PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ANGGA BAGUS WIDYA SAPUTRA 20120320155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ANGGA BAGUS WIDYA SAPUTRA 20120320155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Angga Bagus Widya Saputra

NIM : 20120320155

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Perjalanan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sangat berkesan bagi saya, sehingga karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada orang-orang yang saya sayangi

dan orang-orang yang bermakna dalam hidup saya. Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberikan perlindungan, kesehatan, dan kenikmatan tiada tara kepada kita semua dan junjungan saya Nabi Agung Muhammad SAW

My Hero Papa Bagus yang selalu dukung saya, selalu bekerja keras untuk saya dan adek, semoga papa selalu diberikan kesehatan dan diperlancar rezekinya

My mother Almh mama nanik yang telah merawat, mendidik, dan membesarkan ku hingga sampai saat ini, maaf angga belum bisa membahagiakan mama, semoga amal ibadah dan

kebaikan mama diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa dan ditempatkan di Surga, I LOVE and MISS YOU MOM

My Sister adek Anggi semoga menjadi anak yang berbakti, menjadi orang sukses, sekolah setinggi-tingginya dan raihlah semua cita-citamu

Mbah Be’e, Pae, Mbah Mur, Mbah Uyut

Bude Sri, Pakde Dahlan, Pakde Bambang, Om Anto, Bulek Siti, Om Ndut, Mbak Wiwit, Om Wiwit, Bulek Endah, Alm Om Adi, Lek Cus, Mbak Ratna, Mbak Dina

Bila, Laila, Sasa, Tata, Kaka, Vava, Vivi, Kayla, Aura, Kiki, Ikhsan, Lala Sahabat Seperjuangan Gugun, Palupi, Linda, Dian, Koko

Tim Basket FKIK UMY dan PSIK UMY angkatan 2012


(6)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:

1. Bapak Bagus Giyanto, Almh. Ibu Nanik Widayanti selaku orang tua yang selalu mendukung dengan sepenuh hati, doa dan usaha.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, S.Kep.,NS.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Yanuar Primanda, S.Kep.,NS.,MNS.,HNC, selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing kami hingga menyelesaikan penelitian ini.

5. Erfin Firmawati, S.Kep.,NS.,MNS, selaku dosen penguji yang telah

menguji dan memberikan saran yang lebih baik untuk penelitian ini.

6. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhaammadiyah Yogyakarta.

7. Kepala Dukuh Kasihan yang telah memberikan izin dan dukungan dalam melakukan penelitian ini.


(7)

vi

yang telah memberikan pengalaman dan kesan yang tak akan terlupakan selama kuliah di FKIK UMY.

9. Ratri Fahmi, Nurdina, Vitta, Upik Mei, Nur Saadah, Dian Putra, Denda selaku teman satu bimbingan karya tulis ilmiah

10. Deva, Zeze, Aulia Rahma, Fikri Habibah, Nur Saadah, Dyah Amboro, Tiffani, Kiki, Ratri Fahmi, Linda, Palupi, Novia, Defia, Mega, dan Hermansyah selaku teman kelompok Skill Lab

11. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada para pembaca, semoga Allah SWT melindungi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr Wb


(8)

vii

DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Puasa ... 13

Pengertian ... 13

Macam-macam... 13

Puasa Senin Kamis... 15

Dalil Anjuran Puasa Senin Kamis ... 18

Manfaat Puasa Dalam Kesehatan ... 20

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa ... 22

2. Diabetes Melitus ... 24

a. Pengertian ... 24

b. Klasifikasi ... 25

c. Patofisiologi ... 28

d. Manifestasi Klinis ... 29


(9)

viii

f. Komplikasi ... 34

g. Penatalaksanaan ... 37

h. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa ... 41

3. Glukosa Darah ... 42

Pengertian ... 42

Fungsi... 42

Kelainan ... 43

Kadar Gula Darah ... 44

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah... 44

B. Kerangka Konsep ... 47

C. Hipotesa... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Desain Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

D. Variabel Penelitian ... 51

E. Definisi Operasional... 51

F. Instrumen Penelitian... 52

G. Cara Pengumpulan Data ... 53

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

I. Analisa Data ... 58

J. Etika Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

2. Karakteristik Demografi Responden ... 62

3. Analisa Perbedaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pre dan Post Pada Masing-masing Kelompok ... 64

4. Analisa Perbedaan Kadar Gula Darah Sewaktu Post-Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 65

B. Pembahasan ... 65

1. Karakteristik Demografi Responden ... 65

Jenis Kelamin ... 65

Pendidikan terakhir ... 66


(10)

ix

Penghasilan ... 68

Konsumsi obat ... 68

Usia ... 69

Lama Menderita DM ... 70

2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu . ... 70

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 78

1. Kekuatan penelitian ... 78

2. Kelemahan penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 88

Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 89

Lampiran II Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 90

Lampiran III Lembar Informasi Penelitian... 91

Lampiran IV Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran V Booklet Panduan Puasa Senin dan Kamis ... 96

Lampiran VI Catatan Harian Puasa Senin dan Kamis... 117

Lampiran VII Hasil Uji content validity ... 123

Lampiran VIII Hasil Analisa Data Penelitian ... 127

Lampiran IX Surat Kelayakan Etik Penelitian ... 137


(11)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep ... 47 Gambar 2 Skema Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 56


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kadar Gula Darah ... 44 Tabel 2 Desain Penelitian... 48 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Kadar Gula Darah Sewaktu pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 58 Tabel 4 Uji Hipotesis Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta ... 59 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden DM di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta ... 62 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Usia dan Lama Menderita DM di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta... 63 Tabel 7 Hasil Analisa Perbedaan Gula Darah Sewaktu Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi dengan Uji Wilcoxon ... 64 Tabel 8 Hasil Analisa Perbedaan Gula Darah Sewaktu Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi dengan Uji Independent T-Test ... 65


(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN ADA : American Diabetes Association

DM : Diabetes Mellitus

IDF : Internasional Diabetes Federation

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia OHO : Obat Hipoglikemi Oral

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar


(14)

(15)

xiii INTISARI

Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa. Salah satu alternatif pengelolaan diabetes mellitus adalah berpuasa Senin Kamis.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah Quasi-Experimental pre-test and post-test with control group design. Penelitian dilaksanakan pada April hingga Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden terdiri dari 15 orang di kelompok eksperimen yang diberikan intervensi Puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi dengan teknik total sampling. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan taraf signifikansi p<0,05.

Hasil Penelitian: Rerata usia dan lama menderita DM adalah 57,20 dan 4,53 tahun pada kelompok eksperimen serta 54,67 dan 6,13 tahun pada kelompok kontrol. Sebanyak 8 orang di kelompok eksperimen dan 9 orang di kelompok kontrol mengkonsumsi Metformin.. Puasa Senin Kamis menurunkan kadar gula darah sewaktu pada kelompok eksperimen (p=0,05). Terdapat perbedaan setelah Puasa Senin Kamis antara kelompok eksperimen dan kontrol dimana gula darah kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,031).

Kesimpulan: Puasa Senin Kamis memiliki potensi menurunkan kadar gula darah sewaktu. Perawat dapat menggunakan Puasa Senin Kamis sebagai pilihan intervensi dalam menurunkan kadar gula darah. Penelitian selanjutnya dapat menguji pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap variabel lain seperti asam urat dan tekanan darah dengan mengontrol variabel pengganggu dengan ketat.


(16)

xiv ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus is one of the life-threatening disease. One alternative management of diabetes mellitus was fasting on Mondays and Thursdays.

Objective: To determine the effect of fasting on Mondays and Thursdays to random blood glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus.

Methods: Quasi-Experimental pre-test and post-test with control group design. The research was conducted from April to May 2016 in Dukuh Kasihan. Respondents consisted of 15 people in experimental group were given intervention fasting on Mondays and Thursdays for 1 month and 15 people in control group who were not given the intervention by total sampling technique. Data were analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with a significance level of p <0.05.

Results: Mean of age and length of suffering diabetes was 57.20 years old and 4.53 years in experimental and 54.67 and 6.13 years in control. Eight people in experimental and 9 in control were taking metformin.. Fasting on Mondays and Thursdays have made random blood glucose levels lower in experimental group (p=0.05). There are differences after fasting on Mondays and Thursdays between experimental and control in which blood glucose on experimental are lower than control (p = 0.031).

Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdays has potential to decrease random blood glucose levels. Nurses may use fasting on Mondays and Thursdays as an optional intervention to decrease blood glucose. Next research can test the effect of fasting on Mondays and Thursdays to other variables such as uric acid and blood pressure by controlling confounding variables closely.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus (DM), dan lain-lain (Suyono, 2009).Prevalensi DM di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, angka kejadian diabetes untuk segala usia di dunia diperkirakan sebesar 2,8% pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan sebesar 4,4% pada tahun 2030.

Pada tahun 2000, WHO melaporkan sebanyak 171 juta jiwa menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat sebanyak 366 juta jiwa dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2000 angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa menderita diabetes dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (WHO, 2013). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi diabetes di Indonesia tahun 2013 adalah 2,1%, angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 sebesar 1,1% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013). Peningkatan prevalensi penderita diabetes melitus disebabkan karena tidak terkontrolnya kadar gula darah.


(18)

Pada tahun 2006 penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 14 juta jiwa, 50% dari jumlah penderita diabetes sadar telah mengidap penyakit diabetes tetapi tidak melakukan pengobatan secara teratur dan 30% sadar telah mengidap diabetes dan melakukan pengobatan secara teratur (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia [PERKENI], 2012). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014, bahwa penderita DM di Yogyakarta berjumlah 25.152 orang dan menempati sepuluh besar sebagai penyakit terbesar di kota Yogyakarta. Sedangkan berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Bantul tahun 2013, bahwa penderita DM di Puskesmas se-Kabupaten Bantul sebanyak 5558 orang dan menempati urutan ke 6 sebagai 10 besar penyakit penyakit di Puskesmas se-Kabupaten Bantul (Dinas Kesehatan [Dinkes] Bantul, 2014) Diabetes melitus merupakan salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan karena pola makan atau nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stress (Kemenkes RI, 2013). Menurut Riskesdas tahun 2013, DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan dengan prosentase 14,7% pada tahun 2007. Selain itu, DM menempati urutan angka kematian tertinggi ke-6 di daerah perdesaan dengan prosentase 5,8% (Kemenkes RI, 2013). Meningkatnya angka kematian penderita diabetes adalah tidak terkontrolnya gula darah sehingga akan menyebabakan komplikasi penyakit yang lain.

Diabetes melitus memiliki kompilkasi yang berbahaya apabila tidak dikelola atau dikontrol dengan baik. Penderita DM yang tidak mengontrol kadar


(19)

3

gula darahnya dengan baik dan kadar gula darahnya tinggi secara konsisten meningkatkan resiko berkembangnya masalah kesehatan yang serius yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, gigi, apabila terjadi luka di kaki sangat sulit untuk sembuh, dan gangguan sirkulasi darah ke otak yang mengakibatkan stroke bahkan kematian (International Diabetes Federation [IDF], 2014). Selain itu, penderita diabetes juga memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembangnya infeksi (Khotimah, 2014). Penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan melainkan dapat dikendalikan melalui pengelolaan diabetes melitus (Dewi, 2013).

Berdasarkan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia tahun 2011 terdapat 4 pilar dalam penanggulangan diabetes melitus, 4 pilar tersebut meliputi: edukasi, latihan jasmani, intervensi farmakologis dan terapi gizi atau perencanaan makan (PERKENI, 2011). Salah satu pilar yang sangat penting bagi penderita DM adalah perencanaan makan. Penderita diabetes dapat mengontrol kadar gula darah dengan cara mengatur pola makan. Prinsip dari pengaturan pola makan pada penderita diabetes adalah makanan yang seimbang, yang sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu. Komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes terdiri dari karbohidrat sebesar 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g dan diet cukup serat sekitar 25g/hari (PERKENI, 2011). Selain mengontrol pola makan dengan cara yang telah dijelaskan di atas, penderita diabetes juga dapat mengontrol asupan makanannya dengan berpuasa.


(20)

Puasa telah dilakukan sejak zaman dahulu, tidak hanya oleh umat Islam saja, tetapi oleh umat beragama yang lain, namun dengan cara yang berbeda-beda sesuai ajaran yang dipercayai. Puasa diartikan sebagai menahan. Menahan di sini yaitu menahan dari hal-hal yang masuk ke dalam mulut dalam bentuk makanan dan minuman. Salah satu hikmah melaksanakan puasa adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh derajat yang agung di hadapan Allah SWT berupa ketakwaan. Hal ini seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183

يَايَيّاَااَّاِين ََمَنَوااَتِبََاَلَيْكَمَُاَصيَكَ ِم َيَمََاَتِبََعَمَُاَّاِين َاِّْواْلَيِمْمَْاْلَينمَمَ اَتمَُنبََ

”Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

Menurut Islam puasa yang kita lakukan dalam Bulan Ramadhan maupun puasa sunah diluar Ramadhan seperti puasa Senin Kamis membuat kita bisa menjadi lebih taqwa dan lebih sabar.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah r.a, Rasullullah bersabda ”Allah ’Azza wa Jalla yang artinya ”Setiap amal anak Adam teruntuk baginya kecuali puasa, puasa itu adalah untuk Ku dan Aku akan memberinya pahala”. Selain itu, Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Amal-amal perbuatan itu diajukan pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan pada saat aku sedang puasa”. Selain meningkatkan ketaqwaan, berpuasa juga dapat menyehatkan tubuh kita.


(21)

5

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”(HR.Bukhari). Puasa dapat membersihkan toksin dan zat-zat yang menumpuk dalam seluran pencernaan, ginjal, dan organ yang lain akibat bahan pengawet, zat pewarna, pemanis buatan, asap rokok, yang menumpuk selama bertahun-tahun (Albiby dalam Liza, 2009). Puasa juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh atau sistem imun terhadap berbagai penyakit karena puasa dapat meningkatkan fungsi sel limfa yang memproduksi sel limfosit T yang secara signifikan bertambah dan puasa juga dapat memberikan manfaat pada penderita DM yang melaksanakan puasa (Albiby dalam Liza, 2009).

Manfaat lain dari puasa bagi kesehatan tubuh meliputi sistem pencernaan. Ketika berpuasa, sistem pencernaan didalam tubuh kita akan beristirahat sehingga sistem pencernaan kita akan menjadi semakin sehat (Ardan, 2013; Fulton, 2010). Selain sistem pencernaan, puasa juga dapat menghilangkan racun dan kotoran (detoksifikasi) yang ada dalam tubuh kita, dengan berpuasa maka kita akan membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita, sehingga akan menghasilkan enzim antioksidan yang mampu membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan carsinogen (Fulton, 2010). Selain itu, puasa juga dapat mencegah penyakit yang muncul akibat pola makan yang tidak baik seperti kolestrol, trigiserida tinggi, jantung koroner, diabetes melitus (kencing manis), dan lain-lain (Ardan, 2013; Fulton, 2010).

Puasa sudah diakui menjadi penyembuh terhebat dalam menanggulagi penyakit. Zaman dahulu puasa telah digunakan sebagai pengobatan penyakit. Plato (390 SM) mengatakan bahwa puasa adalah cara untuk mengobati sakit fisik


(22)

dan mental. Paracelsus (Abad ke-15) juga mengatakan bahwa “Fasting is the greatest remedy the physician within" yang artinya: Puasa dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit karena memiliki banyak manfaat (Hana, 2010). Puasa Ramadhan tidak akan berbahaya bagi penderita DM, tetapi memberikan banyak manfaat (Sulimami dalam Liza, 2009).

Puasa juga dapat mencegah terjadinya DM tipe 2, puasa dapat menghambat hiperplasia populasi sel Enteroendokrin (EE). Hal ini akan mengakibatkan pengurangan produksi glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP) dan glucagon-like peptide 1 (GLP-1) yang dihasilkan oleh sel K dan L pada populasi sel EE. Tingginya kadar GIP dan GLP-1 merupakan faktor predisposisi DM tipe 2 (Jamil, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bener dan Yousafzai (2014) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Palupi, Yati dan Yudi (2011) menunjukkan bahwa pasien yang melakukan puasa Senin dan Kamis selama 1 bulan memiliki kadar trigliserida lebih rendah, kadar kolesterol HDL lebih tinggi, kadar kolesterol LDL lebih rendah dan kadar kolesterol total lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang tidak melakukan puasa Senin dan Kamis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di Puskesmas Kasihan I, Bantul, Yogyakarta, didapatkan penderita DM tipe 2 terbanyak di wilayah kerja Puskesmas pada tahun 2014 berada di Desa Kasihan dengan jumlah penderita 30 orang yang sesuai dengan kriteria peneliti.


(23)

7

Hasil wawancara dari 5 penderita DM di Desa Kasihan didapatkan bahwa kelima pasien belum mengetahui tentang DM, Diet DM, serta tidak pernah melakukan puasa Senin dan Kamis.

Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul “Pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta”.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2?”.

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui data demografi responden penderita diabetes melitus di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum (pre) dan setelah (post) intervensi pada kelompok eksperimen.

c. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum (pre) dan setelah (post) pada kelompok kontrol.


(24)

d. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah intervensi.

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi profesi keperawatan sebagai masukan dalam pemberian intervensi pada penderita DM untuk puasa Senin dan Kamis.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang cara mengontrol kadar gula darah dan diharapkan mampu mengontrol kadar gula darah dengan cara berpuasa Senin dan Kamis, sehingga dapat mengurangi angka komplikasi penderita diabetes karena tidak mengontrol kadar gula darah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh puasa Senin dan Kamis pada penderita diabetes melitus.

E.Keaslian Penelitian

1. Bener dan Yousafzai (2014) telah melakukan penelitian tentang efek puasa Ramadhan terhadap kadar glukosa darah, hemoglobin terglikasi (HbA1c), dan profil lipid pada pasien DM di Qatar. Peneliti melakukan intervensi pada 1301 orang muslim dengan DM yang berusia diatas 18 tahun, berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode Quasi experiment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah, hemoglobin terglikasi


(25)

9

(HbA1c), dan profil lipid pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan.

Persamaan dengan penelitian saat ini adalah menggunakan metode quasi experiment, quantitatif, untuk mengetahui kadar gula darah, dan di intervensikan bagi penderita diabetes. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah intervensi yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan puasa Ramadhan, penelitian saat ini menggunakan puasa Senin Kamis. Jumlah responden, penelitian sebelumnya menggunakan 1.301 responden, sedangkan penelitian saat ini menggunkan 78 responden, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol.

2. Palupi (2011) telah melakukan penelitian tentang perbedaan orang yang rutin puasa Senin Kamis dengan yang tidak terhadap profil lipid (Trigliserida). Berdasarkan Penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode observasional dan cross sectional untuk membandingkan kadar trigliserida pada populasi rutin puasa Senin Kamis dengan yang tidak. Penelitian dilakukan selama satu bulan. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat. Sebanyak 15 responden melakukan puasa Senin Kamis secara rutin dan 15 responden tidak melakukan puasa Senin Kamis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai kadar trigliserida yang rutin puasa dengan yang tidak puasa. Responden yang melakukan puasa


(26)

Senin dan Kamis memiliki kadar trigliserida lebih rendah dari pada responden yang tidak melakukan puasa Senin dan Kamis.

Persamaan dari penelitian saat ini dengan penelitian Palupi adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian saat ini adalah tujuan yang ingin diketahui, penelitian Palupi untuk mengetahui kadar trigliserida pada responden yang melakukan puasa Senin dan Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Sedangkan penelitian saat ini untuk membandingkan kadar gula darah puasa penderita diabetes yang melakukan puasa Senin dan Kamis dengan yang tidak puasa. Jumlah responden pada penelitian sebelumnya berjumlah 30 orang, sedangkan jumlah responden pada penelitian saat ini berjumlah 78 orang, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol. Metode penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian observasi dan cross sectional, sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian Quasi experimen.

3. Yati (2011) telah melakukan penelitian tentang perbedaan orang yang rutin puasa Senin Kamis dengan yang tidak terhadap profil lipid (HDL & LDL). Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode observasional dan cross sectional untuk membandingkan kadar kolesterol HDL dan LDL pada populasi rutin puasa Senin Kamis dengan yang tidak. Penelitian dilakukan selama 1 bulan. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat, 15 responden melakukan puasa Senin Kamis secara rutin dan 15 responden tidak melakukan puasa Senin dan Kamis. Hasil dari penelitian tersebut


(27)

11

menunjukkan bahwa pada kelompok puasa Senin Kamis kadar kolesterol HDL lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak puasa, sedangkan kadar kolesterol LDL pada kelompok puasa Senin Kamis lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak puasa.

Persamaan dari penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian saat ini adalah tujuan yang ingin diketahui, penelitian sebelumnya untuk mengetahui kadar kolesterol HDL dan LDL pada responden yang melakukan puasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Sedangkan penelitian saat ini untuk membandingkan kadar gula darah puasa penderita diabetes yang melakukan puasa Senin dan Kamis dengan yang tidak puasa. Jumlah responden pada penelitian sebelumnya berjumlah 30 orang, sedangkan jumlah responden pada penelitian saat ini berjumlah 78 orang, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol. Metode penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian observasi dan cross sectional, sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian Quasi experimen.

4. Hudy (2011) telah melakukan penelitian tentang perbedaan orang yang rutin puasa Senin Kamis dengan yang tidak terhadap profil lipid (Kolesterol Total). Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode observasional dan cross sectional untuk membandingkan kadar kolesterol total pada populasi rutin puasa Senin Kamis dengan yang tidak. Penelitian dilakukan selama 1 bulan. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat, 15 responden


(28)

melakukan puasa Senin Kamis secara rutin dan 15 responden tidak melakukan puasa Senin Kamis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok puasa Senin Kamis kadar kolesterol total lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak puasa.

Persamaan dari penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian saat ini adalah tujuan yang ingin diketahui, penelitian sebelumnya untuk mengetahui kadar kolesterol total pada responden yang melakukan puasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Sedangkan penelitian saat ini untuk membandingkan kadar gula darah puasa penderita diabetes yang melakukan puasa Senin Kamis dengan yang tidak puasa. Jumlah responden pada penelitian sebelumnya berjumlah 30 orang, sedangkan jumlah responden pada penelitian saat ini berjumlah 78 orang, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol. Metode penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian observasi dan cross sectional, sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian Quasi experimen.


(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

1. Puasa

Pengertian

Puasa dalam Al-Quran disebut dengan istilah shiyaam dan shaum, yang secara etimologi atau bahasa berarti menahan diri dari sesuatu, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan (Altuwayjiry, 2008). Puasa menurut syariat adalah menahan dengan niat Ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri, dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari (Al-jaiziri, 2004).

Hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi Muhammad SAW menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia

ّصلا اقإ ، ّّ لوسر اًدّ حم ّ أ ّّ ّاإ هلإ ا أ ةدا ش س خ ى ع اسإا ينب ، ةا

ءاتيإ

اضمر وص ، جحلا ، ةاكّزلا

“Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”

Macam-macam 1) Puasa Wajib


(30)

Puasa wajib merupakan puasa yang harus dilakukan bagi seluruh umat Islam. Puasa wajib meliputi puasa Ramadhan, puasa Kifarat atau puasa Denda dan puasa Nadzar (Amin, 2009; El-Hamdy, 2014). 2) Puasa Sunnah

Puasa sunnah merupakan puasa yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa dan dianjurkan oleh nash-nash syar’i untuk dikerjakan. Puasa sunnah meliputi:

a) Puasa enam hari bulan Syawal

b) Puasa ‘Arafah bagi orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji c) Puasa hari ‘Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram) dengan satu hari

sebelum atau sesudahnya d) Puasa Senin Kamis

e) Puasa pertengahan bulan (puasa tanggal 13, 14, & 15 bulan Qamariyah)

f) Puasa Sya’ban dan puasa Dawud (sehari puasa, sehari tidak puasa) g) Puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah dan puasa bagi orang yang

belum mampu menikah. (Amin, 2009; Azwar, 2008; El-Hamdy, 2014).

3) Puasa Makruh

Puasa makruh adalah puasa yang oleh nash-nash syar’i dilarang untuk dikerjakan, tetapi larangan tersebut tidak bersifat keras, karena


(31)

15

tidak sampai pada tingkat pengharaman. Hari-hari yang dimakruhkan untuk puasa yaitu:

a) Puasa ‘Arafah bagi orang yang menunaikan ibadah haji b) Puasa hari Jum’at saja

c) Puasa hari Sabtu saja

d) Puasa hari terakhir dari bulan Sya’ban, kecuali jika bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan seperti puasa Senin Kamis (Amin, 2009; Azwar, 2008; El-Hamdy, 2014).

4) Puasa yang diharamkan

Puasa yang diharamkan oleh nash-nash Syar’i untuk dilakukan, puasa yang diharamkan meliputi:

a) Puasa dua hari raya (Idul Fitri & Idul Adh-ha)

b) Puasa hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 dari bulan Dzulhijjah)

c) Puasa terus menerus sepanjang masa d) Puasa pada saat haid dan nifas bagi wanita

e) Wanita yang melaksanakan puasa Tathawwu’ (sunnah) tetapi suaminya melarang untuk mengerjakan puasa tersebut (Amin, 2009; Azwar, 2008; El-Hamdy, 2014)

Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis merupakan salah satu puasa sunnah yang merupakan amalan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Seperti yang di terangkan dalam sabda Rasulullah dari Abu Hurairah yang artinya:


(32)

"Bahwasanya Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Ketika ditanya tentang alasannya, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya segala amal perbuatan dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka Allah akan mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang mukmin, kecuali dua orang yang bermusuhan. Maka Allah berfirman, " Tangguhkan keduanya”. (HR. Ahmad) dalam Nashir (2008).

Hari Senin Kamis memiliki banyak keutamaan, yaitu: 1) Hari ketika amal para hamba diperiksa

Segala kegiatan kita di duina ini pasti ada waktunya untuk mengoreksi dan menginstropeksi, semua amal-amal kita juga akan diperiksa oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW telah menyebutkan bahwa amal-amal hamba akan dilaporkan dan diperiksa oleh Allah setiap bulan Sya’ban dalam setahunnya. Seperti dalam hadist beliau “Usamah bin Zaid pernah berkata, ‘wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa dari bulan sebagaimana aku melihat engkau berpuasa di bulan Sya’ban’. Beliau bersabda, ‘Ia adalah bulan dimana orang-orang melupakannnya diantara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan yang di dalamnya diangkat amal-amal kepada Rabbul ‘alamin. Maka aku suka jika amalku diangkat sedang aku orang yang berpuasa’”.(HR. Ibnu Abi Sayibah, Ibnu Zanjawaih, Abu Ya’la, Ibnu Abi Asim dan Al-Bawardi).


(33)

17

Amal-amal perbuatan akan diperiksa pada hari Senin dan Kamis, diriwayatkan Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Amal-amal perbuatan itu diajukan pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan pada saat aku sedang puasa” (Mustafa, 2009; Samawa, 2013).

2) Hari dibukanya pintu-pintu surga

Setiap tahunnya, Allah telah memilih waktu-waktu khusus dimana pada waktu itu Allah membukakan pintu-pintu surga bagi para hamba-Nya. Waktu tersebut jatuh pada hari-hari di bulan Ramadhan.

“Ketika bulan Ramadhan tiba, maka dibukakan pintu surga, ditutup pintu neraka dan dibelenggu para syaitan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Setiap pekannya, Allah membukakan pintu-pintu surga untuk hamba-Nya pada hari Senin dan Kamis. Diriwayatkan Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka diampuni dalam kedua hari itu setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun kecuali orang yang diantaranya dan saudaranya terdapat permusuhan. Kemudian dikatakan,’Lihatlah kedua orang ini hingga keduanya berdamai”. (HR. Al-Khatib, Muslim, Abu Daud, Nasa’i, At-tirmidzi dan Ibnu Hibban) dalam (Mustafa, 2009; Samawa, 2013).


(34)

3) Senin adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 M dari Masjidil Haram, hari Senin menjelang terbitnya fajar 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Sebagai penghormatan atas hari kelahirannya, Nabi Muhammad SAW kemudian menjalankan puasa pada hari itu sebagai wujud kesyukuran beliau kepada Allah SWT. Abu Qatadah ra. menceritakan Rasulullah SAW pernah ditannya tentang puasa di hari Senin. Beliau menjawab:

“Hari itu saya dilahirkan, hari itu saya diutus, dan di hari itu Al -Quran diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim) dalam (Mustafa, 2009; Samawa, 2013).

4) Kamis adalah hari yang diberkahi

Hari Kamis juga punya predikat sebagai hari yang diberkahi karena mendapat keberkahan dari doa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW telah berdoa untuk umat ini:

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi mereka di hari Kamis.” (HR. Ibnu Majah dan Bazzar). “Berpagi-pagilah kalian dalam mencari ilmu. Sungguh aku telah meminta kepada Rabbku agar memberi keberkahan pada umatku di waktu pagi mereka. Dan Dia menjadikan keberkahan itu pada hari Kamis”. (HR. Thabrani).

Dalil Anjuran Puasa Senin Kamis 1) Rasulullah SAW. bersabda :


(35)

19

Artinya: “(pahala) Amalan di angkat pada hari senin dan kamis, maka aku menyukai jika ketika amalanku di angkat aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Saat Rasulullah ditanya tentang puasa Senin dan Kamis, Beliau menjawab khususnya pada hari Senin:

ا ي ل ل هي ف ألننأ لي عهي ف

Artinya: “Hari itu aku di lahirkan dan pada hari itu (pula) wahyu di turunkan kepadaku.” (HR. Muslim).

2) Dalil keutamaan Puasa Senin Kamis

Keutamaan melaksanakan puasa Senin dan Kamis banyak sekali. Berikut ini merupakan dalil keutamaan berpuasa Senin dan Kamis serta puasa sunnah lainnya. Rasulullah SAW bersabda:

إي فةن ج لااابابلا يه ل: ، ا ير لالخ يهن م ئا لا يةماي لاا لخ ي

هن م حأمهري غ. لا ي: ن يأ؟ ئا لا م ي فا لخ يهن م حأ،مهري غا إ ف

ا خ ق غأم فلخ يهن م حأ

Artinya : “Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang namanya “Ar -Rayyan,” yang akan di masuki oleh orang-orang yang sering berpuasa kelak pada hari kiamat, tidak akan masuk dari pintu itu kecuali orang yang suka berpuasa. di katakan : manakah orang-orang yang suka berpuasa? maka mereka pun berdiri dan tidak masuk lewat pintu itu kecuali mereka, jika mereka telah masuk, maka pintu itu di tutup sehingga tidak seorang pun masuk melaluinya lagi.” (HR Bukhori dan Muslim)


(36)

3) نعةش ئاعـيض ره ا ن عـ أيب ن لاى ص ه هي عم س ا ك رحت ي

اي ص ني ن ثااسي لا

Artinya:“Dari ‘Aisyah-radhiallahu‘anha-: Bahwa Nabi-sholallahu‘alaihi wasallam-sering melakukan puasa Senin dan Kamis.”(HR. Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan An-Nasai).

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 :

اأياأ ّيأأ أنييللاا نأما أبتك ميْيأ أع اأيَ لااأ أك أبتكىأ أع أنييللا ْنم ْمي ْبأْ ْميل أعأل أ لتأت

Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

Manfaat Puasa Dalam Kesehatan

1) Puasa mencegah munculnya berbagai penyakit

Puasa dapat mencegah penyakit yang muncul akibat pola makan yang tidak baik seperti kolestrol, trigiserida tinggi, jantung koroner, diabetes mellitus (kencing manis), dan lain-lain (Fulton, 2010).

2) Keseimbangan Nutrisi

Puasa Ramadhan terjadi keseimbangan nutrisi yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen (Ardan, 2013).


(37)

21

Hal ini tidak terjadi pada kelaparan jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan ramadhan, fungsi hati masih aktif dan baik (Ardan, 2013).

3) Puasa dapat menghilangkan racun di dalam tubuh dan menjaga sistem pencernaan

Puasa dapat menghilangkan racun dan kotoran (detoksifikasi) yang ada dalam tubuh kita, dengan berpuasa maka kita akan membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita, sehingga akan menghasilkan enzim antioksidan yang mampu membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan carsinogen (Fulton, 2010). Selain itu, puasa juga dapat menyebabkan sistem pencernaan kita akan menjadi semakin sehat karena ketika berpuasa sistem pencernaan didalam tubuh kita akan beristirahat (Ardan, 2013; Fulton, 2010).

4) Puasa mampu meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh

Puasa dapat meningkatkan kekebalan tubuh atau sistem imun terhadap berbagai penyakit karena puasa dapat meningkatkan fungsi sel limfa yang memproduksi sel limfosit T yang secara signifikan bertambah (Albiby dalam Liza, 2009).

5) Puasa mampu mencegah terjadinya DM tipe 2

Puasa dapat menghambat hiperplasia populasi sel Eenteroendokrin (EE). Hal ini akan mengakibatkan pengurangan produksi glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP) dan glucagon-like peptide


(38)

1 (GLP-1) yang dihasilkan oleh sel K dan L pada populasi sel EE. Tingginya kadar GIP dan GLP-1 merupakan faktor predisposisi DM tipe 2 (Jamil, 2010).

6) Puasa Menurunkan Kadar Glukosa Darah Penderita DM

Kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan (Bener & Yousafzai, 2014).

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa 1) Faktor internal

a) Faktor Biologis

Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru yang memandang segala kegiatan manusia termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

b) Faktor Sosio Psikologis

Komponen yang ada dalam sosio psikologis antara lain: komponen afektif yaitu aspek yang terdiri dari motif sosiogenis (motif skunder), sikap, dan emosi, komponen kognitif yaitu aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, dan


(39)

23

komponen konatif adalah yang berhubunngan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

c) Kepribadian

Kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati diri) seseorang yang sedikit banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaaan termasuk jiwa keagamaan. (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

2) Faktor Eksternal a) Faktor Keluarga

Keluarga merupakan faktor pertama yang mempengaruhi ketaatan seseorang dalam beribadah. Rumah merupakan tempat yang digunakan untuk mendapatkan bimbingan keagamaan dan berkewajiban mendidik, dan mengarahkannya secara bersungguh-sungguh supaya seseorang taat dalam menjalankan ibadahnya baik shalat, membaca Al-Quran, berdo’a, zakat, shodaqoh dan puasa. Jika orang tua atau keluarga dirumah selalu menjalankan sholat dengan selalu berjamaah, berdoa setelah shalat, rajin membaca Al-Quran, menghormati orang lain, berbicara yang baik, berzakat, senang bershodaqoh dan berpuasa maka keluarga yang tinggal satu


(40)

rumah dengan sendirinya akan mengikuti seperti apa yang dikerjakan keluarganya (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012). b) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang lebih besar daripada lingkungan keluarga, masyarakat dalam hal ini adalah teman pergaulan, media massa, tempat-tempat rekreasi dan orang sekitar yang bergaul dengannya. Apabila seseorang tinggal di masyarakat yang kehidupan agamanya masih kuat dan selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan agama, maka seseorang tersebut akan melaksanakan kehidupannya dengan cara islami. Namun sebaliknya, jika masyarakat hidup dalam lingkungan yang acuh tak acuh dalam melaksanakan ajaran agama maka seseorang tersebut juga akan menjalankan agama secara acuh tak acuh (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

2. Diabetes Melitus a. Pengertian

Diabetes melitus adalah peningkatan kadar glukosa darah pada seseorang akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif yang menyebabkan munculnya beberapa gejala (Soegondo, 2009). Menurut Purnamasari (2009), diabetes merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Diabetes melitus (DM) terdiri


(41)

25

dari sebuah kelompok kelainan metabolik dengan fenotip yang lazim dijumpai pada keadaan hiperglikemia (Hartono, 2013).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa kehilangan toleransi karbohidrat dan kelainan toleransi glukosa (Schteingart, 2006). DM merupakan penyakit endokrin yang paling lazim, ditandai oleh kelainan metabolik dan gangguan toleransi glukosa serta mempunyai komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Fauci, et al, 2008).

Menurut kriteria diagnostik PERKENI tahun 2011, seseorang dikatakan menderita diabetes apabila memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan gula darah sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, gula darah akan meningkat setelah makan dan akan kembali normal 2 jam setelah makan.

b. Klasifikasi

1) Diabetes melitus tipe 1

DM tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel-sel langerhans di pankreas yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik sehingga menyebabkan defisiensi insulin (Purnamasari, 2009). DM tipe 1 terdapat detruksi dari sel-sel beta pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dan akhirnya sel-sel tersebut tidak bisa menyerap glukosa kembali dari darah. Hal ini yang menyebabkan kadar gula darah meningkat di atas 10 mmol/l yakni


(42)

nilai ambang ginjal, sehingga gula yang berlebihan di keluarkan lewat urin bersama banyak air (glycosuria) (Tjay & Rahardja, 2010).

Pada DM tipe 1 sering terjadi ketoasidosis jika suplai insulin tidak terpenuhi dan terdapat hubungan dengan HLA tertentu pada kromosom 6 dan beberapa auto-imunitas seroligik dan cell mediated. Infeksi virus dan toksin diduga berpengaruh pada proses kerentanan auto-imunitas (Purnamasari, 2009). Insiden tiap tahunnya pada penderita DM tipe 1 sebanyak 30.000 kasus dibagi menjadi subtipe:

a) Autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta pankreas

b) Idiopatik, tanpa ada bukti autoimun dan tidak diketahui sumber penyebabnya.

Pada DM tipe 1 rata-rata diderita oleh orang-orang dibawah usia 30 tahun dan tersering adalah usia 10-13 tahun (Tjay & Rahardja, 2010). 2) Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 meupakan tipe diabetes yang lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan diabetes melitus tipe 1 (American Diabetes Association [ADA], 2011). DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resisten insulin. Retensi urin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan gula oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi gula oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin yang artinya terjadi defisiensi relatif insulin, ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya


(43)

27

sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.

Pada DM tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus ataupun autoimunitas dan biasanya mempunyai sel beta yang masih berfungsi, sering memerlukan insulin namun tidak bergantung insulin seumur hidup. Pada tipe ini memiliki variasi diantaranya:

a) Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (Pedominan) b) Resistensi insulin bersama gangguan sekresi insulin (Predominan)

(Purnamasari, 2009).

DM tipe 2 dikenal sebagai diabetes onset-dewasa atau maturiti, hal ini disebabkan karena insiden pada DM tipe 2 sebesar 650.000 kasus setiap tahunnya dan onsetnya terjadi diatas umur 30 tahun, seringkali diantara usia 50-60 tahun dan DM tipe ini timbul secara perlahan-lahan. Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak dijumpai penderita DM tipe 2 yang dibawah usia 20 tahun, hal ini sepertinya berkaitan terutama dengan peningkatan prevalensi kasus obesitas yang merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 (Guyton & Hall, 2008; Schteingart, 2006).

3) Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes gestasional dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. DM gestasional terjadi karena peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa. Kehamilan adalah suatu keadaan


(44)

diabetogenik, sehingga kebanyakan perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk diabetes ketika usia kehamilan 24-28 minggu. Faktor risiko terjadinya diabetes gestasional adalah usia lanjut, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional terdahulu (Schteingart, 2006).

4) Diabetes Tipe Lain

Menurut Schteingart (2006) Diabetes tipe lain meliputi:

a) Kelainan genetik pada sel beta seperti MODY (Maturity Onset Diabetes Of The Young). Diabetes tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin, kelainan genetik telah dikenal dalam 4 bentuk mutasi dan fenotip yang berbeda (MODY 1, 2, 3 dan 4)

b) Kelainan genetik pada kerja insulin menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans

c) Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik d) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali

e) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta f) Infeksi

c. Patofisiologi

Pada diabetes melitus tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Insulin normalnya akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan


(45)

29

sel, akibat terikatnya insulin dengan reseptor khusus, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resitensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namum pada penderita toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini akibat dari sekresi insulin berlebihan dan kadar glukosa yang dipertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, apabila sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan DM tipe 2 (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002). d. Manifestasi Klinis

1) Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Sumber tenaga terpaksa diambil dari lemak dan otot demi kelangsungan hidup, akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002; Tjokoprawiro, 2006).


(46)

2) Banyak Kencing (Poliuria)

Kadar glukosa darah yang tinggi sifatnya menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan mengganggu penderita terutama pada malam hari (Tjokoprawiro, 2006).

3) Banyak Minum

Rasa haus yang sering (polidipsia) dikarenakan banyaknya cairan yang keluar melalui kencing (poliuria) (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).

4) Banyak Makan (polifagia)

Kalori yang dihasilkan dari makanan yang dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi glukosa. Pada penderita diabetes melitus glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, sehingga menyebabkan penderita selalu merasa lapar (Tjokoprawiro, 2006).

5) Gangguan Saraf Tepi/ Kesemutan

Penderita diabetes melitus akan mengeluhkan rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam hari, sehingga menyebabkan gangguan tidur pada penderita (Tjokoprawiro, 2006). 6) Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes melitus sering dijumpai gangguan penglihatan yang menyebabkan penderita mengganti/ menggunakan


(47)

31

kacamata agar tetap dapat melihat dengan baik (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).

7) Gatal

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya sering terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002; Tjokoprawiro, 2006). 8) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejalan yang dirasakan (Tjokoprawiro, 2006).

e. Faktor Resiko

1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah a) Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 40 tahun. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan fisiologis yang mengakibatkan penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin (Ehsa, 2010).

b) Riwayat Keluarga Diabetes

Faktor genetis memberi peluang besar timbulnya diabetes melitus. Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus dari orang tuanya. Biasanya, penderita diabetes melitus memiliki anggota keluarga yang juga terkena diabetes (Ehsa, 2010; Powers, 2005).


(48)

c) Ras atau Latar Belakang Etnis

Resiko diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika dan Asia (Ehsa, 2010).

d) Riwayat Diabetes pada Kehamilan

Memiliki diabetes saat kehamilan, memiliki riwayat diabetes melitus gestasional (DMG) atau melahirkan bayi > 4,5kg dapat meningkatkan resiko diabetes melitus tipe 2 (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

2) Faktor resiko yang dapat diubah a) Pola Makan

Makanan dengan jumlah yang berlebih atau melebihi kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus tipe 2. Pankreas mempunyai kapasitas kadar insulin untuk disekresikan, oleh karena itu, mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula darah dalam darah meningkat (Ehsa, 2010).

b) Gaya Hidup

Zaman sekarang makanan cepat saji (junk food) dan olahraga tidak teratur atau kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu terjadinya diabetes melitus tipe 2. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga menurunkan


(49)

33

angka obesitas. Ketika olahraga atau melakukan aktivitas, sejumlah gula akan dibakar dijadikan tenaga, sehingga gula dalam tubuh dan kebutuhan hormon insulin akan berkurang (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

c) Obesitas

Seseorang dikatakan obesitas apabila memiliki IMT lebih dari 25, hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

d) Hipertensi

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dapat menyebabkan resiko diabetes melitus tipe 2 (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

e) Bahan-bahan Kimia, Obat-obatan

Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas dan menyebabkan radang pankreas. Peradangan pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresi hormon yang dibutuhkan pada metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin. Semua jenis residu obat yang dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas (Powers, 2005). f) Penyakit dan Infeksi pada Pankreas

Mikroorganisme seperti bakteri atau virus dapat menginfeksi pankreas, sehingga menyebabkan radang pankreas. Hal ini menyebabkan sel beta pada pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresi insulin. Virus yang menyebabkan DM adalah


(50)

rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Diabetes melitus akibat bakteri masih belum terdeteksi, namun, para ahli kesehatan menduga bakteri dapat berperan dalam terjadinya DM (Purnamasari, 2009).

g) Dislipidemia

Kadar lemak darah atau Trigliserida lebih dari 250 mg/dl. Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (kurang dari 35 mg/dl) (Ehsa, 2010; Powers, 2005). f. Komplikasi

1) Komplikasi Akut a) Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan kadar gula darah yang abnormal rendah, pada hipoglikemia terjadi penurunan kadar glukosa darah 50 sampai 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmo/L). Hipoglikemia dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebih, konsumsi makanan yang terlalu sedikit, aktifitas yang berat, waktu makan pasien tertunda atau pasien lupa makan lupa makan cemilan. Gejala hipoglikemia dapat berupa gejala adrenergic, gejala sistem saraf pusat, tubuh kekurangan glukosa sehingga lapar, tubuh gemetar, sakit kepala, pusing, keringat dingin, sulit konsentrasi, perubahan emosi dan lain-lain. Bahaya hipoglikemia yang tidak diobati akan mengakibatkan serangan kejang serta koma ( Brunner & Suddarth, 2002; Tjokroprawiro, 2006).


(51)

35

b) Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis dapat mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes ketoasidosis mempunyai 3 gambaran klinis penting yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Hiperglikemia pada diabetes ketoasidosis akan menimbulkan poliuria dan polidipsia. Selain itu, pasien juga akan mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala (Tjokroprawiro, 2006).

Ciri khas dari diabetes ketoasidosis adalah ketosis dan asidosis yang dapat menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Napas pasien juga berbau aseton karena kadar badan keton meningkat. Selain itu, hiperventilasi (pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat) dapat terjadi pada penderita diabetes ketoasidosis (Brunner & Suddarth, 2002).

c) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketonik (HHNK)

Gejala klinis pada sindrom HHNK terdiri atas hipotensi, dehidrasi (membran mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardia dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori, kejang-kejang, hiperemesis). Keadaaan HHNK makin serius dengan angka mortalitas yang berkisar dari 5 persen hingga 30 persen dan biasanya HHNK berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya. HHNK paling sering terjadi pad individu yang berusia 50 tahun sampai 70 tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes atau hanya


(52)

menderita diabetes tipe II yang ringan. Pada sindrom HHNK akan terjadi gejala poliuria selama berhari-hari hingga berminggu-minggu yang disertai dengan asupan cairan yang tidak adekuat (Ehsa, 2010). 2) Komplikasi Kronis

a) Penyakit Makrovaskuler

Penyakit makrovaskuler terdiri dari penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer (Ehsa, 2010). b) Penyakit Mikrovaskuler

Penyakit mikrovaskuler ditandai dengan membran basalis pembuluh darah kapiler yang menebal sehingga dapat menyebabkan situasi serius pada dua tempat yaitu mikrosirkulasi retina mata dan ginjal. Perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah darah kecil pada retina mata dapat menyebabkan retino diabetes (Brunner & Suddarth, 2002).

c) Penyakit oftamologi yang lain

Terdapat beberapa penyakit yang merupakan komplikasi dari penyakit diabetes melitus selain retino diabetes yaitu katarak, perubahan lensa, kelumpuhan otot ekstraokuler, glaucoma, nefropati dan neuropati ( Brunnner & Suddarth, 2002).

Pada penderita penyakit diabetes melitus terdapat penyakit menahun yang meliputi makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, penyakit rentan infeksi ( tuberculosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih) dan kaki diabetic ( PERKENI, 2011).


(53)

37

g. Penatalaksanaan

Menurut PERKENI (2011) penatalaksanaan dan pengelolaan DM ada 4, yang disebut 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.

1) Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Edukasi dilakukan secara komprehensif dan berupaya untuk meningkatkan motivasi pasien utuk berperilaku sehat.

Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakit dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan atau komplikasi yang akan timbul secara dini saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri dan perubahan perilaku kesehatan. Sedangkan edukasi bagi penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak (PERKENI, 2011).

2) Terapi Gizi Medis

Prinsip dari pengaturan pola makan pada penderita diabetes adalah makanan yang seimbang, yang sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal, jenis, dan


(54)

jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes terdiri dari karbohidrat sebesar 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari (PERKENI, 2011).

3) Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali dalam seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah latihan aerobik seperti berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang. Latihan ini berguna untuk menjaga kebugaran tubu, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitifitas insulin (PERKENI, 2011).

4) Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan pasien, pengetahuan makan, dan latihan jasmani. Terapi ini terdiri dari obat oral dan suntikan

a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO) i. Pemicu Sekresi Insulin

Sulfonylurea

Sulfonylurea memiliki efek utama yaitu meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Obat ini sering digunakan untuk pasien dengan berat badan normal atau kurang, penggunaan sulfonilurea dalam jangka panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal hati, ginjal, dan malnutrisi.


(55)

39

Glinid

Glinid terdiri dari repaglinid dan nateglinid, cara kerja obat glinid sama dengan sobat ulfonilurea, namun glinid lebih ditekankan pada sekresi insulin fase pertama. Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial.

ii. Peningkat Sensitivitas Insulin Biguanid

Obat golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah Metformin. Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa hati. Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes yang memiliki kelebihan berat badan, disertai dislipidemia, dan disertai resistensi insulin.

Tiazolidindion

Tiazolidindion berfungsi untuk menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung karena meningkatkan retensi cairan.

iii. Penghambat Glukoneogenesis Biguanid (Metformin)


(56)

Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi produksi glukosa hati. Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia seperti pada sepsis. Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan pemberian metformin sesudah makan. Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea.

iv. Penghambat Glukosidase Alfa Acarbose

Acarbose bekerja untuk mengurangi absorbsi glukosa di usus halus. Acarbose juga tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea, tetapi acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens.

b) Obat Suntikan i. Insulin

Obat suntikan insulin memiliki berbagai jenis yaitu: Insulin kerja cepat, Insulin kerja pendek, Insulin kerja menengah, Insulin kerja panjang, Insulin campuran tetap.


(57)

41

Obat ini bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin tanpa menimbulkan hipoglikemia, dan menghambat penglepasan glukagon. Agonis GLP-1 tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan sulfonilurea. Efek samping dari obat ini antara lain gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah.

h. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa

Penderita diabetes yang kadar glukosa darahnya terkontrol dengan perencanaan makanan dan olah raga diperbolehkan untuk puasa. Tetapi, perlu dicermati jadwal, jumlah, dan komposisi asupan makanan. Sedangkan pada lansia diperbolehkan untuk puasa. Tetapi, harus banyak minum karena pasien diabetes pada usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa (Hartono, 2006).

Pasien diabetes yang mengontrol gula darah dengan diet, berolahraga, dan menggunakan obat penurun gula darah dengan dosis tunggal dan kecil. Kelompok ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu penderita diabetes yang membutuhkan dosis tunggal dan kecil, dan penderita diabetes yang membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan terbagi. Bagi mereka yang termasuk pada kelompok kedua ini, pasien dapat melakukan ibadah puasa dengan melakukan perubahan dalam perencanaan makanan, aktivitas fisik dan pengobatan. Dalam hal ini penderita diabetes perlu berkonsultasi dengan dokter (Hartono, 2006).

Penderita diabetes yang membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Penderita diabetes dalam kelompok ini tidak


(58)

disarankan untuk melakukan puasa. Apalagi penderita diabetes dengan komplikasi yang berat seperti gagal ginjal dan gagal jantung, sama seperti kelompok ketiga ini tidak disarankan untuk melakukan puasa, karena berpuasa dapat memperberat komplikasi yang sudah terjadi (Hartono, 2006).

3. Glukosa Darah Pengertian

Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau banyaknya kandungan gula di dalam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di dalam tubuh sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk. Gula yang ada di dalam darah disebut sebagai glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana. Selain glukosa, terdapat gula yang disebut sebagai glikogen. Glikogen adalah gula dalam bentuk yang lebih kompleks biasa ditemukan di hati dan otot yang fungsinya sebagai cadangan makanan. Sumber utama gula darah manusia berasal dari makanan. Pada makanan gula adalah hasil proses pencernaan dari karbohidrat yang banyak ditemukan pada nasi, roti, kentang, dan umbi umbian. Sumber gula lainnya ialah berasal dari dalam tubuh. Dalam kondisi puasa lama, gula dihasilkan oleh hati (Fredy, 2014; Maulana, 2008).

Fungsi

Fugsi utama gula dalam tubuh ialah untuk menghasilkan energi. Gula yang berasal dari makanan akan masuk ke dalam aliran darah. Kemudian gula-gula tersebut akan masuk ke dalam otot. Di dalam otot dan seluruh


(59)

43

sel-sel tubuh, gula akan diubah menjadi energi. Energi ini yang menjamin kelangsungan hidup sel-sel, menghasilkan panas tubuh, menghasilkan gerakan tubuh, dan sebagainya (Hartono, 2006; Maulana, 2008).

Kelainan

Kelainan gula darah yang paling terkenal ialah penyakit kencing manis atau disebut sebagai diabetes. Gula di dalam darah tidak masuk begitu saja ke dalam otot dan sel-sel tubuh kita. Diperlukan suatu zat pengantar yang berfungsi seperti pintu masuk gula ke dalam otot dan sel-sel tubuh. Zat tersebut adalah insulin. Pada penderita diabetes terjadi masalah pada insulin yang mengakibatkan gula tidak dapat masuk ke dalam otot dan sel-sel tubuh. Akibatnya, gula akan tetap tinggi di dalam darah dan pada sisi lain tubuh akan merasa lemas karena gula tidak dapat digunakan oleh sel-sel tubuh. Terdapat dua istilah yang mengacu pada kadar gula darah yang tidak normal, yakni:

1) Hiperglikemia

Kondisi di mana kadar gula darah di atas nilai normal. Pada kondisi biasa (tidak berpuasa), batas normal gula darah ialah 200 mg/dL. Sedangkan bila berpuasa maka batas normal gula darah ialah 126 mg/dL. Di atas nilai batas tersebut maka disebut sebagai kondisi hiperglikemia (Fredy, 2014; Hartono, 2006).


(1)

Ikhtiyarotul (2015) alasan yang paling banyak diberikan responden terkait dengan melakukan olahraga / kurang olahraga adalah karena sibuk bekerja. Suiraoka (2012) bahwa seseorang dalam pemenuhan sehari-hari seperti makan akan menyesuaikan dengan pendapatan yang dimilikinya. Oleh karena itu, menyebabkan perubahan pola makan yang tidak seimbang dan berdampak negatif pada kesehatan seperti penyakit DM.

Arisman (2010) mengatakan bahwa untuk pengobatan diabetes melitus, metformin merupakan OHO (obat hipoglikemik oral) merupakan salah satu obat lini pertama yang paling banyak digunakan, karena kemampuannya meningkatkan sensitivitas insulin dan efek sampingnya yang lebih rendah dibandingkan dengan obat diabetes melitus golongan lainnya

Sujaya (2009) menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita diabetes mellitus adalah kelompok umur 40 tahun keatas. Peningkatan risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin.

DM seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah tujuh tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus tidak terdeteksi (Nurmalasari, Karel & Stella, 2014).

Bener dan Yousafzai (2014) menyatakan bahwa kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan. Penelitian yang dilakukan Adrien (2012) juga menunjukkan bahwa tikus yang puasa tidak mendapatkan makanan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah. Cepat lambatnya peningkatan kadar glukosa darah tergantung pada indeks glikemik pangan yang di konsumsi.

Penelitian yang dilakukan Yosephine, dkk (2011) menunjukkan bahwa semakin lama penderita DM tipe 2 berpuasa ternyata kadar gula darah sewaktu puasa Ramadan semakin baik. Mereka yang berpuasa selama 30 hari ternyata kadar gula darah sewaktunya termasuk klasifikasi terkontrol baik.


(2)

Dinas Kesehatan Surabaya (2013) bahwa puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan dan darah tinggi karena puasa dapat menjaga perut yang penuh disebabkan banyak makan yang merupakan salah satu penyebab utama kepada bermacam-macam penyakit khususnya obesitas, hiperkolesterol, diabetes dan penyakit yang diakibatkan kelebihan nutrisi lainnya.

Ardi (2014) juga mendukung bahwa puasa membantu membuat kadar glukosa dalam darah menjadi lebih stabil karena pola makan yang lebih teratur dan asupan kalori yang relatif sama dari hari ke hari. Serta membantu untuk mengatur peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam tubuh. Membantu tingkat kadar glukosa menjadi lebih rendah, menurunkan tekanan darah dan trigliserida. Penurunan kadar gula darah ketika puasa juga disebabkan karena penurunan sekresi insulin.

Noviasari (2008) menyatakan bahwa terapi puasa bermanfaat bagi penderita DM, karena efek fisiologis puasa dapat menurunkan kadar gula darah. Mekanisme puasa pada penderita DM adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Hal ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah. Firmansyah (2015) juga menyatakan bahwa selama puasa kadar glukosa plasma cenderung rendah sehingga menurunkan sekresi insulin. Bersamaan dengan kondisi ini, kadar glukagon dan katekolamin meningkat yang merangsang pemecahan glikogen, dan pada saat yang sama glukoneogenesis bertambah. Selama puasa, simpanan glikogen akan berkurang dan rendahnya kadar insulin plasma memicu pelepasan asam lemak dari sel adiposit. Oksidasi asam lemak ini menghasil kan keton sebagai bahan bakar metabolisme oleh otot rangka, otot jantung, hati, ginjal dan jaringan lemak (adiposa). Hal ini menghemat penggunaan glukosa yang memang terutama ditujukan untuk otak dan eritrosit.

Menurut Fajar (2011) menyatakan bahwa dalam kondisi sedang berpuasa, liver melepaskan cadangan glukosa dan aktif membentuk glukosa baru dari sisa pembakaran glukosa sebagai limbah metabolisme. Aktivitas pelepasan cadangan dan pembentukan glukosa baru yang disentralisasi di liver merupakan hasil proses


(3)

tubuh yang sangat komplek dalam rangka mempertahankan keseimbangan lingkungan dalam tubuh. Proses ini melibatkan hampir seluruh subsistem dan organ tubuh, termasuk didalamnya sistem hormon dan susunan syaraf pusat. Pengendalian fungsi hati dalam metabolisme sangat bergantung pada hormon pankreas, insulin dan glukagon. Hormon insulin bekerja menghambat pembentukan glukosa, sedangkan glukagon justru memacu pembentukan serta pelepasan glukosa. Sementara itu pelepasan hormon pankreas dipengaruhi oleh kadar glukosa plasma (gula darah). Apabila glukosa darah turun maka pelepasan insulin dihambat, sedangkan pelepasan glukagon dipacu, sehingga hati akan meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) dan melepaskan glukosenya ke darah.

Yosephine, dkk (2011) menyatakan bahwa penderita diabetes yang menggunakan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis terbagi, pengaturan dosis obat sebelum berbuka lebih besar daripada sahur, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya gejalagejala hipoglikemia selama berpuasa. Keamanan penderita DM tipe 2 dengan terapi OHO selama berpuasa di bulan Ramadan ternyata berhasil dibuktikan dalam penelitian tersebut, walaupun masih diperlukan penyesuaian dosis obat oral anti diabetik yang digunakan.

Elok dan Septina (2016) menyatakan bahwa terapi diabetes dengan obat metformin lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah, Mekanisme metformin dalam menurunkan kadar glukosa darah meliputi stimulasi glikolisis langsung pada jaringan perifer dengan peningkatan pengeluaran glukosa dari darah, mengurangi glukoneogenesis hati, memperlambat absorbsi glukosa dari darah, pengurangan kadar glukagon dalam plasma dan meningkatkan peningkatan insulin pada reseptor insulin. Mekanisme kerja metformin dalam menurunkan kadar glukosa darah tidak bergantung atas adanya sel beta pankreas yang berfungsi.

Mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula darah dalam darah meningkat (Ehsa, 2010).

Suiraoka (2012) bahwa gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak, garam, dan gula mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola makanan yang serba


(4)

instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah.

Miranda, Ernawati dan Jumirah (2015) juga mengatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti makanan dan minuman berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern sekarang ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit akibat pola makan dan minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang dapat terjadi akibat pola makan adalah Diabetes Melitus.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat dismpulkan beberapa hal, yaitu Terdapat penurunan secara signifikan pada kadar gula darah sewaktu sebelum dan setelah intervensi (puasa Senin dan Kamis) pada kelompok eksperimen. Terdapat peningkatan secara signifikan pada kadar gula darah sewaktu sebelum dan setelah pada kelompok kontrol. Terdapat pengaruh yang signifikan pada kadar gula darah sewaktu antara kelompok eksperimen yang telah melakukan puasa Senin dan Kamis dan kelompok kontrol yang tidak melakukan puasa Senin dan Kamis.

SARAN

Peneliti berharap dan menghimbau pada perawat agar dapat menggunakan Puasa Senin Kamis sebagai pilihan intervensi dalam menurunkan kadar gula darah. Kepada masyarakat disarankan menerapkan puasa Senin dan Kamis untuk mengontrol kadar gula darah sehingga dapat mengurangi angka komplikasi penderita diabetes karena tidak mengontrol kadar gula darah dan Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menguji pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap variabel lain seperti asam urat dan tekanan darah dengan mengontrol variabel pengganggu dengan ketat.

DAFTAR PUSTAKA

Adrien jems Akiles Unity., (2012). Keadaan Puasa Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Rattus Norvegicus

Al-Jazairi, J. A. (2004). Ensiklopedi Muslim, Minhajul Muslim. Jakarta: Darul Falah. Arisman. (2010). Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal. 50-53

Bener, A dan Yousafzai, M.T., (2014). Effect of Ramadan fasting on diabetes mellitus: a population-based study in Qatar. National Center for Biotechnology Information. Diakses 17 Juni 2015. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25162734


(5)

Dewi, R. P., (2013). Faktor Resiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah pada Diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.2, no.1, dari http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2014). Prevalensi Penderita Diabetes melitus di Yogyakarta. Indonesia

Dinas Kesehatan Surabaya (2013). Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah. Dari http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/artikel-kesehatan/puasa-bisa-turunkan-kadar-gula-darah-kolesterol-dan-kendalikan-tekanan-darah/

Ehsa. (2010). Diabetes Melitus (DM). Jurnal Ilmu Keperawatan. (Online). Dari http://www.library.upnvj.ac.id. Diakses 11 Juni 2015

Elok Z dan Septina D.W., (2016). Perbandingan Cuka Salak Dan Metformin Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Dan Histopatologi Tikus Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol. 4 No 1 P.89-99

Fajar (2011). Pengaruh Puasa Terhadap Fungsi Fisiologi Tubuh. Dari

http://fajarhidayahislam.blogspot.co.id/2011/08/pengaruh-puasa-terhadap-fungsi.html

Firmansyah. A. M., (2015). Pengaruh Puasa Ramadhan Pada Beberapa Kondisi Kesehatan

Hadi P.S., (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan. Vol 1. No. 1

Ikhtiyarotul, A., (2015) Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Surakarta. Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Diabetes Melitus. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta

Liza., (2009). Puasa dalam kajian islam dan kesehatan (puasa sebagai bagian dari pengobatan). Dinas Kabupaten Cirebon. Diakses 05 Juni 2015. Dari https://www.scribd.com/doc/6224538/Puasa-Dalam-Kajian-Islam-Dan-Kesehatan-by-dr-Liza-Pasca-Sarjana-Stain-Cirebon

Miranda R, Ernawati N dan Jumirah., (2015). Gambaran Pola Makan Dan Dukungan Keluarga Pada Penderita Diabetes Melitus yang Menjalani Rawat Jalan Di RSU Dr.Pirngadi Medan

Noviasari D., (2008). Kajian Manfaat Puasa Bagi Kesehatan (Kesehatan Umum Dan Kesehatan Rongga Mulut) Penderita Diabetes Mellitus (Kajian Pustaka)

Nurmalasari A, Karel P dan Stella P., (2014). Hubungan Tekanan Darah Dan Lama Menderita Diabetes Dengan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Subjek Diabetes Melitus Tipe 2

Palupi, R.T., (2011). Perbedaan Profil Lipid (Trigliserida) pada Populasi Orang yang Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa. UMY

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. hlm.4-10, 15-29

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia Suiraoka., (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika

Sujaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada Vol. 6 No.1 hal: 75-81

Wicak., (2009). Have fun with diabetes mellitus. Bandung: Triexs MediaBook.

World Health Organization. (2013). Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care, Volume 27, No.5. Dari http://www.who.int/diabetes/facts/en/diabcare0504.pdf Yati, R.I., (2011). Perbedaan Profil Lipid (HDL & LDL) pada Populasi Orang yang Rutin


(6)

Yosephine, Rajaselvam, Artati, Inestia, dik. (2011). Pengaruh puasa selama Ramadan terhadap status klinik penderita diabetes melitus tipe 2.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mahasiswa Obesitas dan Normoweight dengan Riwayat Orangtua Menderita Diabetes Melitus Tipe II di FK USU Tahun 2014

2 58 110

Katarak dan Diabetes Melitus

7 65 25

Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dengan Profil Lipid pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Periode Januari 2012-April 2013

3 34 70

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

6 31 165

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Salatiga.

0 3 13

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Salatiga.

0 3 14

HUBUNGAN KEPATUHAN DIIT DENGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 di RAWAT Hubungan Kepatuhan Diit Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rawat Inap RSUD Sukoharjo.

0 2 15

HUBUNGAN KEPATUHAN DIIT DENGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 di RAWAT Hubungan Kepatuhan Diit Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rawat Inap RSUD Sukoharjo.

0 1 13

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAWAS 1 SKRIPSI

0 0 13

PENGARUH PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

0 0 9