DIPLOMASI PEMERINTAH AUSTRALIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA DALAM KASUS PEMBERIAN GRASI SCHAPELLE LEIGH CORBY

(1)

DIPLOMASI PEMERINTAH AUSTRALIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA DALAM KASUS PEMBERIAN GRASI

SCHAPELLE LEIGH CORBY

Australia Diplomacy towards Indonesia in Granting Clemency Schapelle Leigh Corby

Disusun Oleh :

Revian Akbar Adiputra

20060510008/20120510217

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

HALAMAN JUDUL

DIPLOMASI PEMERINTAH AUSTRALIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA DALAM KASUS PEMBERIAN GRASI

SCHAPELLE LEIGH CORBY

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada Program Studi Hubungan Internasional

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : Revian Akbar Adiputra 20060510008/20120510217

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Letter of Authenticity Statement

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain.

Dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya orang atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebgai acuan dalam naskah dengan disebutkjan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, Mei 2016


(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala perjuangan dan doa yang tiada henti kupanjatkan kepada Allah S.W.T, tugas akhir ini kupersembahkan kepada orang tua yang selalu mendukung dengan penuh kasih sayang dan orang - orang yang kusayang.


(5)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, karena atas kehendak-Nya dan petunjuk-Nyalah laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada:

1. Allah SWT, segala puji syukur atas kasih sayang-Nya penulis masih diberi

kekuatan, kemampuan, dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas kepercayaan yang

telah diberikan.

3. Bapak Ali Muhammad, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Dr. Nur Azizah, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Ibu Siti Muslikhati, S.IP., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing tunggal tugas

akhir yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada penulis.

7. Bapak Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si., dan Ibu Ratih Herningtyas, S.IP.,

M.Si., selaku dosen penguji I dan II.

8. Orang tua yang sudah banyak membantu baik moril, material maupun

do’a.

9. Semua pihak yang terkait yang telah memberikan dukungan dan informasi


(6)

vii

10. Teman – teman Fisipol yang telah mendukung dari awal sampai

terselesaikannya skripsi ini.

11. Teman – teman dari KMKBY dan Asrama Al – Banjary yang telah

memberikan semangat serta dukungan.

12. Kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas

akhir ini.

Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya masukan yang konstruktif, saran, dan kritik yang membuat tugas akhir ini lebih bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2016


(7)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

INTISARI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pokok Permasalahan ... 6

C. Kerangka Pemikiran ... 6

D. Hipotesis ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. KONSISTENSI PEMBERANTASAN NARKOTIKA DI INDONESIA DAN KONTROVERSI KASUS NARKOTIKA CORBY ... 11

A. Pemberantasan Narkotika dan Pengaturannya di Indonesia ... 11

B. Grasi Corby Sang Ratu Mariyuana, Konsistensi Pemberantasan Narkotika dan Citra Peradilan di Indonesia ... 16

BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN DIPLOMASI INDONESIA ... 26

A. Dinamika Hubungan Indonesia-Australia di Bawah Rezim Sukarno .... 27

B. Hubungan Indonesia-Australia di bawah Rezim Suharto ... 31

C. Hubungan Indonesia-Australia di bawah Rezim Habibie ... 34

D. Hubungan Indonesia-Australia di bawah Rezim Gus Dur ... 36


(8)

ix

F. Hubungan Indonesia-Australia di bawah Rezim Susilo Bambang

Yudhoyono ... 40 BAB IV. DIPLOMASI PEMERINTAH AUSTRALIA TERHADAP

PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MERINGANKAN HUKUMAN CORBY ... 46

A. Upaya Resmi Pemerintah Australia untuk Meringankan Hukuman Corby 46

B. Pertukaran Tahanan Sebagai Jalur Diplomatik Pemerintah Australia .... 48

C. Pemerintah Australia Mengekstradisi Koruptor Indonesia... 50

BAB V KESIMPULAN ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 57


(9)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

DIPLOMASI AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA DALAM PEMBERIAN GRASI SCHAPELLE

Australia Diplomacy towards Indonesia in Granting Clemency Schapelle Leigh Corby

REVIAN AKBAR ADIPUTRA 20060510008/20120510217

Telah dipertahankan, dinyatakan Lulus dan disahkan di hadapan Tim Penguji Skripsi Progam Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari/Tanggal : Rabu, 30 Desember 2015

Tempat : Lab HI

Waktu : 08.00

TIM PENGUJI

Takdir Ali Mukti, S.Sos., M.Si. Ketua Penguji

Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si. Ratih Herningtyas, S.IP., M.A. Penguji I Penguji II


(10)

v

INTISARI

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan suatu isu yang

sudah menjadi beban negara – negara yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Karena sudah menjadi masalah yang berakar dan sulit untuk ditanggulangi tanpa usaha maksimal dari berbagai pihak baik negara atau pun badan dan lembaga berwenang untuk memberantas dan memotong peredaran narkoba itu sendiri.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian pustaka yang menggunakan data sekunder sebagai dasarnya untuk pengembangan penelitian Diplomasi Pemerintah Australia terhadap Pemerintah Indonesia dalam Kasus Schapelle Leigh Corby.

Pemerintah Australia menggunakan track pertama dari Multi-Track Diplomacy, yaitu jalur melalui pemerintah. Pemerintahan Australi menggunakan pendekatan diplomasi hukum pemerintah resmi yaitu dengan membebaskan anak-anak nelayan dan ratusan warga negara Indonesia yang ditangkap sebagai imigran. Selain itu Pemerintah Australia mengkstradisi koruptor kasus BLBI. Sehingga sebagai hasil dari upaya diplomasi Pemerintah Australia, Pemerintah Indonesia memberikan grasi kepada Corby.


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan suatu isu yang

sudah menjadi beban negara – negara yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Karena sudah menjadi masalah yang berakar dan sulit untuk ditanggulangi tanpa usaha maksimal dari berbagai pihak baik negara atau pun badan dan lembaga berwenang untuk memberantas dan memotong peredaran narkoba itu sendiri.

Peredaran yang sekarang ini tidak hanya tercakup dalam satu negara tetapi sudah lintas negara (transnasional) menjadi tugas tambahan bagi pemerintahan untuk bekerja sama dalam menangani peredaran narkoba yang juga para pelaku kejahatannya tersebut bukan lagi warga negara sendiri melainkan para warga negara asing. Di satu sisi negara harus menegakkan hukum yang berlaku di negaranya, dan di sisi lain menjadi dilema akan hubungan dengan negara asal pelaku.

Sudah banyak warga negara asing yang telah menjalani hukuman ataupun sedang menjalani hukuman di Indonesia. Sudah banyak pula bentuk tindakan dan apresiasi terhadap warga negara asing tersebut baik dari organisasi internasional maupun negara asal seperti contoh kasus Corby WNA asal Australia yang di tangkap petugas bea cukai Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali karena membawa Ganja seberat 4,2 Kg.

Schapelle Corby lahir di Brisbane, Australia pada tanggal 10 Juli 1977 pukul 23:52 dini hari.Schapelle Leigh Corby adalah seorang mantan pelajar sekolah kecantikan dari Brisbane, Australia yang ditangkap karena membawa obat terlarang dalam tasnya di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Indonesia pada 8 Oktober 2004. Ia tidak pernah mengaku sebagai pemilik 4,2 kg mariyuana yang ditemukan bersama barang bawaannya, walau demikian ia divonis hukuman penjara selama 20 tahun pada 27 Mei 2005. Berbagai upaya banding dilakukan


(12)

2

masyarakat Australia, bahkan berubah menjadi semacam modal politik dalam

kampaye pemilihan presiden di Negara itu1.

Kronologi kasus penangkapan Corby dimana pada tanggal 8 Oktober 2004, Corby, adiknya, dan dua temannya terbang dari Brisbane ke Bali dan transit di Sydney. Ini adalah kunjungan pertamanya ke Bali dalam kurun empat tahun, karena perjalanan sebelumnya hanya transit antara Australia dan Jepang untuk

menjenguk kakaknya, Mercedes2.

Saat melewati bea cukai di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di Denpasar, Corby ditangkap oleh petugas bea cukai. Ditemukan cannabis seberat

42 kg (93 lb) dalam tas vakum plastik ganda di dalam tas bodyboard-nya yang

tidak terkunci. Petugas bea cukai Gusti Nyoman Winata mengatakan bahwa Corby mencoba mencegah Winata untuk membuka kompartemen tas yang berisi cannabis tersebut. Corby membantahnya di pengadilan; ia mengatakan bahwa ia membukanya setelah Winata menanyai kepemilikan tas tersebut. Corby mengaku

bahwa ia dan petugas bea cukai kesulitan memahami satu sama lain3.

Empat tas milik Corby dan teman-temannya tidak ditimbang secara terpisah di Bandar Udara Brisbane, sehingga diambil angka berat total sebesar

65 kg. Kepolisian Bali dan bea cukai tidak mencatat bobot tas-tas tersebut4, meski

sudah diminta oleh Corby. Corby menyatakan bahwa ia tidak mengetahui

keberadaan obat-obatan tersebut sampai tas bodyboard-nya dibuka oleh petugas

bea cukai.

Corby diputuskan bersalah oleh Pengadilan Negeri Denpasar atas tuduhan yang diajukan terhadapnya dan divonis hukuman penjara selama 20 Tahun pada 27 Mei 2005 dan denda sebesar Rp. 100 juta. Pada 20 Juli 2005, Corby kembali membuka persidangan dengan mengajukan banding dan menghadirkan beberapa saksi baru. Pada tanggal 12 Oktober 2005, setelah melalui banding, hukuman Corby dikurangi lima tahun menjadi 15 Tahun. Namun pada 12 Januari 2006,

1http://hongsui.net/2014/04/21/schapelle-leigh-corby/

2Cornford, Philip (5 March 2005). "Weighing the evidence". The Sydney Morning Herald. Diakses

22 September 2014.

3Ibid 4Ibid


(13)

3

melalui putusan kasasi, MA memvonis Corby kembali menjadi 20 Tahun penjara dengan dasar bahwa narkotika yang diselundupkan Corby tergolong kelas I yang

berbahaya5.

Vonis berat itu menuai perhatian pemerintah dan warga negeri kangguru. Media Australia juga gencar memberitakan Corby yang dianggap tak layak divonis berat. Apalagi, Corby selalu membantah dirinya pengguna narkotika, apalagi pengedar. Kepolisian Australia juga mencatat Corby tidak pernah

mengantongi kejahatan narkoba6.

Semenjak menjalani hukuman di penjara Kerobokan, Bali, terpidana narkotika itu telah memperoleh pengurangan masa tahanan secara berturut-turut. Remisi yang diberikan kepadanya dimulai pada 2006 dan rata-rata dalam setahun diterimanya dua kali. Yaitu setiap hari kemerdekaan RI dan perayaan Natal Desember. Remisi berturut-turut ini terkesan dipaksakan.Sebelum grasi 5 tahun dari Presiden yang jatuh pada 15 Mei 2012, remisi terakhir diterimanya pada Desember 2011. Hanya pada 2007 saja, Corby tidak mendapatkan remisi sebagai akibat dari pelanggaran etika yang dilakukannya atas ketentuan internal di lapas Kerobokan.Selama mendekam di penjara, Corby paling sering meminta perlakuan istimewa dengan alasan sakit dan depresi. Untuk itu Corby misalnya minta diizinkan menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di luar penjara. Ia juga minta dibawa ke salon kecantikan untuk berdandan. Layaknya masih seorang selebriti yang bebas, Corby minta diizikan perawatan rambut hingga manicure dan pedicure. Hal yang cukup menimbulkan kecemburuan di kalangan tahanan wanita lainnya di lapas yang sama7

Media di sana mendesak Kementerian Luar Negeri Indonesia merekomendasikan permohonan grasi Corby dengan dasar kemanusiaan. Sementara pemerintah Australia tak mampu membendung opini warga Australia yang mendesaknya agar melakukan segala upaya agar dapat meringankan hukuman Corby. Jalur diplomasi pun kerap dilakoni Australia. Menteri Luar Negeri Kevin Rudd kerap menggunakan jalur diplomasi kepada pemerintah

5Putusan MA No. 112PK/Pid/2006

6http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-05-30/210584


(14)

4

Indonesia agar meringankan hukuman Corby. Bahkan, Perdana Menteri Australia Julia Gillard saat datang ke Indonesia, awal November 2010 lalu mengajukan permohonan pemberian grasi kepada Corby ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pembicaraan antara Presiden SBY dan Perdana Menteri Julia

Gillard kemudian ditindaklanjuti pada Januari 20118.

Perwakilan Kejaksaan Agung Australia yang diwakili Wakil Jaksa Agung Australia, Gresham Street dan Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty, bertemu Jaksa Agung Basrief Arief guna membicarakan Transactional Sentenced Person (TSP) atau pertukaran narapidana kedua negara. Corby menjadi prioritas Australia untuk membujuk Indonesia agar diringankan hukumannya. Permohonan itu mendapat respons dari Indonesia. Syaratnya, Australia juga

membebaskan warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan di Australia9.

Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin menjelaskan, pemberian grasi kepada Corby merupakan salah satu bentuk diplomasi hukum untuk meringankan hukuman WNI yang ditahan di Australia. Cara tersebut pernah dilakukan pemerintah saat mengharap Pemerintah Malaysia dan Arab Saudi meringankan hukuman berat yang dikenakan warga WNI di negara tersebut. "Itu (keringanan hukuman bagi warga negara Indonesia) telah menghasilkan hal positif," kata Amir10.

Amir berpendapat, tidak ada yang salah jika diplomasi hukum via grasi diterapkan kepada warga Australia agar pemerintah negara tersebut meringankan hukuman terhadap WNI yang dipenjara di negaranya. Apalagi, ada ratusan WNI

di penjara di Australia. Tak sedikit di antara WNI itu adalah anak-anak. “Kita

prioritaskan untuk dibebaskan adalah anak-anak di bawah umur," kata Amir11.

Bahkan, dalam pemberitaan yang lain, Menteri Amir menyatakan beberapa WNI yang diancam hukuman mati diturunkan menjadi hukuman seumur hidup.Amir tak menampik hal tersebut merupakan dampak langsung pemberian grasi terhadap Corby. Hal itu terlihat dari sikap pemerintah Australia

8Ibid 9Ibid 10Ibid 11Ibid


(15)

5

yang menaruh perhatian terhadap tahanan anak-anak Indonesia di sana. Menurutnya, banyak para tahanan anak yang ditahan di Australia dipulangkan

ke Indonesia12.Kasus penahanan anak Indonesia itu sempat menjadi perhatian

internasional saat media memberitakan Ali Jasmin, WNI berusia 13 tahun yang ditahan ditangkap pada Agustus 2009 oleh aparat keamanan Australia. Ali ditahan sempat dipenjara empat tahun, kemudian dibebaskan setelah Jaksa Agung Australia, Nicola Roxon menyatakan Ali dibebaskan karena masih anak-anak. Pemerintah federal Australia juga membebaskan dua WNI lainnya karena berusia di bawah 18 tahun. Pihak KJRI di Australia telah bertemu Menteri Dalam Negeri Australia yang membawahi kepolisian dan kejaksaan Australia.

Selain karena menangkap ikan di perairan Australia, tak sedikit WNI yang juga ditangkap Australia lantaran dituduh menyelundupkan manusia. Dubes Indonesia di Australia, Primo Alwi Julianto mencatat, sekitar 450-470 nelayan Indonesia yang ditahan di Australia karena dituduh menyelundupkan manusia ke Australia. Mereka menjadi anak buah kapal (ABK) yang mengangkut warga negara dari Timur Tengah. Sialnya, mereka menjadi korban tindakan sindikat penyelundupan orang ke Australia. Dari ratusan WNI yang bernasib sial itu, ada 28 orang di antaranya masih berusia di bawah umur. Tiga dari 28 anak Indonesia

itu sudah dibebaskan13.

Menurut Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, pemberian grasi kepada terpidana kasus narkotika Schapelle L. Corby dilakukan dalam rangka hubungan diplomatik. Dalam kaitan ini, pemerintah berharap adanya asas respirokal dari pihak Australia. Dan pertimbangan lainnya

adalah aspek kemanusiaan14.

Kontroversi menyangkut Corby juga sempat muncul pada tahun 2013.Seiring muncul kabar tentang ekstradisi Adrian Kiki, Direktur Utama PT Bank Surya buronan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang sudah

12https://medium.com/@prajnamu/corby-jadi-modal-diplomasi-716d9df0f8e7 13http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-05-30/210584


(16)

6

lama bermukim di Australia.Muncul isu ekstradisi Adrian Kiki terkait "ditukar

guling" dengan pembebasan Corby15.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan pokok permasalahan yaitu: “Bagaimana Diplomasi Pemerintah

Australia Terhadap Pemerintah Indonesia dalam Kasus Schapelle Leigh Corby?

C. Kerangka Pemikiran

 Multi-track Diplomasi

a. Pengertian Multi-track Diplomacy

Sebuah kerangka kerja konseptual untuk melihat proses perwujudan perdamaian internasional sebagai suatu sistem kehidupan dan sebagai refleksi dari

beragam aktivitas yang dilakukan untuk berkontribusi dalam proses peacemaking

dan peacebuilding di lingkup internasional. Semua komponen saling terkait

seperti sebuah cobweb model, mulai dari kegiatan, individual, institusi dan komunitas yang lantas saling berkerjasama untuk mencapai sebuah dunia dalam

perdamaian16.

Dalam dinamikanya, multi-track yang berupa Government (One Track) dan Non-Government (two Track) berawal dari sebuah kesadaran bahwa interaksi formal, official serta interaksi antar-pemerintah dengan perwakilan yang ditugaskan oleh negara masing-masing bukanlah metode yang akan selamanya efektif dalam mencapai kerjasama internasional untuk menyelesaikan konflik ataupun menciptakan hubungan yang mutualistik. Kita harus melihat pada kenyataan bahwa warga negara biasa dengan berbagai macam latar belakang dan memiliki kredibilitas pun mampu menciptakan sebuah perubahan. Oleh sebab itu kita perlu menelaah lebih dalam mengenai jalur-jalur dalam kerangka konseptual

15www.Nasional.sindonews.com/read/833518/19/kontroversi-corby diakses 24 september 2014 16Diamond & Mc.Donald, 1996: 1


(17)

7

dan praktikal untuk memahami kegiatan perwujudan perdamaian yang cukup

kompleks17.

Keragaman kegiatan di dalam Multi-Track Diplomacy ini terdiri atas sembilan jalur, yaitu :

1. Pemerintah atau Perwujudan Perdamaian Melalui Diplomasi;

Artinya pembuatan kebijakan dan pembangunan perdamaian dilakukan

dengan proses diplomasi resmi melalui aspek-aspek formal dari pemerintah18.

2. Non-Government atau Orang yang Profesional, Mampu Mewujudkan

Perdamaian melalui Resolusi Konflik;

Ini menjadi kesempatan bagi para profesional non-governmental untuk

menganalisa, mencegah, menyelesaikan, serta mengakomodasi konflik

internasional dengan komunikasi, pemahaman, dan membangun hubungan baik dalam menghadapi masalah secara bersama-sama, oleh aktor-aktor bukan Negara19.

3. Bisnis atau Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan;

Bisnis dapat menjalankan peran aktual dan potensial untuk membangun perdamaian melalui aspek ekonomi, persahabatan dan pemahaman internasional, saluran komunikasi informal, dan mendukung berbagai kegiatan perwujudan

perdamaian20.

4. Warga Negara Privat yang artinya Mampu Mewujudkan Perdamaian Melalui

Keterlibatan Personal;

Setiap individu warga negara akan berkontribusi dan turut serta dalam kegiatan pembangunan dan perdamaian. Hal ini bisa dilakukan dengan citizen

17Ibid 18Ibid 19Ibid 20Ibid


(18)

8

diplomacy, program pertukaran, organisasi voluntary privat, adanya NGO dan

berbagai kelompok kepentingan21.

5. Penelitian atau Pelatihan dan Edukasi yakni Perwujudan Perdamaian Melalui

Pembelajaran;

Untuk ini, terdapat tiga kajian di dalamnya yaitu penelitian yang berhubungan dengan institusi pendidikan (sekolah, universitas), think tanks (berbagai penelitian, analisis, dan program studi) dan pusat penelitian kelompok yang berkepentingan khusus. Dengan kata lain ini adalah sebuah program pelatihan yang menyediakan keahlian praktisioner seperti negosiasi, mediasi, resolusi konflik, serta fasilitas third-party yang terdiri dari edukasi (pendidikan formal dari TK hingga program Doktoral) yang mencakup beragam aspek global tentang studi lintas-budaya, studi tata dunia dan perdamaian, konflik analisis, serta

manajemen dan resolusi22.

6. Aktivisme atau Perwujudan Perdamaian Melalui Advokasi;

Dimana lebih menekankan pada aktivisme perdamaian dan environmental dalam hal disarmament, HAM, keadilan sosial dan ekonomi, serta advokasi terhadap kepentingan khusus mengenai kebijakan tertentu yang diambil

pemerintah23.

7. Agama yang Menggambarkan Perwujudan Perdamaian melalui Praxis

Kepercayaan;

Di sini dipelajari bagaiman suatu kepercayaan dan kegiatan yang berorientasi perdamaian oleh komunitas-komunitas spiritual dan religius, serta beberapa gerakan berbasis moral seperti pacifisme(percaya bahwa resolusi konflik dengan jalan damai adalah yang paling benar), sanctuary (sebagai tempat yang

21Ibid 22Ibid 23Ibid


(19)

9

dianggap suci dan mampu melindungi seseorang), dan anti-kekerasan.

Kepentingan bersama untuk mewujudkan perdamaian24.

8. Pendanaan atau Perwujudan Perdamaian melalui Penyediaan Aset;

Hal ini berhubungan langsung dengan komunitas-komunitas funding yakni baik yayasan maupun filantropis individual yang mampu menyediakan dukungan

finansial untuk berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh jalur-jalur lain25.

9. Komunikasi dan Media sebagai Wujud Perdamaian melalui Informasi;

Semua orang berhak menyuarakan opininya melalui media cetak, radio,

film, sistem elektronik, bahkan seni26. Media tersebut dapat menjadi sarana

edukasi, menganalisa suatu isu, serta mampu mengubah keadaan ketika opini publik telah terbentuk.

Pemerintah Australia menggunakan track pertama yaitu jalur melalui pemerintah. Pemerintah Australia melakukan berbagai upaya diplomasi resmi ke pemerintah Indonesia diantaranya Pemerintah Australia mengirimkan surat ke pengadilan dan menawarkan kerjasama pertukaran 12 ribu narapidana Indonesia di Australia dengan narapidana Australia di Indonesia, termasuk Schapelle Leigh Corby. Bahkan Pemerintah Australia mengirim surat penjaminan pembebasan bersyarat bagi corby. Menlu Australia bernegosiasi dengan Indonesia agar Corby menjalani masa hukumnya di Australia. Perdana Menteri Australia, Julia Gilliard melakukan kunjungan resmi ke Indonesia mengajukan permohonan grasi Schapelle Corby dan Pemerintah Australia mengekstradisi koruptor kasus BLBI.

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang di analisa menggunakan kerangka pemikiran di atas maka dapat ditarik hipotesa bahwa:

Pemerintah Australia menggunakan track pertama dari Multi-Track Diplomacy, yaitu jalur melalui pemerintah.

24Ibid 25Ibid


(20)

10

E. Metode Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode penelitian pustaka yang menggunakan data sekunder sebagai dasarnya untuk pengembangan penelitian Diplomasi Pemerintah Australia terhadap Pemerintah Indonesia dalam Kasus Schapelle Leigh Corby. Penulis juga memilah buku-buku kajian pustaka, analisis jurnal, artikel maupun sumber internet yang berhubungan dengan topik penelitian tesis ini sebagai bahan penelitian agar bisa dianalisis dan dapat dipertanggungjawabkan secara akedemis.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan disusun ke dalam beberapa bagian sebagai berikut:

Pada Bab Pendahuluan penulis akan menulis Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode, dan Sistematika Penulisan

Pada Bab 2 Penulis akan menuliskan tetang kasus narkoba yang menjerat Schapelle Leigh Corby

Pada Bab 3 penulis akan menulis tentang dinamika hubungan diplomasi antara pemerintah Australia dan Indonesia

Pada Bab 4 penulisa akan menganalisa diplomasi Pemerintah Australia terhadap Pemerintah Indonesia dalam rangka untuk memberikan pengurangan hukuman kepada Schapelle Leigh Corby


(21)

11

BAB II

KONSISTENSI PEMBERANTASAN NARKOTIKA DI INDONESIA DAN KONTROVERSI KASUS NARKOTIKA CORBY

Pernyataan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi (Menkumham) Manusia Amir Syamsuddin tentang rencana pembebasan bersyarat Schapelle Leigh Corby pada Rabu 5 Februari 2014 langsung menarik perhatian publik. Sejumlah anggota DPR pun bereaksi atas rencana pembebasan wanita asal Australia yang dijuluki Ratu Mariyuana itu. Kontroversi kian mencuat ketika kemudian Corby mendapatakan kebebasan bersyarat, sehingga ia tidak perlu lagi tinggal di penjara.

Polemik seputar Corby, antara lain ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan grasi pemotongan masa tahanan selama lima tahun kepada perempuan warga Brisbane itu pada 2012 silam. Pihak Istana ketika itu menyatakan pemberian grasi murni mempertimbangkan aspek kemanusiaan. Langkah SBY itu ditentang sejumlah kalangan. Dari kalangan aktivis, ormas keagamaan, sampai anggota DPR. Bahkan, mantan Menteri Kehakiman Yusril Ihza Mahendra menggugat keputusan grasi itu ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

A. Pemberantasan Narkotika dan Pengaturaannya di Indonesia

Tindak pidana narkotika sudah sangat sering di dengar di berbagai kalangan Negara, seperti perkembangan kejahatan narkotika di Indonesia dalam tahap membahayakan generasi penerus bangsa. Tindak pidana narkotika dari tahun ke tahun jumlah kasus bertambah baik dari segi tersangka maupun korban kejahatan narkotika selalu mengalami peningkatan yang tajam, baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya.27

27 Afif dan Marzani Anwar, Penaggulangan Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Sekolah,


(22)

12

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, masalah serius oleh segenap elemen bangsa. Ancaman nasional tersebut berpotensi besar mengganggu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat. Masalah penggunaan narkotika di Indonesia merupakan masalah

yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera.28 Banyak kasus yang

menunjukkan akibat dari masalah diatas telah banyak menyebabkan kerugian, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan narkotika.

Penyalahgunaan narkotika telah menjadi bahaya nasional maupun internasional, baik Negara maju maupun Negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Negara-negara kelompok ASEAN sudah dirasakan sebagai satu masalah dunia yang menyangkut kehidupan masyarakat hampir segala bidang yaitu politik,

ekonomi, sosial budaya, dan Hankam29. Penyalahgunaan narkotika mulai tumbuh

dan berkembang menjadi masalah sosial di Indonesia sejak tahun 196930.

Dengan semakin berkembangnya kasus penyalahgunaan nakotika di Indonesia maka Undang-Undang anti narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah Undang-Undang Anti Narkotika Nomor 22 Tahun 1997, menyusul dibuatnya Undang Psikotropika Nomor 5 Tahun 1997, Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman pidana mati. Seiring perkembangan zaman terjadi perubahan terhadap hukum dan perundang-undangan, karena Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan maka lahirlah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Konsideran menimbang yang berbunyi :

28 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumi, Bandung : 1984,

hlm. 36-39

29Ridha Ma’ruf, Narkotika; bahaya dan penanggulangannya, Karisma Indonesia, Jakarta, 986,hlm.

252


(23)

13

“Bahwa mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan, dan/atau menggunakan narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan merupakan tindak pidana narkotika karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara serta ketahanan nasional Indonesia.”

Tindak pidana narkoba atau narkotika telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Yang mana di dalam Undang-Undang tersebut telah mengatur mengenai penerapan sanksi pidana yang berat kepada para pelaku kejahatan, yang berupa: pidana mati, pidana seumur hidup, pidana penjara. Sehingga didalam kebijakan kriminal atau penjatuhan sanksi pidana harus menentukan : perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana itu, dan

sanksi apa sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggarnya31.

Dalam Undang-Undang narkotika juga memuat lembaga Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang memiliki kewenangan untuk menyelidik, menyidik, dan mempercepat pemusnahan barang bukti dan menyadap pihak yang terkait. Bahkan dalam keadaan mendesak, penyadapan itu dapat dilakukan tanpa izin tertulis dari ketua tugas pemerintahan dibidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.Dengan adanya kewenangan penyelidikan dan penyidikan BNN dalam memberantas peredaran narkotika.

Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.BNN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.


(24)

14

Terpidana mati, terpidana seumur hidup dan terpidana penjara 20 tahun berhak mengajukan upaya hukum, baik melalui penasehat hukumnya, keluarganya, maupun dirinya sendiri. Upaya hukum itu mencakup banding, kasasi, dan peninjauan kembali.Selain itu, baik melalui dirinya sendiri, keluarga atau kuasa

hukumnya, terpidana dapat mengajukan permohonan grasi kepada Presiden32.

Sejak tahun 2004 hingga tahun 2012, terdapat 128 permohonan grasi terkait kasus narkotika tetapi yang dikabulkan Presiden hanya 19 mereka adalah 10 anak di bawah umur yang di hukum dua sampai empat tahun, seorang tuna netra yang di hukum 15 tahun penjara, tiga warga Negara asing Peter Achim Pranz Groobman dan Schapelle Leigh Corby, warga Negara Australia yang di kurangi hukumannya dari 20 tahun menjadi 15 tahun penjara, serta lima terpidana lainnya. Dari 19 orang yang diberikan grasi, mereka merupakan kurir dan bukan

bandar narkotika.33 Jika ada terpidana yang mendapatkan hukuman mati maka

dengan adanya grasi yang di berikan oleh Presiden, terpidana tersebut mendapat pengampunan menjadi penjara seumur hidup.

Tindak pidana narkoba yang bersifat transnasional dilakukan dengan menggunakan modus operandi dan teknologi canggih, termasuk pengamanan hasil-hasil tindak pidana narkoba. Perkembangan kualitas tindak pidana narkoba tersebut sudah menjadi ancaman yang sangat serius bagi kehidupan umat manusia. Meskipun narkoba sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan, namun apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan, terlebih jika disertai dengan peredaran narkoba secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan maupun masyarakat khususnya generasi muda, bahkan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa.

Tindak pidana narkotika juga bersifat internasional, artinya narkotika bukan hanya permasalahan bangsa tetapi juga permasalahan dunia internasional. Kejahatan peredaran gelap narkotika merupakan salah satu kejahatan berdimensi

32 Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung,

2006, hlm. 53.


(25)

15

internasional yang memiliki ciri-ciri : terorganisir (organized crime), berupa sindikat, terdapat suatu dukungan dana yang besar serta peredarannya

memanfaatkan teknologi yang canggi34. Peredaran gelap narkotika bahkan

semakin berkembang dengan semakin majunya sistem telekomunikasi dan transportasi. Modus peredaran gelap narkotika internasional selalu melibatkan warga negara asing dan berdampak terhadap teritorial dua negara atau lebih serta selalu didahului oleh persiapan atau perencanaan yang dilakukan diluar batas teritorial negara tertentu. Selain itu, modus operandi tindak pidana narkotika internasional telah membagi tiga wilayah operasi, meliputi : negara keberangkatan, negara transit dan negara tujuan pemasaran.

Bisnis narkotika menjadi banyak diminati masyarakat karena dianggap sebagai bisnis yang menjanjikan. Penjualan narkotika ini tidak lagi dilakukan oleh individu saja tetapi dilakukan melalui sindikat internasional dimana mereka menjual tidak hanya di satu negara saja tapi juga di banyak negara di dunia. Di dalam penjualan serta peredarannya, sindikat ini menggunakan berbagai modus untuk dapat menyelundupkan narkotika itu secara ilegal ke suatu negara. Modus operandi sindikat pelaku peredaran gelap narkotika ini pun semakin berkembang seiring dengan semakin berkembangnya sarana teknologi dan komunikasi.

Penyalahgunaan narkotika dan peredaran gelap narkotika adalah salah satu kejahatan yang secara global dikembangkan oleh sindikat dan merupakan ancaman bagi seluruh negara di dunia. Penggunaan narkotika yang tidak diawasi akan menimbulkan ancaman terhadap falsafah kehidupan bangsa yang pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan baik mental maupun fisik dari penerus bangsa di masa depan. Ancaman dan akibat negatif yang ditimbulkan oleh pemakaian narkotika tersebut merupakan tanggung jawab bersama seluruh negara untuk menanggulanginya. Tanggung jawab tersebut merupakan bagian integral dalam kehidupan masyarakat modern, bahkan dapat dikemukakan, tidak ada satu pun negara di dunia berkehendak melindungi pelaku kejahatan, khususnya yang

34 Direktorat IV/Narkoba dan K.T, Tindak Pidana Narkoba dalam Angka dan Gambar, POLRI,


(26)

16

melakukan penjualan dan peredaran gelap narkotika sehingga luput dari jangkauan hukum. Masyarakat internasional sepakat bahwa perederan gelap narkotika yang telah mere sahkan umat manusia dan bahkan dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia harus diberantas bersama-sama.

Perkembangan peredaran gelap narkotika ini diikuti pula dengan langkah-langkah penanggulangan dari negara-negara yaitu melalui berbagai konvensi internasional tentang narkotika, seperti Konvensi The Hague 1912 sampai dengan

konvensi mengenai pemberantasan tindak pidana narkotika transnasional, United

Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Subtances 1988, atau yang dikenal dengan Konvensi Wina 1988.

Kerjasama antar negara dalam pemberantasan peredaran gelap narkotika harus dikembangkan karena tidak mungkin suatu negara dapat memberantas peredaran gelap narkotika yang sudah mendunia ini sendirian. Di dalam penyidikan terhadap kejahatan peredaran gelap narkotika yang berdimensi internasional ini, seringkali penyidik dihadapkan pada birokrasi dan sistem hukum yang berbeda sehingga proses penyidikan terhambat bahkan tidak dapat dilakukan penuntutan. Berbagai kesepakatan bilateral dan multilateral telah dilakukan guna mengatasi permasalahan-permasalahan dalam penanganan kejahatan narkotika tersebut.

B. Grasi Corby Sang Ratu Mariyuana , Konsistensi Pemberantasan Narkotika, dan Citra Peradilan di Indonesia

Corby adalah perempuan asal Brisbane, Australia kelahiran 10 Juli 1977. Mantan pelajar sekolah kecantikan ini ditangkap karena di dalam tasnya ditemukan 4,2 kilogram ganja, ketika dia mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar, pada 8 Oktober 2004. Tentu saja dia membantah memiliki ganja itu.


(27)

17

Namun ayah kandung Corby, Michael Corby, juga pernah tertangkap basah

membawa ganja pada awal tahun 1970-an.35

Mariyuana, lebih akrab dengan sebutan ganja (cannabis sativa) seperti yang dibawa Corby, merupakan tanaman semusim yang bisa bertumbuh sampai setinggi dua meteran, daun berjari-jari, bunga kecil berdompol di ujung ranting, dan hanya tumbuh baik di daerah tropis, khususnya kawasan dengan ketinggian

1.000 meter di atas permukaan laut.36

Daun, ranting, bunga, dan biji tanaman tersebut seluruhnya bisa dipanen. Setelah dikeringkan, bagian-bagian itu diekstrak menjadi lintingan ''rokok'' mariyuana. Para pemakainya akan mengalami halusinasi, denyut jantung meningkat, depresi, gelisah, dan merosotnya daya tahan tubuh. Efek-efek negatif itu, yang bisa mengarah pada kematian, akan lebih hebat jika si pengisap ''menikmati'' ekstrak berbentuk damar pekat yang berasal dari bunga betina ganja.

Corby tiba di Denpasar dengan 4,2 kg ekstrak damar pekat mariyuana.37

Menurut Encyclopedia Britanica, apabila orang menghisap mariyuana atau ganja maka timbul ilusi atau hal-hal yang aneh dalam pikiran mereka. Orang tersebut akan merasa haus, lapar dan menginginkan makanan yang manis. Mariyuana juga bisa membuat seseorang menjadi terlihat mengantuk, bermata sayu, merasa dirinya hebat, atau bahkan merasa sedang disiksa. Banyak kasus kecelakaan terjadi di jalan raya yang disebabkan oleh pengaruh pemakaian ganja.

Mariyuana sering disalahgunakan oleh anak muda untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Kadang-kadang mariyuana membuat seseorang suka berbicara melantur atau tidak dapat mengendalikan tertawa. Efek mariyuana bisa

35 http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pesan-dari-kasus-corby, diakses tanggal 15

Januari 2015.

36 http://id.wikipedia.org/wiki/Ganja, diakses tanggal 15 Januari


(28)

18

menyebabkan manusia yang mengkonsumsinya memiliki ketakutan yang berlebih,

kesedihan, bahkan mengigau dalam kondisi sadar.38

Corby sendiri diputus bersalah atas tuduhan kepemilikan 4,2 kilogram ganja, Corby divonis hukuman pidana penjara 20 tahun serta pidana denda sebesar Rp. 100.000.000,- terbilang (seratus juta rupiah) oleh Pengadilan Negeri Denpasar pada tanggal 27 Mei 2005. Selama mendekam di penjara, Corby paling sering meminta perlakuan istimewa dengan alasan sakit dan depresi. Untuk itu Corby misalnya minta diizinkan menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di luar penjara. Ia juga minta dibawa ke salon kecantikan untuk berdandan. Layaknya masih seorang selebriti yang bebas, Corby minta diizikan perawatan rambut

hingga manicure dan pedicure. Hal yang cukup menimbulkan kecemburuan di

kalangan tahanan wanita lainnya di lapas yang sama.39

Pada tanggal 12 Oktober 2005 Corby mengajukan banding, dan hasil banding

tersebut mengurangi masa hukuman menjadi 15 tahun pidana penjara.40 Pada

Januari 2006 putusan kasasi Mahkamah Agung kembali memutuskan hukuman untuk Corby menjadi 20 tahun. Dasarnya, narkotika yang dibawa Corby jenis kelas I yang berbahaya. Namun, Corby tampaknya istimewa bagi pemerintah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan mengabulkan permohonan grasinya pada 2012, dan Corby mendapatkan kembali pengurangan hukuman selama lima tahun. Grasi ini dikritik pedas, karena tidak cukup menjelaskan penyesalan oleh Corby.

Corby telah dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan mendapatkan pembebasan bersyarat. Corby bebas setelah yang bersangkutan berada di dalam lapas selama 9 tahun 4 bulan. Pada 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

38 http://ridwanaz.com/kesehatan/efek-bahaya-mengkonsumsi-mariyuana-atau-ganja/, diakses

tanggal 15 Januari 2015

39 http://nasional.inilah.com/read/detail/1866715/grasi-corby-sumir-dan-rugikan-citra-ri, diakses

tanggal 15 Januari 2015

40 http://www.megapolitan.kompas.com/read/2012/06/20/10033938/Hari Ini Sidang Pertama Grasi


(29)

19

memberikan grasi pengurangan hukuman 5 tahun. Grasi tersebut diberikan dengan alasan kemanusiaan. Dengan demikian, masa pidana Corby menjadi 15 tahun.

Pada saat grasi diberikan, Corby telah menjalani masa pidana selama 7 tahun 7 bulan dengan pengurangan hukuman atau remisi sebanyak 2 tahun 1 bulan. Pada 2012, Corby menerima lagi remisi 8 bulan. Pada 2013, Corby kembali diusulkan

mendapatkan remisi umum 6 bulan pada 17 Agustus.41

Grasi, pada dasarnya, pemberian dari Presiden dalam bentuk pengampunan yang berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau pelaksanaan putusan kepada terpidana. Dengan demikian, pemberian grasi bukan merupakan persoalan teknis yuridis peradilan dan tidak terkait dengan penilaian terhadap putusan hakim, Pemberian grasi bukan merupakan campur tangan Presiden dalam bidang yudikatif, melainkan hak prerogatif Presiden untuk memberikan ampunan. Walaupun pemberian grasi dapat mengubah, meringankan, mengurangi atau menghapuskan kewajiban menjalani pidana yang dijatuhkan pengadilan, tidak berarti menghilangkan kesalahan dan juga bukan merupakan

rehabilitasi terhadap terpidana.42

Ada banyak reaksi publik dan pers Australia, terkait pembebasan bersyarat warga Australia terpidana kasus narkotika, Schapelle Leigh Corby, yang diputuskan oleh Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia. Dari pantauan terhadap media-media lokal ternama di Negeri Kangguru, seperti The Sydney Morning Herald, brisbanetimes.com.au, The Age, canberratimes.com.au, dan WAtoday.com di Western Australia, pemberitaan tentang Corby sempat menjadi salah satu dari Top 5 National Articles. Media-media lain pun tentu tak mau kalah. Mereka berlomba untuk menelisik kisah pembebasan bersyarat Schapelle “Queen of Marijuana” Corby. Sebut saja misalnya, Herald Sun, 2GB 873 AM, Channel Nine, Nine Network, dan masih banyak lagi. Makanya boleh

41

http://nasional.kompas.com/read/2014/02/11/1646060/Fraksi.Demokrat.Panja.Corby.Wacana.Leba y., diakses tanggal 16 Januari 2015

42 C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana Hukum Pidana Untuk Tiap Orang, Cetakan kedua, PT. Pratnya Pramita, Jakarta, 2007, hlm 90-91.


(30)

20

dibilang, Corby kini menjadi narasumber media yang paling dinanti dan dicari

oleh pers serta publik Australia.43

Bahkan setelah dibebaskan, Corby sempat diwawancara oleh Media Australia Channel 7, yang mana kemudian hal itu menjadi kontroversi di Indonesia. Untuk menenangkan suasana, Mercedes, kakak Corby, kemudiana meminta maaf kepada publik di Indonesia.

“Saya minta maaf dari lubuk hati terdalam kepada masyarakat Indonesia

jika kata-kata dalam wawancara itu membuat resah. Saya tidak ada niat untuk tidak menghormati Indonesia,” kata Mercerdes. Atas nama keluarga, Mercedes juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas pembebasan bersyarat yang diberikan kepada Corby. Ia pun berjanji akan meminta maaf secara

resmi dengan bersurat kepada Pemerintah Indonesia. Dalam acara Channel 7’s

Sunday Night, Mercedes yang jadi narasumber utama mempertanyakan asal 4,2 kilogram mariyuana yang pada 2004 ada di tas Corby saat berada di Bandara Ngurah Rai, Bali. Ia juga mempertanyakan sejumlah barang bukti yang menunjukkan mariyuana itu dibawa adiknya. Ia meyakini, mariyuana itu tidak dibawa Corby, tetapi dimasukkan oleh seseorang saat adiknya transit di sebuah

bandara di Sydney.44

Mengenai kewenangan Presiden memberikan grasi, disebut kewenangan

Presiden yang bersifat judicial, atau disebut juga kekuasaan Presiden dengan

konsultasi.Kekuasaan dengan konsultasi adalah kekuasaan yang dalam pelaksanaannya memerlukan usulan atau nasehat dari institusi-institusi yang berkaitan dengan materi kekuasaan tersebut.Selain grasi dan rehabilitasi, amnesti,

dan abolisi juga termasuk dalam kekuasaan Presiden dengan konsultasi. Seperti

tercantum dalam Pasal 14 ayat (2) Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, “Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

43

http://hukum.kompasiana.com/2014/02/09/kasus-corby-dari-kiriman-peluru-hingga-cercaan-monyet-kepada-indonesia-630545.html, diakses tanggal 15 Jnanuari 2015.

44 http://nasional.kompas.com/read/2014/03/07/0847456/Kakak.Perempuan.Corby.Minta.Maaf?ut


(31)

21

Pemberian grasi oleh Presiden dapat berupa peringanan atau perubahan jenis pidana, pengurangan jumlah pidana, atau penghapusan pelaksanaan pidana.Namun, sebelum membuat keputusan tentang pemberian grasi, presiden harus memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Walaupun keputusan Presiden bersifat absolut, artinya tindakan Presiden dalam kaitannya dengan pemberian atau penolokan grasi tidak dapat dikontrol atau dinilai oleh pengadilan.

Pemberian dan penolakan grasi oleh Presiden, tidak ada keterangan secara tegas atau tersirat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 maupun peraturan perundangan lainnya. Oleh karena itu Presiden dapat melaksanakan kekuasaan grasi tersebut untuk alasan dan pertimbangan apapun yang oleh dia pribadi dianggap pantas. Termasuk pertimbangan kemanusiaan, keadilan, moral ataupun alasan politis

Sejauh ini pemerintah belum menunjukkan political will terhadap

pemberantasan narkoba, yang dimaksud political will adalah berupa kemudahan

dalam koordinasi, penyerapan informasi dan penegakan hukum. Contohnya, Presiden menyatakan “bahwa tak akan ada pemberian grasi bagi narapidana kasus narkoba di hadapan publik dan forum resmi. Serta bahwa kejahatan narkoba

adalah luar biasa yang mengancam keselamatan bangsa.”45 Sebagaimana diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Konsideran yang berbunyi:

“Bahwa tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan Negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya merupakan kejahatan luar biasa karena mengakibatkan kerugian yang besar

45 http://www.seru.com


(32)

22

bagi Negara atau masyarakat atau korban yang banyak atau menimbulkan

kepanikan, kecemasan, atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat”46

Pemberian grasi terbilang tebang pilih contohnya saja pemberian grasi terhadap terpidana kasus narkotika Schapelle Leigh Corby, menyebabkan kritik dari berbagai pihak padahal di satu sisi pemerintah berupaya untuk memberantas peredaran narkotika, mencederai semangat penegakan hukum di Negara ini

berdasarkan Hak Asasi Manusia (HAM).47

Kebijakan Presiden dalam memberikan grasi kepada Corby bertentangan dengan upaya-upaya luar biasa dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tampak dalam pemberatan sanksi yang lebih tajam dengan tujuan menimbulkan efek jera serta batasan khusus pemberian remisi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006, kemudian pemberian grasi kepada terpidana dalam kasus narkotika tidak sejalan dengan tujuan pemidanaan.

Dari kacamata sosiologis tentunya grasi tersebut bisa dan dapat diperdebatkan secara serius. Hal itu terutama berkaitan de ngan semangat negara kita untuk memberantas pengguna, pengedar, sampai bandar narkoba karena dapat berakibat pada kehancuran pemuda dan generasi bangsa yang akan datang.

Oleh karena itu, secara empiris penggunaan hukum represif bagi para pelaku narkoba amatlah bisa dipahami. Pemberian grasi terhadap Corby tersebut dirasakan amat melukai perasaan masyarakat Indonesia yang baru gencar-gencarnya melawan narkoba yang sampai saat ini di Indonesia telah mencapai 5 juta orang korban narkoba.

Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam memberikan grasi kepada Corby juga mendapatkan banyak kritikan. Pembebasan bersyarat Corby terus dipersoalkan oleh politisi di DPR. Di internal Komisi III DPR muncul usulan pembentukan panja untuk menyikapi keputusan pemerintah memberikan

46 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 1012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

47 http://suriyadiadhi.blogspot.com/2013/10/pemberian-grasi-mengurangi-efek-jera.html, diakses,


(33)

23

pembebasan bersyarat bagi Corby. Partai Golongan Karya (Golkar) yang notabene adalah pendukung presiden dalam koalisi yang ia bangun. Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar mendesak pemerintah serius membuktikan perang melawan kejahatan narkoba. Hal itu diungkapkan pemerintah memberikan pembebasan bersyarat untuk terpidana narkoba asal Australia, Schapelle Leigh Corby.

"Kami desak pemerintah serius memerangi kasus narkoba, bukan malah pelakunya diberikan grasi dari hukuman 20 tahun menjadi bebas," kata Wakil

Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Tantowi Yahya, di Jakarta.48

Tantowi mengatakan, Badan Narkotika Nasional (BNN) yang ditugaskan menjalankan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015, mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba yang diperkirakan kian tinggi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, tak ada alasan bagi pemerintah untuk lemah dalam perang melawan kejahatan narkoba.

Dalam Inpres tersebut, pada instruksi kedua poin (d), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan bidang pemberantasan untuk fokus pada upaya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan jaringan sindikat narkoba, baik dalam maupun luar negeri, secara sinergi.

Namun, faktanya berbeda dengan realita di lapangan. Susilo Bambang Yudhoyono bukan saja tidak mendukung implementasi Inpres itu, tetapi justru mempermalukan dan memperlemah fungsi serta tugas BNN dan masyarakat dalam memberantas narkoba. Berdasarkan data BNN, kata Tantowi, saat ini Indonesia berada pada posisi keempat negara dengan jumlah narkoba terbesar di dunia. Artinya, Indonesia masuk dalam kategori darurat penyalahgunaan narkoba, dengan jumlah pencandu narkoba di atas angka 4,9 juta jiwa pada tahun 2013. Jumlah tersebut meningkat dari 1,75 persen pada tahun 2005, menjadi 4,9 persen

48http://nasional.kompas.com/read/2014/02/07/1220298/Pembebasan.Corby.Mempermalukan.Indo


(34)

24

pada 2011. Dengan demikian, jumlah pengguna narkoba di Indonesia meningkat 2,3 persen, dan penggunanya yang berusia 10-20 tahun meningkat sebanyak 2,5 persen.49

Pemberian bebas bersyarat kepada Corby seolah-olah bertindak adil, padahal merupakan bukti tidak tegasnya pemerintah. Citra peradilan di Indonesia sangat diuji dalam kasus ini. Sistem penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan, hingga proses pembuktian dan peradilannya--yang masih sering dituding sebagai ala kadarnya dan tak memenuhi rasa keadilan--kini harus bisa membuktikan diri telah berubah. Tak hanya kepada masyarakat Indonesia, tapi juga Australia dan dunia.

Orang tentu tak akan mencibir jika vonis seumur hidup dijatuhkan kepada Corby, asal itu disertai bukti dan alasan yang layak. Sebaliknya, orang juga pasti tak akan mencela jika vonis bebas diberikan kepada wanita itu, asal kita bisa menunjukkan bahwa dia memang wanita yang tak bersalah. Apalagi bukan tak mungkin kasus-kasus semacam Schapelle Leigh Corby ini mengemuka di daerah lain, pada waktu yang lain pula. Polisi, jaksa, dan hakim, sungguh mesti bekerja keras untuk membuktikan bahwa apapun yang nanti mereka putuskan adalah sesuatu yang memang selayaknya dilakukan.

Keganjilan yang lain juga tampak mengapa yang diberikan grasi itu ialah seorang warga negara Australia, bukan warga negara lain (misalnya warga negara Nepal atau Sudan, yang telah diputus pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat). Grasi memang merupakan hak prerogatif presiden. Namun, publik perlu tahu apa sebenarnya dasar pertimbangan yang disampaikan Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hukum, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Wakil Menteri Hukum dan HAM kepada presiden, yang dapat dijadikan dasar secara sosiologis atas putusan grasi tersebut.

Dalam era transparansi ini, masyarakat perlu tahu seiring dengan semangat pemberantasan narkoba sekarang ini. Secara legal, pemberian grasi tidaklah salah.


(35)

25

Namun secara sosiologis, waktunya tidak tepat. Karena itu, secara filosofis grasi itu dapat dikatakan cacat secara moral di hadapan rakyat. Pemerintah tidak hati-hati, masyarakat berpendapat bahwa pemberian grasi tersebut menyamarkan bahwa kebijakan presiden telah menoleransi narkoba atau telah ada arah kebijakan pemerintah yang lunak terhadap terpidana narkoba. Hal itu menjadi preseden buruk dan menghambat pemberantasan narkoba ke depannya sehingga tidak menimbulkan efek jera serta cenderung akan ada peningkatan penggunaan dan penyalahgunaan narkoba.

Bahwa grasi memang merupakan hak prerogatif presiden sebagaimana diatur dalam konstitusi kita. Namun, itu hendaknya digunakan dalam kondisi, situasi, dan konteks yang tepat agar tidak mencederai hati rakyat dan hati para pejuang gerakan antinarkotika yang tidak henti-hentinya menyuarakan perang terhadap bandar narkotika dan pengedar demi Indonesia yang lebih baik.


(36)

26

BAB III

DINAMIKA HUBUNGAN DIPLOMASI INDONESIA DAN AUSTRALIA

Australia merupakan benua yang berbentuk pulau yang terletak diantara samudra Hindia dan pasifik dan diapit oleh kepulauan Asia Tenggara dan daratan Kutub Selatan, secara geografis posisi Australia terisolasi, satu-satunya tetangga terdekat Australia sejak tahun 1949 (sampai Papua New Guinea dan Timor Leste merdeka) adalah Indonesia yang sebelumnya disebut Hindia Belanda. Jika Australia dan negara tetangga mampu membangun hubungan dengan baik maka kedua negara akan dapat menstabilkan kawasan. Dalam perkembangannya hubungan tersebut diwarnai oleh nuansa yang memperburuk hubungan Australia dengan Indonesia. Perbedaan budaya dan kebijakan politik dalam dan luar negeri kedua negara sangat mempengaruhi hubungan kedua belah pihak.

Situasi yang demikian yang menyebabkan Australia harus berhubungan dengan Indonesia. Sebelum Perang Dunia II perhatian Australia terhadap hubungannya dengan Hindia Belanda sangat kecil, hal ini dikarenakan Australia sebagai dominion Inggris, mempercayakan hubungan diplomatiknya secara langsung antara Inggris dan Belanda . Dalam perkembangan selanjutnya karena didorong oleh berbagai kepentingan Australia dan Indonesia salin menjalin kerjasama. Hubungan Australia dan Indonesia mengalami pasang surut yang diwarnai oleh ketegangan yang sempat terjadi.

Namun demikian, kedua negara hakekatnya memiliki landasan historis dalam hal hubungan positif, antara lain pertama, serikat Buruh Australia, terutama serikat buruh pelabuhan membantu perjuangan Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan meraih pengakuan Internasional, dengan menolak melayani kapal-kapal Belanda atau sekutunya. Kedua, peran UNCI (United Nations Commision on Indonesia) / KTN ( Komisi Tiga Negara, dimana wakil Australia (Tom Chitchley) duduk atas usulan Indonesia. Dimana bantuan


(37)

27

Australia tersebut memberikan tekanan besar kepada Belanda untuk berunding,

dan akhirnya memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia.50

A. Dinamika Hubungan Indonesia-Australia di bawah Rezim Sukarno

Ketika bangsa Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942, dibentuklah pemerintahan Kolonial Belanda dalam pengasingan di Australia. Sebagai anggota tentara Sekutu, Belanda dan pemerintahannya yang dalam pengasingan tersebut

mendapatkan kekuasaan ekstra teritorial serta dibantu oleh Pemerintah Australia.51

Oleh karena adanya penjajahan Jepang tersebut, banyak pengungsi Indonesia yang berkumpul di Australia. Di antara pengungsi ini ada pelaut dan pramugara Indonesia dari kapal-kapal Belanda, dan ada juga tentara Indonesia dari angkatan bersenjata Belanda, serta petugas dan pegawai kesehatan. Pada tahun 1943 Belanda mengangkut 500 orang lebih ke Australia, baik pria, wanita dan anak-anak, dari perkampungan tawanan di Tanah Merah. Juga, Belanda bermaksud untuk mengasingkan para tawanan ini di Australia.

Para tawanan ini berhasil menyampaikan surat kepada seorang Australia pekerja pelabuhan dan kemudian juga kepada seorang pegawai kereta api. Surat-surat ini berisi penjelasan mengenai maksud Belanda tersebut di atas dan mereka meminta bantuan kepada masyarakat Australia. Tanggapan terhadap surat ini cepat dan kuat. Serikat Buruh Australia melakukan kampanye secara bersemangat dan berhasil membebaskan para tawanan ini.

Mereka juga membantu orang-orang Indonesia yang terdampar di Australia akibat Perang Dunia, untuk mengatur pemberian dukungan bagi negaranya. Sesudah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, semakin bersemangatlah kampanye yang dilakukan oleh Serikat Buruh di Australia. Serikat Buruh tersebut menekan Pemerintah Australia agar mendukung

50 T.M Hamzah Thayeb, Hubungan Indonesia-Australia Pasca Kemengan Partai Buruh, Jurnal Luar Negeri Vol 25 No.1 2008, hlm;. 32.

51 Rushdy Husein, Terobosan Sukarno Dalam Perundingan Linggarjati, Penerbit Buku Kompas,


(38)

28

perjuangan kemerdekaan Indonesia. Australia merupakan salah satu dari negara-negara yang pertama mengakui hak Indonesia untuk merdeka.

Usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk meneguhkan kembali kendali kolonialnya di Indonesia di antara tahun 1945 dan 1949 benar-benar dihalangi oleh Serikat Buruh dan oleh Pemerintah Australia yang waktu itu dikuasai Partai Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja pelabuhan tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal Belanda

Hubungan Indonesia dan Australia pada era Soekarno terjadi pada rentang tahun 1945-1950 sangatlah kuat, karena Australia mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia atas Belanda. Hal ini diwujudkan dalam peran Australia sebagai mediator perundingan antara Indonesia dan Belanda dalam usaha memerdekakan diri. Hubungan bilateral Indonesia dan Australia pada era Soekarno dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu; Perang Dingin, dekolonisasi Irian Barat, dan rekonstruksi nasional di Malaysia.

Hubungan antara Indonesia dengan Australia pada tahun 1945-1950 sangat kuat. Pada saat itu, Australia mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia. Pada awal usaha mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda melalui perundingan yang dirangkum dalam perwakilan tiga negara, Indonesia menunjuk Australia sebagai mediator dalam perundingan. Australia membantu para pejuang nasionalis Indonesia dalam perjuangan mereka mencapai kemerdekaan. Pada tahun 1947, Indonesia meminta Australia untuk mewakili Indonesia dalam Komisi Tiga Negara yang diusahakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Australia mewakili Indonesia dalam perundingan-perundingan yang menuju ke pengakuan Belanda terhadap Indonesia pada tahun 1949. Australia juga mensponsori masuknya Indonesia ke PBB pada tahun 1950. Australia dan Indonesia tetap menjaga hubungan baik sejak saat itu. Namun, terdapat juga beberapa perbedaan pendapat. Salah satu perbedaan tersebut berkenaan dengan perselisihan yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan Belanda atas Nugini Barat (Papua).


(39)

29

Perjalanan hubungan Indonesia dan Australia pertama kali ditandai pada masa perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan. Pada masa kepresidenan Soekarno, Indonesia menjalankan politik luar negeri yang militan dalam usaha menggalakkan kampanye pembebasan Irian Barat, hubungan diplomatik keduanya

pun dinilai dingin.52 Namun, setelah Soekarno menjalankan politik luar negeri

yang militan dalam usaha kampanye pembebasan Irian Barat sehingga menyebabkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia mulai beku dan merenggang.

Pada tahun 1949, terjadi pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Akan tetapi muncul isu Belanda tidak berniat melepaskan Irian Barat. Sebaliknya Soekarno bersikeras ingin menjadikan Irian Barat masuk dalam Indonesia karena Irian Barat bekas jajahan Belanda. Pada poin ini, hubungan antara Indonesia dengan Australia merenggang karena Australia mendukung Belanda. Australia dibawah pemerintahan Menzies Australia melihat tindakan Soekarno sebagai

ekspansi teritori yang dikawatirkan menjadi ancaman keamanan Australia.53

Pada tahun 1961, sikap Australia terhadap Indonesia perlahan-lahan melunak. Bila terjadi perjanjian yang damai dan sah antara Indonesia dengan bBlanda tentang masa depan Irian Barat, maka Australia akan menyetujui keputusan tersebut. Kemudian pada tahun itu pula menteri luar negeri Australia Barwick menyatakan bahwa tidak ada alasan bagi Australia untuk takut terhadap klaim Indonesia atas irian Barat. Barwick juga mengubah haluan Australia yang kemudian mendukung Indonesia asal semua berjalan dengan damai. Menzies sepakat dengan Barwick dan setuju atas kontrol Indonesia terhadap Irian Barat walaupun banyak dikritik oleh opini publik. Pertimbangan Australia mendukung Indonesia adalah karena kerjasama dengan Indonesia akan lebih menguntungkan dari pada dengan Belanda, Australia ingin menghindari peperangan dengan negara tetangga terdekat dan persepsi tentang Indonesia. Masalah tersebut di atas menimbulkan ketegangan terhadap hubungan antara Australia dan Indonesia.

52 Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto,LP3ES, Jakarta, 1998, hlm;

115.


(40)

30

Akhirnya dirundingkanlah penyelesaian pada tahun 1962, dengan bantuan PBB, dan Irian Jaya menjadi propinsi Indonesia yang ke-26. Sejak tahun 1962, Australia telah mengakui Irian Jaya (yang sejak awal tahun 2002 disebut Papua) sebagai bagian integral dari Republik Indonesia.

Dalam periode tahun 1963-65 terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia. Australia dan Indonesia mempunyai pandangan yang berlainan mengenai pembentukan negara Malaysia. Daerah bekas jajahan Inggris ini meliputi Malaya, Sarawak, Sabah, dan Singapura. Namun, pada tahun 1965 Singapura keluar dari Malaysia.

Sebagai sebuah negara Persemakmuran, Malaysia mempunyai kaitan yang penting dalam hubungan militer dan pendidikan dengan Australia. Angkatan Bersenjata Australia sebelumnya telah membantu tentara Malaysia dan Inggris dalam perjuangannya melawan gerilya komunis yang aktif di Malaysia. Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno waktu itu menyebut Malaysia sebagai rezim ciptaan neo-kolonialis dan menganggapnya ancaman bagi Indonesia.

Australia waktu itu terus mendukung Malaysia dan semakin mengkhawatirkan perkembangan komunisme di Indonesia. Australia juga mengkhawatirkan adanya pendekatan konfrontasi yang digunakan Indonesia untuk menghadapi Malaysia. Akhirnya tentara Australia, yang mendukung Pemerintah Malaysia, terlibat dalam pertempuran dengan tentara Indonesia di Borneo (sekarang Kalimantan).

Masalah tersebut di atas terpecahkan dengan adanya kudeta yang gagal di Indonesia pada tahun 1965, dan dengan diangkatnya President Soeharto sebagai pemimpin. Sesudah tahun 1965 hubungan antara Australia-Indonesia mulai berkembang lagi, dan menjelang tahun 1967 Australia memberikan dana bantuan

untuk membantu membangun kembali ekonomi Indonesia.54


(41)

31

B. Hubungan Indonesia-Australia di Bawah Rezim Suharto

Hubungan diplomatik Indonesia dan Australia yang sempat tegang tersebut melunak setelah rezim Soekarno jatuh dan digantikan oleh Soeharto. Menteri luar negeri Australia saat itu, Barwick mengubah haluan dengan mendukung Indonesia atas kontrol terhadap Irian Barat, karena selain itu ada kepentingan lain Australia yang melihat bahwa peluang kerjasama dengan Indonesia akan lebih menguntungkan. Indonesia adalah satu dari negara tetangga Australia yang diakui sebagai salah satu hubungan paling penting bagi Australia.

Masa Pemerintahan Orde Baru di Indonesia merupakan suatu masa berkembangnya hubungan antara Australia-Indonesia. Hubungan kita telah berkembang semakin luas dan semakin dalam. Pada masa pemerintahan Soeharto, yang menjadi isu dalam hubungan diplomatik Indonesia-Australia adalah Timor timur (pemberontakan Fretilin) 1974-1982, peristiwa D Jenkins yang berbuntut pertentangan dengan pers Australia 1976-1986, Timor timur II 1991, Hubungan diplomatik sepanjang 1974 antara pemerintahan Soeharto dan PM Australia, Gough Whitlam tercermin dalam sikap kooperatif Australia manakala Timor

timur hendak diintegrasikan ke dalam wilayah Indonesia secara damai.55

Akan tetapi, tindakan Indonesia yang melakukan pendudukan agresif di Timor timur dikritik publik Australia dan akhirnya pemerintah Australia pun mengkritiknya di PBB. Kritik ini diyakini muncul akibat aksi invasif Indonesia yang mengakibatkan lima wartawan Australia tewas. Sejak saat itu, pers Australia gencar melakukan pemberitaan yang konfrontatif dan kritis terhadap Indonesia.

Ketika kursi perdana menteri dipegang oleh Malcolm Fraser pada 1976. Indonesia masih kerap mendapatkan kritik tajam dari Australia, antara lain Fraser dan James Dunn, mantan konsul Australia di Timor Timur 1977. Pada 1982, hubungan diplomatik Indonesia-Australia mulai meninggalkan isu Timor Timur,


(42)

32

ketika PM Australia, Anthony Street mengajak masyarakat Internasional untuk

mulai mengesampingkan isu tersebut. 56

Konflik pers Australia menyusul pemberitaan oleh D Jenkins (1986) mengakibatkan pembekuan hubungan Indonesia dengan Australia secara

sepihak.57 Hal itu dianggap oleh pemerintah Indonesia sebagai cermin dari

kemarahan dari rasa tersinggung terhadap pemberitaan yang mengungkap jaringan usaha Soeharto, singkat kata nepotisme. konflik Indonesia melawan publik pers Australia semata-mata merupakan mispersepsi yang terjadi seputar arti dan implementasi demokrasi masing-masing, yang mana demokrasi di Australia mengijinkan seluas-luasnya kebebasan pers dan berpendapat di daerahnya, sementara saat itu pemerintah Indonesia masih tertutup dari keterbukaan yang demikian yang menjadi karakter era Soeharto yang terlalu proteksionis.

Masa Menteri Luar Negeri Ali Alatas, menggunakan pendekatan personal antara Alatas dengan PM Australia Gareth Evans, hubungan bilateral kedua negara pun melunak kembali hingga isu Timor Timur untuk kedua kalinya muncul ke permukaan di tahun 1991. Meskipun isu Timor timur tidak menghilang, peran PM Australia Paul Keating dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia dinilai sangat akomodatif dan kooperatif, bahwa semata-mata dikarenakan adanya pergeseran kepentingan Australia terhadap isu pembangunan blok kepentingan ekonomi non-China yang memposisikan Indonesia sejajar dengan Vietnam dan Australia untuk tidak terlibat ke dalam orbit China. Kemudian hubungan baik Indonesia-Australia dengan berhasil diimplementasikan

ke dalam penandatangan perjanjian seputar penghormatan keamanan

kemerdekaan politik dan keutuhan wilayah kedua negara.58

Australia beruntung besar sekali gara-gara pengaruh Soeharto. Karena pengaruh Soeharto, kawasan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) semakin lama semakin makmur dan stabil. Ini adalah warisan Soeharto," katanya

56Ibid, hlm 118. 57Ibid, hlm 118-120 58Ibid, hlm; 122-124.


(43)

33

kepada penulis 15 Januari lalu. Pakar ekonomi Indonesia di Sekolah Riset Studi-Studi Pasifik dan Asia (RSPAS) Universitas Nasional Australia (ANU) itu mengatakan, kawasan ASEAN yang lebih stabil itu telah memunculkan negara-negara tetangga Australia yang lebih makmur. "Australia sangat beruntung ada tetangga-tetangga yang lebih makmur, walaupun terkadang ada masalah dalam hubungan bilateral Indonesia-Australia selama masa 32 tahun pemerintahan Orde

Baru. Masalah itu `unavoidable` (tak terhindarkan)," katanya. 59 Masalah

perbedaan di antara kedua negara dan bangsa bertetangga ini bukanlah merupakan "kesalahan Soeharto" selaku presiden saat itu, karena Australia dan Indonesia sejak awal memiliki perbedaan sosial, budaya, ekonomi dan sistem politik, katanya. Pak Harto terakhir ke Australia pada 1975. Diduga keengganan Soeharto untuk kembali mengunjungi Australia adalah karena ingin menghindari protes atau demonstrasi saja.

Menurut Greg Fealy, lebih banyak hal-hal positif daripada negatif dalam hubungan Indonesia-Australia selama masa Orde Baru. Terlepas dari tetap adanya ketegangan terkait dengan isu Timor Timur dan laporan media massa Australia tentang Soeharto, semua pemerintahan Australia tetap melihat Soeharto sebagai sosok pemimpin Indonesia yang "terlalu Western (Barat)". Soeharto juga dipandang Canberra sebagai sosok yang antikomunis, berjasa menstabilisasi Indonesia, dan pro-Barat. memahami posisi penting Australia bagi Indonesia. Dalam kaitan ini, Soeharto berkomitmen menjaga hubungan yang baik bagi kedua negara. Mantan presiden RI itu pun merupakan sosok yang bervisi yang sangat baik dalam membangun komunitas Asia Tenggara yang kuat dan berpandangan

positif tentang Australia.60

59 http://www.antaranews.com/berita/91646/pak-harto-dalam-pandangan-australia, diakses tangal

17 Januari 2015


(44)

34

C. Hubunganan Indonesia –Australia di Bawah Rezim Habibie

Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia (1998-1999) setelah lengsernya Soeharto dari jabatannya. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Di awal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukup serius.Akan tetapi, Habibie berusaha mendapatkan dukungan internasional melalui beragam cara. Diantaranya, pemerintahan Habibie menghasilkan dua Undang-Undang (UU) yang berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia. Selain itu, pemerintahan Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja. Pembentukan Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie yang pendek tersebut. Dengan catatan positif atas beberapa kebijakan dalam bidang HAM yang menjadi perhatian masyarakat internasional ini, Habibie berhasil memperoleh legitimasi yang lebih besar dari masyarakat internasional untuk mengkompensasi minimnya legitimasi dari kalangan domestik. Habibie mendapatkan kembali kepercayaan dari dua institusi penting yaitu IMF sendiri dan Bank Dunia. Kedua lembaga tersebut memutuskan untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milyar dolar. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun basis legitimasi dari kalangan domestik tidak terlampau kuat, dukungan internasional yang diperoleh melalui serangkaian kebijakan untuk memberi image positif kepada dunia internasional memberi kontribusi positif bagi keberlangsungan pemerintahan Habibie saat periode transisi menuju demokrasi dimulai.

Pemerintahan Habibie pula yang memberi pelajaran penting bahwa kebijakan luar negeri, sebaliknya, juga dapat memberi dampak negatif bagi kelangsungan pemerintahan transisi. Kebijakan Habibie dalam persoalan Timor-Timur menunjukan hal ini dengan jelas. Habibie mengeluarkan pernyataan pertama mengenai isu Timor Timur pada bulan Juni 1998 dimana ia mengajukan tawaran untuk pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur.


(45)

35

Proposal ini, oleh masyarakat internasional, dilihat sebagai pendekatan baru. Di akhir 1998, Habibie mengeluarkan kebijakan yang jauh lebih radikal dengan menyatakan bahwa Indonesia akan memberi opsi referendum untuk mencapai

solusi final atas masalah Timor Timur.61

Beberapa pihak meyakini bahwa keputusan radikal itu merupakan akibat dari surat yang dikirim Perdana Menteri Australia John Howard pada bulan Desember 1998 kepada Habibie yang menyebabkan Habibie meninggalkan opsi otonomi luas dan memberi jalan bagi referendum.

Mantan Presiden Indonesia BJ Habibie mengaku surat dari mantan Perdana Menteri Australia John Howard mendesak Habibie untuk secepatnya bertindak terkait desakan untuk melepaskan Timor Timur atau Timor Leste. Pada 1998, Howard menulis surat kepada Habibie yang mendukung kemerdekaan Timor Leste. Habibie mengatakan kepada program ABC 1 bertajuk The Howard Years bahwa surat tersebut mendesaknya untuk mengeluarkan keputusan cepat yang akhirnya berujung pada referendum enam bulan kemudian. "Dalam surat ini, ia menyarankan saya agar saya menyelesaikan (masalah Timor Timur) seperti Prancis menyelesaikan koloni-koloni mereka di Pacific New Caledonia. Ia

menyarankan itu," ujar Habibie.62

Akan tetapi, pihak Australia menegaskan bahwa surat tersebut hanya berisi dorongan agar Indonesia mengakui hak menentukan nasib sendiri (right of self-determination) bagi masyarakat Timor Timur. Namun, Australia menyarankan bahwa hal tersebut dijalankan sebagaimana yang dilakukan di Kaledonia Baru dimana referendum baru dijalankan setelah dilaksanakannya otonomi luas selama beberapa tahun lamanya. Karena itu, keputusan berpindah dari opsi otonomi luas ke referendum merupakan keputusan pemerintahan Habibie sendiri. Aksi kekerasan yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian memojokkan pemerintahan Habibie. Legitimasi domestiknya semakin tergerus

61

http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-keraguan-soeharto-kepada-habibie-lepasnya-timor-timur.html, diakses tanggal 17 Januari 2015.

62


(1)

58

Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto,LP3ES, Jakarta, 1998.

Barda Nawawi, 2010, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijaksanaan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Jack C. Plano and Roy Olton, The International Relation Dictionary, Sanata Barbara, California Press, 1992.

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990.

Diamond, Louise and Mc.Donald, John (1996) Muti-track diplomacy: A system Approach to Peace-3rd ed. New York: Kumarian Press.

M.William Wise, Indonesia’s War On Terror. United State-Indonesia Society, 2005.

Wise, M.William.2005. Indonesia’s War On Terror. United State-Indonesia Society.

Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru, Prenada Media Group, Jakarta, 2012.

Oliver P Richmond, Peace in International Realations., Routledge, London, 2008., Jorgen Johansen, “Nonviolence: More than the Absence of Violence”, dalam Webel, Charles, dan Johan Galtung (ed.), Handbook of Peace and Conflict Studies, Routledge, London, 2007.

Ikrar Nusa Bakti, “Kilas Balik Hubungan Indonesia-Australia dan Prospeknya di Masa Akan Datang, dalam Profil Indonesia , Jurnal Tahunan CIDES, No.2/1996.,


(2)

59

http:// www.legalitas.org.com, diakses, tanggal, 20 November 2013.

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pesan-dari-kasus-corby, diakses tanggal 15 Januari 2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ganja, diakses tanggal 15 Januari

http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/15/nas13.htm, diakses tanggal 15 Januari 2015.

http://ridwanaz.com/kesehatan/efek-bahaya-mengkonsumsi-mariyuana-atau-ganja/, diakses tanggal 15 Januari 2015

http://nasional.inilah.com/read/detail/1866715/grasi-corby-sumir-dan-rugikan-citra-ri, diakses tanggal 15 Januari 2015

http://www.megapolitan.kompas.com/read/2012/06/20/10033938/Hari Ini Sidang Pertama Grasi Corby, diakses, tanggal 23 November 2013. http://nasional.kompas.com/read/2014/02/11/1646060/Fraksi.Demokrat.Panja.Cor

by.Wacana.Lebay., diakses tanggal 16 Januari 2015

http://hukum.kompasiana.com/2014/02/09/kasus-corby-dari-kiriman-peluru-hingga-cercaan-monyet-kepada-indonesia-630545.html, diakses tanggal 15 Jnanuari 2015.

http://nasional.kompas.com/read/2014/03/07/0847456/Kakak.Perempuan.Corby. Minta.Maaf?utm_campaign=related_left&utm_medium=bp&ut m_source=news, diakses tanggal 16 Januari 2015.

http://www.seru.com /read/2012/12/04/132791/granat-soal-pemberantasan-narkoba-sby-sudah-langgar-komitmen-sendiri, diakses, tanggal, 20 Desember 2013.


(3)

60

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 1012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

http://suriyadiadhi.blogspot.com/2013/10/pemberian-grasi-mengurangi-efek-jera.html, diakses, tanggal, 22 Desember 2015

http://nasional.kompas.com/read/2014/02/07/1220298/Pembebasan.Corby.Mempe rmalukan.Indonesia, diakses tanggal 16 Januari 2015.

http://rkonline.id/vox-populi/narkoba-musuh-bersama, diakses tanggal 16 Januari 2015.

http://www.dfat.gov.au/AII/publications/bab11/index.html, diakses tanggal 16 Januari 2015.

http://www.antaranews.com/berita/91646/pak-harto-dalam-pandangan-australia, diakses tangal 17 Januari 2015.

http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-keraguan-soeharto-kepada-habibie-lepasnya-timor-timur.html, diakses tanggal 17 Januari 2015.

http://www.tempo.co/read/news/2008/11/16/055146219/Habibie-Mengaku-Didesak-Howard-Gelar-Referendum-Timor-Timur, diakses tanggal 17 Januari 2015.

https://www.academia.edu/7518504/Lepasnya_timor-timor_dan_keterlibatan_pihak, diakses tanggal 17 Januari 2015 http://tekno.kompas.com/read/2010/01/02/0253398/.politik.luar.negeri.gus.dur,

diakes tanggal 17 Januari 2015.

http://news.okezone.com/read/2009/12/31/337/289756/nyentrik-gus-dur-ingin-persatukan-poros-di-dunia, diakses tanggal 17 Januari 2015.


(4)

61

http://www.minihub.org/siarlist/msg04835.html, diakses tanggal 17 Januari 2015. http://www.kompas.com/kompas cetak/011/29/In/hubu03.htm, diakses tanggal 5

Mei 2014.

http://www.kbri-canberra.org.au/speeches/2004/041206civitas.htm, diakses tanggal 03 Mei 2014.

http://www.rsi.sg, diakses pada tanggal 04 Mei 2014.

Lisa Anggraeni, Mengkaji Ulang Hubungan Australia dan Indonesia, 2006, http://www.ham.go.id/index_HAM.menu=artikel&id=828, diakses tanggal 18 Januari 2015.

Jones, Sidney. 2005. “ The Lessons From The Latest Bali Bombing”, dalam The Wall Atreet Journal And The Asean Wall Street Journal. Diakses dari: http://www.crisisgroup.org/home/index.cfm, pada tanggal 04 Mei 2014.

Peran Aparat Intelijent Dalam Mengantasi Terorisme di Indonesia. 19 Desember 2006. Diakses dari: http://www.tniad.mil.id/artikel2.php?id=15, pada tanggal 18 Januari 2015.

Terorisme.. Bagaimana mengatasinya. 2006.

http://buletinglitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=17&mnor uitsi=6, diakses tanggal 18 Januari 2015.

“Kerjasama Kerangka Keamanan Indonesia–Australia Ditandatangani” http://lomboknews.wordpress.com/2006/11/13/kerja-sama-kerangka-keamanan-indonesia-australia-ditanda-tangani/ diakses tanggal 18 Januari 2015.

http://internasional.kompas.com/read/2009/02/19/15002251/Australia.Serius.Bent uk.Perdaganga n.Bebas.dengan.Indonesia. diakses tanggal 5 Mei 2014.


(5)

62

http://internasional.kopas.com/read/200902/21/08251943/Australia.Turut.Atasi.Pe nebangan.Hutan.di.Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2014. Kompas, Jika Garuda Murka, 22 November 2013.

http://www.smh.com.au/national/how-a-convicted-drug-smuggler-obsessed-a-nation-20140207-327el.html, diakses tanggal 18 Januari 2015.

http://hukum.kompasiana.com/2014/02/09/kasus-corby-dari-kiriman-peluru-hingga-cercaan-monyet-kepada-indonesia-630545.html, diakses tanggal 18 Januari 2015.

http://www.smh.com.au/national/how-a-convicted-drug-smuggler-obsessed-a-nation-20140207-327el.html , diakses tanggal 19 Januari 2015

http://lenteramayor.blogspot.com/2014/09/kasus-corby-dari-kiriman-peluru-hingga.html, diakses tanggal 19 Januari 2015

http://www.tvtonight.com.au/2014/02/family-denies-lawyer-represented-schapelle.html, diakses tanggal 19 Januari 2015.

http://www.lawyersweekly.com.au/folklaw/smoke-over-the-water, diakses tanggal 19 Januari 2015

http://www.antaranews.com/berita/106612/corby-dalam-dimensi-hubungan-indonesia-australia, diakses tanggal 18 Januari 2015.

http://lipsus.kompas.com/grammyawards/read/2008/06/29/08552336/Mayoritas. Warga.Australia.Yakin.Corby.Bersalah, diakses tanggal 18 Januari 2015.

http://hukum.kompasiana.com/2014/02/10/apakah-pemerintah-layak-membebaskan-corby--634094.html, diakses tanggal 18 Januari 2015.


(6)

63

http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/30/opi1.htm, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/05/120524_corbyupdate.s html, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-05-30/210584, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://www.satelit9.com/2012/05/menyimak-tabir-dibalik-sby-memberikan.html, diakses tanggal 20 Januari 2015

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/05/24/m4ibk9-grasi-corby-dihargai-ratusan-wni-yang-ditahan-di-australia, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://nasional.inilah.com/read/detail/1864909/membedah-efek-grasi-schapelle-corby, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://www.solopos.com/2013/12/18/buron-kasus-blbi-diekstradisi-dari-australia-475460, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4fbd133420388/grasi-corby-diusulkan-barter-dengan-buronan-koruptor, diakses tanggal 20 Januari 2015

http://nasional.kompas.com/read/2014/01/26/0805377/Perjalanan.Dua.Hari.Pulan gkan.Buronan.BLBI, diakses tanggal 20 Januari 2015

http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=15585&type=8, diakses tanggal 20 Januari 2015.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jgs993dedbd7afull.pdf, diakses tanggal 20 Januari 2015


Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS PENGUJIAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 22/G/2012 TENTANG PEMBERIAN GRASI KEPADA SCHAPELLE LEIGH CORBY OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA

0 6 18

DASAR PERTIMBANGAN PEMBERIAN GRASI TERHADAP TERPIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY.

1 3 16

SKRIPSI DASAR PERTIMBANGAN PEMBERIAN GRASI TERHADAP TERPIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY.

0 4 13

PENDAHULUAN DASAR PERTIMBANGAN PEMBERIAN GRASI TERHADAP TERPIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY.

0 2 22

PENUTUP DASAR PERTIMBANGAN PEMBERIAN GRASI TERHADAP TERPIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY.

0 4 5

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN GRASI, REMISI DAN PEMBEBASAN BERSYARAT PADA KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY (RATU MARIYUANA) DALAM RANGKA PEMBERANTASAN NARKOTIKA DI INDONESIA.

0 4 16

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN GRASI, REMISI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN GRASI, REMISI DAN PEMBEBASAN BERSYARAT PADA KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY (RATU MARIYUANA) DALAM RANGKA PEMBERANTASAN NARKOTIKA DI INDONESIA.

0 3 12

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN GRASI, REMISI DAN PEMBEBASAN BERSYARAT PADA KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY (RATU MARIYUANA) DALAM RANGKA PEMBERANTASAN NARKOTIKA DI INDONESIA.

0 4 20

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN GRASI, REMISI DAN PEMBEBASAN BERSYARAT PADA KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY (RATU MARIYUANA) DALAM RANGKA PEMBERANTASAN NARKOTIKA DI INDONESIA.

0 5 7

ANALISIS PEMBERIAN GRASI TERHADAP TERPIDANA NARKOTIKA ( STUDI KASUS SCHAPELLE LEIGH CORBY ) | DERMAWAN | Legal Opinion 6227 20594 1 PB

1 6 14