1 HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN

  

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM MELAKUKAN

AKTIVITAS SEHARI-HARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN

Aris Dwi Cahyono

  

Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri

Elderly was person who have ages more than 60 years old (WHO). Elderly was continued stage of a life

process that will experienced of all an individual (Azizah,2011). Elderly will experience aging process. Aging

process was tends to potentially decreased the degree of independence of the elderly in performing daily

activities(Maryam, 2008). Decrease in the level of independence in the elderly can lead to anxiety (Herman,

2009). From the results of the survey encountered many elderly who have decreased levels of independence and

anxiety. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of independence of the elderly in

performing daily activities with the level of anxiety.

  Research design used in this study is the Analytic Cross Sectional. The population in this study were all

elderly in the village of Margomulyo Puncu totaling 123 elderly and in grab samples of 54 respondents.

Research gauges the degree of independence of the elderly using questionnaires according to Katz index,

whereas the level of anxiety using the questionnaire according to Hars. Analysis of the data in this study using

Descriptive Analytics.

  The results showed that there is a relationship between the degree of independence of the elderly in

performing daily activities with the level of anxiety in the hamlet village Margomulyo Puncu Puncu Kediri

District in 2013 The existence of a relationship between the degree of independence of the elderly with anxiety level, is

influenced by factors of age and education. More severe in the elderly dependency perform daily activities, the

more severe level of anxiety. So it is advisable for the elderly at the time of independence would decrease the

level of physical training to maintain functional ability and social support to the elderly in order to avoid

anxiety.

  Keywords: Elderly, Independence, Anxiety

Latar Belakang individu/kelompok mengalami perasaan gelisah

  Menurut World Health Organisation (WHO), (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam Lanjut Usia adalah seseorang yang telah memasuki berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan tahap lanjut nonspesifik (Carpenito,2003). Dari hasil survei di dari suatu proses kehidupan yang akan di alami oleh masyarakat masih jumpai banyak lansia yang semua individu (Azizah, 2011). Lansia mengalami mengalami penurunan tingkat kemandirian dan proses penuaan (Azizah, 2011). Proses penuaan pada mengalami kecemasan. lansia cenderung berpotensi terhadap penurunan Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas menunjukkan bahwa pada tahum 2010 jumlah lansia sehari-hari (Maryam, 2008). Tingkat kemandirian di Indonesia 23.992.553 jiwa (9,77%), sedangkan adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung jumlah lansia di Jawa Timur pada tahun 2.971.004 pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan jiwa (Rhirin, 2011). Menurut WHO-Comunity Study bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang of the Elderly, Central Java (1990) dalam Boedhi baik individu maupun kelompok dari berbagai Darmojo (2004), di Indonesia masalah kesehatan kesehatan atau penyakit (Herman, 2009). Penurunan lansia yang mempengaruhi ADL (Activity Daily tingkat kemandirian dapat mengakibatkan kecemasan Living ) berjumlah 29,3% (Azizah, 2011). Berdasarkan pada lansia. Kecemasan adalah keadaan ketika survei peneliti di Dusun Margomulyo Desa Puncu

1 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  urnal Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat

  Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri terdapat 123 lansia, dengan jumlah laki-laki 51 dan perempuan 72. Dengan metode wawancara dari 10 orang lansia di dapatkan kategori mandiri 5 orang (50%) dan mengalami kecemasan ringan, 3 orang ketergantungan sedang (30%) dan cemas sedang, dan 2 orang ketergantungan berat (20%) sehingga mengalami kecemasan berat.

  Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia mengalami proses penuaan sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi (Azizah, 2011). Permasalahan kesehatan yang muncul sebagai akibat dari penurunan fungsi meliputi gangguan pada pendengaran, gangguan pada penglihatan, gangguan pada persendian dan tulang, gangguan pada defekasi, dan penurunan tingkat kemandirian (Azizah, 2011). Kemandirian lansia berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif (Maryam, 2008). Tingkat kemandirian pada lansia dapat di lihat dari kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari – hari, seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan sendiri (Kushariyadi, 2011). Penurunan tingkat kemandirian pada lansia seringkali menimbulkan kecemasan. Kecemasan adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito,2003). Dimana kecemasan lansia akibat penurunan tingkat kemandirian di tandai dengan mudah terjatuh, mudah lelah, berat badan menurun, dan gangguan pada ketajaman penglihatan (Azizah, 2011). Kecemasan dapat di atasi dengan menggunakan pendekatan suportif yaitu dengan memberikan dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat (Tamher.S, 2009). Apabila kecemasan tidak teratasi maka bisa berdampak pada fisik gangguan pada organ-organ tubuh termasuk imunitasnya, kemudian pada psikologis akan muncul perasaan khawatir yang tidak rasional akan kejadian yang terjadi, sulit sepanjang malam, rasa tegang dan rasa panik terhadap masalah yang ringan (Maryam, 2008). Pada sosialnya lansia enggan berkomunikasi dengan orang lain bahkan mengisolasi dirinya karena mereka merasa tidak bebas lagi, serta khawatir karena di anggap tidak lagi mandiri oleh keluarga dan lingkungan (Tamher.S, 2009). Dan pada spiritualnya lansia tersebut tidak percaya terhadap dirinya sendiri dan menurunnya keyakinan pada Tuhan karena adanya rasa tidak percaya dengan kekuasaan Tuhan (Azizah, 2011).

  Dari semua upaya yang telah di lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, pemerintah belum menemukan solusi untuk meningkatkan tingkat kemandirian dan mengurangi kecemasan lansia sebagai dampak proses penuaan (Depkes RI, 2011). Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari Dengan Tingkat Kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.”

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013?”

  Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013

  2. Tujuan khusus

  a. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  c. Menganalisis hubungan tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  Desain Penelitian

  Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional dengan pendekatan Analitik Cross Sectional.

2 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  Diagram 2 : Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

  Variabel penelitian ini adalah tingkat kemandirian

  Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu

  lansia sebagai variabel independen dan variabel

  Kabupaten Kediri Tahun 2013 dependen adalah tingkat kecemasan.

  Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden Penelitian diselenggarakan di Dusun Margomulyo didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berjenis

  Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 responden adapun waktu penyelesaian penelitian yaitu mulai

  (57%) dan frekuensi terendah berjenis kelamin laki- bulan Januari sampai dengan Maret 2013. laki yaitu sebanyak 23 responden (43%). Populasi penelitian ini adalah lansia yang ada di

  c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Dusun Margomulyo Desa Puncu yang berjumlah 123

  7% 4%

  lansia. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian populasi lansia yang ada di Dusun

  22%

  Margomulyo Desa Puncu, dengan sejumlah 54

  67%

  responden, berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pada penelitian ini tekhnik sampling yang

SD SMP SMA PT

  digunakan adalah Purposive sampling. Analisis data dilakukan melalui tahapan pemeriksaan data (editing),

  Diagram 3: Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di

  proses pemberian identitas data (coding), tabulating Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu

  Kabupaten Kediri Tahun 2013

  dan scoring. Analisis statistik menggunakan analisis Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden statistik deskriptif. didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berpendidikan SD, yaitu sebanyak 36 responden

  Hasil Penelitian

  (68%), kemudian SMP sebanyak 12 responden (23%), SMA sebanyak 4 responden (7%) dan frekuensi

  a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia terendah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2

  9% 0%

  responden (2%).

  41%

  d. Identifikasi Tingkat Kemandirian pada lansia dalam melakukan Aktivitas Sehari-hari di Dusun

  50%

  Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013

  ≤70 tahun 70-90 tahun 15% Diagram 1: Karakteristik responden berdasarkan usia di Dusun 39%

  Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten 17%

  Kediri Tahun 2013

  Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden

  29%

  didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berusia 70-90 tahun, yaitu sebanyak 27 responden (50%),

  Ketergantungan berat

  kemudian usia ≤ 70 tahun sebanyak 22 responden

  Diagram 4: Karakteristik tingkat kemandirian pada lansia dalam

  (41%), dan terendah usia ≥ 90 tahun sebanyak 5

  melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo responden (9%). Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri

  b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

  Tahun 2013

  Kelamin Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami

  0% 0% 43%

  ketergantungan berat , yaitu sebanyak 21 responden (39%), kemudian ketergantungan sedang

  16

  57%

  responden (29%), ketergantungan ringan 9 responden (17%), dan terendah mandiri, yaitu sebanyak 8 responden (15%).

  Laki-laki

3 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  urnal e. Identifikasi Tingkat Kecemasan pada Lansia di Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu di peroleh gambaran bahwa Tingkat Kemandirian Kabupaten Kediri Tahun 2013 pada Lansia dari 54 responden sebagian besar responden mengalami ketergantungan berat , yaitu

  4% 35%

  sebanyak 21 responden (39%), kemudian

  30%

  ketergantungan sedang 16 responden (29%), ketergantungan ringan 9 responden (17 %), dan terendah mandiri, yaitu sebanyak 8 responden (15%).

  31%

  Menurut Maryam (2008), kemandirian berarti

  Cemas berat Cemas sedang

  tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi

  Diagram 5: Karakteristik tingkat kecemasan pada lansia di Dusun

  yang masih aktif. Kemandirian pada lansia meliputi

  Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013

  kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari- Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden hari seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami berpindah tempat, dapat mengontrol BAK atau BAB, cemas berat 19 responden (35%), kemudian cemas serta dapat makan sendiri (Kushariyadi, 2011). sedang 17 responden (31%), cemas ringan 16

  Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat responden (30%), dan terendah tidak cemas 2 kemandirian lansia meliputi usia dan imobolitas responden (4%) (Maryam, 2008). Sedangkan masalah pada

  f. Analisa hubungan tingkat kemandirian lansia kemandirian lansia meliputi mudah terjatuh, mudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan lelah,berat badan menurun, dan gangguan pada tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa ketajaman penglihatan (Azizah, 2011). Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun

  Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian 2013 didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami

  Tabel 1. Tabulasi silang hubungan tingkat kemandirian lansia dalam

  ketergantungan berat yaitu 21 responden (39%), hal

  melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di

  ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu

  Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupten Kediri Tahun 2013. No Total Kecemasan Tingkat lansia adalah usia. Dari penelitian di dapatkan usia Tingkat Kemandirian faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian 1 Tidak M KR KS KB 2 2 yang lebih dominan adalah usia 70-90 tahun, dimana Cemas (3,7%) (0%) (0%) (0%) (3,7%) lansia yang telah memasuki usia tersebut lebih 2 Cemas Ringan (7,4%) (7,4%) (14,8%) (0%) (29,6%) 4 4 8 16 beresiko tinggi terhadap ketidakmampuan untuk 3 Cemas 2 5 7 3 17 bergerak aktif (imobilisasi) akibat berbagai penyakit 4 Cemas Sedang (3,7%) (9,2%) (13%) (5,5%) (31,4%) 1 18 19 atau gangguan pada organ tubuh, sehingga dapat Total Berat (0%) (0%) (2%) (33,3%) (35,3%) (14,8%) (16,6%) (29,8%) (38,8%) (100%) 8 9 16 21 54 termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan menghalangi penurunan dalam berbagai hal

  aktifitas sehari-hari

  2. Identifikasi tingkat kecemasan pada lansia di

  Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden

  Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan

  didapatkan frekuensi tertinggi dari responden

  Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013

  berpendidikan SD, yaitu sebanyak 36 responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

  (68%), kemudian SMP sebanyak 12 responden (23%), tingkat kecemasan dari 54 responden didapatkan SMA sebanyak 4 responden (7%) dan frekuensi responden mengalami cemas berat 19 responden terendah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2

  (35%), kemudian cemas sedang 17 responden (31%), responden (2%). cemas ringan 16 responden (30%), dan terendah tidak cemas 2 responden (4%).

  Pembahasan

  Menurut Carpenito (2003), kecemasan adalah

1. Identifikasi Tingkat Kemandirian pada lansia

  keadaan ketika individu atau kelompok mengalami

  dalam melakukan Aktivitas Sehari-hari di

  perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi

  Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan

  saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang

  Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013

  tidak jelas. Kecemasan merupakan suatu pikiran yang

  Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam

4 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat

  urnal Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  

5

  tidak menyenangkan yang di tandai dengan kekhwatiran, rasa tidak enak dan perasaan yang tidak baik yang tidak dapat di hindari oleh seseorang (Hurlock, 2002). Kecemasan akan direspon secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Menurut Stuart and Sundeen (1998) dalam Pamungkas (20011), faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan antara lain faktor predisposisi (teori psikoanalitk, teori interpersonal, teori perilaku, teori keluarga, dan teori biologis) dan pada faktor presipitasi pencetus timbulnya kecemasan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain ancaman integritas fisik dan ancaman sistem diri, sedangkan faktor internal yaitu kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan di temukan oleh potensi stresor, maturitas, pendidikan, status ekonomi , keadaan fisik, tipe kepribadian, lingkungan , umur, dan jenis kelamin.

  Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian frekuensi tertinggi tingkat kecemasan termasuk kategori berat yaitu 19 responden (35%). Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai faktor pada lansia saat mereka mengalami kecemasan antara lain faktor usia, jenis kelamin dan pendidikan. Dari faktor usia, lansia yang mengalami cemas berat adalah usia 70-90 tahun, dimana pada usia tersebut seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan tidak berfikir tentang hal lain, sehingga setiap stimulus/dorongan yang tidak baik akan dipersepsikan tidak baik pula, kemudian dapat timbul ancaman dalam diri seseorang dan timbulah kecemasan. Ditinjau dari jenis kelamin dimana sebagian besar responden adalah perempuan, dimana perempuan lebih berorientasi perasaan dalam berbagai hal sehingga dalam penyelesaian masalah akan lebih cenderung menggunakan koping yang berorientasi pada ego, sedangkan laki-laki lebih berorientasi pada kenyataan sehingga laki-laki dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat. Kemudian dari faktor pendidikan lansia yang sebagian besar adalah berpendidikan SD, diketahui apabila pendidikan seseorang rendah, pengetahuan terhadap sesuatupun juga kurang, sehingga dalam mempersepsikan sesuatu akan berbeda, sehingga timbulah perasaan gelisah, kekhawatiran, ketakutan,dan perasaan negatif lainnya yang dapat memicu timbulnya kecemasan.

  Berdasarkan tabel 4.1 dapat di ketahui bahwa lansia yang mandiri dan tidak cemas sebanyak 2 responden (3,7%), lansia yang mengalami ketergantungan ringan dan cemas ringan sebanyak 4 responden (7,4%), lansia yang mengalami ketergantungan sedang dan cemas sedang sebanyak 7 responden (13%), dan lansia yang yang mengalami ketergantungan berat dan cemas berat sebanyak 18 responden (33,3%). Sehingga dapat ketahui bahwa semakin berat ketergantungan lansia pada tingkat kemandiriannya maka semakin berat tingkat kecemasannya. Hal ini berarti menunjukkan adanya hubungan di antara kedua variabel tersebut. Dengan demikian ada hubungan antara tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di dusun margomulyo kecamatan puncu kabupaten kediri tahun 2013.

  Lanjut Usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas (WHO). Lansia akan mengalami proses penuaan. Menurut Paris

  Constantinde (1994) dalam Maryam (2008), Menua

  adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi. Proses penuaan tersebut dapat mengakibatkan penurunan fungsi atau perubahan anatomis, fisiologis dan psikis pada tubuh sehingga dapat menyebabkan penurunan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Herman, 2009). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian adalah usia dan imobilitas. Apabila lansia mengalami penurunan tingkat kemandirian lansia dapat mengakibatkan kecemasan. Kecemasan adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito,2003). Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intenal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, motivasi,

3. Analisa Hubungan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013

  Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat

  kondisi fisik dan faktor eksternal yang terdiri dari dukungan sosial, dukungan keluarga.

  Menurut peneliti, terjadinya hubungan antara tingkat kemandirian pada lansia dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain fakor usia dan pendidikan. Dari faktor usia, lansia yang mandiri dan tidak cemas mayoritas adalah usia ≤ 70 tahun, sedangkan lansia yang mengalami ketergantungan berat dan cemas berat mayoritas adalah usia 70- 90tahun, dimana pada usia tersebut lansia lebih beresiko terhadap ketidakmampuan untuk melakukan aktivitasnya akibat berbagai penyakit atau gangguan pada organ tubuh dan lebih cenderung memusatkan pada satu hal sehingga timbul ancaman dalam diri seseorang dan timbulah kecemasan . Dari faktor pendidikan, lansia yang mandiri dan tidak cemas mayoritas adalah berpendidikan SMP dan SMA, sedangkan lansia yang mengalami ketergantungan berat dan cemas berat mayoritas adalah berpendidikan SD, di ketahui apabila pendidikan rendah, pengetahuan terhadap sesutatu juga kurang, sehingga apabila lansia mengalami penurunan pada tingkat kemandirian maka lansia tersebut akan lebih beresiko mengalami kecemasan karena lansia tersebut tidak mengetahui bahwa penurunan pada tingkat kemandirian akan di alami oleh setiap individu yang telah memasuki usia lanjut. Sehingga disarankan untuk para lansia yang mengalami penurunan tingakat kemandirian adalah dengan melakukan pelatihan secara fisik untuk mempertahankan kemampuan fungsional dan mekanisme dukungan sosial agar tidak terjadi kecemasan

  Kesimpulan

  1. Identifikasi tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan dari 54 responden frekuensi tertinggi responden mengalami ketergantungan berat , yaitu sebanyak 21 responden (39%).

  2. Identifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013, didapatkan dari 54 responden frekuensi tertinggi responden mengalami cemas berat 19 responden (35%).

  3. Ada hubungan antara tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  Saran

  1. Bagi Responden Gunakan bunga rosela untuk terapi pengobatan hipertensi dan anjurkan juga keluarga, teman atau orang terdekat lainnya yang menderita hipertensi untuk memanfaatkan bunga rosela sebagai penurun tekanan darah.

  2. Bagi Masyarakat Jangan salah dalam memilih obat herbal untuk terapi pada penyakit yang diderita. Pastikan obat yang dipilih benar-benar aman dan sudah terbukti khasiatnya, salah satunya alternatif adalah teh bunga rosela yang memang sudah terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Budidayakan bunga rosela karena selain mudah juga banyak manfaatnya dan untuk bisnis juga menjajikan.

  3. Bagi Institusi Kesehatan Adakan penyuluhan tentang pengobatan herbal agar masyarakat lebih mengenalnya dan dapat mau mencobanya. Kalau memungkinkan di setiap sarana kesehatan ada seorang ahli pengobatan herbal, sehingga masyarakat ada alternatif lain dalam memilih pengobatan yang akan dijalani.

  4. Bagi Institusi Pendidikan Pengobatan herbal dapat dimasukkan ke dalam kurikulum akademik agar mahasiswa bisa lebih berkembang. Laboratorium lebih dilengkapi lagi, khususnya dengan alat-alat yang mendukung untuk mengadakan riset yang mengarah pada eksperimen pengobatan herbal.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Medika. Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Ed.1. Yogyakarta : Graha Ilmu. Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Muha Medika. Carpenito, Linda Jual. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Ed.10. Jakarta : EGC.

6 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  Herman. (2009). Kemandirian pada Lansia. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi http://hermanadi.wordpress.com. (download Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. pada 14 September 2012) Pamungkas. (2011). Konsep Kecemasan . Hurlock, Elisabeth. (2002). Psikologi http://pamungkasgunawan.wordpress.com.

  

Perkembangan, Ed.5. Jakarta : Erlangga. (download pada 14 September 2012).

  Kushariyadi. (2011). Asuhan Keperawatan Gerontik. Rhirin. (2011). Kebijakan dan Program Kesehatan Yogyakarta : Salemba Medika. Pada Lansia di Indonesia. Maryam,R.Siti. dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut http://rhirin.wordpress.com. (download pada dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

  14 September 2012). Muhammad, Najamuddin. (2010). Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian

  Tanya Jawab

Kesehatan Harian Untuk Lansia. Yogyakarta : Keperawatan. Yogyakarta : Muha Medika.

  Tunas Publishing. Tamher.S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Mustikasari. (2006).Mekanisme Koping. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : http://mustikanurse.blogspot.com/2006/html. Salemba Medika.

  (download pada 3 Juni 2013) Tamsuri, Anas. (2008). Riset Keperawatan. Kediri : Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Pamenang Press

  Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

7 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  urnal