Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Satuan Lahan Volkan Tua di Sumatera Utara

(1)

Lampiran 1

Data Curah Hujan (mm) Bulanan Kabupaten Karo Stasiun Klimatologi Sampali

2011-2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Rata-rata

Bulan Curah Hujan (mm)

Januari 118 132 275 144 202

Februari 145 72 324 6 18

Maret 191 121 78 25 87

April 181 64 103 446 272

Mei 68 54 25 178 204

Juni 85 49 99 86 78

Juli 12 85 18 32 77

Agustus 183 242 58 139 181

September 42 21 42 205 190

Oktober 104 217 254 183 382

November 201 471 265 274 273

Desember 80 285 308 156 224

Jumlah Bulan

Basah 7 6 6 8 8 7

Jumlah Bulan


(2)

Lampiran 2

Data Curah Hujan (mm) Bulanan Kabupaten Raya Stasiun Klimatologi Sampali

2011-2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Rata-rata

Bulan Curah Hujan (mm)

Januari 44 18 240 87 158

Februari 11 6 200 14 15

Maret 17 20 60 45 30

April 27 12 111 195 247

Mei 19 6 80 166 98

Juni 16 4 14 48 149

Juli 6 24 10 0 125

Agustus 16 45 115 37 58

September 20 33 243 167 156

Oktober 39 33 144 92 103

November 37 253 189 168 170

Desember 49 201 221 109 62

Jumlah Bulan

Basah 0 2 8 5 7 4.4

Jumlah Bulan


(3)

Lampiran 3

Karakteristik Andisol Gunung Sinabung (Sumber : Mukhlis, 2014)


(4)

Karakteristik Fisika Kimia Tanah Va.1.4.2 (Lereng bawah dan kaki Gunung Sinabung

)

Parameter

Horizon Oe

(0 – 10 cm)

A

(10 - 15/30 cm)

AB (15/30 – 45cm)

Bw1 (45 – 60 cm)

Bw2 (60 – 90 cm)

C (> 90 cm)

pH

H2O 5.42 5.16 5.15 4,95 4,90 5,24

KCl 5,07 4,38 4,61 4,76 4,84 4,78

∆ pH -0,35 -0,78 -0,54 -0,19 -0,06 -0,46

pH NaF 10,55 11,18 11,25 11,24 11,18 10,93

ZPC 4,38 4,27 4,28 4,63 4,59 4,13

Retensi P 65,75 87,74 90,80 83,46 78,37 28,69

P Tersedia (Bray II) 25,73 11,52 6,43 5,88 5,88 4,79

Ekstrak Oksalat

Al 1,55 3,16 2,13 6,49 8,04 5,89

Fe 0,90 1,07 0,95 0,66 0,95 0,32

Si 1,86 1,77 2,78 0,80 1,77 0,28

Al Ekst, Pirofosfat 0,31 0,62 0,14 0,54 0,41 0,45

Alo +½Feo 2,00 3,70 2,61 6,82 8,52 6,05


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1994. Pedogenesis Andisol Berbahan Induk Abu Volkan Andesit dan Basalt Pada beberapa Zona Agroklimat di Daerah Perkebunan Teh Jawa Barat. Disertasi. Program Doktor Ilmu Pertanian. Program Pascasarjana. Jurusan Ilmu-Ilmu Tanah (Genesis dan Klasifikasi Tanah). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chen, Z.S, T.C.Tsou, Victor, B.A, and C.C.Tsai. 2001. Genesis of Inceptisols On A Volcanic Landscape In Taiwan. Soil Science. Vol. 166. Lippincott Williams and Wilkins, Inc.

Crow, M. J. 2005. Tertiary Volcanicity in Barber. A.J, M.J. Crow and J.S. Milsom (eds) Sumatra. Geology, Resources, and Tectonic Evolution. Geological Society. London.

Dahlgren, R, S. Shoji and M. Nanzyo. 1993. Mineralogical Characteristics of Volcanic Ash Soils in S. Shoji., M. Nanzyo and R. Dhalgren (eds) Volcanic Ash Soils. Genesis, Properties and Utilization. Elsevier. Amsterdam.

Gasparon, M. 2005. Quarternary volcanicity in Barber. A.J, M.J. Crow and J.S. Milsom (eds) Sumatra. Geology, Resources, and Tectonic Evolution. Geological Society. London.

Guslim. 2009. Agroklimatologi, USU Press, Medan.

H. Darul SWP, Junus Dai, A .Hidayat , Yayat A.H., H.Y.Sumulyadi, Hendra S., P.Buurman dan T.Balsem, 1989. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah lembar Sidikalang (0618), Sumatera. Pusat Penelitian Tanah.Bogor.

Hackett, Moyer, and Vasquez. 2012. Earth’s Stucture in California Science Grade 6. McGraw-Hill

Handershot, W. H and L. M. Lavkulich. 1978. The use of zero point of charge to assess pedogenic development. Soil Sci. Soc. Am. J. 42: 468 - 472.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisis Pertama. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hikmatullah. 2009. Karakteristik Tanah-tanah Volkan Muda dan Kesesuaian Lahannya untuk Pertanian di Halmahera Barat. Jurnal Ilmu Tnaha dan Lingkungan (9); 20-29. Kimble, J.M. 1999. Andisol in M.E. Sumner (ed) Handbook of Soil Science. CRC Press.

Washington, D.C.

Leamy, ML. 1988. International Commite on The Classification of Andisols (ICOMAND). Circular Letter No.10 New Zealand Soil Bereau. DSIR. Lower Hutt.


(6)

Mizota, C and L.P. van Reeuwijk. 1989. Clay Mineralogy and Chemistry of Soils Formed in Volcanic Material in Diverse Climatic Regions. International Soil Reference and Information Centre.

Mukhlis. 2011. Tanah Andisol. Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran dan Analisis. USU Press, Medan.

Mukhlis. 2014. Penyusun Amandemen Silikat Berdasarkan Karakteristik Tanah Andisol Gunung Sinabung. Disertasi. Program Doktor Ilmu Pertanian. Program Pascasarjana. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Munir, M. 1995. Tanah-tanah Utama Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan pemanfaatannya. Jakarta.

Nanzyo, M,R. Dahlgren and S. Shoji. 1993a. Chemical Characteristics of Volcanic Ash Soil in S. Shoji., M. Nanzyo and R. Dhalgren (eds) Volcanic Ash Soils. Genesis, Properties and Utilization. Elsevier. Amsterdam.

Nanzyo, M, S. Shoji, and R. Dahlgren. 1993b. Physical Characteristics of Volcanic Ash Soils in S. Shoji., M. Nanzyo and R. Dhalgren (eds) Volcanic Ash Soils. Genesis, Properties and Utilization. Elsevier. Amsterdam.

Nanzyo, M. 2002. Unique Properties of Volcanic Soils. Global Environmental Research (6) 2 : 99 – 112.

Shoji, S., Dahlgren R, and Nanzyo M. 1993a. Genesis of Volcanic Ash Soil. in S. Shoji., M. Nanzyo and R. Dhalgren (eds) Volcanic Ash Soils. Genesis, Properties and Utilization. Elsevier. Amsterdam.

. 1993b. Morphology of Volcanic Ash Soil. in S. Shoji., M. Nanzyo and R. Dhalgren (eds). Volcanic Ash Soils. Genesis, Properties and Utilization. Elsevier. Amsterdam.

Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. 12th edition. USDA Natural Resource Conservation Service. USA.

Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono. 2014. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Sukarman dan Dariah, A. 2014. Karakteristik, Potensi, Kendala, dan Pengelolaan Tanah Andisol di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.


(7)

Uehara, G and G. Gilman. 1981. The Mineralogy, Chemistry, Physics of Tropical Soils With Variable Charge Clays. Westerview Press. Colorado.

Ugolini, F.C. and R.A. Dahlgren. 2002. Soil Development in Volcanic Ash. Global Environmental Research (6) 2 : 69 - 81.

Utomo, M., Sudarsono., B. Rusman., T. Sabrina., J. Lumbanraja dan Wawan. 2015. Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan. Prenadamedia Grup, Jakarta.

Van Breeman, V and P. Buurman. 2002. Soil Formation. Second Edition. Kluwer Academic Publisher.


(8)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kaki lereng gunung Simbolon, Desa Bahapal Raya, Kec. Raya, Kab. Simalungun, Prov. Sumatera Utara dan di kaki lereng Gunung Sipiso-piso, Desa Situnggaling, Kec. Merek, Kab. Karo, Prov. Sumatera Utara. Lokasi penelitian tersaji pada Gambar 1. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan selesai.


(9)

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir isian profil; sampel tanah dari 2 profil tanah di desa Bahapal Raya dan Situnggaling yang diambil tiap lapisan; kantung plastik 1 kg; kertas label; serta bahan - bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta satuan lahan dan tanah lembar Medan (0619) Sumatera; peta administrasi; peta topografi; buku Kunci Taksonomi Tanah 2014; buku panduan pengamatan tanah di lapang (Balai Penelitian Tanah, 2004); GPS (Global Positioning System); Munsell Soil Color Chart; meteran; pisau pandu; ring sampel; spidol permanen; kamera; serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Lokasi penelitian mengacu kepada Land Unit and Soil Map of the Sidikalang Sheet, Sumatera No. 0618 dengan kode Vb.1.2.3 dan Vad.1.4.2. Berdasarkan peta satuan lahan tersebut ditentukan lokasi pengamatan tanah di lahan volkan tua. Klasifikasi tanah mengacu kepada taksonomi tanah menurut Key to Soil Taxonomy 2014 dan Klasifikasi Tanah Nasional.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian mencakup beberapa tahapan pekerjaan, dimulai dari persiapan, survei pendahuluan, dan survei utama.

a. Persiapan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian,


(10)

pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

b. Survei Pendahuluan

Penentuan lokasi pembuatan dua profil pewakil dengan mengacu kepada satuan lahan Lembar Medan (0619) Sumatera , yaitu :

Profil Kode Satuan Lahan Keterangan

1. Vad. 1.4.2 Kaki lereng Gunung Sipiso-piso yaitu

tersier, tuff masam sampai basis, lereng bawah dan kaki lereng, datar sampai melandai (<16%), cukup toreh

2. Vb.1.2.3 Kaki lereng bawah Gunung Simbolon yaitu

tersier, lava intermedier dan basis, lereng bawah dan kaki lereng (>30%), agak tertoreh


(11)

c. Survei Utama

Setelah melakukan survei pendahuluan, survei utama dilakukan dengan cara mengamati profil tanah di masing-masing lokasi dengan acuan buku Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah (Balitanah, 2004) untuk selanjutnya di deskripsikan dan di klasifikasikan menurut taksonomi tanah yang mengacu kepada buku Key to Soil Taxonomy 2014 dan Klasifikasi Tanah Nasional. Pengambilan sampel contoh tanah dari setiap lapisan/horizon pada masing-masing profil tanah untuk analisa di laboratorium.

Analisis Laboratorium

Parameter yang diukur pada setiap lapisan dari masing-masing profil sebagai berikut :

1. Tekstur dengan metode Hydrometer 2. Bulk density dengan ring sampel

3. pH-H2O (1 : 2.5), pH-KCl (1 : 2.5) dan pH-NaF (1 : 50) dengan metode Elektromettri

4. ZPC dengan metode salt titration

5. Kadar C-organik dengan metode Walkley and Black

6. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah, dengan ekstraksi NH4OAc pH 7 7. Kadar Fe dan Al ditetapkan dengan ekstraksi ammonium oksalat (Alo, Feo) 8. Kadar Fe dan Al ditetapkan dengan ekstraksi natrium pirofosfat (Alp, Fep) 9. Retensi Fosfat dengan metode Blakemore

Klasifikasi tanah

Setelah analisa laboratorium, dilakukan klasifikasi hingga tingkat sub grup menggunakan buku Key to Soil Taxonomy 2014 dan Klasifikasi Tanah Nasional.


(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Deskripsi Wilayah Penelitian

Lokasi penelitian 1, berada di kaki lereng sebelah barat gunung Sipiso-piso (02°55,651ʹN, 98°31,500ʹE). Ketinggian tempat mencapai 1444 m diatas permukaan laut, dengan kemiringan <16%. Gunung Sipiso-piso merupakan gunung volkanik yang terbentuk di zaman Tersier pada periode Miosin akhir - Pleistosin dan usianya diperkirakan 1.89 Ma (Mega annum = 106 tahun). Crow (2005) mengemukakan bahwa batuan induk yang terbentuk di lahan atau daerah sekitar gunung Sipiso-piso berasal dari lava dome. Lahan di lokasi penelitian dimanfaatkan masyarakat untuk budidaya tanaman hortikultura.

Lokasi penelitian 2, berada di kaki lereng sebelah tenggara gunung Simbolon (N 02°59,414ʹN, 98°53,175ʹE). Ketinggian wilayah 1047 m diatas permukaan laut, dengan kelerengan >30%. Aktivitas gunung Simbolon diperkirakan dimulai sejak zaman Tersier pada periode Miosin akhir-Pleistosin dan telah berumur ±6 -1.89 Ma (Mega annum = 106 tahun). Batuan induk yang terbentuk berasal dari bahan ejekta volkanik berupa lava andesitic dan aliran piroklastik (Crow, 2005). Sudah dilakukan upaya pengolahan tanah oleh masyarakat untuk digunakan dalam praktek budidaya pertanian.

Data iklim yang digunakan adalah curah hujan selama lima tahun dari tahun 2011 – 2015 yang tertera pada lampiran. Data ini diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sampali, Medan.

Menurut Schmidt dan Ferguson dalam Guslim (2009), bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan < 60 mm. Berdasarkan data iklim (lampiran 1) diketahui bahwa lokasi penelitian 1 memiliki


(13)

rata-rata bulan kering 2.6 dan bulan basah 7 sehingga dapat diperoleh nilai Q sebagai batas dari golongan iklim dengan rumus :

=

���� −���� ����� ������

���� −���� ����� ���� ℎ

100%

Dari rumus diatas maka diperoleh nilai Q sebesar 37% yang terletak pada range 33,3% < Q < 60%, sehingga iklim pada wilayah kabupaten Karo ini tergolong iklim C yaitu beriklim agak basah.

Lokasi penelitian 2, diketahui memiliki rata-rata bulan kering 6.4 dan bulan basah 4.4 (lampiran 2) sehingga diperoleh nilai Q sebesar 145% dengan range 100% < Q < 167%, dan disimpulkan iklim pada wilayah kabupaten Raya tergolong iklim E yaitu agak kering.

Deskripsi Profil Tanah pada Lahan Volkan Tua

Profil tanah Vb. 1.2.3 diamati di kaki lereng tenggara gunung Simbolon Desa Bahapal Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Profil tanah Vad. 1.4.2, diamati dikaki lereng sebelah barat gunung Sipiso-piso Desa Situnggaling, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Pendeskripsian terhadap profil tanah dapat dijadikan sebagai penggambaran dari tubuh tanah dan pada hakikatnya merupakan pengkajian secara teliti terhadap horizon tanah. Penentuan horizon tanah didasarkan pada jumlah sifat yang dijadikan sebagai faktor pembeda seperti struktur, tekstur, konsistensi, warna, dan

batas horizon. Deskripsi profil tanah dari lokasi penelitian adalah sebagai berikut :


(14)

a. Profil Vad. 1.4.2 (Kaki lereng Gunung Sipiso-piso)

Lokasi : Desa Situnggaling, Kec. Merek, Kab.Karo, Prov.

Sumatera Utara

Kode Land Unit : Vad. 1.4.2

Koordinat : N 02°55,651ʹ

E 98°31,500ʹ Klasifikasi Soil Taxonomy : Ultichaploudand

Fisiografi : Kipas Volkanik

Karakteristik lereng : < 16 %, kaki lereng sebelah barat gn. Sipisopiso

Elevasi : 1444 m dpl.

Kedalaman Efektif : 175 cm

Penggunaan Lahan : Perladangan, profil dibawah tegakan Bambu.

Bahan Induk : Tuff andesitik

Horizon Diagnostik : Ochrik (0 –65 cm), Agrilik (75–165 cm)

Sifat Penciri : Andik (0 – 65 cm).

Tanggal : 26 Juli 2016

Hor Kedalaman Uraian

Ap

--- cm ---

0 – 50/65 Hitam kecoklatan (7,5YR2/2),

tekstur pasir berlempung, struktur remah halus lemah, konsistensi lepas, perakaran halus banyak, batas tegas berombak.

Bw1 50/65-75/100 Coklat terang (7,5YR5/6), tekstur pasir berlempung, struktur gumpal bersudut halus lemah, konsistensi agak keras, perakaran halus sedang, batas ansur berombak.

Bw2 75/100-110/165 Coklat kekuningan (10YR5/6),

tekstur pasir berlempung, struktur gumpal bersudut sedang agak kuat, konsistensi agak keras, perakaran halus sedikit, batas angsur berombak,

Bt 110/165-175/185 Coklat kekuningan terang

(10YR6/8), tekstur lempung liat berpasir, struktur gumpal bersudut sedang agak kuat, konsistensi lembut, karatan sedang kecil (Fe, Mn), selaput liat, perakaran halus sedikit, batas tegas berombak.

C >175/185 Abu-abu muda (2,5Y8/1), tekstur

lempung berpasir, struktur lepas halus lemah, konsistensi lepas


(15)

b. Profil Vb. 1.2.3 (Kaki lereng Gunung Simbolon)

Lokasi : Desa Bahapal Raya, Kec. Raya, Kab.Simalungun,

Prov. Sumatera Utara

Kode Land Unit : Vb. 1.2.3

Koordinat : N 02°59,414ʹ

E 98°53,175ʹ

Klasifikasi Soil Taxonomy : Andic Dystrustepts

Fisiografi : Kipas Volkanik

Karakteristik lereng : >30 %, sebelah tenggara gn. Simbolon

Elevasi : 1047 m dpl.

Kedalaman Efektif : 140 cm

Penggunaan Lahan : Perladangan, profil dibawah tegakan Kincung.

Bahan Induk : Tuff andesitik

Horizon Diagnostik : Ochrik (0 –45 cm), Kambik (60–80cm), (110-140)

Sifat Penciri : -

Tanggal : 27 Juli 2016

Hor Kedalaman Uraian

Ap

-- cm --- 0 – 45

Coklat tua (7,5YR3/3), tekstur pasir berlempung, struktur remah halus lemah, konsistensi sangat gembur, perakaran halus banyak, batas angsur berombak.

AB 45-60 Coklat kekuningan terang

(10YR6/8), lempung berpasir, struktur remah halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas nyata lurus.

Bw 60-85/80 Coklat kemerahan tua (5YR3/6),

struktur gumpal bersudut sedang lemah, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas nyata berombak.

2A 85/80-110 Coklat kekuningan terang

(10YR6/8), struktur gumpal

bersudut halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas nyata lurus.

2Bw1 110-140 Coklat kekuningan terang

(10YR7/6), struktur gumpal bersudut sedang agak kuat, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas angsur berombak.

2Bw2 140-170/180 Coklat kekuningan terang (2,5

Y6/8), tekstur lempung berpasir, struktur gumpal bersudut sedang agak kuat, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas angsur berombak.

C >170/180 Kuning muda (2,5Y7/4),tekstur

lempung berpasir, struktur lepas halus lemah, konsistensi lepas.


(16)

Morfologi Profil Tanah pada Lahan Volkan Tua

Pengamatan morfologi tanah meliputi horizon tanah, kedalaman horizon, warna tanah, konsistensi, batas topografi dan batas horizon. Kedua profil tanah yang diamati memperlihatkan sifat morfologi yang berbeda. Morfologi kedua profil disajikan pada Tabel 1.

Dari hasil pengamatan pada kedua profil, terlihat ada perubahan warna tanah dari permukaan hingga ke lapisan bawah. Pada profil Vad.1.4.2, warna tanah dari lapisan permukaan hingga ke lapisan sub-permukaan semakin terang. Terlihat perubahan nilai value dan chroma dari lapisan permukaan yaitu 2/2, meningkat menjadi 5/6 pada lapisan sub-permukaan. Seiring bertambahnya kedalaman dari lapisan sub-permukaan hingga ke lapisan bawah, warna tanah juga mengalami peningkatan kecerahan secara perlahan, dari 7.5 YR 5/6, 10 YR

5/6, 10 YR 6/8. Pada lapisan bahan induk ditemukan warna abu-abu muda (2,5 Y 8/1).

Pada profil Vb.1.2.3, warna tanah dari lapisan permukaan hingga ke lapisan sub-permukaan semakin terang. Terlihat dari perubahan nilai Hue dan Chroma dari lapisan permukaan yaitu 7.5 YR dan 3, meningkat menjadi 10 YR dan 6 pada lapisan sub-permukaan dan menurun kembali menjadi 5 YR dan 3 pada lapisan ketiga. Namun pada lapisan keempat, ditemukan adanya pengulangan warna yang sama dengan lapisan kedua yaitu 10 YR 6/8 dan kembali menurun menjadi 2.5 YR 6/8. Lapisan bahan induk memiliki warna terang yaitu 2.5 Y 7/4.


(17)

Tabel 1. Karakteristik Morfologi Tanah Volkan Tua

Horizon Kedalaman Warna Tanah Struktur Konsistensi Batas Kedalaman

Efektif

Munsell Keterangan

--- cm ---- --- cm ----

Vad.1.4.2 (Gunung Sipiso-piso)

Ap 0 – 50/65 7,5 YR 2/2 Hitam kecoklatan Remah Lepas Tegas berombak

175

Bw1 50/65 – 75/100 7,5 YR 5/6 Coklat terang Gumpal bersudut Agak keras Angsur berombak

Bw2 75/100 – 110/165 10 YR 5/6 Coklat kekuningan Gumpal bersudut Agak keras Angsur berombak

Bt 110/165 – 175/185 10 YR 6/8 Coklat kekuningan terang Gumpal bersudut Lembut Tegas berombak

C >175/185 2,5 Y 8/1 Abu-abu muda Lepas Lepas

Vb.1.2.3 (Gunung Simbolon)

Ap 0 - 45 7,5 YR 3/3 Coklat tua Remah Sangat gembur Angsur berombak

140

AB 45 - 60 10 YR 6/8 Coklat kekuningan terang Remah Gembur Nyata berombak

Bw 60 – 85/80 5 YR 3/6 Coklat kemerahan tua Gumpal bersudut Gembur Nyata lurus

2 A 85/80 - 110 10 YR 6/8 Coklat kekuningan terang Gumpal bersudut Gembur Nyata lurus

2Bw1 110 - 140 10 YR 7/6 Coklat kekuningan terang Gumpal bersudut Gembur Angsur berombak

2Bw2 140 – 170/180 2,5 YR 6/8 Coklat kekuningan terang Gumpal bersudut Gembur Angsur berombak


(18)

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah Volkan Tua

Karakteristik fisika tanah yang diamati adalah bulk densiti dan tekstur tanah. Pada kedua profil yang diamati, diketahui tekstur tanah pada lapisan permukaan adalah pasir berlempung dan pada lapisan sub-permukaan adalah lempung berpasir.

Tabel 2 menunjukkan bulk density pada kedua profil tanah yang diamati, memiliki kisaran nilai 0.62 – 0.74 gcm-3. Umumnya, nilai bulk density semakin tinggi dengan bertambahnya kedalaman.

Tabel 2. Bulk Densiti dan Tekstur Tanah Volkan Tua

Hor Kedalaman Distribusi Ukuran Butir BD

Pasir Debu Liat Tekstur

---cm---- ---% --- - gcm-3

-Vad.1.4.2 (Gunung Sipiso-piso)

Ap 0 – 50/65 87.12 4.56 8.32 Pasir berlempung 0.62

Bw1 50/65 – 75/100 86.12 5.56 8.32 Pasir berlempung 0.74

Bw2 75/100 – 110/165 82.12 8.56 9.32 Pasir berlempung td

Bt 110/165 – 175/185 64.12 12.56 23.32 Lempung liat berpasir td

C >175/185 79.12 8.56 12.32 Lempung berpasir td

Vb.1.2.3 (Gunung Simbolon)

Ap 0 – 45 81.24 9.88 8.88 Pasir berlempung 0.68

AB 45 – 60 77.24 5.88 16.88 Lempung berpasir 0.68

Bw 60 – 85/80 75.24 7.88 16.88 Lempung berpasir 0.70

2 A 85/80 – 110 79.24 8.88 11.88 Lempung berpasir 0.67

2Bw1 110 – 140 70.24 12.88 16.88 Lempung berpasir 0.73

2Bw2 140 – 170/180 72.24 9.88 17.88 Lempung berpasir td

C >170/180 75.24 7.88 16.88 Lempung berpasir td

Ket: td = tidak diamati

Karakteristik kimia pada kedua profil tanah volkan tua ditunjukkan pada tabel 3, 4 dan 5. Profil Vad. 1.4.2 tergolong agak masam apabila dilihat pada nilai pH H2O yang berkisar 5.51 – 6.36 dan pH KCl antara 3.38 – 5.22. Nilai pH pada profil Vad. 1.4.2


(19)

menunjukkan tanah bermuatan permanen negative sehingga nilai ZPC tidak terdeteksi. pH NaF yang diperoleh berkisar antara 9.75 – 11.29.

Tanah yang terdapat pada profil Vb. 1.2.3 memiliki pH H2O berkisar antara 4.76 – 4.95 dan pH KCl antara 3.61 – 4.10 sehingga termasuk kedalam kategori tanah masam. Semua tanah yang ada diprofil ini, tidak memiliki nilai ZPC. Diketahui muatan yang dimiliki adalah permanen negatif apabila melihat nilai pH. Nilai pH NaF berada pada rentang 11.29 – 11.77.

Tabel 3. pH H2O, KCl, NaF dan ZPC Tanah Volkan Tua

Hor Kedalaman pH pH NaF ZPC

H2O KCl ∆ pH

---cm---

Vad.1.4.2 (Gunung Sipiso-piso)

Ap 0 – 50/65 6.29 5.20 -1.09 11.29 tt

Bw1 50/65 – 75/100 6.36 5.22 -1.14 11.25 tt

Bw2 75/100 – 110/165 5.99 4.63 -1.36 10.99 tt

Bt 110/165 – 175/185 5.59 3.53 -2.06 10.10 tt

C >175/185 5.51 3.38 -2.13 9.75 tt

Vb.1.2.3 (Gunung Simbolon)

Ap 0 – 45 4.93 4.10 -0.83 11.66 tt

AB 45 – 60 4.95 3.92 -1.03 11.73 tt

Bw 60 – 85/80 4.86 3.91 -0.95 11.74 tt

2 A 85/80 – 110 4.85 3.97 -0.88 11.77 tt

2Bw1 110 – 140 4.76 3.66 -1.1 11.51 tt

2Bw2 140 – 170/180 4.83 3.61 -1.22 11.33 tt

C >170/180 4.86 4.01 -0.85 11.29 tt

Ket : tt = tidak terdeteksi

Tabel 4 menunjukkan kandungan C-organik, Kation-kation tukar, KTK dan Kejenuhan basa tanah pada lahan volkan tua. Profil tanah Vad.1.4.2 memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan C-organik yang terdapat pada profil Vb.1.2.3. Kandungan C-organik pada kedua profil cenderung menurun dengan bertambahnya kedalaman lapisan. Namun, pada lapisan 2A yang terdapat di profil


(20)

Vb.1.2.3, terjadi peningkatan kandungan C-organik, kemudian mengalami penurunan kembali hingga ke lapisan bahan induk.

Tabel 4. Kadar C-organik, Kation-kation tukar, Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa Tanah Volkan Tua

Hor Kedalaman C- org

Kation Tukar

KTK KB

K Ca Mg Na

---cm--- --%-- ---me/100g--- ----%---

Vad.1.4.2 (Gunung Sipiso-piso)

Ap 0 – 50/65 8.52 1.21 74.13 6.04 1.64 42.88 193.62

Bw1 50/65 – 75/100 2.78 1.08 3.33 0.00 1.52 25.28 23.43

Bw2 75/100– 110/165 0.39 4.28 13.23 4.04 1.64 29.76 77.90

Bt 110/165–175/185 0.16 1.63 20.32 5.32 1.67 12.00 241.12

C >175/185 0.08 1.43 16.03 3.76 1.83 6.40 360.27

Vb.1.2.3 (Gunung Simbolon)

Ap 0 – 45 2.77 0.52 5.63 0.00 1.69 10.40 75.42

AB 45 – 60 1.42 0.43 0.94 0.00 1.42 9.12 30.56

Bw 60 – 85/80 0.86 0.55 0.00 0.00 1.47 13.28 15.23

2 A 85/80 – 110 1.76 0.19 0.00 0.00 1.61 8.00 22.45

2Bw1 110 – 140 0.55 0.09 0.85 0.00 1.75 9.44 28.53

2Bw2 140 – 170/180 0.35 0.08 0.00 0.00 1.83 22.90 8.35

C >170/180 0.04 0.15 0.00 0.00 1.63 7.84 22.68

Kapasitas tukar kation (KTK) tanah pada profil Vad.1.4.2 lebih tinggi dibandingkan dengan profil Vb.1.2.3. KTK tanah pada profil Vad.1.4.2 berkisar antara 6.4 – 42.88 me/100g. Sedangkan pada profil Vb.1.2.3, nilai KTK berada pada kisaran 7.84 – 22.90 me/100g. Pada profil Vb.1.2.3 terjadi peningkatan KTK tanah dari lapisan permukaan hingga ke lapisan sub permukaan (Bw) dan menurun kembali hingga ke lapisan 2A. Kemudian peningkatan KTK tanah pun terjadi kembali hingga lapisan 2Bw2 dan pada lapisan dasar, KTK tanah kembali menurun secara drastis.

Profil tanah Vad.1.4.2 memiliki kejenuhan basa (KB) yang lebih tinggi dibandingkan dengan profil Vb.1.2.3. Pada profil Vad.1.4.2, nilai KB pada semua lapisan


(21)

digolongkan dalam kriteria sangat tinggi, kecuali pada lapisan Bw1 memiliki nilai KB sebesar 23.43% yang digolongkan pada kriteria rendah. Berbeda halnya dengan nilai KB pada profil Vb.1.2.3 yang tergolong rendah hingga sangat rendah, kecuali pada lapisan Ap yang memiliki KB 75.42% yang tergolong sangat tinggi.

Kandungan P tersedia (Bray II) dan nilai retensi P pada tanah volkan tua disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Retensi-P dan P tersedia (Bray II) Tanah Volkan Tua

Hor Kedalaman P tersedia

(Bray II) Retensi P

---cm--- ---ppm--- ---%

---Vad.1.4.2 (Gunung Sipiso-piso)

Ap 0 – 50/65 10.47 99.22

Bw1 50/65 – 75/100 6.25 96.77

Bw2 75/100 – 110/165 6.25 78.29

Bt 110/165 –175/185 5.31 36.95

C >175/185 5.78 15.76

Vb.1.2.3 (Gunung Simbolon)

Ap 0 – 45 29.38 61.11

AB 45 – 60 16.25 52.33

Bw 60 – 85/80 12.34 49.74

2 A 85/80 – 110 20.47 64.47

2Bw1 110 – 140 16.72 29.33

2Bw2 140 – 170/180 10.78 24.94

C >170/180 8.28 20.80

Nilai retensi-P profil Vad. 1.4.2 berada pada kisaran nilai 15.76 – 99.22% cenderung lebih tinggi dibandingkan retensi-P pada profil Vb.1.2.3. Nilai retensi-P pada profil Vad. 1.4.2 terus mengalami penurunan dari lapisan permukaan hingga kelapisan bahan induk. Sedangkan pada profil Vb.1.2.3. nilai retensi pada lapisan 2A lebih tinggi dibandingkan lapisan permukaan.


(22)

Profil Vad.1.4.2 memiliki kandungan P-tersedia (Bray II) berkisar 5.31 – 10.47 ppm dengan kriteria sangat rendah. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kandungan P-tersedia (Bray II) yang terdapat pada profil Vb. 1.2.3. Kandungan P-tersedia (Bray II) profil Vb. 1.2.3 mengalami penurunan dari lapisan permukaan hingga lapisan sub-permukaan, namun terdapat peningkatan kandungan P-tersedia (Bray II) pada lapisan 2A.

Kadar Al oksalat (Alo), Fe oksalat (Feo), Al pirofosfat (Alp), Alo + ½ Feo Tanah Volkan Tua disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Al oksalat (Alo), Fe oksalat (Feo), Al pirofosfat (Alp), Alo + ½ Feo Tanah Volkan Tua

Hor Kedalaman Ekstrak Oksalat Al Ekst,

Pirofosfat Alo +½Feo

Al Fe

---cm----

---%---Vad.1.4.2 (Gunung Sipiso-piso)

Ap 0 – 50/65 5.06 0.42 0.42 5.28

Bw1 50/65 – 75/100 5.41 0.43 0.43 5.63

Bw2 75/100– 110/165 2.62 0.48 0.48 2.86

Bt 110/165–175/185 0.67 0.48 0.48 0.90

C >175/185 0.21 0.40 0.40 0.41

Vb.1.2.3 (Gunung Simbolon)

Ap 0 – 45 1.77 0.43 0.43 1.98

AB 45 – 60 1.42 0.42 0.42 1.63

Bw 60 – 85/80 1.27 0.42 0.42 1.48

2 A 85/80 – 110 1.58 0.43 0.43 1.79

2Bw1 110 – 140 1.12 0.43 0.43 1.33

2Bw2 140 – 170/180 0.79 0.40 0.40 0.99

C >170/180 0.60 0.37 0.37 0.79

Pada kedua profil terlihat Al ekstrak asam oksalat (Alo) terakumulasi pada solum sebelah atas dan kadar Fe ekstrak asam oksalat (Feo) terlihat merata pada seluruh horizon. Sedangkan kandungan Al yang terdapat dalam kompleks Al-humus yang diukur menggunakan ekstrak pirofosfat (Alp) terlihat merata pada pada semua horizon di kedua profil tanah.

Penjumlahan Alo + ½ Feo pada profil Vad.1.4.2 menunjukkan nilai yang lebih besar dari 2.00 % kecuali horizon Bt dan C. Sedangkan, seluruh horizon yang terdapat


(23)

pada profil Vb.1.2.3 memperlihatkan nilai Alo + ½ Feo < 2.00 %. Nilai hasil penjumlahan Alo + ½ Feo digunakan untuk mengetahui keberadaan sifat andik pada suatu tanah.

Pembahasan Morfologi Tanah

Morfologi yang ditemukan pada kedua profil tanah yang diamati, menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan morfologi tanah yang paling jelas dilihat berdasarkan diferensiasi horizon atau kelengkapan horizon. Horizon yang terdapat pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) lebih lengkap dibandingkan dengan horizon pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2). Pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2), ditemukan horizon penciri Argilik (Bt) pada kedalaman 110/165-175/185 cm yang ditandai dengan adanya penimbunan liat sebesar 23% dan dibuktikan dengan tekstur tanah berupa lempung liat berpasir.

Lain halnya dengan Gunung Sipiso-piso, pada penampang profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) terdapat horizon 2A pada kedalaman 85/80 – 110 cm yang memiliki karakteristik morfologi yang hampir sama dengan horizon permukaan. Kemiripan karakteristik ini terutama dilihat dari warna tanah pada horizon 2A yang mengalami pengulangan dari horizon AB yang berada pada kedalaman 45 - 60 cm.

Profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) menampilkan warna tanah lebih kuning dibandingkan dengan tanah dari Gunung Simbolon (Vb.1.2.3). Pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3), warna tanah dihorizon sub-permukaan lebih merah (5 YR 3/6) dibandingkan horizon permukaan (7.5 YR 3/3). Namun, pada horizon berikutnya, yaitu horizon 2A warna tanah kembali kuning (10 YR 6/8) mendekati warna horizon permukaan dan pada horizon 2Bw2 yang lebih dalam, warna tanah menjadi kembali gelap yang selanjutnya diakhiri dengan warna kuning muda (2.5 Y 7/4) pada bahan induk.


(24)

Nilai bulk densiti pada kedua profil volkan tua relatif rendah, yaitu 0.62 – 0.73 gcm-3. Hal ini dikarenakan, tanah pada kedua profil volkan tua didominasi oleh fraksi pasir, sehingga tekstur tanah berkisar lempung berpasir hingga pasir berlempung.

Karakteristik Tanah

Tanah yang berada pada lahan volkan tua memiliki koloid tanah yang bermuatan permanen negatif. Sifat ini terlihat dari nilai ∆ pH (pH KCl – pH H2O) yang lebih besar dari -0.5. Selain itu, pada kedua profil tanah juga, tidak ditemukan adanya nilai zero point of charge (ZPC). Hal ini semakin menguatkan pernyataan bahwa tanah volkan tua memang didominasi oleh mineral yang bermuatan permanen. Uehara dan Gillman (1981) menyatakan bahwa tanda besarnya ∆ pH berhubungan dengan tanda dan besarnya muatan permukaan. Nilai ∆ pH yang positif, nol atau negatif yang lebih kecil dari -0.5, menunjukkan bahwa tanah tersebut bermuatan variabel.

Semakin berkembangnya suatu tanah, maka akan menyebabkan perubahan pada karakteristik - karakteristik tanah tersebut. Tidak hanya mengubah karakteristik morfologi saja, tetapi juga karakteristik fisik dan kimia. Hendershot dan Lavkulich (1978) dalam eksperimennya, mendapati adanya pengaruh perkembangan tanah terhadap nilai ZPC (Zero point of charge). Nilai ZPC akan semakin menurun apabila tanah tersebut mengalami perkembangan yang lebih lanjut. Hal ini juga dialami oleh tanah – tanah volkan tua yang ada di Sumatera Utara. Dari profil tanah yang diamati, baik Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) maupun Gunung Simbolon (Vb.1.2.3), keduanya didapati tidak memiliki nilai ZPC. Ini menunjukkan bahwa tanah yang berada pada satuan lahan volkan tua, memiliki tingkat perkembangan yang lebih lanjut.

Lapisan permukaan pada kedua profil tanah volkan tua memiliki kandungan C-organik yang sangat tinggi. Tingginya C-C-organik tersebut dikarenakan adanya penambahan


(25)

bahan organik selain dari serasah tumbuhan hutan juga dari pengelolaan tanah oleh petani, sehingga membentuk kompleks dengan Al, Fe, Alofan, Imogolit yang menyebabkan terhambatnya dekomposisi. Pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) kandungan C-organik akan menurun di lapisan yang lebih dalam, namun pola ini tidak ditemui pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3). Hal ini dikarenakan pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) ditemukan adanya horizon 2A pada kedalaman 85/80-110 cm yang merupakan horizon tertimbun (Taptik) dengan karakteristik morfologi, fisik serta kimia yang hampir sama dengan horizon permukaan.

Istilah horizon tertimbun atau taptik dalam Soil Taxonomy digunakan untuk lapisan tanah yang memiliki horizon - horizon penimbun diatasnya dengan ketebalan sebesar 50 cm dan kandungan C-organik ≥ 3%. Terkait dengan syarat diatas, kemungkinan besar horizon 2A yang terdapat pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) dahulunya merupakan horizon tertimbun. Namun, dikarenakan faktor usia tanah yang telah melampaui 1.65 Ma, diduga bahan organik tanah yang terdapat pada horizon 2A telah mengalami dekomposisi lebih lanjut yang menyebabkan kadarnya saat ini ≤ 3% .

Bahan organik berperan dalam meningkatkan nilai kapasitas tukar kation (KTK) dalam tanah. Nilai C-organik berhubungan positif dengan KTK tanah, sehingga penambahan bahan organik pada tanah diharapkan dapat lebih meningkatkan KTK tanah. Pada profil tanah Gunung Sipiso-piso terlihat adanya hubungan yang positif antara KTK tanah dan C-organik. Namun, berbeda halnya dengan profil Gunung Simbolon. Diduga, nilai KTK pada tanah Gunung Simbolon, selain dipengaruhi oleh C-organik, fraksi liat juga menjadi faktor penentu tinggi rendahnya KTK tanah tersebut.

Tanah di Gunung Sipiso-piso memiliki nilai retensi P yang lebih tinggi dibandingkan dengan Gunung Simbolon. Tingginya nilai retensi P di Gunung Sipiso-piso


(26)

hingga mencapai 99.22%. Retensi P terjadi oleh koloid tanah yang didominasi Alofan, Imogolit, dan kompleks Al-humus yang memiliki fungsional –OH terbuka. Gugus –OH terbuka akan melakukan pertukaran ligan dengan H2PO4- atau HPO42- menjadi teradsorpsi spesifik atau chemosorpsi yang kuat (Nanzyo et al., 1993). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai P tersedia tanah di Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) yang berada pada kisaran 5.31 -10.47 ppm yang tergolong rendah. Sebaliknya, nilai retensi P pada Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) yang rendah menjadikan ketersediaan unsur fosfat ditanah meningkat ke taraf sedang sampai tinggi.

Klasifikasi Tanah

Kedua profil tanah tersebut diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy dengan berpedoman kepada Keys to Soil Taxonomy edisi ke-12 (2014), World Reference Soil Base (2014) dan Klasifikasi Tanah Nasional edisi ke-1 (2014).

A. Soil Taxonomy 2014

Pada pengamatan morfologi di lapang, ditemukan sifat/rasa smeary pada kedua profil. Pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) rasa smeary ditemukan mulai dari permukaan tanah hingga kedalaman 65 cm, pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) sifat smeary ditemukan pada permukaan hingga kedalaman 45 cm dan pada kedalaman 80 cm hingga 110 cm. Rasa smeary merupakan indikator lapang bagi ciri sifat tanah andik, dengan demikian pada kedua profil secara pengamatan di lapang memiliki sifat tanah andik.

Sifat tanah andik, secara cepat, dapat ditentukan di laboratorium dengan mengukur pH NaF. Bila pH NaF > 9.2 dalam waktu 2 menit merupakan indikasi adanya sifat tanah andik. Pada kedua profil tanah diperoleh pH NaF antara 9.75 hingga 11.77. Hal ini membuktikan bahwa pada kedua profil ditemukan sifat tanah andik.


(27)

Sistem klasifikasi Soil Taxonomy, sifat tanah andik harus memenuhi syarat berikut : nilai bulk densiti < 0.9 gcm-3, retensi P > 85%, Alo + 1/2Feo >2%. Dari hasil analisis laboratorium didapati pada semua horizon yang ada di kedua profil tanah volkan tua nilai bulk densiti < 0.9 gcm-3, yaitu 0.62 – 0.74 gcm-3. Horizon A dan B pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) memiliki nilai retensi P yang > 85%, yaitu berkisar 96.77% hingga 99.22%, namun pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) didapati nilai retensi P yang < 85%, dengan kisaran nilai 24.94% hingga 64.47%. Analisis laboratorium menunjukkan, nilai Alo + ½ Feo pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) > 2%, dan pada profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) nilai ini < 2%. Dengan demikian, berdasarkan Soil Taxonomy, profil tanah Gunung Sipiso-piso dipastikan memiliki sifat tanah andik, tetapi pada tanah Gunung Simbolon sifat tanah andik sudah tidak ada.

Pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2), selain ditemukan sifat tanah andik, juga terdapat horizon penciri atas Okrik dan horizon penciri bawah Argilik.

Ordo

Profil tanah Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) memiliki sifat tanah andik hingga kedalaman 65 cm dari permukaan tanah. Oleh karena persyaratan, sifat tanah andik ≥ 60% dari ketebalannya, di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral terpenuhi, maka tanah ini diklasifikasikan kepada ordo Andisol.

. Sifat tanah yang ditemukan pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) mengarahkan tanah tersebut ke ordo Andisol. Suatu tanah disebut Andisol apabila mempunyai sifat tanah andik ≥ 60% dari ketebalannya, di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral atau puncak lapisan organik memiliki sifat tanah andik.

Pada profil tanah Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) sifat tanah andik ditemukan pada kedalaman 0 – 45 cm, sehingga ketebalan tanah hanya 45 cm dari permukaan. Dengan demikian, kriteria ketebalan tanah 60 cm tidak memenuhi syarat untuk diklaskan pada ordo


(28)

Andisol. Penciri lain yang terdapat pada tanah ini adalah horizon penciri kambik. Maka, tanah di Gunung Simbolon diklasifikasikan pada ordo Inseptisol.

Sub Ordo.Sub ordo dari Inseptisol dan Andisol berkaitan dengan rejim kelembaban tanah. Data iklim areal penelitian di Gunung Sipiso-piso (Tabel Lampiran 1) menunjukkan dalam setahun terdapat 9 bulan basah, dan hanya 1 bulan kering. Berdasarkan kriteria rejim kelembaban tanah menurut Soil Taxonomy, dikelompokkan kepada rejim kelembaban Udik. Berdasarkan hal tersebut, maka tanah di Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) dikelaskan kepada sub ordo Udand. Sedangkan tanah pada Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) dikelaskan pada ordo Udept.

Great Group

Profil tanah Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) tidak memiliki karakteristik great group Sulfadept, Durudept, Fraqidept, Humudept, dan Eutrudept. Sehingga tanah ini di masukkan pada kelas great group Dystrudept.

.Tanah Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) yang dikelaskan pada sub ordo Udand, tidak memenuhi syarat untuk dapat dimasukkan pada kelas great group Placudand, Durudand, Melanudand,Hydrudand, Fulvudand. Oleh karenanya, tanah Gunung Sipiso-piso dikelaskan pada great group Hapludand.

Sub Group

Adanya sifat tanah andik, tetapi tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan pada ordo Andisol menjadikan tanah pada Gunung Simbolon (Vb.1.2.3) di masukkan pada great group Andic Dystrudept.

.Profil tanah Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) memiliki horizon Argilik pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah mineral atau lapisan bahan organik yang memiliki sifat tanah andik. Oleh karena itu, tanah ini dikelaskan pada sub group Ultic Hapludand.


(29)

Tabel 7. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Soil Taxonomy (2014)

Klasifikasi

Profil Gunung Sipiso-piso

(Vad.1.4.2)

Gunung Simbolon (Vb.1.2.3)

Ordo Andisol Inseptisol

Sub Ordo Udand Udept

Great Grup Hapludand Dystrudept

Sub Grup Ultic Hapludand Andic Dystrudept

B. Klasifikasi Tanah Nasional

Berdasarkan Klasifikasi Tanah Nasional, bahwa profil tanah volkan tua Sumatera Utara yang berada di desa Situnggaling, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo dan di desa Bahapal Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara memiliki klasifikasi tanah yang seperti yang disajikan pada tabel berikut :


(30)

Tabel 8. Klasifikasi tanah menurut Klasifikasi Tanah Nasional

Klasifikasi Profil

Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2)

Gunung Simbolon (Vb.1.2.3)

Jenis Tanah Andosol Kambisol

Macam Tanah Andosol Distrik Kambisol Kromik

Perbandingan Karakteristik Tanah Volkanik Tua dan Volkanik Muda

Karakteristik tanah dari satuan lahan volkan tua ini memiliki beberapa perbedaan bila dibandingkan dengan tanah dari satuan lahan volkan muda. Untuk membandingkan karakter tanah volkanik tua dan muda, maka digunakan tanah dari lereng bawah gunung Sinabung yang merupakan hasil studi Mukhlis (2014). Sifat dan karakteristik tanah Gunung Sinabung tersaji pada lampiran 3. Perbandingan karakteristik tanah volkan tua dan volkan muda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 9. Perbandingan Karakteristik Tanah Volkan Tua dan Volkan Muda

Karakteristik Tanah Volkan Muda

Gunung Sinabung (Va. 1.4.2)

Tanah Volkan Tua Gunung Sipiso-piso

(Vad.1.4.2)

Gunung Simbolon (Vb.1.2.3)

BD < 0.90 gcm-3 < 0.90 gcm-3 < 0.90 gcm-3

∆ pH * Variabel Negatif Negatif

ZPC Ada Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

Retensi P Tinggi Sedang Rendah

P tersedia (Bray II) Sangat rendah Sangat rendah Sedang

pH NaF ≥ 9.2 ≥ 9.2 ≥ 9.2

KTK Tinggi Sedang Rendah


(31)

Dari tabel perbandingan diatas, ditemukan adanya perbedaan karakteristik tanah pada satuan volkan tua dan volkan muda. Tanah volkan muda yang terdapat di Gunung Sinabung (Va. 1.4.2) memiliki BD < 0.90 gcm-3, ∆ pH variabel, memiliki nilai ZPC, Retensi P tinggi, P tersedia (Bray II) sangat rendah, pH NaF ≥ 9.2 dan KTK tanah Tinggi. Semua karakter ini menunjukkan bahwa tanah lereng bawah Gunung Sinabung memiliki sifat tanah andik.

Tanah volkan tua yang terdapat di Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) memiliki ∆ pH negatif, tidak terdeteksinya nilai ZPC, Retensi P sedang, P tersedia (Bray II) sangat rendah, KTK tanah sedang, pH NaF ≥ 9.2. Data ini menunjukkan bahwa tanah Gunung Sipiso-piso masih memiliki sifat tanah andik.

Lain halnya dengan karakteristik tanah volkan tua yang terdapat di Gunung Simbolon. Tanah ini memiliki nilai ∆ pH negatif, nilai ZPC tidak terdeteksi, Retensi P rendah, P tersedia (Bray II) sedang, NaF ≥ 9.2, KTK tanah rendah. Dapat disimpulkan bahwa tanah Gunung Simbolon sudah tidak memiliki sifat tanah andik.


(32)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lapang dan analisis laboratorium terhadap karakteristik tanah pada satuan lahan volkan tua, yaitu :

1. Tanah pada profil Gunung Sipiso-piso (Vad.1.4.2) memiliki Retensi P tingi, P-tersedia rendah, KTK tanah sedang. Sedangkan profil Gunung Simbolon (Vb.1.2.3.) memiliki Retensi P sedang, P-tersedia sedang, KTK tanah rendah.

2. Tanah pada satuan lahan volkan tua memiliki perbedaan dengan tanah pada satuan lahan volkan muda dalam hal muatan permukaan, ZPC, Retensi P, P- tersedia.

3. Klasifikasi tanah Profil Vad.1.4. 2 dan Vb.1.2.3 menurut Soil Taxonomy berturut-turut adalah Ultic Hapludand dan Andic Dystrudept. Klasifikasi tanah profil Vad.1.4. 2 dan Vb.1.2.3 menurut Klasifikasi Tanah Nasional adalah Andosol Distrik dan Kambisol Kromik.

Saran


(33)

TINJAUAN PUSTAKA Satuan Lahan Volkan

Gunung volkanik bukanlah suatu bentuk yang permanen. Gunung volkanik memiliki masa aktif. Para ilmuan mengklasifikasikan gunung volkanik berdasarkan aktivitasnya (kejadian erupsi) menjadi empat kategori yaitu gunung volkanik aktif, intermiten, dorman, dan tidak aktif. Gunung volkanik aktif selalu mengalami erupsi. Volkanik intermiten mengalami erupsi dengan selang waktu tertentu. Gunung volkanik dorman ialah gunung api yang inaktif saat ini, tetapi ada kemungkinan aktif kembali dimasa mendatang. Adapun gunung volkanik tidak aktif (extinct) adalah gunung api yang sudah tidak mengalami erupsi lagi dan tinggal sejarah (Hackett et al., 2012). Wilayah atau lahan disekitar gunung volkanik disebut lahan volkan. Pada masing-masing tipe gunung volkanik diatas, karakteristik lahan yang dimiliki juga yang berbeda-beda.

Di Sumatera Utara, satuan lahan volkan dibedakan atas dua yaitu, volkan tua dan volkan muda. Satuan lahan volkan tua adalah lahan yang berbahan induk dari gunung volkanik yang telah berumur Tersier. Sedangkan volkan muda merupakan lahan yang berbahan induk dari gunung volkanik yang telah berumur Kuarter (Darul dkk, 1989).

Dalam catatannya tentang geologi Sumatera, van Bemmelen (1949) menjelaskan, aktivitas volkanik pada zaman Tersier dan Kuarter terjadi dalam tiga siklus yang berbeda, tetapi terus - menerus, yaitu: Neogin Tua (Oligosin Akhir-Mid Miosin); Neogin Muda (Akhir-Mid Miosin - awal Kuarter ); dan Kuarter Muda. Siklus pertama dimulai dengan 'Andesit Tua', dan berakhir dengan pengangkatan Bukit Barisan pada zaman Mid-Miosin. Siklus kedua dimulai dengan letusan


(34)

bahan beku dasar dan diakhiri dengan fase asam yang bertepatan dengan episode kedua dari pengangkatan Bukit Barisan (Crow, 2005).

Aktifitas volkanik Tersier yang ada seluruh Sumatera terjadi pada zaman Paleosin; Akhir Mid - Eosin; Eosin Akhir - Oligosin Akhir (akhir Eosin - Oligosin Awal dan fase Akhir Oligosin - Awal Miosin); Akhir Miosin Awal – Mid Miosin; dan Miosin Akhir – Pliosin. Berdasarkan geologi Sumatera, diketahui aktifitas Gunung Sipiso – piso dan Gunung Simbolon dimulai pada zaman Miosin Akhir – Pliosin (Crow, 2005).

Menurut USGS Geologic Names Committee and the Association of American State Geologists (AASG), zaman Kuarter terbagi menjadi dua yaitu Pleistosin dan Holosin. Di Sumatera Utara, aktifitas volkanik berumur Kuarter di mulai dari zaman Pleistosin (Gasparon, 2005).

Gunung volkanik yang telah berumur Tersier telah mengalami proses – proses geomorfik (erosi, penorehan dan pendataran) dipermukaannya serta terjadi

proses tektonik lainnya (pelipatan, pematahan). Akibatnya landscap volkanik tua telah kehilangan bentuk kerucut aslinya. Sebaliknya, gunung volkanik yang berumur Kuarter belum mengalami perubahan bentuk akibat pelipatan

ataupun pengangkatan sehingga bentuk kerucutnya masih jelas dan utuh (Darul dkk, 1989).

Bahan induk volkan tua tersusun dari bahan lava intermedier dan basis. Abu volkan intermedier dicirikan oleh sedikitnya kandungan gelas volkan, sedikit atau tanpa kuarsa, sedikit hornblende, sedikit atau tanpa biotit. Komposisi mineral dengan asosiasi augit, hiperstin dan labradorit menunjukkan bahan volkan bersifat intermedier (Arifin, 1994; Hikmatullah, 2009).


(35)

Bahan induk pada satuan lahan volkan muda di Sumatera Utara umumnya tersusun dari bahan tuf masam dan intermedier. Tanah yang berkembang dari bahan tuf masam dan intermedier didominasi oleh gelas vulkanik 23%, augit 11%, hiperstein 14%, labradorit 8%, bitownit 3%, dan turmalin 1%. Mineral

mudah lapuk lainnya yang dijumpai dalam jumlah sedikit adalah epidot (Sukarman dan Dariah, 2014).

Tanah Berbahan Induk Volkan Genesis dan Morfologi

Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari hasil letusan gunung api, dimana pada saat gunung api mengalami erupsi mengeluarkan tiga jenis bahan yang siap untuk dimuntahkannya yaitu berupa bahan padatan, cair dan gas. Bahan padatan dapat berupa pasir, debu dan abu vulkan (tefra), batu apung sedangkan bahan cair dapat berupa lava. Bahan-bahan volkanis tersebut memiliki fraksi koloid yang didominasi oleh mineral non kristalin seperti alofan, imogolit, ferihidrit, atau komplek Al-humus. Selanjutnya, bahan volkanis ini akan menjadi bahan induk penyusun tanah (Hardjowigeno, 1993; Shoji, 1993a).

Produk-produk volkanik yang akan menjadi bahan induk tanah mengalami proses yang berbeda-beda. Lava merupakan magma pijar yang keluar melalui patahan (celah) akan membeku menjadi batuan dan mengalami pelapukan menjadi bahan induk. Produk lainnya adalah lahar yang merupakan aliran material volkanik berupa campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng gunung akan mengendapkan aluvium volkanik disepanjang alirannya,dan menghasilkan tanah Andisol (Mukhlis, 2011).

Tanah yang terbentuk dari material hasil letusan gunung volkanik memiliki banyak perbedaan sifat morfologi, fisik dan kimia yang jarang


(36)

ditemukan pada tanah-tanah yang berasal dari bahan induk lainnya. Sifat-sifat khas yang dimiliki, sebagian besar disebabkan oleh pembentukan bahan non-kristalin dan akumulasi karbon organik, yang merupakan dua proses pedogenik dominan yang terjadi pada tanah vulkanik. Pembentukan bahan non-kristalin secara langsung berhubungan dengan sifat-sifat dari produk-produk keluaran erupsi gunung volkanik sebagai bahan induk, yaitu pelapukan cepat dari partikel kaca (Ugolini dan Dahlgren, 2002).

Ejekta volkanik berupa tefra (abu vulkanik) yang mengalami pelapukan akan menghasilkan sejumlah besar bahan berbentuk non kristalin dan proses ini disebut ‘Andosolisasi’. Namun, pembentukan bahan non kristalin dari pelapukan tefra , tidak spesifik untuk Andisol tapi juga ditemukan pada Spodosol. Terdapat perbedaan utama antara andosolisasi dengan podsolisasi. Andosolisasi ditandai dengan akumulasi Fe, Al, dan karbon organik terlarut dalam horizon A dengan sedikit pencucian ke horizon B, dan pembentukan horizon B didominasi oleh pelapukan in situ. Lain halnya dengan podsolisasi yang merupakan proses penambahan lapisan atas oleh kanopi dan lapisan humus yang menyebabkan horizon yang seharusnya diatas (0, E dan Bhs) terdorong kedalam dengan bantuan asam organic. Asam organik memainkan peran yang signifikan seperti penurunan pH, mencegah disosiasi asam karbonat, pembentukan kompleks mobile dengan Fe, Al dan logam lainnya dan migrasi logam larut - kompleks humus ke horizon B di mana mereka dijerap (Shoji et al., 1993a).

Pada tanah-tanah abu vulkanik yang berada di wilayah tropika basah, proses pembentukan tanah meliputi : hidrolisis secara intensif, andosolisasi, irreversible drying, melanisasi dan pembentukan padas. Proses hidrolidis secara


(37)

intensif merupakan proses yang sangat penting terutama pada tingkat awal perkembangan tanah (Munir, 1995).

Debu vulkanis (tefra) kaya akan mineral liat amorf atau alofan yang mengandung Al dan Fe larut. Logam – logam ini akan dibebaskan oleh proses hancuran iklim yang kemudian membentuk kompleks stabil dengan bahan organic hasil pelapukan tanaman, terakumulasi pada permukaan membentuk warna gelap atau coklat kegelapan pada horizon A (Kimble et al.,1999).

Tanah dari bahan volkanik dapat memiliki horizon AC, ABC atau multisekuen. Tanah muda dibentuk dari abu tebal, pumice, atau cinder menunjukkan profil AC. Pengendapan tefra yang terputus-putus dan pembentukan tanah terjadi berkali-kali menghasilkan Andisol dengan profil multisekuen (berulang). Tanah seperti ini dikelompokkan kedalam sub group thaptik. Pengaruh vegetasi pada pengembangan Andisol diketahui untuk biosekuen Melaudand dan Fulvudand (Shoji et al., 1993b).

Meskipun secara umum tanah Andosol di Indonesia mempunyai susunan horison A-Bw-C, tetapi mungkin bisa mememiliki memiliki horison AC atau horison tertimbun. Sebagai contoh, tanah Andosol muda terbentuk dari abu vulkanik tebal, batu apung atau scoria (cinder) menunjukkan profil AC. Tanah Andosol juga banyak yang mempunyai horison timbunan (A-Bw-C-2A-2Bw-2C) yang diakibatkan oleh kejadian erupsi gunung berapi yang berulang-ulang. Sebagai contoh tanah Andosol dari Gunung Kimangbuleng, Flores merupakan salah satu tanah Andosol tertimbun atau multisequum (Sukarman dan Dariah, 2014). Dalam klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff 2014), sifat


(38)

multisequum ini dijadikan sebagai salah satu pembeda kategori subgrup (sifat Thaptic), contohnya adalah Thaptic Hapludands (Sukarman dan Dariah, 2014). Sifat Fisik dan Kimia

Ciri khas tanah yang berasal dari bahan vulkanik adalah memiliki kumpulan mineral unik yang didominasi oleh mineral liat non - kristalin. Umumnya, mineral liat non - kristalin pada tanah - tanah berbahan induk ejekta vulkanik meliputi: alofan, imogolit, opaline silika, dan ferihidrit. Keunikan sifat fisika dan kimia dari tanah berbahan induk vulkanik dipengaruhi oleh Al dan Fe aktif (Dahlgren et al., 1993).

Tanah abu volkanik menampilkan berbagai karakteristik kimia yang mencerminkan pengaruh dari bahan induk dan tingkat pelapukannya. Dari sifat kimia, bahan organik tanah, alumunium, besi dan silika aktif adalah unsur-unsur yang paling menonjol mengatur reaksi kimia pada tanah vulkanis. Bentuk-bentuk utama Al dan Fe aktif adalah alofan, imogolit, kompleks Al-humus, dan ferihidrit (Nanzyo et al., 1993a).

Sifat kimia yang muncul pada tanah abu volkanik, selain karena komposisi yang kaya unsur aluminium, juga disebabkan oleh sifat yang sangat reaktif dari fraksi koloid dan luas permukaan yang tinggi. Karakteristik kimia yang ditemukan pada tanah berbahan vulkanik antara lain kapasitas tukar kation, KTK meningkat pada saat pH meningkat dan sebaliknya, kejenuhan basa umumnya rendah (kecuali jenis eutric dan tanah yang sangat muda). Saat liat secara dominan mengandung alofan dan imogolit, pH relative tinggi (>5), sebaliknya saat liat dominan mengandung kompleks Al dan Fe - humus bersama dengan lapisan silikat, pH relative rendah (<5) dan Aldd biasanya hadir dan terkadang dalam


(39)

jumlah yang toksik bagi tanaman, reaksi kuat dengan fluoride pada saat pembebasan ion hidroksil. Melimpahnya jumlah unsur aluminium pada komposisi

tanah tersebut, diperoleh setelah terjadinya pencucian dari Si, Na, Ca dan sebagainya selama pembentukan tanah. Selain itu, umumnya tanah

berbahan volkanik memiliki retensi yang tinggi terhadap ion fosfat (Mizota dan Reeuwijk, 1989; Nanzyo, 2002).

Karakteristik kimia lainnya untuk tanah yang terbentuk dari bahan induk volkanik ialah pH0 (ZPC). Merupakan parameter yang menunjukkan muatan permukaan. Tanah bermuatan positif jika kondisi pH tanah rendah, tetapi apabila pH tanah tinggi maka tanah akan bermuatan negatif. Keberadaan Al dan Fe dalam bentuk oksihidroksida ditanah volkanik, diketahui memiliki reaksi pertukaran yang cepat dengan silika dan fosfat pada kompleks ligan (Uehara dan Gilman, 1981). Ketika fosfat/silika teradsorpsi, muatan positif dari mineral oksida menurun. Muatan permukaan menjadi sangat negatif dengan jumlah tinggi P/Si

terserap, dan menyumbang peningkatan kapasitas tukar kation (KTK) (Tan, 2011).

Keberadaan humus pada tanah abu vulkanik sama pentingnya dengan mineral liat non-kristalin yang juga mempengaruhi karakteristik kimia dan fisika tanah (Nanzyo et al., 1993). Sejumlah besar humus disimpan di horizon A dan horizon terkubur dari tanah abu volkanik. Alasan yang penting untuk akumulasi humus yang tinggi adalah stabilisasi humus akibat kompleksasi dengan Al (Nanzyo, 2002).

Keberadaan mineral sekunder non-kristalin dan sedikit mengkristal mempengaruhi sifat fisik tanah berbahan volkanik. Alofan, imogolit, ferrihidrit,


(40)

dan humus membentuk struktur tanah yang stabil dan teragregasi tinggi yang memiliki banyak pori mikro, meso, dan makro. Struktur yang sangat porous memegang sejumlah besar air higroskopis dan air tersedia bagi tanaman. Struktur porous ini juga menyebabkan tingginya konduktivitas hidraulik tanah dan merupakan alasan untuk rendahnya bulk density tanah. Oleh karena agregat mikro berporous sangat stabil dan menyimpan air, maka tanah ini memiliki batas cair dan batas plastis yang tinggi (Mukhlis, 2011).

Sifat fisika tanah yang terbentuk dari bahan volkanik atau Andosol yaitu memiliki berat isi yang rendah, kandungan air pada 15 bar yang tinggi, dan kandungan air tinggi, ketersediaan air bagi tanaman sedang sampai rendah, memiliki batas mencair yang tinggi dan indeks plastisitas yang rendah, tanah ini sulit didispersi serta terjadi perubahan yang irreversible pada semua sifat-sifat tersebut apabila telah dikeringkan. Berat isi tanah Andosol selain ditentukan oleh kandungan mineral alofan yang ada di dalamnya, tetapi juga berhubungan erat dengan kandungan bahan organik (Tan, 2011).

Tanah yang terbentuk dari ejekta volkanik memiliki bulk densiti yang rendah, biasanya <0.9 g cm-3 , hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan bahan organik dan mineral amorfus. Kondisi ini merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman, namun di sisi lain, tanah ini memiliki daya dukung yang rendah, sangat rentan terhadap erosi angin and air ketika penutup permukaan dirusak, dan masalah ini dari sudut pandang rekayasa. karena sifat dari ejekta, cukup banyak mengandung kerikil dan batu (Kimble et al., 1999).

Retensi air yang tinggi pada tanah abu volkanik karena besarnya volume mesopori dan mikropori. Pori-pori ini terbentuk dalam aggregat tanah yang stabil.


(41)

Pembentukan aggregat ini sangat didukung dengan adanya bahan non-kristalin dan bahan organik tanah. Bahan non-kristalin terdiri dari liat alofan dan ferihidrit (Nanzyo et al., 1993b).

Tanah Berbahan Volkanik

Berbagai macam tanah dapat terbentuk dari abu vulkanik tergantung pada faktor pembentuk tanah di lokasi masing-masing. Tanah - tanah yang akan terbentuk dari abu vulkanik menunjukkan sifat unik karena di dalamnya terdapat bahan non-kristalin yang melimpah seperti kompleks alofan, imogolit, Al-humus, ferihidrit dan sebagainya (Nanzyo, 2002). Berikut ini, contoh-contoh ordo tanah yang terbentuk dari bahan induk volkan:

a. Andisol

Andisol adalah tanah yang berkembang pada ejekta volkanik seperti abu volkan, sinder, batu apung, lava dan bahan volkaniklastik; memiliki fraksi koloidal yang didominasi oleh mineral orde rentang pendek atau kompleks Al-humus (Leamy, 1988; Mizota dan van Rewijk, 1989).

Suatu tanah disebut Andisol apabila memiliki sifat andik yaitu : mengandung bahan organik ≤ 25 % (berdasarkan berat) karbon organik, dan

memenuhi satu atau kedua syarat berikut, (1) memenuhi semua syarat berikut a) bulk densiti, ditetapkan pada retensi air 33 kPa yaitu ≤ 0.90 g/cm 3, b) retensi

fosfat ≥ 85 %, c) jumlah persentase Al + ½ Fe (ekstrak ammonium oksalat)

≥ 2.0 %, atau (2) memenuhi semua syarat berikut: a) mengandung ≥ 30 % fraksi tanah yang berukuran 0.02 – 2.00 mm, b) retensi fosfat ≥ 2 5 %, c) ju mlah persentase Al + ½ Fe (ekstrak ammonium oksalat) ≥ 0.4 %, d) mengandung


(42)

volcanic glass ≥ 5 %, dan e) [(%Al + ½ Fe) × (15.625)] + [% volcanic glass]

≥ 36.25 (Soil Survey Staff, 2014).

Andisol muda memiliki sedikit memiliki alofan. Alofan dapat menjadi dominan setelah ratusan hingga ribuan tahun pelapukan, dan mungkin di tahap selanjutnya diubah menjadi kristal pilosilikat, seperti haloisit, kaolinit, dan lebih jarang, smektit. Pengeringan secara periodic kristali alofan menjadi pilosilikat,

menyebabkan hilangnya sifat khas dari alofan. Andisol dapat berubah menjadi jenis tanah lain, tergantung pada iklim, perkembangan tanah

selanjutnya akan menjadi: Spodosol, Inseptisol, Molisol dan Oksisol (Van Breemen dan Burman, 2002).

b. Spodosol

Bahan induk dari Spodosol umumnya berpasir untuk tekstur liat kasar dan dominasi mineral utama yang stabil. Namun, Spodosol bisa terbentuk dari tephra (abu volkan) meskipun tephra kaya kaca volkanik yang sangat rentan terhadap pelapukan. Transisi Andisol menjadi Spodosol telah didokumentasikan dalam

kondisi mesic dan cryic dengan pencucian intens di timur laut Jepang (Shoji et al., 1993a).

Pada tanah Spodosol, horizon Iluvial mungkin menunjukkan kandungan debu dan liat yang lebih tinggi. Fraksi liat dapat terdiri dari alofan dan imogolit, yang terakumulasi dari horizon atas sebelumnya atau selama

podzolisasi, atau pilosilikat yang dibentuk oleh pelapukan in situ (Van Breemen dan Burman, 2002).

Podsolisasi yang intens diperlukan untuk pembentukan Spodosol yang berasal dari tefra yang bahan induknya didominasi oleh bahan yang sangat lapuk seperti


(43)

kaca vulkanik. Karena faktor mendukung podsolisasi diamati hanya dalam lingkup kecil, distribusi tanah Spodosol yang berasal dari tefra sangat terbatas (Shoji et al., 1993a).

c. Inseptisol

Pelapukan tanah Andisol menjadi Inseptisol dan Ultisol telah diamati pada tanah yang berkembang dari abu andesit di berbagai ketinggian terkait dengan kondisi iklim yang berbeda di Irazu-Turrialba Kosta Rika. Pada tanah Andisol muda, mineral sekunder akan didominasi oleh haloisit. Namun, pada tanah Andisol yang lebih tua (perkembangan lanjut) haloisit akan berubah bentuk menjadi kaolinit. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya liat utama dalam Humitropepts dan Palehumults di Irazu-Turrialba Kosta Rika adalah kaolinit dan gibsit (Shoji et al., 1993a; Van Breemen dan Burman, 2002).

Hasil penelitian Chen et al., (2001) menunjukkan bahwa tanah Inseptisol yang terbentuk pada landskap volkanik di Taiwan berasal dari tanah Andisol yang mengalami pelapukan lebih lanjut. Hal ini semakin didukung dengan ditemukannya sifat Andik pada tanah Inseptisol tersebut, seperti rendahnya nilai BD, tingginya retensi air, fosfat serta nilai interaksi Al dengan humus. Tanah Inseptisol terbentuk secara tidak langsung dengan urutan pembentukannya adalah : Entisol → Andisol → Inseptisol. Proses penting yang terjadi didalamnya adalah berkurangnya basa-basa tukar tanah dan asidifikasi, brunifikasi, bioturbasi, akumulasi bahan organik, pelapukan dan pembentukan mineral liat.

d. Oksisol

Oksisol yang berbahan induk tefra terbentuk di bawah rezim udic rezim kelembaban/perudic dan rezim suhu isohyperthermic. Tanah ini


(44)

mengumpulkan sejumlah besar bahan bentuk non-kristalin, tetapi mereka cenderung didominasi oleh lempung aktivitas rendah seperti oxyhydroxides dari aluminium atau besi besi. Oksisol seperti ini memiliki kerapatan terbesar dari

1,1-1,2 gcm seperti yang ditunjukkan pada pedon dari Samoa Barat dan Chile (Kimble dan Eswaran, 1988).

Sistem Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah pertama disusun oleh E.C.J. Mohr pada tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan atas prinsip genesis, dan tanah-tanah yang diklasifikasikan diberi nama atas dasar warna. Klasifikasi tanah selanjutnya adalah klasifikasi White yang mulai dikembangkan pada tahun 1931. Kemudian, berkembang lagi sistem klasifikasi tanah yang diperkenalkan oleh Dudal dan Soepraptohardjo (1957). Sistem ini banyak digunakan secara nasional oleh para praktisi lapang/penyuluh pertanian serta Instansi teknis di daerah dan pusat. Pada

Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah di Surakarta tahun 2011, para pakar telah sepakat untuk menggunakan kembali Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Sistem klasifikasi tanah Dudal dan Soepraptohardjo) (Utomo dkk, 2015).

Klasifikasi tanah nasional ditetapkan berdasarkan sifat-sifat horison penciri (diagnostic horizon). Sifat penciri dapat diukur dan diamati secara kualitatif dari sifat morfologi tanah di lapangan, dan secara kuantitatif dari hasil analisis tanah di laboratorium. Sistem klasifikasi tanah nasional dibuat sesederhana mungkin agar mudah dipahami dan diterapkan oleh para praktisi lapang di bidang pertanian. Sistem klasifikasi tanah nasional secara dibangun


(45)

sesuai dengan kondisi sumberdaya tanah di Indonesia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanah (Subardja dkk, 2014).

Lain halnya dengan klasifikasi tanah nasional, Soil Taxonomy merupakan sistem klasifikasi tanah dunia dari USDA yang diperkenalkan pada tahun 1975. Sistem “Soil Taxonomy” dinilai oleh para pakar memiliki banyak kelebihan, sehingga lebih banyak dipelajari dan dipromosikan oleh para peneliti dan staf pengajar perguruan tinggi lulusan dari Amerika Serikat dan Eropa untuk diterapkan pada kegiatan pemetaan tanah di Indonesia. Semakin mendesaknya kebutuhan untuk tujuan survei dan pemetaan tanah, maka pada Kongres Nasional V Himpunan Ilmu Tanah Indonesia di Medan tahun 1989 memutuskan penggunaan “Soil Taxonomy” sebagai sistem klasifikasi tanah yang formal digunakan secara nasional untuk keperluan survei dan pemetaan tanah, pendidikan ilmu tanah di perguruan tinggi dan praktek-praktek pertanian di Indonesia (Subardja dkk, 2014).

Sistem “Soil Taxonomy” merupakan sistem klasifikasi tanah yang dibangun secara komprehensif, sistematik dan menggunakan pendekatan morfometrik (kuantitatif). Sistem ini menuntut data yang lengkap dengan metode analisis yang baku. Soil Taxonomy (USDA) digunakan oleh para peneliti dan staf pengajar di Perguruan Tinggi di Indonesia. Soil Taxonomy biasanya digunakan sebagai referensi dan alat berkomunikasi khususnya dengan para pakar tanah di dalam dan di luar negeri. Sistem klasifikasi ini sangat detil dan memerlukan data analisis tanah lengkap tetapi tidak mudah untuk mengkomunikasikannya diantara para pengguna dan pelaksana di lapangan (Subardja dkk, 2014)


(46)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai gunung volkanik aktif terbanyak (± 30% dari jumlah gunung volkanik di dunia). Ada 127 gunung volkanik aktif dengan ± 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya (Sukarman dan Dariah, 2014). Lahan yang berada di sekitar gunung volkanik,

biasanya disebut dengan lahan volkan.

Di provinsi Sumatera Utara, satuan lahan volkan dibedakan atas dua, yaitu lahan volkan tua dan volkan muda. Satuan lahan volkan tua adalah lahan yang berbahan induk dari gunung volkanik yang telah berumur Tersier yang mengalami proses -proses geomorfik (erosi, penorehan dan pendataran) dipermukaannya serta terjadi proses tektonik lainnya (pelipatan, pematahan). Akibatnya landscap volkanik tua telah kehilangan bentuk kerucut asli. Di Sumatera Utara penyebaran volkan tua meliputi Gunung Simbolon, Gunung Takur-takur, Gunung Mentar, Gunung Sipiso-piso. Sebagian besar merupakan gunung volkanik yang tidak aktif (extinct volcanic). Sementara satuan lahan volkan muda adalah lahan dengan bahan induk yang berasal dari gunung volkanik yang berumur Kuarter, belum mengalami perubahan bentuk akibat pelipatan ataupun pengangkatan sehingga bentuk kerucutnya masih jelas dan utuh yang sebagian besar merupakan gunung volkanik aktif atau gunung volkanik dorman. Penyebaran satuan lahan volkan muda di wilayah Sumatera Utara meliputi Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, Gunung Kembar (Darul dkk, 1989).

Pada lahan volkan muda, umumnya ditemukan jenis tanah Andisol atau


(47)

pakar/ahli tanah seperti Koji Wada, M. Nanzyo, Sadao Shoji, R. Dahlgren, F.A. van Baren, Kim H. Tan, Parfitt, Dian Fiantis, Budi Mulyanto, Mahfud Arifin, Hikmatullah, dan lain - lain (Mukhlis, 2011). Sementara, studi kajian karakteristik tanah di lahan volkan tua masih kurang, terutama perubahan karakteristik tanah akibat terbentuk lebih tua.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis ingin melakukan survei karakteristik tanah yang berada di lahan volkan tua, tepatnya di kaki lereng Gunung Simbolon dan kaki lereng Gunung Sipiso - piso.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah pada lahan volkan tua di lereng bawah Gunung Simbolon dan Gunung Sipiso – piso dan mengklasifikasikannya menurut Soil Taxonomy mengacu kepada Keys to Soil Taxonomy 2014 dan Klasifikasi Tanah Nasional.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan.


(48)

ABSTRAK

Penelitian survei yang mengkaji karakteristik tanah pada satuan lahan volkan tua. Penelitian dilakukan pada dua areal lahan, yaitu kaki lereng Gunung Sipiso-piso dan kaki lereng Gunung Simbolon. Analisis tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pada masing-masing areal dibuat profil pewakil kemudian diamati morfologi dan karakteristik serta diklasifikasikan menurut klasifikasi taksonomi tanah dan klasifikasi nasional. Analisis tanah meliputi Bulk densiti, tekstur, pH H2O, pH KCl, pH NaF, ZPC, KTK, KB, Basa-basa tukar, C-organik, P-tersedia, Retensi P, P-total, Al Fe Si ekstrak oksalat, Al dan Fe ekstrak pirofosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan lahan volkan tua yang berada di kaki lereng Gunung Sipiso-piso memiliki BD < 0.90 gcm-3,muatan tanah permanen negatif, retensi P sedang, kadar P tersedia sangat rendah, pH NaF ≥ 9.2, nilai KTK sedang dan ZPC tidak terdeteksi. Lahan ini masih mempunyai sifat tanah andik dan diklasifikasikan menurut taksonomi tanah (Ultic Hapludand) dan klasifikasi nasional (Andosol Distrik). Sedangkan lahan volkan tua yang terdapat di kaki lereng Gunung Simbolon memiliki BD < 0.90 gcm-3, muatan tanah permanen negatif, retensi P rendah, kadar P tersedia sedang, pH NaF ≥ 9.2, nilai KTK rendah, dan ZPC tidak terdeteksi. Klasifikasi tanah pada areal ini berdasarkan taksonomi tanah (Andic Dystrudept) dan klasifikasi nasional (Kambisol Kromik). Volkan tua memiliki perbedaan dengan tanah di lahan volkan muda dalam hal muatan tanah, ZPC, retensi P dan KTK tanah.


(49)

ABSTRACT

The survey research was aimed to review the character of soil on old volcan land units. This study was conducted in two area, i.e the Mt.Sipiso-piso and Mt.Simbolon footslope. Soil analysis was held in Research and Technology Laboratory, Agriculture Faculty, University of North Sumatera. The representative pedon in each area was observed morphologcally and the properties as well, then classified according to soil taxonomy and national classification. Soil properties measured were bulkdensity, soil texture, pH H2O, pH KCl, pH NaF, ZPC (Zero Point of Charge), Cation Exchange Capacity (CEC), Base saturation, C-Organic content, P-available (Bray II), P-retention, Al-oxsalate extracted (Alo) Fe-Al-oxsalate extracted (Feo), Al-pyrophosphate extracted (Alp) and Fe-pyrophosphate extracted (Fep). The result showed that the footslope Mt.Sipiso-piso old volcan land unit has BD < 0.90 gcm-3, negative permanent charge, moderate P-retention, low P-available (Bray II), pH NaF ≥ 9.2, moderate CEC and ZPC was undetected. This land had andic soil features and classified into Ultic Hapludand (according to Soil Taxonomy) and Andosol Distrik (according to national classification). Meanwhile, the footslope Mt.Simbolon old volcan land unit has BD < 0.90 gcm-3, negative permanent charge, low P-retention, moderate P-available (Bray II), pH NaF ≥ 9.2, low CEC and ZPC was undetected. This land was classified into Andic Dystrudept (according to Soil Taxonomy) and Kambisol Kromik (according to national classification). Old and young volcan soil have the differentiation in term of soil charge, ZPC, P-retention and CEC.


(50)

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA SATUAN LAHAN VOLKAN TUA DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

DEA WALUCKY SARAGIH 120301034

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016


(51)

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA SATUAN LAHAN VOLKAN TUA DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

DEA WALUCKY SARAGIH 120301034

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016


(52)

Judul : Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Satuan Lahan Volkan Tua di Sumatera Utara

Nama : Dea Walucky Saragih

NIM : 120301034

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Mukhlis, M.Si Dr. Mariani Sembiring, SP., MP.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(53)

ABSTRAK

Penelitian survei yang mengkaji karakteristik tanah pada satuan lahan volkan tua. Penelitian dilakukan pada dua areal lahan, yaitu kaki lereng Gunung Sipiso-piso dan kaki lereng Gunung Simbolon. Analisis tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pada masing-masing areal dibuat profil pewakil kemudian diamati morfologi dan karakteristik serta diklasifikasikan menurut klasifikasi taksonomi tanah dan klasifikasi nasional. Analisis tanah meliputi Bulk densiti, tekstur, pH H2O, pH KCl, pH NaF, ZPC, KTK, KB, Basa-basa tukar, C-organik, P-tersedia, Retensi P, P-total, Al Fe Si ekstrak oksalat, Al dan Fe ekstrak pirofosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan lahan volkan tua yang berada di kaki lereng Gunung Sipiso-piso memiliki BD < 0.90 gcm-3,muatan tanah permanen negatif, retensi P sedang, kadar P tersedia sangat rendah, pH NaF ≥ 9.2, nilai KTK sedang dan ZPC tidak terdeteksi. Lahan ini masih mempunyai sifat tanah andik dan diklasifikasikan menurut taksonomi tanah (Ultic Hapludand) dan klasifikasi nasional (Andosol Distrik). Sedangkan lahan volkan tua yang terdapat di kaki lereng Gunung Simbolon memiliki BD < 0.90 gcm-3, muatan tanah permanen negatif, retensi P rendah, kadar P tersedia sedang, pH NaF ≥ 9.2, nilai KTK rendah, dan ZPC tidak terdeteksi. Klasifikasi tanah pada areal ini berdasarkan taksonomi tanah (Andic Dystrudept) dan klasifikasi nasional (Kambisol Kromik). Volkan tua memiliki perbedaan dengan tanah di lahan volkan muda dalam hal muatan tanah, ZPC, retensi P dan KTK tanah.


(54)

ABSTRACT

The survey research was aimed to review the character of soil on old volcan land units. This study was conducted in two area, i.e the Mt.Sipiso-piso and Mt.Simbolon footslope. Soil analysis was held in Research and Technology Laboratory, Agriculture Faculty, University of North Sumatera. The representative pedon in each area was observed morphologcally and the properties as well, then classified according to soil taxonomy and national classification. Soil properties measured were bulkdensity, soil texture, pH H2O, pH KCl, pH NaF, ZPC (Zero Point of Charge), Cation Exchange Capacity (CEC), Base saturation, C-Organic content, P-available (Bray II), P-retention, Al-oxsalate extracted (Alo) Fe-Al-oxsalate extracted (Feo), Al-pyrophosphate extracted (Alp) and Fe-pyrophosphate extracted (Fep). The result showed that the footslope Mt.Sipiso-piso old volcan land unit has BD < 0.90 gcm-3, negative permanent charge, moderate P-retention, low P-available (Bray II), pH NaF ≥ 9.2, moderate CEC and ZPC was undetected. This land had andic soil features and classified into Ultic Hapludand (according to Soil Taxonomy) and Andosol Distrik (according to national classification). Meanwhile, the footslope Mt.Simbolon old volcan land unit has BD < 0.90 gcm-3, negative permanent charge, low P-retention, moderate P-available (Bray II), pH NaF ≥ 9.2, low CEC and ZPC was undetected. This land was classified into Andic Dystrudept (according to Soil Taxonomy) and Kambisol Kromik (according to national classification). Old and young volcan soil have the differentiation in term of soil charge, ZPC, P-retention and CEC.


(55)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik dan Klasifikasi Tanah Pada Satuan Lahan Volkan Tua di Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muhammad Adi Saragih dan Ibunda Herlina Br. Lubis yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Mukhlis, M.Si dan Dr. Mariani Sembiring, SP., MP., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang banyak memberi arahan dan membantu penulis hingga skripsi ini selesai, serta kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, MS dan Bang Rudi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dengan menggunakan fasilitas Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, November 2016


(56)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA Satuan Lahan Volkan ... 3

Tanah Berbahan Induk Volkan ... 5

Genesis dan Morfologi ... 5

Sifat Fisik dan Kimia ... 8

Tanah berbahan Volkan ... 11

Andisol ... 11

Spodosol. ... 12

Inseptisol. ... 13

Oksisol. ... 13

Sistem Klasifikasi Tanah. ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Analisis Laboratorium. ... 19

Klasifikasi Tanah. ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Deskripsi Wilayah Penelitian. ... 21

Deskripsi Profil Tanah pada Lahan Volkan Tua. ... 22


(57)

Karakteristik fisika dan kimia tanah volkan tua ... 27

Pembahasan ... 31

Morfologi . ... 31

Karakteristik tanah ... 33

Klasifikasi Tanah... 35

Soil Taxonomy 2014. ... 35

Ordo ... 36

Sub Ordo ... 37

Great Grup ... 37

Sub Grup ... 37

Klasifikasi Tanah ... 38

Klasifikasi Tanah Nasional. ... 38

Jenis Tanah. ... 39

Macam Tanah. ... 39

Klasifikasi Tanah. ... 39

Perbandingan Karakteristik Tanah Volkanik Tua dan Muda.. 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(58)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

1. Karakteristik morfologi tanah volkan tua ... 26

2. Karakteristik fisika tanah volkan tua ... 27

3. pH H2O KCl, NaF dan ZPC Tanah Volkan Tua. ... 28

4. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan C-organik Tanah Volkan Tua. ... 29

5. Retensi-P, P tersedia (Bray II) dan P-Total Tanah Volkan Tua ... 30

6. Al oksalat (Alo), Fe oksalat (Feo), Si oksalat (Sio), Alo + ½ Feo, dan Persentase Alofan Tanah Volkan Tua. ... 31

7. Klasifikasi tanah menurut Soil Taxonomy 2014. ... 38

8. Klasifikasi tanah menurut Klasifikasi Nasional 2014. ... 39


(59)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1 Peta lokasi penelitian ... 16 2 Peta lokasi pengamatan profil pewakil ... 18


(60)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

1. Data curah hujan (mm) bulanan kabupaten Karo ... 44 2. Data curah hujan (mm) bulanan kabupaten Raya. ... 45 3. Karakteristik tanah volkan muda ... 46


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik dan Klasifikasi Tanah Pada Satuan Lahan Volkan Tua di Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muhammad Adi Saragih dan Ibunda Herlina Br. Lubis yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Mukhlis, M.Si dan Dr. Mariani Sembiring, SP., MP., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang banyak memberi arahan dan membantu penulis hingga skripsi ini selesai, serta kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, MS dan Bang Rudi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dengan menggunakan fasilitas Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, November 2016


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA Satuan Lahan Volkan ... 3

Tanah Berbahan Induk Volkan ... 5

Genesis dan Morfologi ... 5

Sifat Fisik dan Kimia ... 8

Tanah berbahan Volkan ... 11

Andisol ... 11

Spodosol. ... 12

Inseptisol. ... 13

Oksisol. ... 13

Sistem Klasifikasi Tanah. ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Analisis Laboratorium. ... 19

Klasifikasi Tanah. ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Deskripsi Wilayah Penelitian. ... 21

Deskripsi Profil Tanah pada Lahan Volkan Tua. ... 22

Morfologi tanah volkan tua ... 25


(3)

Karakteristik fisika dan kimia tanah volkan tua ... 27

Pembahasan ... 31

Morfologi . ... 31

Karakteristik tanah ... 33

Klasifikasi Tanah... 35

Soil Taxonomy 2014. ... 35

Ordo ... 36

Sub Ordo ... 37

Great Grup ... 37

Sub Grup ... 37

Klasifikasi Tanah ... 38

Klasifikasi Tanah Nasional. ... 38

Jenis Tanah. ... 39

Macam Tanah. ... 39

Klasifikasi Tanah. ... 39

Perbandingan Karakteristik Tanah Volkanik Tua dan Muda.. 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

1. Karakteristik morfologi tanah volkan tua ... 26

2. Karakteristik fisika tanah volkan tua ... 27

3. pH H2O KCl, NaF dan ZPC Tanah Volkan Tua. ... 28

4. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan C-organik Tanah Volkan Tua. ... 29

5. Retensi-P, P tersedia (Bray II) dan P-Total Tanah Volkan Tua ... 30

6. Al oksalat (Alo), Fe oksalat (Feo), Si oksalat (Sio), Alo + ½ Feo, dan Persentase Alofan Tanah Volkan Tua. ... 31

7. Klasifikasi tanah menurut Soil Taxonomy 2014. ... 38

8. Klasifikasi tanah menurut Klasifikasi Nasional 2014. ... 39

9. Perbandingan Karakteristik Tanah Volkan Tua dan Volkan Muda. ... 39


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1 Peta lokasi penelitian ... 16 2 Peta lokasi pengamatan profil pewakil ... 18


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

1. Data curah hujan (mm) bulanan kabupaten Karo ... 44 2. Data curah hujan (mm) bulanan kabupaten Raya. ... 45 3. Karakteristik tanah volkan muda ... 46