HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN DAN MEKANISME KOPING MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016

(1)

MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

LATANTSA FIKRI

20120320138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FKIK UMY 2015/2016

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

LATANTSA FIKRI

20120320138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii

Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul " Hubungan Tingkat Spiritulitas Dengan Tingkat Kecemasa Dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK Umy 2015/2016 Dalam Menghadapi Perkuliahan." ini kami susun untuk memenuhi persyaratan kurikulum sarjana strata-1 (S-1) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Peneliti mengucapkan rasa terimasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:

1. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.Jiwa., PhD selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.,J

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, atas ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga peneliti selesai menyusun tugas akhir ini.

5. Rochmatullah dan Nur Ani sebagai orang tua peneliti, yang telah membesarkan dan mendidik, serta memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.


(5)

iv

Peneliti menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun dari segi penyajian. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Terakhir peneliti berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi peneliti juga.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016

Peneliti , (Latantsa Fikri)


(6)

v

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ... vii

INTISARI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Penelitian Terkait ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Konsep Mahasiswa ...9

2. Spiritualitas...10

a. Pengertian Spiritualitas ...10

b. Konsep Spiritualitas ...11

c. Komponen Spiritualitas ...13

d. Faktor-faktor Yang Memperngaruhi Spiritualitas ...13

3. Kecemasan...15

a. Pengertian Kecemasan ...15

b. Faktor Predisposisi Kecemasan ...16

c. Faktor Presipitasi Kecemasan ...17

d. Tingkat Kecemasan...20

e. Gejala Kecemasan...22

4. Mekanisme Koping ...24

a. Pengertian Koping ...24

b. Sumber Koping ...25

c. Penggolongan Mekanisme Koping ...26

B. KERANGKA KONSEP ...29

C. HIPOTESIS ...30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...34

D. Definisi Oprasional ...35

E. Variabel Penelitian ...36

F. Instrumen Penelitian...36

G. Cara Pengumpulan Data...40

H. Jalannya Penelitian ...41

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ...42


(7)

vi

1. Analisa Univariat ...53

a. Gambaran Karakteristik Responden ...53

b. Gambaran Tingkat Spiritualitas ...54

c. Gambaran Tingkat Kecemasan ...56

d. Gambaran Mekanisme Koping ...58

2. Analisi Bivariate...60

a. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan ...60

b. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Mekanisme Koping...61

c. Hubungan Tingkat Spiritualitas, Tingkat Kecemasan dan Mekanisme Koping dengan Data Demografi ...61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...62

1. Gambaran Karakteristik Responden...62

a. Usia ...62

b. Jenis Kelamin ...65

c. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan ...67

d. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Mekanisme Koping ...68

D. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian ...69

1. Kekuatan Penelitian...69

2. Kelemahan Penelitian ...69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...71

B. Saran...71 DAFTAR PUSTAKA


(8)

vii

Table 3.4Kisi-kisi soal mekanisme koping pada remaja ...40 Table 3.5Gambaran Karakteristik Responden...50

Table 3.6Gambaran Tingkat Spiritualitas .51

Table 3.7Gambaran Tingkat Spiritualitas berdasarkan Jenis Kelamin

dan Program Studi ...52 Table 3.8Gambaran Tingkat Kecemasan ...53 Table 3.9Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin

Dan Program Studi ...53 Table 4.0Gambaran Mekanisme Koping...54 Tabel 4.1Distribusi Mekanisme Koping Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Program Studi ...55 Tabel 4.2Hasil Uji Spearman Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan

Tingkat kecemasan ...56 Tabel 4.3Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Tingkat Spiritualitas Dan

Mekanisme Koping ...56 Tabel 4.4 Hubungan Tingkat spiritualitas,Tingkat Kecemasan dan Mekanisme Koping dengan Data Demografi ...57


(9)

viii

INTISARI

Latar belakang: Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan. Manusia merupakan mahluk yang holistik atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain. Dalam konsep ini spiritualitas mahasiswa berperan penting dalam proses adaptasi mahasiswa tahun pertama, dimana mahasiswa mulai masuk kedalam lingkungan hidup yang baru di kampus yang dapat menyebabkan kecemasan. Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kecemasan yang dialami mahasiswa dalam menghadapi lingkungan perkuliahan.

Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.

Metode: Cross-sectional dengan uji korelasi Spearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dan tingkat kecemasan. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dengan jumlah sample 224 mahasiswa dengan proportional random sampling sesuai perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing program studi.

Hasil: Hasil uji korelasi sprearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat spiritualitas dengan tingakat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.


(10)

ix

ABSTRACT

Background: Spirituality is a core part of the individual (core of individuals) that give meaning, purpose in life and connectedness. Man is a holistic creature consist of physical dimension, social, emotional, intellectual, and spiritual being one unified whole, where if one of the dimensions is interrupted it will affect other dimensions. In this concept student spirituality plays an important role in the process of adaptation of the first year students, where students begin to enter into the new environment on campus that can cause anxiety. Student spirituality will affect the mechanisms of coping committed by students to overcome the anxiety experienced by the students in the campus.

Purpose: To find out correlation of spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.

Method: Cross-sectional with Spearman correlation test for the correlation of spirituality level with the level of anxiety. Kolmogorov-Smirnov test for correlation anxiety level with Coping mechanisms. With the number of samples 224 students with proportional random sampling proportioned with the number of students in each major.

Result: Result of Correlation with spearman test for the relationship of the level of spirituality with the anxiety level result in p = 0.839 (p > 0.05) and Kolmogorov-Smirnov test for correlation of spirituality level with the coping mechanism result in p = 0,636 (p > 0.05).

Conclusion: There is no correlation between spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.


(11)

(12)

INTISARI

Latar belakang: Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan. Manusia merupakan mahluk yang holistik atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain. Dalam konsep ini spiritualitas mahasiswa berperan penting dalam proses adaptasi mahasiswa tahun pertama, dimana mahasiswa mulai masuk kedalam lingkungan hidup yang baru di kampus yang dapat menyebabkan kecemasan. Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi kecemasan yang dialami mahasiswa dalam menghadapi lingkungan perkuliahan.

Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.

Metode: Cross-sectional dengan uji korelasi Spearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dan tingkat kecemasan. Uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dengan jumlah sample 224 mahasiswa dengan proportional random sampling sesuai perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing program studi.

Hasil: Hasil uji korelasi sprearman untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping p=0,636.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat spiritualitas dengan tingakat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY.


(13)

ABSTRACT

Background:Spirituality is a core part of the individual (core of individuals) that give meaning, purpose in life and connectedness. Man is a holistic creature consist of physical dimension, social, emotional, intellectual, and spiritual being one unified whole, where if one of the dimensions is interrupted it will affect other dimensions. In this concept student spirituality plays an important role in the process of adaptation of the first year students, where students begin to enter into the new environment on campus that can cause anxiety. Student spirituality will affect the mechanisms of coping committed by students to overcome the anxiety experienced by the students in the campus.

Purpose:To find out correlation of spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.

Method: Cross-sectional with Spearman correlation test for the correlation of spirituality level with the level of anxiety. Kolmogorov-Smirnov test for correlation anxiety level with Coping mechanisms. With the number of samples 224 students with proportional random sampling proportioned with the number of students in each major.

Result: Result of Correlation with spearman test for the relationship of the level of spirituality with the anxiety level result in p = 0.839 (p > 0.05) and Kolmogorov-Smirnov test for correlation of spirituality level with the coping mechanism result in p = 0,636 (p > 0.05).

Conclusion: There is no correlation between spirituality level with anxiety level and coping Mechanism in the first year students of FKIK UMY.


(14)

1 ✁. ✠✡☛ ✡☞ ✌✍✡✎✡✏✑

Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan dan menyatu dengan nilai-nilai transcendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan hidup dan keterhubungan (McEwen, 2005). Menusia merupakan mahluk yang holistic atau terdiri dari dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spiritual yang menjadi satu kesatuan utuh, dimana bila salah satu dimensi terganggu maka akan berpengaruh kepada dimensi yang lain (Kozier et al, 2010). Dalam konsep ini setiap dimensi berperan penting dalam proses adaptasi individu kususnya dimensi spiritual yang dapat diukur melalui tingkat spiritualitas seseorang.

Individu mengalami perkembangan spiritualitas sesuai dengan tahapan usianya. James W. Folwer dalam Evans et al (2010) mengembangkan teori tahap perkembangan dalam keyakinan seseorang ( Stages of Faith Development ) yang dibagi kedalam 6. Dari teori yang disampaikan Folwer dapat diketahui bahwa remaja berada pada tahap 3 dan tahap 4 perkembangan spiritual. Pada tahap ini perkembangan spiritualitas remaja akan memerlukan dukungan dari pendidikan formal yang berarti peran dari sekolah atau kampus sangat signifikan dalam perkembangan spiritualitas remaja. Pentingnya perkembangan spiritualitas remaja pada tahap ini juga karena pada tahap ini


(15)

pula seorang remaja dituntut untuk beradaptasi dari lingkungan yang berbeda yaitu dari lingkungan sekolah sebagai sorang siswa menuju lingkungan perguruan tinggi sebagai mahasiswa dimana mahasiswa sangat rentan mengalami kecemasan yang berhubungan dengan perkuliahannya.

Spiritualitas mahasiswa akan berpengaruh pada tingkat kecemasan mahasiswa dan bagaimana mahasiswa mengatasi kecemasan tersebut. Dalam banyak penelitian banyak disebutkan bahwa secara umum ada korelasi negative antara tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan yang berarti semakin tinggi tingkat spiritualitas individu maka semakin rendah pula tingkat kecemasannya dan juga sebaliknya. Bahkan dalam kitab suci Al-Quran yang artinya (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra du : 28).

Tingkat spiritualitas tidak hanya berhubungan dengan tingkat kecemasan tetapi juga dengan mekanisme koping yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan yang terjadi. Hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping dijelaskan dalam penelitian Reni dkk( 2012) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual remaja dengan mekanisme koping yang digunakan. Dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual seorang remaja semakin adaptif pula mekanisme koping yang digunakan untuk mengatasi kecemasan yang dialami remaja. Hubungan antara aspek spiritual individu dengan mekanisme koping juga dijelaskan dalam penelitian Endirawati (2006) yang berjudul Hubungan


(16)

Antara Kematangan Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Koping menyatakan bahwa ada hubungan antara kematangan beragama dengan strategi koping yang digunakan individu dimana semakin tinggi kematangan beragama semakin tinggi kecenderungan individu menggunakan Problem Focused Coping.

Hasil studi pendahuluan terkait dengan spiritualitas mahasiswa yang dilakukan pada mahasiswa baru UMY yang mengikuti kegiatan kuliah intensif Al-Islam (KIAI) menunjukan bahwa tingkat spiritualitas mahasiswa baru di UMY bervariasi ditunjukan dengan jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti terkait kegiatan ibadah sehari-hari dengan hasil yang berbeda setiap mahasiswanya. Sebagian mahasiswa baru yang dilakukan studi pendahuluan dapat dikategorikan memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi namun sebagian memiliki tingkat spiritualitas yang sedang hingga rendah, yang menunjukan pentingnya dilakukan penelitian terkait tingkat spiritualitas pada mahasiswa baru.

Studi pendahuluan ke dua yang sudah dilakukan pada 15 mahasiswa FKIK UMY 2015 terkait tingkat kecemasan juga menunjukan bahwa banyak hal yang menyebabkan kecemasan pada mahasiswa, seperti pola belajar yang sangat berbeda dengan saat mereka di SMA, karena di bangku perkuliahan mereka diwajibkan untuk belajar secara andragogi atau pembelajaran orang dewasa, dimana mahasiswa dituntut harus lebih mandiri dalam pembelajaran. Hal ini juga berhubungan dengan sistem pembelajaran blok di FKIK UMY dimana frekwensi ujian dan praktikum yang lebih tinggi dibandingkan dengan


(17)

fakultas lain di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta diharuskannya mahasiswa melakukan pretest sebelum melaksanakan praktikum dan tidak dapat mengikuti praktikum bila hasil presest yang dilakukan kurang dari standar minimal yang ditetapkan.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian mengenai tingkat spiritualitas, tingkat kecemasan maupun mekanisme kopingg akan akan menjadi informasi yang sangat penting bagi instani pendidikan terkait dalam pengembangan proses belajar mengajar, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Dan Mekanisme Koping Mahasiswa Tingkat Pertama FKIK UMY 2015/2016 .

. ✓✔✕✖ ✗✖✘ ✙✚✛ ✙✘ ✙✜✙✢

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah pada penelitan ini adalah, Apakah ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping Mahasiswa Tingkat pertama di FKIK UMY.?

. ✤✖ ✥✖ ✙✚


(18)

Mengetahui adanya hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa baru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa tahun pertama. b. Mengetahui tingkat spiritualitas mahasiswa tahun pertama.

c. Mengetahui mekanisme koping mahasiswa baru terhadap kecemasan. d. Mengetahui jenis koping yang digunakan mahasiswa tahun pertama. e. Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas terhadap tingkat kecemasan

tahun pertama.

f. Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas terhadap mekanisme koping tahun pertama.

. ✧ ★✩faat Penelitian 1.Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecemasan, mekanisme koping dan tingkat spiritualitas mahasiswa FKIK UMY.

2. Bagi FKIK UMY

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap sistem pembelajaran terhadap mahasiswa FKIK UMY. Kususnya dalam hal pengembangan softskill dan juga spiritualitas mahasiswa yang akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(19)

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai rujukan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian dengan topic yang berhubungan dengan tingkat kecemasan, mekanisme koping maupun tingkat spiritualitas.

4. Bagi Pengembangan Teori

Sebagai rujukan untuk memperkuat maupun mengembangkan teori terkait tingkat spiritualitas, Mekanisme koping dan tingkat kecemasan yang sudah ada.

5. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data yang dapat digunakan oleh perawat sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan, kususnya terkait dengan spiritualitas klien.

E. Penelitian Terkait

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berhubungan dan telah dilakukan sebelumnya :

1. Muharomi, (2012) dengan judul Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Komunikasi Dan Konsep Diri Dengan Kemampuan Beradaptasi Mahasiswa Baru . Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksplanatori dengan populasi mahasiswa tahun pertama di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro yang berasal dari luar kota Semarang.


(20)

Perbedaan penelitian tersebut dengan dengan penelitian ini adalah perbedaan variabel yaitu tingkat kecemasan komunikasi dan hubungannya dengan konsep diri dan kemampuan adaptasi mahasiswa baru. Persamaan penelitian ini adalah Populasi yang diteliti yaitu mahasiswa baru dengan variabel kecemasan.

2. Nadhiroh (2014) dengan judul Analisis nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinan mahasiswa: studi kasus kepemimpinan organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas di Universitas Gajah Mada. Merupakan sebuah penelitian qualitatif dengan bentuk wawancara dan observasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah 18 mahasiswa Universitas Gajah Mada yang menjadi pemimpin organisasi kemahasiswaan.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakaukan adalah metode penelitian, variabel penelitian, serta populasi dan sample penelitian yang digunakan. Pada penelitiannya Iis menggunakan metode kualitatif dan observasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dari segi perbedaan variabel penelitian Iis adalah menganalisa variabel nilai-nilai spiritualtas yang hanya dilakukan pada ketua organisasi kemahasiswaan.

3. Lallo dkk (2012) dengan judul Hubungan Kecemasan Dan Hasil UAS-1 Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun Ajaran 2012 / 2013 . Ini merupakan penelitian analitik Cross sectional dengan metode survei dan sensus sebagai cara dalam pengambilan sampel.


(21)

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah Variabel dependen yaitu hasil UAS, waktu serta tempat dilakukannya penelitian. Persamaan penelitian ini adalah persamaan variabel independen yaitu Kecemasan dan populasi yang diteliti yaitu mahasiswa baru.


(22)

9

Kecemasan, spiritualitas dan mekanisme koping juga kerangka konsep yang memberikan alur pikir hubungan antar variable dalam penelitian.

. ✰ ✱✲ ✱✳ ✱n n✫ ✴or

1.on✳✴p M✱✶ ✱✳ ✵✱sw

a. Definisi Mahasiswa (Rahmawati, 2006)

Mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif, sistematik dan rasional. Kenniston mengatakan bahwa mahasiswa adalah suatu periode yang disebut dengan studenthood yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap.

b. Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

Mahasiswa mempunyai peran penting sebagai agen perubahan (agent of change) bagi tatanan kehidupan yang secara realistis dan logis diterima oleh masyarakat (Chaerul, 2002). Sejalan dengan pendapat Chaerul, Kartono (Rahmawati, 2006) menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain:


(23)

1) Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.

2) Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.

3) Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi.

4) Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

c. Ditinjau dari kepribadian individu

Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu yang mengalami proses menjadi orang dewasa yang dipersiapkan atau mempersiapkan diri dalam sebuah perguruan tinggi dengan keahlian tertentu.

2.ptu✹✺✸t✹✻

a. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional,


(24)

penyakit fisik, atau kematian (Hamid, 2008).

Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Asmadi, 2008). Stoll (1989; dalam Hamid, 2008) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang.Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan.

Spiritualitas mencakup esensi keberadaan individu dan keyakinannya tentang makna hidup dan tujuan hidup. Spiritualitas dapat mencakup keyakinan kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan praktik budaya, dan hubungan dengan lingkungan (Videback, 2008).

b. Konsep Spiritualitas

Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozieret al(2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan. Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi. Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap


(25)

pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu.

Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan, memberi kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Keyakinan memberi kekuatan dan harapan (Kozier et al,2010).

Harapan merupakan konsep yang tergabung dengan spiritualitas. Yaitu proses antisipasi yang melibatkan interaksi berpikir, bertindak, merasakan, dan keterkaitan yang diarahkan ke pemenuhan di masa yang akan datang yang bermakna secara personal. Tanpa harapan, pasien menyerah, kehilangan semangat, dan penyakit kemungkinan semakin cepat memburuk (Kozieret al,2010).

Transendensi melibatkan kesadaran seseorang bahwa ada sesuatu yang lain atau yang lebih hebat dari diri sendiri dan suatu pencarian dan penilaian terhadap sesuatu yang lebih hebat tersebut, baik itu adalah mahluk, kekuatan, atau nilai yang paling hebat (Kozieret al, 2010).

Kebutuhan akan ampunan merupakan kebutuhan akan ampunan dari Tuhan, diri sendiri, dan orang lain serta kebebasan individu untuk mencintai Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Bagi banyak pasien, penyakit atau kecacatan menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atau dosa yang


(26)

dilakukan di masa lalu. Perawat dapat berperan penting dalam membantu pasien memahami proses pengampunan (Kozier et al, 2010).

c. Komponen Spiritualitas

Pengertian spiritualitas oleh Wigglesworth ini memiliki dua komponen, yaitu vertikal dan horizontal:

1) Komponen vertikal, yaitu sesuatu yang suci, tidak berbatas tempat dan waktu, sebuah kekuatan yang tinggi, sumber, kesadaran yang luar biasa. Keinginan untuk berhubungan dengan dan diberi petunjuk oleh sumber ini.

2) Komponen horizontal, yaitu melayani teman-teman manusia dan alam secara keseluruhan.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Spiritualitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, dan asuhan keperawatan yang kurang sesuai (Hamid, 2008).

1) Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa awal, dewasa pertengahan, dewasa akhir,


(27)

dan lanjut usia. Asmadi (2008) menyatakan, usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.

2) Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan perkembangan spiritualitas anak, yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.

3) Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.

4) Pengalaman hidup sebelumnya


(28)

negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Pengalaman hidup yangmenyenangkan sekalipun dapat menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan, tetapi ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya.

5) Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional. Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi seseorang.

3.✼ ✽cms✾ ✿

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesefik. Kecemasan dialami


(29)

secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2013).

Kecemasan adalah suatu keadaan kekhawatiran pikiran, ketakutan atau perasaan tidak berdaya yang berhubungan terhadap ancaman atau kemampuan mengantisipasi bahaya yang tidak teridentifikasi bagi individu (Kozier, B, 2010).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kecemasan adalah suatu keadan dimana seseorang mengalami gelisah, kekhawatiran dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

b. Faktor Predisposisi Kecemasan

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mendorong individu mengalami kecemasan dan bukan merupakan factor pencetus kecemasan. Menurut Stuart (2013) faktor predisposisi kecemasan, yaitu: 1) Faktor Psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma nilai yang dimiliki seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.


(30)

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.

3) Faktor Perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Faktor Keluarga, kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan gangguan kecemasan dengan depresi.

5) Faktor Biologik, menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalm mekaisme biologis berhubungan dengan kecemasan.

c. Faktor Presipitasi Kecemasan

Faktor presipitasi adalah factor yang mencetuskan terjadinya kecemasan. Menurut Stuart (2013) ada 2 faktor presipitasi kecemasan, yaitu:


(31)

a) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan).

b) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran.

2) Internal:

Menurut Stuart (2013) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :

a) Stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi. b) Individu

Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

c) Pendidikan dan Status Ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi


(32)

tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.

d) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan. e) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian Aadalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang dengan kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.

f) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada dilingkungan yang biasa dia tempati.


(33)

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.

d. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2013) tingkat kecemasan ada 4 yaitu: 1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ini seperti sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir bergetar, lapang perpepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara selektif, tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon kecemasan ini seperti sering nafas pandek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,


(34)

rangsang dari luar tidak mampu di terima, bicara banyak, susah tidur, dan perasaan tidak enak.

3) Kecemasan Berat

Kecemasan ini mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Respon kecemasan ini seperti nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.

4) Tingkat Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional. Respon kecemasan ini seperti nafas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat


(35)

sempit, marah, ketakutan, berteriak- teriak, dan persepsi kacau.

Antisipasi Ringan Sedang Berat

Panik

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (kontruktif) dalam menghadapi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak (destruktif). Seperti individu menghindar dari orang lain atau mengurung diri dan tidak mau mengurus diri (Stuart, 2013).

e. Gejala Kecemasan

Menurut Stuart (2013) gejala kecemasan ditandai dari 4 aspek respon yaitu :

1) Respon fisiologis

a) Kardiovaskuler, meliputi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.


(36)

b) Pernafasan, meliputi: nafas sangat pendek, nafas sangat cepat, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.

c) Neuromuskuler, meliputi: refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor frigiditas, wajah tegang, kelemahan umum kaki goyah, gerakan yang janggal. d) Gastrointestinal, meliputi: kehilangan nafsu makan, menolak

makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.

e) Traktus urinarius, meliputi: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

f) Kulit, meliputi: wajah kemerahan sampai telapak tangan, gatal, rasa panas, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2) Respon perilaku

Respon perilaku yang sering terjadi yaitu: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik dari masalah, menhindar, hiperventilasi. 3) Respon kognitif

Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupsi, hambatan berfikir bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambar visual,


(37)

takut pada cedera dan kematian. 4). Respon afektif

Mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, katakutan, terror, gugup, gelisah.

4. M❀❁❂❃❄sm❀❅opng a. Pengertian Koping

Menurut Lazarus seperti yang dikutip oleh Stuart (2013) koping terdiri atas usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan untuk mengatur hubungan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber seseorang. Koping dapat adaptif (efektif) dan maladaptif (inefektif), sedangkan Pearlin dan Schooler mengemukakan bahwa koping adalah suatu respon (perilaku atau persepsi kognitif) terhadap ketegangan hidup eksternal yang bertindak untuk mencegah, menghindari, mengontrol distress emosi.

Koping individu didefinisikan sebagai respon yang positif, sesuai dengan masalah, afektif, persepsi dan respon perilaku yang digunakan individunya dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stress yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa. Koping individu merupakan proses yang aktif dimana individu menggunakan sumber-sumber dalam individu dan mengembangkan perilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan dalam individu, mengurangi dampak stress pada kehidupan (Friedman, 2003).


(38)

b. Sumber koping

Untuk mengatasi suatu kecemasan, individu akan menggerakkan sumber koping di lingkungannya. Menurut Kozier dan Erb (2009), ada 5 sumber koping yang mampu membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu modal ekonomi, ketrampilan dan kemampuan menyelesaikan masalah, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Menurut Stuart (2013), sumber koping individu terdiri dari dua jenis yaitu sumber koping internal dan eksternal.

1) Sumber koping internal

Sumber internal ini meliputi kesehatan dan energi yang dimilikinya, kepercayaan seseorang menyangkut kepercayaan iman atau agama dan juga kepercayaan eksistensi, komitmen atau tujuan hidup, harga diri, kontrol dan kemahiran seseorang. Selain itu pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan sosial juga mempengaruhi mekanisme Koping individu yang bersumber dari internal. Karakteristik kepribadian yang tersusun atas kontrol, komitmen dan tantangan merupakan sumber mekanisme Koping yang paling tangguh. Pribadi yang tangguh menerima stresor sebagai sesuatu yang dapat diubah sehingga dapat dikontrol. Individu tersebut menerima situasi yang berpotensi menimbulkan stres menjadi suatu hal yang menarik dan berarti sehingga timbul komitmen. Sedangkan perubahan dan situasi baru


(39)

dipandang sebagai kesempatan untuk bertumbuh sehingga dianggap sebagai tantangan.

2) Sumber koping eksternal

Dukungan sosial merupakan sumber-daya eksternal yang utama. Dukungan sosial sebagi rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih dengan tiga kategori. Kategori informasi pertama membuat orang percaya bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai. Kategori ini sering muncul dalam hubungan antara dua orang dimana kepercayaan mutual dan keterikatan diekspresikan dengan cara saling menolong untuk memenuhi kebutuhan bersama. Kategori informasi yang kedua menyebabkan seseorang merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai. Hal ini paling efektif saat ada pengumuman publik mengenai betapa kedudukannya di dalam kelompok cukup terpandang. Keadaan tersebut akan menaikkan perasaan harga diri sehingga disebut sebagai dukungan harga diri. Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling ketergantungan. Informasi disebarkan oleh anggota jaringan, dimana setiap anggota jaringan memahami informasi tersebut dan menyadari bahwa informasi tersebut telah disebarkan diantara mereka. Dukungan sosial akan meningkatkan kepribadian mandiri, sebaliknya tidak menyebabkan ketergantungan.


(40)

Stategi yang dipakai dalam masing-masing penggolongan mekanisme koping menurut Nasir dan Muhith (2011):

1) Strategi yang digunakan dalamproblem focused coping: a) Confrontatitive coping

Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan risiko.

b) Seeking social support

Usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.

c) Planful problem solving

Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

2) Strategi yang digunakan dalamemotional focused coping: a) Self control

Usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan.

b) Distancing

Usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan atau dengan menciptakan pandangan-pandangan yang positif terhadap permasalahan. c) Positive reappraisal


(41)

Usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal hal yang bersifat religious.

d) Accepting responsibility

Usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerima untuk membuat semua menjadi lebih baik. Strategi ini sangat baik jika permasalahan yang terjadi karena pikiran dan tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri.

e) Escape / avoidance

Usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari siruasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.


(42)

B. ❆❇r❈❉g❊❈❆❋❇onp

Cemas

Mekanisme Koping

Tingkat Kecemasan

Lebih Rendah Lebih Tinggi

External :

1. Beban kuliah 2. Ujian

Internal:

1. Stressor 2. Individu

3. Pendidikan dan Status Ekonomi.

4. Keadaan fisik 5. Tipe kepribadian 6. Lingkungan dan situasi 7. Usia

Keluarga Interpersonal

Psikososial Perilaku

Biologi Internal

1. Spiritualitas

External

Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi


(43)

C. Hpot❍■ ●s

a. Hubungan antara tingkat kecemasan dan pola koping

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan mekanisme koping H1: Ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan mekanisme koping

b. Hubungan antara tingkat spiritualitas. dengan tingkat kecemasan

H0 : Tidak ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan. H1 : Ada hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan.

: Diteliti


(44)

❏ ❑

waktu penelitian, instrument yang digunakan dalam penelitian serta teknik pengambilan dan pengolahan data dalam penelitian ini. Selain itu dalam Bab III ini juga dijelaskan tentang etika penelitian.

▼❲❙esa❚❳inn elitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lainya (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat Spiritualitas Terhadap tingkat kecemasan dan mekanisme koping mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY 2015/2016. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ❨❩❬ ❭❭ ❭ ❪ ❨❫❴❬ ❵❛ ❜ yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan dalam sewaktu (Hidayat, 2007).

▲❲ ❚opulasi danampel ❚ ❳nlitiaen 1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY tahun ajaran 2015/2016 dari semua jurusan yang ada di FKIK yaitu Kedokteran Umum (170 Mahasiswa), Farmasi (90 Mahasiswa), PSIK (140 Mahasiswa) dan Kedokteran Gigi (110 Mahasiswa) dengan jumlah total 510 mahasiswa.


(45)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dan karakteriktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY angkatan 2015. Pemilihan sampel menggunakan tehnik ❢❣ ❤✐ ❤❣ ❥❦ ❤❧♠ ♥

♦♠❧♣❤q r♠q✐ ♥❦ ❧s yaitu dengan menentukan jumlah keseluruhan sampel yang dibutuhkan lalu membagi setiap sampel sesuai dengan perbandingan jumlah mahasiswa setiap jurusan di FKIK UMY. Pada pengambilan sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus untuk menentukan besar sampel yang kurang dari 1000, dengan jumlah populasi 510 yaitu :

n =

t t

224

Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan (0,05) KU : 170/224x100 = 68 Farmasi : 90/224x100 = 42 KG : 110/224x100 = 52 PSIK : 140/224x100 = 62

Jadi jumlah total sampel dalam penelitian adalah mahasiswa 224 mahasiswa. Dengan sampel masing-masing jurusan yaitu Kedokteran Umum 68, Farmasi 42, PSIK 62 dan Kedokteran Gigi 52. Dalam mengacak


(46)

responden yang akan dipilih dalam penelitian peneliti menggunakan bantuan

✈ ✇①②③ ④⑤ ⑥ ⑦ ⑧⑨⑤ ✇⑩ ✇①② Office Excel dengan rumus =Rand() dengan memisahkan antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan untuk menghindari pemilihan sample laki-laki yang terlalu sedikit.

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Penentu kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel- variabel (control atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusidan

eksklusi(Nursalam, 2013).

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam,

2013). Kriteriainklusidalam penelitian ini adalah :

1) Mahasiswa aktif FKIK UMY angkatan 2015. 2) Mahasiswa Indonesia.

3) Sehat secara fisik dan mental.

4) Sudah mengikuti masa ta aruf mahasiswa baru. 5) Bersedia menjadi koresponden.

b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab


(47)

1) Mahasiswa yang sudah menikah/ berusia lebih dari 22 tahun.

2) Mahasiswa yang tidak hadir/ tidak bersedia mengisi kuesioner.

3) Mahasiswa yang sakit

❸❹❺empat dan ❻❼❽tuenelitian 1. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di FKIK UMY dengan mempertimbangkan perbedaan system pembelajaran di FKIK karena menggunakan sistem Blok yang berbeda dengan fakultas lain di UMY. Sistem blok mengharuskan mahasiswa dalam satu jurusan mengambil mata kuliah yang sama, sehingga dapat mengurangi bias yang berpengaruh terhadap penyebab kecemasan mahasiswa tingkat pertama.

2. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni hingga juli 2015.

❿❹❿efinisiperasional


(48)

abel ➄ ➅ ➆➇efinisi perasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Variabel bebas : Tingkat Spiritualitas mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY. Tingkat spiritual mahasiswa tahun pertama yang diukur berdasarkan persepsi spiritual masing masing individu. Spiritual Perspective Scale dengan jumlah 10 soal

a. 46-50 : Spiritualitas Sangat Tinggi b. 37-45 :

Spiritualitas Tinggi c. 28-36 :

Spiritualitas Sedang d. 19-27 :

Spiritualtas rendah e. 10-18 :

Spiritualitas Sangat Rendah ordinal 2 Variabel terikat : Mekanisme Koping mahasiswa tingkat pertama FIKI UMY. Tindakan yang dilakukan mahasiswa tingkat pertama dalam mengatasi kecemasan, baik dengan Problem focused coping mupun emotional focused coping. Kuesioner yang diadopsi dari instrumen Cope Scale yang disusun oleh Lazarus and Folkman sebanyak 20 soal. Dinyatakan dalam: ZPFC=(XPFCMPFC)/ SPFC ZEFC=(XEFCMEFC)/SE FC Nominal 3 Variabel Terikat: Kecemasan mahasiswa tingkat pertama FKIK UMY. Kecemasan yang dialami mahasiswa tingkat pertama dalam menghadapi perkuliahan

Zung Self-Rating

Anxiety Scale (SAS/ SRAS) dengan jumlah 20 pertanyaan.

1.Skor 20-44 : Normal

2.Skor 45-59 : Kecemasan ringan 3.Skor 60-74 :

Kecemasan sedang

4.Skor 75-80 : Kecemasan berat


(49)

➊➋➌ariabel enelitian

a. Variabel Bebas (independent).

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependent (Nursalam,

2013). Dalam penelitian ini variabelindependent adalah tingkat spiritualitas

mahasiswa tingkat pertama. b. Variabel Tergantung (dependent ).

Variabel tergantung (dependent) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini variabel dependent adalah tingkat kecemasan mahasiswa tingkat pertama

dan mekanisme koping mahasiswa tingkat pertama.

➎➋ ➏ ➐strumneenelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 3 kuesioner, yaitu:

1. Kuesioner ZSAR-S (Zung Self Anxiety Rating-Scale)

Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa tingkat pertama, peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Zung Self-Rating


(50)

WK Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalamDiagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM-II).

Zung Self-Rating Anxiety Scalememiliki 20 pertanyaan yang terdiri

dari 15 pertanyaanUnfavourabledan 5 pertanyaanFavourable.

abe➔→l ➣↔rtaenyanai ngkat Kecemasan

Pertanyaan Favourable Unfavourable

Tingkat kecemasan

5,9,13,17,19 1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,14,15,16,18 Jumlah

total 5 15

Setiap pertanyaanfavourabledanunfavourablememiliki penilaian/

penskoran yang berbeda, penilaiannya sebagai berikut:

bea➔→l ➔➓ik penkenilaian instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale

Selanjutnya skor yang di capai dari semua item pertanyaan di jumlahkan, kemudian skor yang di dapat dikategorikan menjadi 4 kriteria tingkat kecemasan (Nursalam, 2013) yaitu:

1. Normal/tidak cemas : Skor 20-44 2. Kecemasan ringan : Skor 45-59 3. Kecemasan sedang : Skor 60-74 4. Kecemasan berat : Skor 75-80 Favourble

Unfavourable

Jawaban Responden Tidak pernah

Kadang-kadang Sering mengalami Mengalami setiap hari 4 1 3 2 2 3 1 4


(51)

2. KuesionerSpirituality Perspective Scale

Kuisioner Spirituality Perspective Scale merupakan kuisioner yang

terdiri dari 10 pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban:

a. Hampir Setiap Hari b. Hampir Setiap Minggu c. Hampir setiap bulan d. Hampir setiap tahun e. Tidak pernah sama sekali

Dengan kategori skor :

a. 46-50 : Spiritualitas Sangat Tinggi b. 37-45 : Spiritualitas Tinggi

c. 28-36 : Spiritualitas Sedang d. 19-27 : Spiritualitas Rendah

e. 10-18 : Spiritualitas Sangat Rendah

Semua pertanyaan dalam kuisioner ini bersifatfavorable.

3. COPE SCALE (Kuisioner Mekanisme Koping)

Kuesinoer mekanisme koping menggunakan kuesioner Cope scale

dari Lazarus and Folkman (University of California, San Francisco) Carver et al (1989) yang telah di modifikasi menjadi 20 butir pertanyaan.

Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk kuesioner, terdiri dari pertanyaanunfavourable dan pertanyaan favourable


(52)

Responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang () pada jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner ini yaitu dengan skor 1 (Tidak pernah), 2 (kadang-kadang), 3 (sering), 4 (selalu).

Skor individu dihitung dengan menjumlahkan masing-masing komponen PFC dan EFC sehingga didapat 2 skor pada setiap individu. Dari distribusi kedua skor tersebut dapat diperoleh mean (M) dan standar deviasi (S) masing-masing yaitu MPFC, MEFC, SPFC, SEFC, skor mentah subjek diubah menjadi skor Z, yaitu:

ZPFC=(XPFC-MPFC)/SPFC ZEFC=(XEFC-MEFC)/SEFC

Skor Z inilah yang digunakan sebagai dasar pengkategorian mekanisme koping menjadi PFC dan EFC dengan kriteria, jika:

ZPFC> ZEFCtergolong kelompok PFC ZEFC> ZPFC tergolong kelompok EFC


(53)

able ➟ ➠➡Kisikisi soal mismnakee koping pada remaja

➤➠➥araengumpulanata 1. Cara Pengumpulan Data.

a. Data Primer.

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti, data yang dikumpulkan merupakan data yang langsung diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner (Sarwono, 2006). Dalam penelitian ini data primer didapat dari pengumpulan data berupa kuisioner identitas, tingkat kecemasan, tingkat spiritualitas dan mekanisme koping.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai catatan atau informasi yang telah ada atau telah dikumpulkan oleh orang lain dan dapat digunakan kapan saja saat dibutuhkan (Sarwono, 2006). Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari bagian kemahasiswaan yang berupa jumlah mahasiwa tingkat pertama laki-laki dan perempuan di setiap jurusan FKIK UMY.

o Komponen yang diukur

omor item

pertanyaanotalEmotional focused coping

Confrontive coping 7, 11, 16 3

Seeiking social support 2, 3, 12 3 Planful problem solving 1, 9, 14, 15 4 ➭ Problem focused coping

Self controlling 10, 4, 20 3

Distancing 6, 8 2

Positive reappraisal 13, 17, 18 3

Escape / avoidance 5, 19 2


(54)

➸➺➻➼ ➽annyaenelitian 1. Persiapan

Tahap persiapan dilakukan pada bulan September hingga bulan Oktober tahun 2015. Pada tahap persiapan peneliti menentukan topik penelitian dan melakukan studi fenomena sesuai dengan topik penelitian yang dipilih di FKIK UMY. Selanjutnya peneliti mengajukan judul sesuai dengan fenomena yang ditemukan yaitu kecemasan pada mahasiswa baru FKIK UMY. Peneliti menyusun proposal penelitian mengikuti ujian proposal, melakukan revisi proposal penelitian, kemudian mengurus izin untuk melakukan penelitian di FKIK UMY.

2. Pelaksanaan

Peneliti memulai proses penelitian pada bulan Juni 2015 yang meliputi: a. Meminta izin setiap prodi untuk melakukan penelitian.

b. Meminta bantuan kosema masing-masing prodi untuk menyebarkan informasi mengenai penelitian yang meliputi tujuan penelitian, waktu dan tempat pengambilan data, serta teknis pengambilan data.

c. Meminta ketersediaan mahasiswa untuk ikut serta sebagai responded penelitian.

d. Memberikan mahasiswa lembar permohonan dan persetujuan menjadi responden penelitian.

e. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden diberikan lampiran yang berisi kuisioner kecemasan, kuisioner tingkat spiritualitas dan kuisioner pola koping.


(55)

f. Responden mengsisi kuisioner yang telah diberikan.

g. Responden mengumpulkan kuisioner di wadah yang telah disediakan peneliti.

3. Tahap Penilaian

Setelah semua kuisioner dikumpulkan peneliti memeriksa kelengkapan data yang disisi oleh responden kemudian dianalisa menggunakan perangkat lunak SPSS.

4. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilakukan pembahasan hasil data yang sudah diolah. Kemudian seminar hasil penelitian dan revisi hasil penelitian yang sudah dilakukan.

➶➹ ➘ji aliditas daeliabilitans 1. Uji Validitas

a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) merupakan kuesioner

baku dalam bahasa inggris yang dirancang oleh William WK Zung. Kemudian kuesioner ini telah dialih bahasakan ke dalam bahasa indonesia dan dijadikan sebagai alat pengukur kecemasan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya (Nursalam, 2013). Hasil uji validitas tiap pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,663 dan tertinggi adalah 0,918 (Nasution, et al., 2013) Suatu pertanyaan dikatakan valid


(56)

pertanyaan tidak valid. Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau 0,05 (Hidayat, 2007).

b. Kuisioner Spirituality Perspective Scale

Kuisioner Spirituality Perspective Scale memiliki koefisien korelasi total sebesar 0.20 sehingga kuisioner tersebut dikatakan vaid dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

c. Kuisioner Pola Koping

Kuisioner pola koping yang digunakan untuk mengukur pola koping merupakan adaptasi dari kuisioner COPE yang telah dilakukan uji validitas dengan hasil uji reliabilitas kuesioner mekanisme koping sebesar 0,79.

2. Uji Reliabilitas

a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Uji reliabilitas merupakan cara untuk mengukur kosistensi sebuah instrumen penelitian. Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur yang digunakan tersebut menunjukan hasil yang konsisten. Instrument yang reliabel menghasilkan data yang di percaya. Pertanyaan dikatakan reliabel apabila didapatkan nilai Alpha Cronbach lebih dari konstanta

(>0,6). Hasil uji reliabilitas menunjukan angka 0,829 sehingga kuesioner dikatakan reliabel (Nasution,et al., 2013).

Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner yang di adobsi merupakan kuesioner baku dan di jadikan sebagai alat pengukur kecemasan yang valid dan reliabel (Nursalam,


(57)

2013). Nilai validitas terendah 0,663 dan tertinggi adalah 0,918 sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,829 (Nasution,et al., 2013)

d. Kuisioner Spirituality Perspective Scale

Kuisioner Spirituality Perspective Scale merupakan kuisioner yang reliable dengan koefisien alpha conbach 0,780 dan dapat digunakan untuk penelitian ini.

e. Kuisioner Pola Koping COPE

Kuesioner mekanisme koping diadopsi dari kuesioner baku Cope

scale yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Pusat

Pelatihan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kuesioner mekanisme koping sudah dilakukan uji validitas pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Ajaran 2014/2015 Universitas Aisyiyah Yogyakarta pada 35 mahasiswa dengan menggunakan ujiPearson Product

Moment.Pada kuesioner ini terdapat 20 item yang valid dari 66 pertanyaan

meliputi nomor 1, 5, 8, 10, 11, 12, 17, 21, 26, 27, 28, 31, 38, 39, 52, 55, 56, 57, 58, 63 dengan hasil uji validitas bergerak antara 0,34 0,53 dan dianggap valid.

✃❐ ❒eknikengolahan danalin s is Ïata 1. Teknik Pengolahan Data.

Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah. Pengolahan data dimaksudkan sebagasi suatu proses untuk memperoleh data ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus


(58)

tertentu. Data tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata (average),

persentasi (percentage) dan sebagainya (Sugiyono, 2005).

Dalam melakukan pengolahan data meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memeriksa (editing).

Tahap ini dimaksudkan untuk menyunting data yang terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsentrasi dalam setiap jawaban pertanyaan. Editing dilakukan oleh

peneliti ditempat pengumpulan data, dari hasil pemeriksaan kuesioner tidak didapatkan kuesioner yang rusak atau kesalahan dalam pengisian. b. Memberi Kode (coding).

Coding harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut sangat

menentukan reliabiltas. Memberi kode pada setiap variabel digunakan

untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis data. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yuang digunakan untuk analisis data adalah komputer melalui program SPSS yang memerlukan kode tertentu. Kode yang diberikan untuk masing-masing interpretasi dari hasil pengisian kuesioner yaitu :

1) KuesionerSirituality Perspective Scale

a) Spiritualitas Sangat Tinggi : 1 b) Spiritualitas Tinggi : 2 c) Spiritualitas Sedang : 3 d) Spiritualitas Rendah : 4


(59)

e) Spiritualitas Sangat Rendah : 5 2) KuesionerSAR-S

a) Normal/tidak cemas : 1 b) Kecemasan ringan : 2 c) Kecemasan sedang : 3 d) Kecemasan berat : 4 3) KuesionerCOPE

a) EFC : 1

b) PFC : 2

4) Jenis Kelamin

a) Perempuan : 1

b) Laki-laki : 2

5) Program Studi

a) KU : 1

b) PSIK : 2

c) KG : 3

d) Farmasi : 4

c. Tabulasi Data (tabulating).

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai dengan kriterianya. Peneliti membuat tabel-tabel bantu untuk pengelompokan data agar mudah dibaca dan dipahami.

d. Memasukan data (data entry)


(60)

tertentu untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan komputerasisasi.

e. Pembahasan hasil penelitian

Membahas hasil penelitian dan mengkonsultasikannya kepada pembimbing (Sugiyono, 2005).

2. Analisis Data.

Pengelolaan data dan analisis data dilakukan dengan komputer menggunakan SPSS (Statistical Program and Service Solution). Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik sebagai berikut :

a. AnalisisUnivariate.

Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan

masing-masing variabel, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variable baik variabel bebas maupun variabel terikat (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini analisis univariate

dilakukan pada variabel tingkat kecemasan, tingkat spiritualitas dan mekanisme koping.

b. AnalisisBivariate.

Analisa bivariate yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui

hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini aka nada 2 analisis bivariat yaitu :

1) Analisa hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan Uji yang digunakan adalah uji korelasi spearman karena data pada variabel penelitian yang berupa data kategorik


(61)

Ordinal-Ordinal untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan. Peneliti menggunakan bantuan software SPSS

melakukan analisa data pada penelitian ini.

2) Analisa hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping Skala yang digunakan dalam analisa data ini adalah skala Ordinal-nominal untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping dengan singkat spiritualitas sebagai variable independen dan mekanisme koping sebagai variabel dependen. Analisis data yang digunakan adalah analisis data Kolmogorov-Smirnov dengan nilai p < ,0,05 (Nursalam, 2013). Uji kolmogorov-Smirnov dilakukan sebagai pengganti uji Chi-Square karena data penelitian tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square karena ada lebih dari 20% data dengan expected countkurang dari

5 Peneliti menggunakan bantuan software SPSS dalam melakukan

analisa data penelitian ini.

KÖ×tika Øenelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengutamakan dasar etik melalui berbagai pertimbangan namun tetap menjunjung tinggi hak-hak otonomi manusia sebagai responden. Penelitian ini sebelumnya sudah diuji etik dengan nomor 252/EP-FKIK UMY/VIII/2016. Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam penelitian:


(62)

Pada penelitian ini peneliti menghormati hak-hak responden untuk mengetahui tujuan dari penelitian yang dilaksanakan serta hak-hak untuk berpartisipasi dengan cara menyediakan lembar persetujuan (informed consent) yang berisi penjelasan mengani manfaat penelitian, resiko dan

ketidaknyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang didapat, kesediaan peneliti untuk menjawab pertanyaan responden mengenai responden, persetujuan untuk mengundurkan diri, dan jaminan anonimitas dan kerahasiaan informasi responden. Lembar persetujuan kemudian ditandatangani apabila responden bersedia.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality).

Peneliti menjaga kerahasiaan informasi dan identitas responden dalam lembar pengumpulan data penelitian. Responden tidak disarankan untuk menuliskan nama, namun apabila responden menuliskan nama maka nama dirubah dengan kode pada input data. Informasi yang dapat

dicantumkan hanya informasi yang sesuai dengan perintah yang terdapat pada lembar kuesioner.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and inclusiveness).

Peneliti menjaga prinsip keterbukaan dan keadilan dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. keterbukaan disini dijaga dengan menjelaskan prosedur penelitian. Peneliti juga tidak membeda-bedakan


(63)

latar belakang jender, agama, dan etnis responden dalam melakukan intervensi.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits).

Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak yang merugikan responden dan memaksimalkan manfaat yang didapat selama proses penelitian. Hasil penelitian ini juga tidak digunakan untuk kepentingan yang bersifat merugikan responden.


(64)

Ý Þ A. Gambaran Tempat Penelitian

ßàá àâãäãå áã áãæãâåç èçå áæãéåçèâäå êëâì èí àæ îçä àïå áðå áëâì èí àêàñåäå áò óáãôàïêãäå ê õè ñåì ìåæ ãå ñy öî÷å çå ïä åy yå á÷ ä àïâ àäåç æã øåâå á ùã á÷çåï ú àâåäå áò ûåì å áäã ïä îò íå êã ñå áò üå áä èâò öî÷åç å ïy äå ýóáãôàï êãäå êõèñåìì åæãå ñy öî÷å çå ïäåy ì àï èþåçå áêåâå ñêåä èóáãôàïêãäå êúÿå êäå åôî ïãäæàá÷å áåçïàæ ãäå êã ✁æ ã ð ëöý éåç èâäå êíàæîç ä àïå áðå á ëâì è íàêàñåäå áóõöê àáæã ïã ì àï èþåçå á êåâå ñêåä è åçèâäå êå á÷y åæåæ ãóáãôàï êãäå êõè ñåìì åæãå ñy öî÷åç å ïäåy æàá ÷å á ✂ èì âå ñ ìå ñå êã êÿå ñã á÷ ÷å ✄☎☎ ñã á÷÷å ✆☎☎ ìå ñåã êÿå æ ã ê àäãåþ å á÷çåä å ááåy y

å á÷ä àï✝å÷ãå çàæ åâåì ✞ þïî÷ïåì êä èæã yåãä è íàæîç ä àïå áóìèìò íàæîç ä àïå á ✟ã÷ãòíàþàïåÿåäå áæ å áéå ïì å êã ý

✠ã êã éåç èâäå ê ëâìè íàæîç ä àïå á æ å á ëâì è íàêàñåäå á óáãôàï êãäåê õèñåìì åæãå ñy öî÷åy ç å ïäå ê àáæ ã ïã yåãä è þåæ å äå ñè á ✡☎ ✡☎ ìàá✂åæ ã éåçèâäå ê íàæ îçä àïå áæ å á ëâìèí àêàñåäå áå á÷y ✝àïäåä åç àâ îâå ✝åãç æå áìå áæã ïãò✝àï✝å êã ê ✝èçäã æ åâåì þàá÷àì✝å á÷å á ãâìè æ å á ä àçáîâ î÷ãò ✝àïåç å ï þåæå ê î êã î ☛✝èæååy ëáæîá àêãå yå á÷ ã êâåì ãò ✝àïìå áååä èáä èç çàìå êâå ñåäå á èì åä æ å á ä àïì å ê èç y

å á÷ê à✝å÷åã yå á÷ä àï✝åãçæã✁ êãå ý

úã êä àì ßàì✝àâå✂å ïå á æ ã éåçèâäå ê íàæ îä àïå á æå á ëâìè íàê àñåäå á óáãôàïêãäå ê õèñåìì åæãå ñy öî÷åç å ïäåy ê àáæã ïã ì àá÷ ÷èáåçå á êã êä àì ✝â îçò æãì å áå þàì✝àâå✂å ïå á yå á÷ æ ãâåçèç å á äãæåç ✝àïæå êå ïç å á þåæå ì åäå çèâãå ñ ä àïþãêå ñ ìàâåã áç å á ä àïã áä à÷ïå êã æ åâåì ✝â îç ý ðåâåì êåä è êàìàêä àï ì å ñå êã êÿå åçå á ìàâåç êå áåçå á ✞ ✝â îç æàá÷å á âåìå ìå êã á÷☛ ìå êã á÷ ✝â îç åãä èy ✆ ìã á÷÷è


(65)

✍ ✎✏✑ ✒✏ ✓ ✔✕✒✏ ✖ ✗✘✙ ✚ ✒✍✒ ✛ ✎✜✕✒✚ ✒✙ ✢ ✕✣ ✖✗✘✙✤ ✥✒✗ ✒✦ ✛ ✕✛ ✜✎✦ ✖ ✗✘✙ ✛ ✎✜✕✒✚ ✖ ✗✘✙ ✍ ✒✏ ✔✒✍✧✒✗ y✒✏✑ ✒✙✒✏ ✍✕✗✒✙✛ ✒✏ ✒✙ ✒✏ ✦✒✢✒✛ ✕✛✧ ✒ ✜✎✗✒✢ ✍ ✕✜✎✏✜✓ ✙ ✒✏ ✘✗✎✢ ✦✒✛ ✕✏✑★ ✦ ✒✛ ✕✏✑ ✩✣ ✘✑✣ ✒✦ ✪ ✜✓✍✕ ✛ ✎✜✕✒✚ ✛ ✎✦ ✎✛ ✜✎✣ ✏y✒ ✛ ✎✢✕✏✑✑✒ ✦ ✒✢ ✒✛ ✕✛✧✒ ✜✕✍✒✙ ✚✎✣ ✗✓ ✦ ✎✦✕✗✕✢✖✗✘✙✍✒✏✔✒✍✧✒✗✚ ✎✣✙✓✗✕✒✢✒✏ ✤

✫✒✙✓✗✜✒✛ ✬ ✎✍✘✜✎✣✒✏ ✍✒✏ ✭ ✗✦✓ ✬ ✎✛ ✎✢ ✒✜✒✏ ✮✏ ✕✯ ✎✣✛ ✕✜✒✛ ✰✓ ✢ ✒✦✦✒✍ ✕y✒✢ ✱✘✑y✒✙ ✒✣ ✜✒ ✦ ✎✏y✎✍ ✕✒✙✒✏ ✲✒✛ ✕✗✕✜✒✛ y✒✏✑ ✦✎✏✓✏✔✒✏✑ ✚✣ ✘✛ ✎✛ ✖ ✎✗✒✔✒✣ ✦ ✎✏✑ ✒✔✒✣ ✦ ✒✢ ✒✛ ✕✛✧✒ ✍✕✒✏✜✒✣✒✏y✒ ✳ ✰✴ ✵ ✳✛ ✓✣ ✒✏✛ ✕ ✬ ✎✛ ✎✢✒✜✒✏ ✵ ✭✏ ✜✎✣ ✏ ✎✜✵ ✶✒✖ ✬ ✘✦ ✚✓ ✜✎✣✵ ✭ ✏✜✎✣✏✎✜✵ ✶✒✖ ✷✕✘✦ ✎✍✕✙ ✵ ✰ ✕✏✕ ✸✘✛ ✚ ✕✜✒✗✵ ✩ ✎✣ ✚✓✛ ✜✒✙✒✒✏ ✫✬ ✭✬ ✵ ✪ ✜✓✍✎✏✜ Center dan University Residence. Selain fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sendiri juga memiliki fasilitas yang dapat menunjang kegiatan ibadah mahasiswa seperti masjid dan Al-Quran yang tersedia di masjid. Disetiap sudut gedung di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta juga terdapat mushola-mushola yang letaknya dekat dengan ruang kelas mahasiswa. Selain itu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta juga memiliki program KIAI (Kuliah Intensif Al-Islam) dimana mahasiswa baru wajib mengikuti pelatihan dan kuliah intensif Al-Islam selama 3 haru berturut-turut yang diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan akhlak Islam mahasiswa.

Pendidikan akademik di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengacu pada Kurilkulum Berbasis Kompetensi dan yang pertama serta satu-satunya yang menggunakan metode pembelajaran ✹✺✻✻ ✼ ✽✾ ✿✻❀❁ Based Learning dengan pola pembelajaran


(66)

❄ ❅❆❄ ❇ ❈ ❉❊❋●❋❍ ■ ❉❅❏ ❋❅ ❑ ❉❅❏ ▲ ❋■❋▼ ◆ ❑ ❋❖ ❋❊❋▲ ❋P❆❄❋❊ y❋❅❏ ▲❋❍ ❄❖ ■◆P❋❍◆❖ ◗ ❊❄ ❖ ◆❅y❋ ❖ ❉P❋❍ ❋ ❑❋❅■ ◆❍ ◆❘ ❙❉❍❈❉■❋ ■ ❉❅❏ ❋❅ ❖ ◆❖❆ ❉❑ ▼ ❉❑❈ ❉❊❋●❋❍ ❋❅■◆ ❚❉❇◗❊❋▲ ❋❅❏y ▼ ❋■❋ ❄ ❑❄ ❑ ❅❋y ❑ ❉❅❏ ❏❄❅❋❇ ❋❅ Pedagogi ❋❆❋❄ ▼ ◗ ❊❋ ▼❉❑❈❉❊❋●❋❍❋❅ ❋❅❋❇❯❋❅❋❇❘ ❙❉❍❈❉■❋❋❅ ❆ ❉❍❖ ❉❈ ❄❆ ❑ ❉❑❄❅❏ ❇ ◆❅❇ ❋❅ ❆ ❉❍ ●❋■ ◆❅y❋ ❇❉P❉❑ ❋❖ ❋❅ ▼ ❋■❋ ❑❋▲ ❋❖ ◆❖❱❋ ❇❄ ❖❄ ❖ ❅❋y ❑ ❋▲❋❖ ◆❖❱❋ ❆ ❋▲❄ ❅ ▼ ❉❍❆ ❋❑❋ ■ ◆ ❲❋❇❄ ❊❆ ❋❖ ❳❉■ ◗ ❇❆ ❉❍❋❅ ■ ❋❅ ❨❊❑❄ ❳❉❖ ❉▲ ❋❆ ❋❅❩❅◆❬❉❍❖ ◆❆ ❋❖❭❄▲❋❑ ❑❋■◆y❋ ▲❪◗ ❏❋❇ ❋❍❆y ❋❘

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat

a. Gambaran Karakteristik Responden

❫ ❉❖ ▼◗❅■❉❅ ■ ❋❊❋❑ ▼ ❉❅ ❉❊◆❆ ◆❋❅ ◆❅◆ ❈❉❍●❄ ❑ ❊❋▲ ❴ ❵❛ ❑ ❋▲❋❖ ◆❖❱❋ ❆ ❋▲❄❅ ▼ ❉❍❆❋❑ ❋ ❲❳❨ ❳ ❩❭ ❪ y❋❅❏ ❆ ❉❈❋❏ ◆ ❇❉■❋❊❋❑ ❜ ●❄❍❄ ❖ ❋❅ y❋◆❆❄ ❳❉■◗❇❆ ❉❍ ❋❅ ❩❑❄❑❝ ❳❉■ ◗ ❇❆ ❉❍❋❅ ❞ ◆❏ ◆❝ ❡❚❨ ❳ ■❋❅ ❲❋❍ ❑❋❖ ◆❘ ❢■❋▼❄❅ ❇ ❋❍❉❇❆ ❉❍◆❖ ❆ ◆❇ ❍❉❖ ▼◗❅■❉❅❋■❋❊❋▲❖ ❉❈ ❋❏ ❋◆❈❉❍◆❇❄❆❣

Tabel 3.5 Gambaran karakteristik responden NO Karakteristik

responden

Jumlah Persentase

f (%)

Usia

❤ ✐ ❥ ❵ ❝✐

❤❦ ❦❤ ❧❥ ❝❵

❤♠ ❤❤❦ ❴❵❝✐

❵❛ ❤❦ ❦

❵❤ ❤ ❛❘ ❜

Jenis Kelamin

♥❋❇ ◆❯♥❋❇ ◆ ❴ ❵ ❵❧❝❵

❡❉❍❉❑▼ ❄ ❋❅ ❤ ✐ ❵ 76.8

3 Program Studi

KU 64 28,6

KG 64 28.6

PSIK 52 23,2

Farmasi 44 19,6


(1)

pada tahap perkembangan responden yang masuk dalam kategori remaja akhir mengingat salah satu tugas perkembangan remaja yaitu mencapai peran sosial agar dapat diterima di masyarakat. Kita tahu bahwa di Indonseia secara umum peran sosial di masyarakat sangat terikat dengan peran keagamaan dimana kehidupan social dan keagamaan tidak dapat dipisahkan khususnya bagi umat Islam sehingga bimbingan spiritual di kampus menjadi sangat penting bagi Mahsiswa.

d. Hubungan Tingkat

Spiritualitas Dengan

Mekanisme Koping

Responden

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari hasil uji Kolmogorov-Sirmov didapatkan nilai p= 0,636 (p>0,05) yang berati tidak ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping responden. Hasil penelitian ini bertetangan dengan hasil penelitian Indirawati (2006) yang berjudul Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Koping dimana semakin tinggi kematangan

beragama mahasiswa semakin besar kecenderungan mahasiswa untuk menggunakan Problem Focused Coping (PFC). Perbedaan Indirawati dengan penelitian ini adalah dari segi responden pada penelitian indirawati jumlah responden laki-laki dan wanita tidak jauh berbeda sedangkan pada penelitian ini responden yang didapatkan mayoritas adalah perempuan dengan perbandinga 2:7 dengan responden laki-laki hal ini mempengaruhi hasil dari pengukuran mekanisme koping. Dimana menurut penelitian yang dilakukan Elviana D Ayu (2013) dengan hasil remaja perempuan lebih dominan menggunakan Emotion Focused Coping sedangkan laki-laki cenderung menggunakan Problem Focused Coping. Terlebih lagi dari hasil analisis hubungan jenis kelamin dan tingkat spiritualitas didapatkan bahwa perempuan cenderung memiliki tingkat spiritualitas yang lebih tinggi dari laki-laki pada responden penelitian ini.

Keterbatasan Penelitian

1. Responden penelitian terlalu homogen dengan perbandingan


(2)

responen penelitian laki-laki dan perempuan tidak seimbang. 2. Kurangnya data demografi

responden yang mungkin mempengaruhi variabel penelitian seperti tinggal bersama orang tua atau tidak dsb dan hanya mencantumkan usia, jenis kelamin dan program studi saja.

3. Peneliti tidak mengawasi seluruh jalannya pengisian kuesioner karena ruangan tempat responden yang terpisah, sehingga

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan dan pola koping maka dapat disimpulkan :

1. Krakteristik responden berdasarkan data demografi yaitu responden memiliki rentang usia 17-21 tahun (remaja akhir), mayoritas berjenis kelamin perempuan.

2. Sebagian besar mahasiswa FKIK

spiritualitas yang tinggi hingga sangat tinggi.

3. Sebagian besar responden FKIK UMY tidak mengalami kecemasan.

4. Sebagian besar responden menggunakan Emotion Focused Coping.

5. Tidak ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan tahun pertama. 6. Tidak ada hubungan antara

tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping yang digunakan mahasiswa tahun pertama.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Bagi FKIK UMY

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh institusi pendidikan sebagai acuan dalam membimbing mahasiswanya dalam melakukan pola koping yang tepat sesuai dengan mekanisme koping mahasiswa (PFC/EFC).


(3)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian mengenai tingkat spiritualitas, tingkat kecemasan maupun mekanisme koping khususnya bagi rentang usia remaja akhir dan dewasa awal.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan yang dapat disempurnakan pada penelitian selanjutnya dengan tema penelitian yang sama. Disarankan pada penelitian selanjutnya menggunakan metode kualitatif untuk menganalisi secara mendetail variabel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC Asmadi. (2008). Teknik Prosedural

Keperawatan: Konsep dan Aplikasi

Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC

Chandratika, D., & Purnawati, S. (2014). Gangguan cemas pada mahasiswa semester i dan vii program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas udayana. vol 3 no

10(2014):e-jurnal medika

udayana. Diakses pada 8

november 2015, dari

http://ojs.unud.ac.id/index.ph p/eum/article/view/11931

Douglass, L., Islam, M.R. (2009). Emotional Wellbeing of First Year University Students: Critical for Determining Future Academic Success. Non Refereed Paper. Diakses pada 9 november 2015, dari

https://etd.lib.metu.edu.tr/upl oad/12606196/index.pdf

Evans, N. J., Forney, D. S., Guido, F. M., Patton, L. D., & Renn, K . A. (2010).Student

development in college: Theo ry, research, and practice.(2n d

Ed). San Francisco: Jossey-Bass.


(4)

Fowler, James W. (1981). Stages of Faith, Harper & Row ISBN 0-06-062866-9.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research, Theory and Practice, 5th edition., New Jersey: Pearson Education, Inc.

Gorman, Linda M., & Sultan, Donna F. (2008). Psychosocial Nursing For General Patient Care (3th ed.). Philadelphia: F.A Davis Company

Hamid. (2008).Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Hidayat. A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

https://pustaka.unpad.ac.id/archives/ 124568

https://www.barna.org/barna- update/faith-spirituality/508- 20-years-of-surveys-show- key-differences-in-the-faith-

of-americas-men-and-Jakarta. EGC

Jonathan, Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta: Graha Ilmu

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika (teori kecemasan)

Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta: EGC.

Kozier, B (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.

Lallo, Daniel Alberh dkk. (2012). Hubungan Kecemasan Dan Hasil UAS-1 Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun Ajaran 2012/ 2013. Karya Tulis Ilmiah Strata satu, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Leigh, K., Kelli W., & Hamilton, B. (2015). Integration of

Andragogy Into


(5)

McEwen, M. (2005). Spiritual Nursing Care: State Of Art. Hoistic Nursing Practice, 19(4).

Muharomi, Lusty. (2012). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Komunikasi Dengan Konsep Diri Dengan Kemampuan Beradaptasi Mahasiswa Baru. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Diponegoro, Semarang.

Nadhiroh L. Iis. (2014). Analisis Nilai-Nilai Spiritual Dalam Kepemimpinan Mahasiswa: Studi Kasus Kepemimpinan Organisasi Kemahasiswaan Di Tingkat Fakultas Di Universitas Gadjah Mada. Karya Tulis Ilmiah stara dua, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Núñez-Peña, M.I., Suárez-Pellicioni, M., & Bono, R. (2013). Effects of math anxiety on student success in higher education. International Journal of Educational Research, Volume 58, 2013, Pages 36 43

Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Siregar, Ade Rahmawati. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh. Skripsi pada Program Studi Psikologi


(6)

Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan. Stuart,G.W. (2013). Psyciatric

Nursing. (Edisi 10). Jakarta: EGC

________________.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Edisi 5). Jakarta: EGC Videbeck, Sheila L. (2008). Buku

Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Hasmady. (2008)

Wigglesworth, C

Graves.(2010).Toward a Theory Of Spiritual Intelligence And Spiritual Development. Online Journal.

http://iispiritualleadership.co

m/wp-content/uploads/docs/SpiritInt

elAOM2010.pdf. Diakses