Pembelajaran Matematika untuk Mencapai Keterampilan Abad 21

a. Mengartikulasikan ide dan pemikiran matematika secara lisan dan tertulis dengan menggunakan abstraksi dan penalaran kuantitatif untuk membangun argumen yang layak, b. Mmenyimak argumen secara efektif serta menjelaskan ulang dalam rangka menjelaskan solusi dari suatu permasalahan matematika, c. Bekerja sama dalam tim yang berbeda, saling menghargai, mengungkapkan ide dan pemikiran matematik secara efektif, d. Mmengomunikasikan baik secara lisan, tulisan, atau mendemonstrasikan kegunaan matematika dalam permasalahan secara luas. 4. Pengetahuan informasi. a. Mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi, serta mengeksplorasi sumber- sumber untuk menjawab pertanyaan penting terkait permasalahan keseharian, b. Mengeksplorasi topik-topik matematika yang baru dan aplikasinya, serta mampu berbagi pengetahuan yang diperolehnya, c. Siswa belajar tentang matematika melalui sumber-sumber informasi yang terpercaya serta mampu berbagi pengetahuan yang diperolehnya. 5. Pengetahuan media. a. Memahami statistika, peluang dan pesan media yang dihasilkan bagi kegunaan sosial, dan dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh individu, b. Memeriksa tujuan, alat, karakteristik dan kaidah statistika yang digunakan, serta implikasi media yang mempengaruhi keyakinan dan perilaku, c. Mendapatkan pemahaman yang mendasar tentang masalah aturan dan etika mengenai akses, penggunaan, dan potensi dari distorsi informasi matematika, d. Menyajikan informasi statistik untuk mendukung suatu pandangan atau membantu individu lain dalam memahami suatu informasi. 6. Menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi. a. Menggunakan peralatan elektronik seperti kalkulator, komputer, gawai gadget, dan sumber daya online secara tepat dan efektif, 10 b. Menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan wawasan matematika dengan menggunakan representasi grafis dari fungsi dan data. 7. Fleksibilitas dan kemampuan adaptasi. Menghadapi tantangan matematika berkaitan dengan peran dan tanggungjawab dalam perubahan iklim dan perubahan prioritas, secara individu dan berkelompok. 8. Inisiatif dan pengarahan diri. a. Memahami permasalah, mendefinisikan, memprioritaskan, dan menyelesaikan tugas secara mandiri dengan menyeimbangkan antara taktik dan tujuan strategis dalam menyelesaikan, memecahkan masalah matematika, b. Secara kritis mampu melakukan refleksi terhadap pengalaman memecahkan masalah matematika di masa lalu serta mengaitkan untuk menyelesaikan tantangan matematika mendatang. 9. Ketrampilan sosial dan lintas budaya. a. Menggunakan matematika dalam berbagai lingkup budaya, seperti penggunaan ukuran panjang atau ukuran berat yang berbeda-beda antara daerah atau negara, b. Menerapkan matematika sebagai alat untuk menganalisis data statitika untuk memahami permasalahan antar budaya. 10. Produktivitas dan akuntabilitas. Menetapkan tujuan, prioritas, penjadwalan dan bekerja sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. 11. Kepemimpinan dan tanggung jawab. a. Menggunakan kemampuan interpersonal dan penyelesaian masalah untuk menyakinkan pentingnya kebersamaan dan memecahkan masalah penting di masyarakat, b. Mempertimbangkan implikasi etis dalam pengambilan keputusan secara matematis. gadget online 11 . Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kecakapan atau kemahiran matematika, sebagai bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa dalam mencapai keterampilan abad 21 terutama dalam pengembangan berpikir kritis melalui penalaran yang masuk akal dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah; peningkatan kreatifitas untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan- gagasan baru, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda; keterampilan memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia; bekerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif, berempati, dan menghormati perbedaan perspektif. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang logis, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang, mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan belajar matematika siswa diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut. 1. Mampu berpikir secara sistematis melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu, terbiasa untuk memecahkan masalah secara sistematis, sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata, dan bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah. 2. Mampu berpikir secara deduktif dan induktif untuk membangun dan mengembangkan penalaran matematika yang bersifat deduktif. 3. Mampu membentuk sikap yang lebih teliti, cermat, akurat dalam bertindak, taat pada aturan dan prosedur. 4. Mampu menggunakan dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan nyata. Pendekatan saintifik disesuaikan dengan materi yang ada pada mata pelajaran matematika dimana siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar 12 yang dirancang dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik, yaitu: a. Kegiatan mengamati kejadian, peristwa, situasi, pola, fenomena yang terkait dengan matematika dan mulai dikenalkan pemodelan matematika dalam berbagai bentuk; b. Menanya atau mempertanyakan mengapa atau bagaimana fenomena bisa terjadi; c. Mengumpulkan atau menggali informasi melalui mencoba, percobaan, mengkaji, mendiskusikan untuk mendalami konsep yang terkait dengan fenomena tersebut; d. Melakukan asosiasi atau menganalisis secara kritis dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih proseduralgoritma yang sesuai, menyusun penalaran dan generalisasi; dan e. Mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Selain menggunakan pendekatan saintifik, guru dapat menggunakan model pembelajaran lain seperti: model pembelajaran kooperatif; pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan terbimbing; pembelajaran berbasis proyek; dan pembelajaran berbasis masalah . Dalam pembelajaran matematika hal yang perlu ditekankan: a. Aktivitas belajar di bawah bimbingan guru maupun mandiri dengan menggunakan konsep dan prosedur secara benar dan sistematis. b. Melatih kemampuan berpikir untuk membuat generalisasi dari fakta, data, fenomena yang ada. c. Melatih keterampilan melakukan operasi atau manipulasi matematika untuk menyederhanakan model atau kalimat matematika dalam rangka menyelesaikan masalah. d. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Pembelajaran matematika hendaknya berangkat dari hal-hal yang bersifat konkret menuju abstrak. Berdasarkan hal tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru dituntut lebih banyak menggunakan benda kongkrit, media dan alat peraga yang menarik yang sesuai dengan tuntutan kompetensi, atau dimulai 13 hands on mathematics I dengan pemecahan masalah sederhana sehari-hari dan menantang untuk membangun pola berpikir kritis siswa. Beberapa teknik untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran : 1. Teknik menjelaskan, teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun perlu dibatasi untuk lebih fokus pada aktifitas utama siswa dalam kegiatan pembelajaran. Teknik menjelaskan diterapkan terutama pada saat mengatur urutan dan aktifitas belajar dan melakukan konfirmasi. a. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti serta komunikatif b. Ucapan hendaknya terdengar dengan jelas , lengkap tertentu, dengan intonasi yang tepat c. Bahan disiapkan dengan sistematis mengarah ke tujuan d. Penampilan guru hendaknya menarik diselingi dengan gerak dan humor sehat e. Adanya variasi atau selingan dengan metode lain, misalnya tanya jawab, menggunakan alat bantu seperti lembar peragachart 2. Teknik bertanya, untuk menggunakan tanya-jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tertutup bersifat konvergen memiliki jawaban tertentu, hanya ada satu jawaban. Pertanyaan terbuka bersifat divergen memiliki jawaban terbuka dan diharapkan menghasilkan banyak cara untuk menjawabnya dan jawabnya lebih dari satu. Pertanyaan tingkat rendah hanya mengukur ingatan saja, sedangkan pertanyaan tingkat tinggi setidak-tidaknya menuntut pemahaman atau pemikiran siswa, misalnya dalam memberikan alasan atau dalam membuat suatu kesimpulan. Pertanyaan tingkat tinggi seperti inilah yang diharapkan lebih dikembangkan guru. Tujuan pertanyaan adalah: a. Memotivasi siswa b. Menyegarkan memoriingatan siswa c. Mengawali diskusi d. Mendorong siswa agar berpikir e. Mengarahkan perhatian siswa 14 f. Menggalakkan penyelidikan inkuiri, investigasi g. Mendiagnosismemeriksa tanggapan siswa h. Menarik perhatian siswa i. Mengundang pertanyaan siswa 3. Teknik peragaan demonstrasi, yaitu menunjukkan atau memperlihatkan suatu model atau suatu proses. Teknik ini hanya efektif bila digunakan hanya sebagai bagian dari kegiatan lain yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Misalnya teknik bertanya perlu merupakan bagian integral dari demonstrasi guru. Demonstrasi digunakan utamanya bila 1 siswa tidak terampil menggunakannya, atau alat itu dapat “membahayakan” siswa atau 2 karena keterbatasan banyaknya alat. Namun ukuran bahan atau alat demonstrasi seharusnya memungkinkan siswa untuk melihat apa yang guru demonstrasikan. 4. Percobaan eksperimen dengan alat secara individual atau kelompok. Di sini siswa lebih aktif dan diharapkan mereka menemukan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran baik kognitif, psikomotorik maupun afektif. Kegiatan lain yang melibatkan kegiatan praktik atau eksperimen adalah hands on mathematics matematika dengan sentuhan tangan atau pengutak-atikan obyek dengan tangan. Ini merupakan kegiatan “pengalaman belajar” dalam rangka penemuan konsep atau prinsip matematika melalui kegiatan eksplorasi, investigasi, dan konklusi yang melibatkan aktivitas fisik, mental dan emosional dengan melibatkan ada aktivitas fisik. 5. Teknik pemecahan masalah, yaitu pertanyaan yang harus dijawab atau direspon namun jawaban atau strategi untuk menyelesaikannya tidak segera diketahui. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu dipandang merupakan suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui dan perlu diselesaikan. Cara yang sering digunakan orang dan sering berhasil pada proses pemecahan masalah inilah yang disebut dengan Strategi pemecahan masalah. Strategi ini akan sangat bermanfaat jika dipelajari para siswa maupun guru agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata mereka didalam mereka menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Beberapa strategi yang sering digunakan adalah: a. Membuat diagram, strategi ini berkait dengan pembuatan sketsa atau gambar corat-coret yang membantumempermudah pemahaman terhadap 15 masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. b. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana, strategi ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya dapat ditemukan. c. Membuat tabel, strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas, dan dapat terlihat berbagai kecenderungan yang terdapat dalam table itu. d. Menemukan pola, strategi ini berkaitan dengan keteraturan yang terlihat dalam suatu situasi misalnya susunan sekumpulan bilangan dilanjutkan dengan pencarian aturan-aturan itu. Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesainnya dan bukan tidak mungkin untuk kita memunculembarkerjaan adanya aturan lainnya. e. Memecah tujuan, strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan bahwa seringkali suatu situasi yang amat kompleks dan permasalahannya juga tidak sederhana. f. Memperhitungkan setiap kemungkinan, strategi ini berkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh si pelaku selama proses pemecahan masalah sehingga tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan. g. Berpikir logis, strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada. h. Bergerak dari belakang, strategi ini dimulai dengan menganalisis bagaimana cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita bergerak dari yang diinginkan lalu menyesuaikannya dengan yang diketahui. i. Mengabaikan mengelimiasi hal yang tidak mungkin, dari berbagai alternatif yang ada, alternatif yang sudah jelas-jelas tidak mungkin hendaknya dicoretdiabaikan sehingga perhatian dapat tercurah sepenuhnya untuk 16 hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja. j. Mencoba-coba, strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba berdasarkan informasi yang diketahui. 6. Teknik penemuan terbimbing, dalam teknik ini, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan penggunaan lembar kerja LK. Siswa mengikuti pertunjuk yang tersedia dalam lembar kerja dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan berkaitan dengan bahan ajar yang pembelajarannya dikembangkan secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan “yang ditemukan” sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kedalaman tingkat pemikiran yang harus digunakan untuk isian atau jawaban siswa, tergantung dari keadaan kelas secara umum atau tingkat kemampuan siswa yang akan mengerjakannya. Jika siswanya berkemampuan tinggi, pertanyaannya juga berbobot untuk memberikan rangsangan yang masih terjangkau siswa dan tidak sangat mudah bagi mereka. Jika siswanya berkemampuan kurang, pertanyan atau tempat kosong yang harus diisi siswa cenderung pada hal-hal yang memerlukan tingkat pemikiran tidak terlalu tinggi. Jika LK digunakan secara klasikal, maka pertanyaan atau tugas isian yang bervariasi, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah tingkat kesukarannya sehingga dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa. Untuk sebuah kelas dapat disusun beberapa jenis tingkat kesukaran LK dengan muatan yang bertujuan sama di titik akhirnya. Perbedaannya adalah terutama pada tingkat dan banyaknya isian atau jawaban yang dituntut atas pertanyaannya. Setiap kelompok siswa mengerjakan LK yang berbeda sesuai tingkat kemampuan masing-masing. 17 Mekanisme pelaksanaan pembelajaran mencakup perencanaan, pelaksanaan termasuk didalamnya kegiatan evaluasi, dan pertimbangan daya dukung. Tahap pertama, perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri danatau berkelompok di sekolah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan setempat. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus. Guru dalam merancang pembelajaran dan menyediakan sumber belajar seperti sarana dan prasarana pembelajaran, alat peraga, bahan, media, sumber belajar lingkungan sosial dan alam, maupun sumber belajar lainnya, hendaknya memperhatikan: 1 kondisi, kebutuhan, kapasitas dan karakteristik sekolah dan masyarakatnya, dan 2 mengelola beban dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Matematika, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan pembelajaran tematik terpadu yang efektif dan berkualitas. Prinsip penyusunan RPP adalah sebagai berikut: 1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi pengetahuan dan 18 keterampilan dalam proses pembelajaran serta membangun, mengembangkan, meningkatkan sikap spiritual dan sikap sosial. 2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. 3. Memperhatikan perbedaan individu siswa. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, danatau lingkungan siswa. 4. Berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan berbagai pendekatanmodel. 5. Berbasis konteks yang menekankan pada proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar. 6. Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini. 7. Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk belajar secara mandiri. 8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pembelajaran pengayaan dan remidi dilakukan setelah evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan. 9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi danatau antarmuatan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasidan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Saat ini, pemerintah bersama penerbit swasta telah menghasilkan buku guru dan buku teks untuk pembelajaran tematik, buku teks pelajaran untuk pendidikan pertama 19 contoh kegiatan Indikator pencapaian kompetensi agama, matematika dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dapat diperkaya, dilengkapi dan disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan. Untuk merancang pembelajaran yang efektif, guru perlu melakukan tahapan analisis kompetensi dalam kurikulum, KTSP, silabus dan buku teks pelajaran sebagai berikut: 1. Mengkaji dokumen I KTSP meliputi kajian visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan pendidikan, alokasi waktu dan beban belajar, kalender pendidikan untuk merancang RPP yang proporsional sesuai dengan alokasi tersedia. 2. Mengkaji dokumen II KTSP yang berisi silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum. Kajian secara kontekstual, faktual dan aktual dilakukan untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual karakteristik tiap daerah, satuan pendidikan dan siswa. 3. Menentukan dan membuat pemetaan beban belajar dan alokasi waktu untuk pembelajaran tematik terpadu, pendidikan agama dan budi pekerti, matematika dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk tiap minggu, semester dan satu tahun pelajaran. 4. Materi pembelajaran dari silabus matematika dirinci ke dalam materi-materi pembelajaran pada masing-masing RPP. Tujuannya agar keseluruhan materi dan kompetensi dasar terbagi habis ke RPP dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran. 5. Mengkaji buku guru untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual, faktual dan aktual sesuai kondisi, kebutuhan, potensi, situasi, sosial ekonomi dan budaya serta karakteristik siswa, satuan pendidikan dan daerah. Buku guru berisi pedoman yang memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap mata pelajaran danatau tema pembelajaran. Materi pembelajaran matematika yang terdapat dalam buku tematik terpadu digunakan sebagai konteks pembelajaran dengan mengikuti struktur materi yang terdapat dalam buku teks pelajaran matematika. 6. Mengkaji buku teks pelajaran untuk siswa untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual, faktual dan aktual sesuai 20 kondisi, kebutuhan, potensi, situasi, sosial ekonomi dan budaya serta karakteristik siswa, satuan pendidikan dan daerah. Buku siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Didalamnya memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku ini mengarahkan yang harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal. Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang ada di buku siswa lebih merupakan contoh kegiatan yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Guru diharapkan mampu mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan memanfaatkan alternatif kegiatan yang ditawarkan di dalam buku guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran sendiri. 7. Menyusun RPP dan lampiran RPP yang meliputi: alat dan rubrik penilaian, bahan ajar, lembar kerja, dan perangkat sumber belajar Prinsip tersebut diwujudkan dan diimplementasikan baik dalam bentuk pembelajaran reguler, pengayaan, maupun remedial. RPP paling sedikit memuat: a. Identitas sekolahmadrasah, mata pelajaran atau tema, kelassemester, dan alokasi waktu; b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian kompetensi; Indikator pencapaian kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, atau berperilaku yang dapat diukur danatau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar KD tertentu dan digunakan sebagai acuan penilaian untuk mengarahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian yang lebih spesifik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan indikator kompetensi adalah sebagai berikut. 1 Untuk satu KD dirumuskan minimal ke dalam dua indikator kompetensi. Banyak dan variasi rumusan indikator disesuaikan dengan karakteristik, kedalaman, dan keluasan KD, serta disesuaikan dengan karakteristik siswa, tema, dan satuan pendidikankelompok belajar. 2 Perumusan indikator dalam bentuk kata kerja operasional yang dapat diukur atau diamati kinerjanya melalui penilaian 21 soft skills hard skills problem-based learning project-based learning contextual learning, guided discovery learning individual learning movement education teaching personal and social responsbilityHellison’s model adventure education model fitness education model developmental model Teaching Games for Understanding cooperative learning model Interactive Teaching 3 Rumusan indikator hendaknya relevan dan merinci kompetensi dasar sehingga dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran dan penilaian dalam mencapai kompetensi Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi dan berfungsi sebagai acuan dalam: 1 mengembangkan bahan pembelajaran; 2 mendesain kegiatan pembelajaran yang efektif; 3 merancang bentuk dan jenis penilaian yang akurat dan dapat diterapkan dalam proses penilaian yang efektif sesuai kondisi, kebutuhan, dan kapasitas kelompok belajar. c. Materi pembelajaran, yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi, yang berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial. d. Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup; e. Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan Pembelajaran remedial dirancang dengan waktu tersendiri dengan metode dan media yang berbeda, belajar mandiri atau bimbingan khusus, pemberian tugaslatihan, atau belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya, dan diakhiri dengan penilaian. Diagnosis yang harus dilakukan untuk membuat program remedial adalah: 1 Identifikasi siswa berkesulitan belajar, 2 lokalisir jenis dan sifat kesulitan, jenis factor dan sifat kesulitan, 3 rancang kemungkinan bantuan, cara mengatasi dan buatkan program tindak lanjut. Pembelajaran pengayaan dirancang untuk siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan investigatif. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerja kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan minat kelompok atau tema tertentu, kerja mandiri, atau pemberian pembelajaran untuk kompetensi tertentu yang belum dipelajari, dan diakhiri dengan penilaian f. Media, alat, bahan, dan sumber belajar. 22

B. Pembelajaran PJOK untuk mencapai keterampilan abad 21

1. Pendekatan dan Model Pembelajaran Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik mata pelajaran PJOK. Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat melatih kemampuan belajar:mengamati,menanya,mengumpulkan informasimencoba, menalarmengasosiasi, dan mengomunikasikan. Melalui kemampuan belajar, diharapkan pelajaran yang diikuti siswa mampu mengembangkan tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skills dari siswa. Model-model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan belajar, di antaranya adalah model pembelajaran berbasis masalah problem-based learning, pembelajaran berbasis projek project-based learning, pembelajaran kontekstual contextual learning, pembelajaran penemuan terbimbing guided discovery learning, sampai pada pembelajaran individual individual learning. Dalam pembelajaran PJOK sendiri terdapat beberapa model pembelajaran yang sudah dikembangkan. Beberapa di antaranya adalah model pendidikan gerak movement education, model pengembangan tanggung jawab teaching personal and social responsbilityHellison’s model, model pendidikan petualangan adventure education model, model kebugaran fitness education model, model perkembangan developmental model, bahkan termasuk model Teaching Games for Understanding TGfU model serta model pembelajaran kooperatif cooperative learning model. 2. Strategi dan Metode Pembelajaran a. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dalam PJOK meliputi: 1 Pengajaran Interaktif Interactive Teaching Pengajaran interaktif mempunyai makna guru memberitahukan, menunjukkan, atau mengarahkan sekelompok anak tentang apa Pembelajaran remedial Pembelajaran pengayaan 23 Cognitive Strategies inquiry learning convergent problem solving. divergent problem solving Team teaching co-educational team teaching yang harus dilakukan; lalu siswa melakukannya; dan guru mengevaluasi seberapa baik hal itu dilakukan dan mengembangkan isi pelajaran lebih jauh, guru mengontrol proses pengajaran. Biasanya seluruh kelas bekerja pada tugas yang sama atau dalam kerangka tugas yang sama. Bandingkan strategi ini dengan gaya komando; keduanya memiliki perangkat ciri yang sama. 2 Pengajaran Berpangkalan Station Teaching Pengajaran berpangkalan menata lingkungan sehingga dua atau lebih tugas bisa berlangsung dalam ruangan secara bersamaan. Biasanya, setiap tugas harus dilakukan dalam pangkalan yang berbeda dengan tugas lainnya, sehingga setiap tugas memiliki pangkalannya masing-masing. Siswa berputar dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Kadang-kadang, pengajaran berpangkalan ini disebut juga pengajaran tugas. Strategi ini dalam tataran gaya mengajar, serupa dengan gaya latihan practice style. 3 Pengajaran Sesama Teman Peer Teaching Pengajaran sesama teman adalah strategi pengajaran yang mengalihkan tanggung jawab guru dalam fungsi pengajarannya kepada siswa. Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi lain tetapi berharga untuk dieksplorasi secara terpisah. Strategi ini tidak jauh berbeda dengan gaya berbalasan reciprocal style, dalam hal siswa sendiri memberikan pengarahan kepada siswa lainnya. Bedanya, dalam pengajaran sesama teman, siswa yang bertindak sebagai pengajar tidak hanya berhadapan dengan satu siswa, tetapi bisa dengan sekelompok siswa. 4 Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok siswa diberi tugas pembelajaran atau proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Siswa dikelompokkan secara heterogen menurut faktor yang berbeda seperti kemampuan atau kebutuhan sosialnya. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran dinilai sesuai dengan seberapa baik mereka mampu menyelesaikan tugasnya, di samping dari cara mereka bekerja sama dengan yang lain. 5 Strategi Pembelajaran Sendiri Self-instructional Strategies 24