Sistem hukum common law dapat disimpulkan sumber-sumber dalam sistem common law, tidak tersusun secara sistematik dalam hierarki
tertentu seperti di dalam sistem civil law. Dalam sistem common law hakim di pengadilan menggunakan prinsip pembuat hukum sendiri
dengan melihat kepada kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya case law atau judge made law. Sedangkan pada sistem hukum civil law, lebih
menekankan pada kodifikasi hukum serta, hukum privat sebagai kaidah- kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam
kodifikasi kedua hukum itu.
2. Tindak Pidana Penjualan Organ Tubuh Ginjal di Indonesia dan Filipina
a.
Pengertian Tindak Pidana
Menurut Moeljatno perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi
yang berupa pidana tertentu. C.S.T Kansil 2004:54. Menurut Roslan Saleh dalam Muladi,1985:22 mengatakan bahwa pidana adalah reaksi
atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara kepada pemberi delik itu .Sir Ruperts Cross dalam bukunya
Muladi,1985:22 mengatakan bahwa pidana berarti pengenaan penderitaan oleh negara kepada seseorang yang telah dipidana karena
suatu kejahatan. Menurut Barda Nawawawi Arif dalam I Gusti Widhiana
Surda,2012:11 bahwa pidana adalah reaksi sosial yang meliputi: a.
Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat yang lain yang tidak
menyenangkan; b.
Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaaan oleh yang berwenang;
c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan
tindak pidana menurut undang-undang; Berdasarkan pendapat dari Barda Nawawi Arif maka pidana
memuat 3 tiga karakteristik yang menonjol, pertama pidana merupakan sebuah penderitaan atau dapat disebut sebagai sebuah nestapa maupun
akibat-akibat lain yang menyebabkan pelaku tindak pidana mendapatkan tindakan yang tidak menyenangkan hingga akirnya jera melakukan tindak
pidana. Kedua pemberian jenis sanksi tindak pidana merupakan wewenang dari penguasa dalam hal ini pemerintah melalui aparatur hukum untuk
menentukan besaran sanksi pidana sesuai dengan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Ketiga pemberian sanksi pidana
hanya untuk pelaku tindak pidana yang sebagaimana tindakan yang dilakukan oleh pelaku sudah tercantum dalam peraturan perundang-
undangan, sesuai dengan asas legalitas pada KUHP. Penjatuhan sanksi pidana harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tertentu ini disebut dengan unsur-unsur tindak pidana. Seseorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan yang dilakukan
memenuhi syarat-syarat tindak pidana strafbaarfeit. Menurut Lamintang, bahwa setiap tindak pidana dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan
unsur-unsur menjadi dua macam, yaitu unsur-unsur subyektif dan obyektif, yang dimaksud denga unsur-
unsur “subyektif” adalah unsur- unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri
si pelaku dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang
dimaksud dengan unsur “obyektif” itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu
keadaan-keadaan dimana tindakan dari si pelaku harus dilakuakan. Lamintang,1997:183.
Seperti apa yang diungkapkan Lamintang suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana apabila memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut : a.
Subyek, merupakan pelaku perbuatan tindak pidana yang dapat bertanggungjawab;
b. Kesalahan, merupakan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan hukum positif yang berlaku;
c. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undangperundang-undangan dan
terhadap pelanggarannya
diancam pidana; d.
Waktu, tempat dan keadaan unsur obyektif lainnya Oleh karen itu dapat disimpulkan kelima unsur diatas
dikategorikan menjadi dua unsur, yang pertama unsur subyektif adalah subyek dari pelaku tindak pidana yang mana mampu bertanggungjawab
atas tindakan yang dilakukannya dan perbuatan yang dilakukannya mengandung kesalahan. Yang kedua unsur obyektif adalah perbuatan yang
melawan hukum, maksud dari perbuatan melawan hukum yakni tindakan yang dilakukan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta adanya kronologis tindak pidana yang dilakukan dengan melihat waktu terjadinya tindak pidana, tempat terjadinya tindak pidana
dan keadaan dari pelaku maupun korban.
b.
Pengaturan Tindak Pidana Penjualan Organ Tubuh Ginjal di Indonesia
Transplantasi organ tubuh ginjal adalah tindakan medis untuk memindahkan organ tubuh ginjal dari pendonor kepada resipien penerima
organ donor. Transplantasi sangat diperlukan bagi pihak yang memiliki waktu sedikit guna memperpanjang usia harapan hidup seseorang, dengan
adanya berbagai jenis transplantasi yang ada di Indonesia memberikan harapan hidup bagi penderita kegagalan organ tubuh. Maruhum Bonar
H.Marbun,2008:4, sehingga praktek transplantasi organ tubuh manusia. termasuk didalamnya organ tubuh ginjal, tidak diperkenankan untuk
memberikan kompensasi material dalam bentuk apapun sebagai imbalan atas transplantasi organ tubuh, termasuk organ tubuh ginjal Peraturan
Pemerintah,1981:Pasal 16.
Secara medis, transplantasi organ tubuh ginjal terdapat, dua jenis pendonor yakni 1 Donor hidup adalah donor yang bersal dari pendonor
yang masih hidup, yang dapat bersal dari keluarga yang memiliki ikatan darah, atau yang tidak memiliki ikatan darah meliputi teman, pasangan
atau orang terdekat. 2 Donor kadaver yaitu pendonor yang baru saja menninggal dunia. Praktek transplantasi organ tubuh ginjal disamping,
melalui pertimbangan pertimbangan medis dan kesehatan, juga mempertimbangkan dari segi nonmedis, yakni agama, budaya, hukum, dan
kepercayaan, sehingga pihak keluarga tidak berhak atas kompensasi
material apapun untuk imbalan transplantasi organ tubuh ginjal.
Pelaksanaan transplantasi ginjal atau cangkok ginjal pertama kali dipelopori di Indonesia oleh Prof.Sidabutar dan Tim Transplantasi Ginjal
tahun 1977 di RSCMFK UI. Tujuan transplantasi ginjal adalah untuk mempertahankan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik tahap akhir,
memperpanjang usia harapan hidup tanpa tergantung pada hemodialisis
kronik cuci darah Dr.Maruhum Bonar H.Marbun Sp.PD, KGH ,2008:4.
Regulasi di Indonesia terkait transplantasi dan tindak pidana
komersialisai organ tubuh ginjal :
1 KUHP Pasal 204 ayat 1 Barangsiapa menjual, menawarkan,
menerimakan atau membagi-bagikan barang, sedang diketahuinya bahwa barang itu berbahaya bagi jiwa atau kesehatan orang dan
sifat yang berbahaya itu didiamkannya dihukum penjara selama- lamanya lima belas tahun.
Unsur-unsur pada Pasal 204 ayat 1, KUHP yakni : a
Barangsiapa , merujuk pada subyek tindak pidana sebagai pihak yang memiliki kehendak atau tujuan yang ada pada diri pelaku.
Kehendak yang timbul dari dalam diri pelaku diwujudkan dengan adanya kesengajaan, niat dan kehendak untuk
melakukan tindak pidana. Unsur subyektif terdiri atas suatu kehendak atau tujuan yang terdapat dalam jiwa pelaku, unsur ini
dirumuskan dengan istilah sengaja, niat dan maksud. Lamintang,1997:14. Unsur subyektif yang merujuk pada
seseorang yang berlandaskan pada motif. Motif merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh pelaku tindak pidana.
b Merupakan pihak-pihak yang melakukan tindakan menjual,
menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang. Tindakan seseorang melakukan tindak pidana menjual,
menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagi kan barang dilakukan dengan kehendak pelaku dan pelaku akan mengetahui
dampak tindak pidana yang dilakukan. Analisis terhadap unsur barang dapat menggunakan beberapa metode penafsiran hukum.
Penafsiran hukum atau interpretasi adalah menentukan arti atau makna suatu teks atau bunyi suatu pasal berdasar pada
kaitannya. Isi Undang-Undang kadang-kadang tidak jelas susunan katanya, juga tidak jarang mempunyai lebih dari satu
arti. Menafsirkan unsur barang, dapat menggunakan metode penafsiran ekstensive luas. Yaitu menafsirkan berdasarkan
luasnya arti kata dalam peraturan itu, sehingga suatu peristiwa dapat dimasukkannya.
Penjelasan R. Soesilo 1988:160 mengenai arti cakupan
“Sesuatu Barang “ sebagai berikut: Segala sesuatu yang berwujud, termasuk pula binatang, tidak termasuk
manusia misalnya uang, baju, kalung dan sebagainya. Dalam pengertian barang masuk pula “daya listrik dan gas”,
meskipun tidak berwujud, akan tetapi dialirkan oleh kawat atau pipa. Barang ini tidak perlu harga nilai ekonomis. Oleh
karena itu, mengambil beberapa helai rambut wanita untuk kenang-kenangan tanpa izin dari wanita itu termasuk
pencurian, meskipun dua helai
rambut tidak ada harganya.” Sesuai dengan penjelasan mengenai “Sesuatu Barang” di atas,
maka organ ginjal seseorang dapat dikategorikan sebagai “Sesuatu Barang”, khususnya dalam hal adanya tindakan
seseorang yang dengan sengaja mengambil sebagian atau seluruh ginjal orang lain tanpa adanya izin atau persetujuan dari
orang yang ginjalnya diambil tersebut. c
Yang diketahui bahwa membahayakan atau kesehatan orang, dimana barang yang dimaksud adalah alat jaringan atau organ
tubuh manusia, yang secara kasualitas, yakni hubungan antara
suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat, nantinya akan menimbulkan efek yang
berbahaya bagi kesehatan orang lain. Secara kasualitas tindakan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana.
d Padahal sifat bahaya tersebut tidak diberitahukan. Adanya
tindakan terhadap salah satu unsur baik menjual, menawarkan, membagi-bagikan barang berupa alat jaringan atau organ tubuh
manusia, dimana sifat bahaya yang ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan tidak dijelaskan kepada pihak yang menrima alat
jaringan atau organ tubuh tersebut. Maka pihak yang menerima secara tidak tahu menahu sudah dirugikan oleh pihak yang
seharusnya memberikan
informasi, atas
barang yang
mengandung sifat berbahaya. R.Soesilo 1988:163 mengungkapkan elemen yang
terpenting dari pasal ini adalah bahwa orang itu melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, sedang ia mengetahui bahwa
barang-barang itu berbahaya bagi jiwa atau kesehatan, ia tidak mengatakan menjelaskan tentang sifat bahaya dari
barang-barang tersebut. Orang menjual barang yang berbahaya bagi jiwa dan kesehatan tetapi degan mengatakan
terus terang pada pembeli tentang sifat berbahanya itu, tidak
dikenakan pasal ini. Dalam pengertian “barang” meliputi : minuman, makanan, pun alat-alat tulis, bedak, cat bibir, cat
rambut dsb. Sifat berbahaya bagi suatu barang yang dilakukan, lebih
menjerat seseorang yang menjual atau menawarkan atau menyerahkan, atau membagi-bagikan barang, dalam hal ini yakni
menjual organ tubuh ginjal kepada orang lain. Unsur pada Pasal 204 ayat 1 KUHP dikaitkan dengan perdagangan organ tubuh
ginjal yang mana unsurnya meliputi : 1 unsur Pasal 204 ayat 1 KUHP merupakan delik formil yang menitik beratkan pada
perbuatan pelaku; 2 Pasal 204 Ayat 1 memformulasikan perbuatan secara alternatif
, yaitu “menjual”, menawarkan, menyerahkan, atau membagi-bagikan. konsekuensinya dapat
diambil salah satu unsur perbuatan saja yakni pada unsur menjual;
3 barang sebagai sesuatu hal yang dipermasalahkan adalah harus memiliki sifat membahayakan nyawa atau kesehatan orang, dan
sifat berbahaya itu tidak diberitahu. 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, memuat aturan terhadap transplantasi organ tubuh atau
jaringan tubuh dan penjualan organ tubuh, meliputi : a
Pengertian Transplantasi, termuat dalam, Pasal 64 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, implant obat dan atau kesehatan, bedah plastik
dan rekonstruksi serta penggunaan sel punca. ”
Transplantasi yag dilakukan dalam dunia medis merupakan sarana utama yang dapat memberikan upaya pemulihan dan
penyembuhan penyakit, dengan dilakukan transplantasi terhadap organ yang telah mengalami kerusakan, maka orang yang
mengalami kerusakan organ tersebut mendapatkan pemulihan dan penyembuhan sesuai dengan harapan pasien.
b Tujuan Transplantasi, termuat dalam, Pasal 64 ayat 2 yang
menyatakan bahwa “Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan hanya untuk
tujuan kemanusian dan dilarang dikomersialkan” Ketentuan terhadap proses transplantasi organ tubuh manusia,
menegaskan bahwa transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia termasuk di dalamnya organ tubuh ginjal tidak boleh
dikomersialkan. Tujuan utama pelaksanaan transplantasi organ tubuh manusia termasuk ginjal adalah kemanusian berupa
penyembuhan kesehatan terhadap pihak yang mengidap kerusakan organ.
c Perbuatan yang dilarang, termuat dalam Pasal 64 ayat 3 yang
men yatakan bahwa “Organ dan atau jaringan tubuh dilarang
diperjualberlikan dengan dalih apapun. Pasal 192 yang
menyatakan bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih
apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan
denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah” 3
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia, memuat aturan terhadap transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh dan penjualan tubuh, meliputi:
a Pengertian Transplantasi, termuat dalam Pasal 1 huruf e yang
menyatakan bahwa “Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau
jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. ”
Transplantasi dalam praktek dunia kesehatan merupakan peindahan jaringan atau organ dari satu tubuh ke tubuh lain yang
memiliki tujuan memperbaiki organ tubuh yang sudah tidak berfungsi.
b Perbuatan yang dilarang, termuat dalam Pasal 17 yang
mengemukakan bahwa “Dilarang memperjualbelikan alat danatau
jaringan tubuh
manusia .” Penjatuhan sanksi
pemidanaan termuat dalam Pasal 20 yang mengemukakan bahwa “Pelanggaran ketentuan dalam Bab II, Bab III, Bab V,
Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 tiga bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.7.500,00 tujuh ribu lima ratus rupiah. ”
4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Transplantasi Organ Pengaturan terhadap asal pihak yang mendonorkan terhadap
dalam Pasal 13 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Pendonor
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berasal dari : a pendonor yang memiliki hubungan darah atau saumiistri; atau b
pendonor yang tidak memiliki hubungan darah dengan resipien. Pendonor asal merupakan pihak yang dapat memberikan
organ tubuhnya agar dapat didonorkan kepada pihak yang membutuhkan organ, yang mana pendonor berasal dari pihak
yang memiliki hubungan darah yakni saumiistri dan pihak yang tidak memiliki hubungan darah dengan resipien.
c.
Pengaturan Tindak Pidana Penjualan Organ Tubuh Ginjal di Filipina
Ketentuan transplantasi dan tindak pidana komersialisasi organ
tubuh ginjal di Filipina, termuat dalam:
1 Hose Bill No.3165 An Act To Institute Police to Prohibit
Commercial Dealings In Human Organs, Tissue AndOr Parts, Providing Penalties Therfore For Its Violations, And For Other
Purposes. memuat aturan terhadap transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh dan komersialisasi tubuh, meliputi:
a Mempromosikan organ tubuh, termuat dalam
Section 4 paragraph 1 To advertise in any manner, wheter formally through print, broadcast or electronic media or
informally, an offer to sell, barter or transact in human organs, tissue andor part or an offer to acquire, buy or receive human
organ tissues andor parts for cosideratin in whater from; Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 1 Mengiklankan untuk
alasan apapun, baik pesan secara formal dalam bentuk cetak, pesan berantai atau media elektronik atau informasi informal
yang memberikan penawaran untuk menjual, menukarkan atau melakukan transaksi organ tubuh, jaringan atau bagian tubuh
lainnya, membeli atau menerima jaringan atau bagian tubuh lainnya, serta
Section 4 paragraph 2 To advirtise, publish, print, boardcast or distribut, or cause the advertisement, publication, printing ,
boardcasting or distribution by any means, including the use of information technology and the internet, or any brochure, flyer,
or any propaganda material that promotes commercial dealings in human organs, tissues andor parts
Terjemahan penulis : Pasal 4 ayat 2 mengikalnkan,
menyebarkan, mencetak, menyebarkan pesan berantai atau mendistribusikan atau karena alasan apapun dalam bentuk iklan,
publikasi, cetak, termasuk pula menggunakan teknologi informasi dan internet, atau brosur, pamflet, atau berbagai
alasan lainnya
yang bertujuan
untuk mempromosikan
kesepakatan komersialisasi organ tubuh, jaringan atau bagian tubuh lainnya;
b Membujuk seseorang untuk melakukan komersialisasi organ
tubuh dan jaringan atau alat tubuh, termuat dalam Section 4 paragraph 3 To recruit, transport, transfer, harbor,
provide, or receive a person by any means, for the sale, barter, or any transaction of human organs, tissues andor parts which
involves consideration in whater form; Terjemahan
penulis: Pasal
4 ayat
3 merekrut,
mendistribusikan, mentransfer, memperkerjakan, menawarkan seseorang dengan berbagai alasan untuk menjual, menukar, atau
melakukan berbagai macam transaksi organ tubuh, jaringan dan ataubagian tubuh manusia;
Section 4 paragraph 13 To recruit or invite persons to supplay human organs, tissues andor parts for consideration
Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 13 merekrut atau mengajak seseorang untuk menyedikan organ tubuh manusia, jaringan
danatau bagian tubuh lainnya, Section 4 paragraph 14 To make or receive payment for the
supply or of an offer to supply human organs, tissues andor parts
Terjemahan penulis : Pasal 4 ayat 14 menerima bayaran untuk melakukan penyediaan terhadap organ tubuh, jaringan danatau
bagian;
c Macam-macam tindakan terhadap kegiatan komersialisasi organ
tubuh, temuat dalam Section 4 paragraph 4 To offer consideration in money, kind or service for the purpose of
acquiring, buying, offering, selling, or trading human organs, tissues andor parts Terjemahan penulis : melakukan
penawaran dengan memberi upah untuk melakukan jasa dalam bentuk penjualan, perdagangan organ tubuh, jaringan dan atau
bagian tubuh; Section 4 paragraph 5 To act as a facilitatior, middleman,
broker or other smiliar role in the sale, barter or other transaction of human organs, tissues and or parts for
consideration in whatever form. Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 5 bertindak sebagai
fasilitator, orang tengah, penghubung atau tindakan lainnya yang memiliki kesamaan untuk menjual, melakukan penukaran,
atau transaksi lainnya terhadap organ tubuh manusia, jaringan dan bagain tubuh lainnya;
Section 4 paragraph 6 To engage in the sale, barter or other transaction of human organs, tissues andor parts for
consideration in whater form. Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 6 meningkatkan penjualan,
penukaran atau transaksi lainnya terhadap organ tubuh, jaringan dan ataubagian tubuh lainnya., Section 4 paragarph 7 To
store andor handle parts with the knowledge that the human organs, tissues andor parts has been acquired or transferred or
sold for consideration in whater form. Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 7 menjual dan atau
menguasai bagian yang diketahui merupakan organ tubuh, jaringan danatau bagian yang dapat ditansfer atau dijual..
Section 4 paragraph 8 To diliver, transport, transfer andor distribute human organs, tissues andor parts with the
knowledge that the human organs, tissues andor parts has ben
acquired or transferred or sold for consideration in whatever form.
Terjemahan penulis : Pasal 4 ayat 8 mendistribusikan,
mentransportasikan, mentransferkan danatau bagian yang dikatahui termasuk dalam organ tubuh, jaringan danatau bagian
yang dapat di pindahkan atau dijual. Section 4 paragaraph 9 To remove or transplant human
organs, tissues andor part with the knowledge that in human organs, tissues andor parts has been acquired or transferred or
sold for consideration in whatever form. Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 9 mehapuskan atau
memindahkan organ tubuh manusia, jairngan danatau bagian yang diketahui sebagai organ tubuh manusia, jaringan danatau
bagian tubuh manusia yang dapat dipindahkan atau dijual. Section 4 paragarph 10 To consent to the transplantation of
human organs, tissues andor parts with the knowledge that in human organs, tissues andor parts has been acquired or
transferred or sold for consideration in whater form. Terjemahan penulis: Pasal 4 ayat 10 tindakan transplantasi
organ tubuh, jaringan danatau bagian yang diketahui sebagai organ tubuh manusia, jaringan danatau bagain yang
dipindahkan atau dijual. Section 4 11 To offer to supply human organ, tissues andor
parts for consideration or intiates or negotiates any dialogue or exchange for the supplay therofer or for an offer to supply
human organs, tissues andor parts. Terjemahan penulis : Pasal 4 ayat 11 menawarkan penyediaan
organ tubuh manusia, jaringan danatau bagian yang didalamnya terdapat
tindakan penawaran
atau percakapan
untuk menyediakan atau memasok organ tubuh manusia, jaringan
danatau bagian lainnya. Section 4 12 To engage in the tranding of human organs,
tissues andor parts for consideration in whatever form. Terjemahan penulis : Pasal 4 ayat 12 pernjajian pada
perdagangan organ tubuh manusia, jaringan dan atau bagian tubuh lainnya
d Fasilitator, yang termuat dalam
Sec.5 1 to knowingly lease or sublease, use or allow to be used any house, building or estabilismen for the purpose of
promoting commercial dealing in human organs, tissues andor parts.
Terjemahan penulis : Pasal 5 ayat 1 keterlibatan secara
langsung maupun tidak langgsung terhadap ijin menggunakan rumah, bangunan, dan fasilitas lainnya untuk mendukung
terjadinya kesepakatan transaksi jual beli organ tubuh, jaringan danatau bagian lainnya;
2 Execuitve Order No.34 : An Act Regulating Living Non Related
Organ Donation yang termuat dalam : Section 4 act 2 bahwa Commercial or for profit kidney donation
shall not be allowed; compensation in Living Non Related Organ donation shall be carried out in the spirit of altruism between
donor and done; and shall not in any way, be transacted through brokers.
Terjemahan penulis, komersialisasi atau keuntungan atas donasi
organ ginjal tidak diperbolehkan, kompensasi pada organ tubuh ginjal yang tidak memiliki hubungan darah meliputi pendonor,
penerima donor, dan perantara tidak diperkenankan untuk memperoleh keuntungan.
Serta Section 6 Penalties for Violation yang menyatakan bahwa The DOH shall formulate proper regulatory sanctions for hospital,
health agencies, and individuals who shall not comply with the guidelines herein.
Terjemahan penulis, departemen kesehatan Filipina akan memberikan sanksi yang termuat dalam regulasi kementerian
kesehatan terhadap rumah sakit, agensi kesehatan dan siapa saja yang tidak memenuhi segala aturan yang termuat di sini
3 Departement of Health No.2010-0018 : Republic of Philippines
Departement of Health Revised National Policy on Living Non Related Organ Donor and Transplatation and its Implementing
Structure.yang termuat dalam General Policy Statement point 3
“Payment as precondition for kidney donation and sale and purchase of kidneys by kidney vendorcommercial donor are
strictly prohibited.” Terjemahan penulis pembayaran dalam rangka donasi organ ginjal
dan komersialisasi penjualan organ ginjal secara langsung dilarang.
General Policy Statement point 4 “Kidney transplantation is not part of medical tourism” Terjemahan
penulis, transplantasi organ ginjal bukan merupakan bagian kegiatan medis dalam lingkup asing. General Policy Statement
point 5 “Foreigners are eligible to receive organs for Filipino living non-
related donors” Terjemahan penulis, orang asing tidak diperkenankan menerima organ donor yang tidak memiliki
hubungan darah dengan penduduk asli Filipina.
3. Perbandingan Hukum sebagai Manfaat Pembaharuan Hukum Pidana