
*u>‫כ‬, *?>h,
*kh>?, fortrisi,
*q>Ø, lenisi,
*b > bh,
*u>‫כ‬, *q>Ø, lenisi,
*?>h,
*u>‫כ‬, *?>h,
*?>h,
asimilasi progresif,

esa/satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
seratus
lembut
laba-laba
pecah
batu
tebu
berbicara
perempuan
tulis
ubi
tahun
salah
jahit
air dangkal
tajam
anak bambu
kakak
tanda
nyanyi
kulit
talas
lambat
tipis
sawah
penyu
bawah
muntah
alat kelamin
perempuan
tangis
apa
angin
sapu
kawat
tambah
suara anjing
abu
kembang
otak
dada
panggang
beli

Iqbal Nurul Azhar

Jurnal METALINGUA Volume 8 no 1 Juni 2010

2331
2341
2351

/piliq/
/ñiur/
/Rebaq/

/pele/
/ñe‫כ‬r/
/r‫כ‬bbhu/

2362
2371
2381
2391
2401
2411
2422
2431
2441
2451
2472
2481
2491
2401
2412
2421
2431
2441
2451
2471
2481
2491
2501
2511
2521
2531
2542
2551
2561
2571

/hadaN/
/tukup/
/saka?/
/béŋél/
/Dálem/
/t run/
/inum/
/cel R/
/siku?/
/mosaq/
/mata/
/zauq/
/takut/
/darizi/
/bahaq/
/bulu?/
/Dahey/
/láyaR/
/haD p/
/?iber/
/walat/
/láŋita/
/karapu/
/t buq/
/t ŋaq/
/Rumaq/
/bahu/
/lápaR/
/sebut/
/besi/

/adDh ŋ/
/c‫כ‬k‫כ‬p/
/saka?/
/teŋ l/
/D l m/
/t‫כ‬r‫כ‬n/
/en‫כ‬m/
/t llor/
/sek‫כ‬h /
/m‫כ‬s‫כ‬/
/matah/
/jh u/
/tak‫?כ‬/
/gh rigi?/
/b ? /
/buluh/
/D ih/
/laj r/
/addh p/
/eb r/
/b l t/
/laŋŋe?/
/krap‫כ‬h/
/t‫כ‬mbu/
/t ŋŋa/
/r‫כ‬ma/
/b uh/
/lapar/
/s bbhut/
/b sseh/

2581
2591
2601
2611
2621
2631
2641
2651
2661
2671
2681
2691

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65