4
BAB II TEKNIK MIKROPROPAGASI
A. Macam Teknik Mikropropagasi
Mikropropagasi adalah perbanyakan tumbuhan yang dilakukan melalui teknik kultur in vitro dengan menumbuhkan
dan mengembangkan eksplan dalam kondisi buatan yang aseptik. Eksplan dapat berupa sel, jaringan, atau organ.
Mikropropagasi
bertujuan menghasilkan
secara massal
tumbuhan yang mempunyai materi genetik identik, fisiologi seragam, perkembangan normal dan bebas patogen, serta dapat
diaklimatisasi dalam waktu singkat dengan biaya yang hemat Kozai Kubota, 2005a.
Pertumbuhan dalam kultur in vitro dapat dibedakan menjadi pertumbuhan teroganisir dan tidak terorganisir.
Pertumbuhan terorganisir merupakan proses kelanjutan pertumbuhan eksplan yang telah mengalami diferensiasi. Hal
ini terjadi bila eksplan berupa meristem apikal batang atau akar, primordia daun, kuncup bunga atau buah. Dalam medium kultur
in vitro eksplan meneruskan pertumbuhannya sesuai struktur yang sudah ada sebelumnya. Tipe kultur yang memungkinkan
struktur terorganisir dapat meneruskan proses pertumbuhan- nya disebut kultur organ. Dalam rangka perbanyakan tumbuhan,
jenis kultur organ yang paling penting adalah: a. kultur meristem: menumbuhkan potongan kecil kuncup
apikal atau lateral Gambar 1A yang terdiri atas jaringan meristematik tanpa atau dengan 1-2 primordia daun. Ujung
kuncup akan tumbuh menjadi tunas tunggal
b. kultur embrio: menumbuhkan embrio zigotik yang diambil dari biji Gambar 1B, sampai berkembang menjadi
kecambah. Kultur
embrio sangat
berbeda dengan
embriogenesis somatik. Pertumbuhan tidak terorganisir adalah pertumbuhan
yang terjadi melalui proses diferensiasi atau spesialisasi fungsi jaringan sehingga masing-masing mempunyai peran tertentu.
5
Pertumbuhan yang tidak terorganisir jarang terjadi di alam, namun sering terjadi dalam kultur in vitro. Kumpulan sel yang
terbentuk akan kehilangan karakteristik sebelumnya dan berkembang menjadi macam-macam jaringan yang ada pada
tumbuhan utuh. Sel-sel tersebut dikatakan mengalami diferensiasi sehingga mempunyai bentuk dan fungsi khusus
yang kemudian disebut jaringan.
Gambar 1. Beberapa jenis kultur in vitro. A. Kultur meristem lateral kawista Rahayu Habibah, 2014, B. Kultur embrio zigotik kacang
tanah Rahayu, 2007, C. Kultur kalus karika dieng Rahayu et al., 2009, D. Kultur suspensi sel daun anggrek Rahayu, 2007
Beberapa macam kultur yang tidak terorganisir antara lain sebagai berikut.
a. Kultur kalus: pertumbuhan dan pemeliharaan massa sel tidak
A B
C D
6
terorganisir dalam jumlah besar, yang berasal dari pertumbuhan
potongan organ,
jaringan dan
sel-sel sebelumnya yang tidak terkoordinir dan terorganisir
Gambar 1C. b. Kultur suspensi sel: kultur sel atau gumpalan sel yang
terpisah satu dengan yang lain dan tersebar dalam medium cair aerobik Gambar 1D. Sel dapat berasal dari kalus.
c. Kultur protoplas: kultur sel-sel tumbuhan tanpa dinding sel d. Kultur antera: kultur kepala sari yang mengandung polen;
biasanya digunakan untuk memperoleh tumbuhan haploid melalui pembentukan embrio somatik langsung dari polen
atau dari kalus melalui embriogenesis.
B. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Mikropropagasi in vitro