PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

(1)

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : DIAN PUTRANTO

20120320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : DIAN PUTRANTO

20120320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun oleh : DIAN PUTRANTO

20120320087

Telah disetujui dan diseminarkan pada 06 Agustus 2016

Dosen pembimbing Dosen penguji

Yanuar Primanda S. Kep., NS., MNS., HNC NIK: 19850103201110173117

Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS NIK : 19810708200710173080

Mengetahui

Ka.Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ns. Sri Sumaryani, M. Kep., Sp., Mat., HNC NIK: 19770313200104173046


(4)

iii

NIM : 20120320087

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

Perjalanan penelitian ini sangatlah berkesan dan penuh perjuangan Alhamdulillah

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada: Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam Bapak dan Ibu Tercinta

Adik Tersayang Dosen PSIK FKIK UMY

Dosen Pembimbing Guru Sekolah dan Guru Ngaji Teman-teman dan sahabat saya:

Plankton, The Sundis Band, IKPM KOBAR YK, Tembalu Teman dan Sahabat Seperjuangan PSIK UMY

Teman-teman semua

Terimakasih

MARUNTING BATU AJI MANGAYU HAYUNING BAWONO


(6)

v

berkah, rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta”. Melalui karya tulis ilmiah yang sederhana ini, penulis berharap dapat menyumbangkan sesuatu hal yang dapat berperan dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat diambil manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

2. Bapak (Sumardiyana), Ibu (Umi Sholikah) tercinta, yang tak henti-hentinya memberi dukungan baik moril berupa semangat serta motifasi dan mendoakan atas kelancaran semuanya, maupun berupa materi.

3. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(7)

vi

6. Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.

7. dr. Prasetio Kirmawanto Sp., Pd., M. Kes, Novita Kurnaia Sari, S. Kep., NS., M. Kep dan Salmah Orbayinah, M. Kes., Apt selaku penguji Content Validity instrumen buku Puasa Senin dan Kamis.

8. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Kepala Dukuh Padukuhan Kasihan yang telah memberikan izin dan dukungan dalam melakukan penelitian ini.

10.Responden Penderita diabetes melitus tipe 2 di Dukuh Kasihan yang sudah meluangkan waktunya dan berkorban dalam menahan lapar dan dahaga untuk membantu penelitian ini.

11.Teman Payungan penelitian Angga Bagus Widya Saputra yang telah berjuang bersama serta saling memberikan dukungan semangat dan bertukar pikiran.

12.Teman-teman satu bimbingan Bu Prima: Angga, Upik, Dina, Saadah, Vita, Ratri, dan Denda.

13.Penerjemah dan teman Pembimbing skripsi : Agus Gunadi (PSIK UMY 12) dan Ina Noviana Meyanti (PBI USD DIY 12)


(8)

vii

Kotawaringin Barat Yogyakarta) selaku organisasi kedaerahan yang telah memberikan pengalaman dan dukungan selama berkuliah.

16.Seluruh sahabat dan teman-teman saya Plankton: Dwi Sasmoko Adji, Rizaludin Akbar, Aris Handoko, Ahmad Nugroho, Fery Ardani, Ahmad Jumanto, Deby Listioning Pambudi, Yudan Harisandika dan Hafidz Ardita. serta yang tidak saya sebutkan satu per satu namun selalu ada dalam ingatan dan hati saya, yang telah memberikan dukungan berupa semangat dan tempat bercurah keluh kesah.

17.Semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada para pembaca semoga selalu dalam ridha Allah SWT.

Yogyakarta, 6 Agustus 2016 Penulis,


(9)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... 14

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian... 10

BAB II ... 15

TINJAUAN PUSTAKA... 15

A. Landasan Teori... 15

1. Diabetes Melitus ... 15

a. Definisi DM ... 15

b. Kriteria diagnosis DM ... 16

c. Faktor Risiko... 16

d. Klasifiksi DM ... 17

e. Patofisiologi DM... 21

f. Penatalaksanaan DM... 23

g. Komplikasi DM ... 26

2. Kolesterol ... 27


(10)

ix

f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes ... 34

3. Puasa Senin dan Kamis ... 35

a. Definisi Puasa Senin dan Kamis ... 35

b. Dalil Anjuran untuk Berpuasa Senin dan Kamis ... 36

c. Manfaat Puasa untuk Kesehatan ... 37

d. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa ... 38

e. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa ... 41

B. KerangkaKonsep ... 42

C. Hipotesis ... 42

BAB III... 43

METODE PENELITIAN ... 43

A. Desain Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel... 44

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Cara Pengumpulan Data ... 48

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 51

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 53

1. Pengolahan Data ... 53

2. Analisa Data ... 54

J. Etika Penelitian ... 55

BAB IV ... 57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57


(11)

x

B. Pembahasan... 63

1. Karakteristik Responden ... 63

a. Usia ... 63

b. Lama Menderita DM ... 64

c. Jenis Kelamin ... 65

d. Pendidikan Terakhir ... 65

e. Pekerjaan ... 66

f. Penghasilan ... 67

g. Konsumsi OHO (Obat Hipoglikemik Oral) ... 68

h. Konsumsi Obat Kolesterol ... 69

2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis terhadap Kadar Kolesterol Total ... 70

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 82

BAB V ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 92

Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 93

Lampiran II Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 94

Lampiran III Lembar Informasi Penelitian... 95

Lampiran IV Kuesioner Data Demografi Responden ... 97

Lampiran V Materi Booklet Puasa Senin dan Kamis ... 99

Lampiran VI Saran dan Revisi Uji Content Validity ... 116

Lampiran VII Log Book Puasa Senin dan Kamis ... 120

Lampiran VIII Format Telepon dan SMS Pendampingan. ... 124

Lampiran IX Hasil Analisis Data Penelitian ... 125

Lampiran X Surat Kelayakan Etik Penelitian ... 128

Lampiran XI Surat Pengantar Penelitian ... 129


(12)

xi Tabel 4

Tabel 5 Tabel 6

Tabel 7 Tabel 8

Tabel 9

Uji Statistik untuk Menguji Hipotesis

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Karakteristik Demografi Usia dan Lama Menderita DM Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Karakteristik Demografi Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, dan Penghasilan

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obat yang Konsumsi

Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi

Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi

55 58 59

61 62


(13)

xii

BB : Berat Badan

DI Yogyakarta : Daerah Istimewa Yogyakarta DKI Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta

DM : Diabetes Melitus

DNA : Deoxyribonucleic Acid

DINKES : Dinas Kesehatan

FRA : Faktor Risiko Aterosklerosis GDM : Gestasional Diabetes Mellitus

GDP : Gula Darah Puasa

HDL : High Density Lipoprotein

HHNK : Hiperglikemik Hiperesmolar Non-Ketosis

HR : Hadist Riwayat

IDF : International Diabetes Federation

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kkal/kg : Kilokalori per kilogram

LDL : Low Density Lipoprotein Mg/dl : Miligram per desiliter darah Mmol/l : Milimol per liter

OHO : Obat Hipoglikemik Oral

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PJK : Penyakit Jantung Koroner

TDD : Tekanan Darah Diastolik

TDS : Tekanan Darah Sistolik

TG : Trigliserida (triglycerides) VLDL : Very Low Density Lipoprotein


(14)

xiii

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05 Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan 210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan 223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,033)

Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.


(15)

14 patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.

Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52 in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).

Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial blood glucose, and fasting blood glucose.

Keywords: Fasting on Mondays and Thursdays, Total Cholesterol Level, Type 2 Diabetes Mellitus


(16)

(17)

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05 Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan 210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan 223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,033)

Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.


(18)

patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.

Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52 in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).

Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial blood glucose, and fasting blood glucose.

Keywords: Fasting on Mondays and Thursdays, Total Cholesterol Level, Type 2 Diabetes Mellitus


(19)

1

Perkembangan dalam gaya hidup modern menyebabkan permasalahan terhadap kesehatan dan hidup yang cenderung kurang sehat. Gaya hidup yang kurang sehat tersebut menjadi berkembang di semua kalangan masyarakat. Hal tersebutdapat menimbulkan bertambahnya penyakit degeneratifseperti diabetes melitus (DM) (Krisnatuti, 2008).

Pada tahun 2015 jumlah penderita DM dari data studi global telah mencapai 415 juta orang dan diperkirakan akan semakin meningkatpada tahun 2040 yaitu sekitar 642 juta orang. Data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 tercatat sebanyak 193 juta orang pengidap DM tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyakit DM. Data IDF juga menunjukkan bahwasekitar 77% penderita DM berada pada negara yang berpenghasilan menengah dan rendah (IDF, 2015).

Prevalensi diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 meningkat, meskipun fakta bahwa banyak kasus diabetes tipe 2 dapat ditunda atau dicegah. Diabetes tipe 1 biasanya menyumbang hanya minoritas dari total beban diabetes pada populasi yang meningkat 3% atau 86.000 setiap tahun dan pada tahun 2015 terdapat 7%-12% dari total populasi penderita diabetes atau 542.000 anak-anak diseluruh dunia yang terdeteksi memiliki diabetes tipe 1. Pada diabetes melitus tipe 2 telah menjadi mayoritas yaitu sekitar 87%-91% dari total populasi penderita diabetes merupakan penderita diabetes melitus tipe 2 dengan usia


(20)

20-79 tahun. Sedangkan pada diabetes jenis yang lain memiliki 1%-3% dari total populasi penderita diabetes (IDF, 2015).

Di Indonesia pada tahun 2013, rasio penyakit DM tipe 2 adalah 6,9% untuk penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun. Berdasarkan diagnosis, prevalensi DM tertinggi terdapat di DIY (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi berdasarkan gejala DM yang tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%)(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013).

Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan bahwa penderita DM di Yogyakarta berjumlah 25.152 orang dan menempati sepuluh besar penyakit di Kabupaten/Kota Yogyakarta. Sedangkan data diabetes yang tertinggi terdapat di Puskesmas Kabupaten Bantul. Menurut laporan Dinas Kesehatan Bantul pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari tahun ke tahun menunjukkan pola peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sepuluh besar penyakit yang dilaporkan Puskesmas di Kabupaten Bantul tahun 2013 dengan penderita sebanyak 5558 orang dan diabetes melitus tipe 2 menduduki peringkat yang ke-5 setelah penyakit Asma (Dinas Kesehatan Bantul, 2014).

Meningkatnya prevalensi penyakit DM tipe 2 disebabkan karena semakin meluasnya gaya hidup di perkotaan yang pola makannya tidak teratur dan tidak sehat yaitu seperti makan yang tinggi lemak, garam, dan gula. Seringnya


(21)

menghadiri pesta biasanya akan cenderung untuk mengkonsumsi makanan dengan porsi yang berlebihan. Makanan yang serba instan juga menjadi salah satu pilihan yang disukai oleh sebagian masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat ditunjukkan lagi dengan makan-makanan gorengan yang murah serta banyak di jual di pinggir jalan (Suiraoka, 2012).

DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan pada beberapa organ yang berbeda, terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes Association [ADA], 2014). Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein serta lemak (Gibney & Michae, 2008).

Lemak sangat berperan penting dalam produksi beberapa hormon dan bentukan kolesterol yang sebagian besar di bentuk oleh tubuh sendiri terutama dalam hati. Kolesterol mempunyai beberapa fungsi untuk tubuh, diantaranya adalah untuk pembentuk hormon seperti hormon estrogen dan progesteron serta sebagai pembentuk asam empedu dan garam empedu. Walaupun kolesterol ini penting untuk pembentuk hormon dan garam empedu, namun jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh akan disebut dengan kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit metabolik lainnya (Murray, 2009).


(22)

Penderita DM biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi dan/atau kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi yang buruk dan tak terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi plak di dalam arteri yang menghalangi aliran darah. Orang yang sudah lama menderita diabetes atau penderita diabetes lanjut usia cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena aliran darah yang melalui arteri-arteri kecil juga terganggu (D‟Adamo & Whitney, 2009).

Farkouh (2011) menyatakan penderita penyakit DM harus dapat mengontrol konsumsi kolesterolnya dengan baik. Apabila kolesterol tidak dikontrol dengan penanganan yang baik, dikhawatirkan hiperkolesterolemia pada penderita DM baik tipe-1 maupun tipe-2 akan mengakibatkan munculnya berbagai komplikasi seperti penyakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskular perifer, dan stroke. Lebih lanjut Farkouh (2011) menjelaskan bahwa selain penyakit-penyakit akibat komplikasi DM tersebut, aterosklerosis juga merupakan salah satu komplikasi yang sangat berbahaya hingga dapat mengakibatkan 80% kematian pada pasien DM. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan pasien aterosklerosis non-diabetes yang memiliki persentase kematian 30%. Komplikasi-komplikasi dari DM tersebut sangat berbahaya. Untuk membantu penderita diabetes mengendalikan penyakitnya, konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 mencanangkan empat pilar penanganan diabetes melitus. Penatalaksanaan/pengelolaan dengan empat pilar diabetes militus terdiri dari edukasi, latihan jasmani, intervensi


(23)

farmakologis menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), dan terapi gizi atau perencanaan makan (PERKENI, 2011).

Diantara empat pilar penatalaksanaan yang dibuat oleh Perkeni tersebut, perencanaan pola makan atau terapi gizi merupakan salah satu pilar utama. Allah SWT juga telah memberikan suatu anjuran bagi umatnya yaitu umat muslim untuk melakukan perencanaan pola makan tersebut dengan cara berpuasa. Puasa dalam kaidah bahasa dapat diartikan dengan menahan. Menahan disini dapat diartikan juga dengan menahan dari hal-hal yang masuk ke dalam mulut dalam bentuk makanan dan minuman, serta dapat diartikan juga dengan menahan perbuatan yang buruk dan berbicara yang tidak baik serta membicarakan orang lain (Musfah, 2004). Tujuan puasa sangatlah mulia, seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah 2:183:

ك ايصلا كْي ع بتك اون اء يذلا اهيأاي وقتت ْ ك عل ْ ك ْبق ْ يذلا ى ع بتك ا

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”(QS. Al-Baqarah: 183)

QS. Al-Baqarah 183 tersebut menjelaskan bahwa berpuasa sangat dianjurkan oleh Allah SWT untuk menambah ketakwaan kita kepada Alllah SWT. Waktu puasa dalam Islam dimulai dari terbit fajar sampai tenggelam matahari (maghrib) hal ini dijelaskan juga oleh Al-Qur‟an yaitu:

“....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam....”(QS. Al-Baqarah 2:187).

Puasa dalam Islam dibagi menjadi 2 yaitu puasa wajib dan puasa sunah.Puasa sunah Senin dan Kamis adalah puasa sunah yang rutin dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Dalam hadist disebutkan :


(24)

Dari „Aisyahradhiyallahu „anha, beliau mengatakan,

ّّ ل سر ّ إ

-سو هي ع ّ ص

-

سي خْلاو ْينْثاا ايص ّرحتي اك

.

“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739). Puasa memiliki banyak sekali manfaat atau keuntungannya. Puasa dalam Islam untuk kesehatan atau medis bisa digunakan untuk mengatasi beberapa penyakit, di antaranya: asma, batu empedu, biduran, beri-beri, bronkhitis kronis, DM, disentri,epilepsi (ayan), eksim, flek-flek hitam pada wajah, flu, gangguan pencernaan, ginjal, kelebihan berat badan dan kolesterol tinggi (Syarifuddin, 2003).

Secara umum puasa memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Namun, pasien dengan diabetes tipe 1 tidak direkomendasikan untuk berpuasa karena memiliki resiko yang sangat tinggi dari komplikasi yang mengancam jiwa. Pasien dengan diabetes tipe 1 yang memiliki riwayat hipoglikemia berulang atau hipoglikemia ketidaksadaran atau yang kurang terkontrol beresiko sangat tinggi untuk mengembangkan hipoglikemia berat. Di sisi lain, pengurangan berlebihan dalam dosis insulin pada pasien ini (untuk mencegah hipoglikemia) dapat menempatkan mereka pada risiko hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 lebih aman untuk berpuasa meskipun hipoglikemia dan hiperglikemia juga dapat terjadi pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2, tetapi umumnya kurang sering dan memiliki konsekuensi kurang parah dibandingkan pada pasien dengan diabetes tipe 1 (ADA, 2010).


(25)

Peran puasa dalam menangani penderita DM adalah dengan cara mengurangi konsumsi kalori fisiologis yang dapat mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Sensitivitas hormon insulin kadar gula darah akan meningkat dan suhu tubuh akan menurun. Pencegahankomplikasipada penderita diabetes tipe 2 dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan pengontrolan gula darah yang baik pula (Dyayadi, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilkukan oleh Adam et al (2014) menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami penurunan setelah berpuasa Ramadhan. Kemudian pada penelitian sebelumnya telah diteliti juga manfaat dari puasa Senin dan Kamis. Penelitian ini dilakukan oleh Hudy, Palupi, dan Yati pada tahun 2011 yaitu tentang perbedaan profil lipid kolesterol total, trigliserida, HDL & LDL pada populasi orang yang rutin berpuasa Senin dan Kamis selama 1 bulan dengan yang tidak melakukan puasa. Hudy, Palupi, dan Yati menggunakan metode observasional dan cross sectional dengan subyek 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang rutin dan tidak rutin puasa Senin dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy didapatkan hasil bahwa puasa Senin dan Kamis berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol total,trigliserida, HDL & LDL dalam darah.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di Puskesmas Kasihan I, Bantul, Yogyakarta, didapatkan penderita diabetes


(26)

melitus yang terbanyak pada Januari 2014-Desember 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I berada di Dukuh Kasihan dengan jumlah penderita 30 orang. Data di Puskesmas juga menunjukkan 30 pederita diabetes tersebut memiliki kadar kolesterol total > 155 mg/dl. Hasil wawancara dari 5 penderita diabetes melitus di Dukuh Kasihan didapatkan bahwa kelima pasien belum mengetahui tentang DM, Diet DM, serta tidak pernah melakukan puasa Senin dan Kamis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita diabetes di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakakan, maka rumusan masalah yang dijadikan dasar penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus tipe 2?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadarkolesterol total pada penderita diabetes melitus tipe 2.


(27)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi populasi penderita diabetes melitustipe 2 di Puskesmas Kasihan I.

b. Mengetahui perbedaan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol dan eksperimen sebelum intervensi.

c. Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok kontrol dan eksperimen setelah intervensi.

d. Membandingkan perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah intervensi.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berhasil sesuai dengan harapan peneliti yaitu kadar kolesterol responden dapat berkurang dan stabil sehingga intervensi ini juga dapat digunakan pada penderita diabetes melitustipe 2yang lain untuk mengurangi risiko komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan hiperkolesterolemia atau tingginya kadar kolesterol total.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi penting khususnya bagi ilmu keperawatan medikal bedah sebagai tambahan ilmu kesehatan maupun medis untuk meningkatkan mutu


(28)

pelayanan dan dapat memberikan tindakan keperawatan yang lebih optimal.

3. Bagi Perawat

Manfaat dari penelitian ini untuk perawat diharapkan dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan untuk menangani pasien dengan DMtipe 2 sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, dan klinik pengobatan lain.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan medikal bedah khususnya tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit DM.

E.Keaslian Penelitian

1. Hudy (2011) menelitiperbedaan profil lipid (kolesterol total) pada populasi orang yang rutin berpuasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Hudy menggunakan metode observasional dan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian ini ada 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang rutin dan tidak rutin puasa Senin dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy didapatkan adanya pengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam darah.


(29)

Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama-sama meneliti kadar kolesterol total pada orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group design pada sampelorang yang terkena penyakit diabetes melitus. Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta. 2. Palupi (2011) meneliti perbedaan profil lipid (trigliserida) pada populasi

yang rutin puasa senin-kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Palupi menggunakan metode observasional dan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian ini ada 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat.Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang rutin puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak puasa Senin dan Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar trigliserid total dalam darah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama-sama meneliti orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam


(30)

penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena penyakit diabetes melitus.Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan, Bantul, Yogyakarta.

3. Yati (2011) meneliti perbedaan lipid (HDL & LDL) pada populasi orang yang rutin puasa Senin-Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Yati menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian ini ada 30 orangdengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang rutin puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak puasa Senin dan Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.

Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama-sama meneliti orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.


(31)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena penyakit diabetes melitus. Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan, Bantul, Yogyakarta.

4. Adam et al (2014) meneliti effect of Ramadan fasting on blood glucose, serum lipid profiles sudanese levels in patients with type 2 diabetes mellitus. Adam et al menggunakan metode cross-sectional deskriptif Penelitian ini dilaksanakan di Omdurman, di klinik kedokteran internal El Inqaz Medical Center. Populasi dari penelitian ini adalah umat Islam dewasa yang merupakan pasien tipe 2 diabetes, yang berpuasa Ramadhan pada tahun 2008, pada periode (Agustus-October 2008). Puasa dilaksanakan 14-15 jam dengan cuaca yang cukup hangat. Pasien yang memenuhi syarat dan setuju berjumlah58 pasien dilibatkan dalam studi. Hasil dari penelitian initerdapat peningkatan kadar glukosa selama Ramadhan dibandingkan dengan pra Ramadhan nilai (170 ± 44 mg/dl versus 208 ± 43 mg/dl). Setelah Ramadhan terjadi penurunan kadar glukosa darah (165 ± 23 mg/dl). Kadar trigliserida dalam konsentrasi dalam pra, selama dan setelah Ramadhan masing adalah (152 ± 23 mg/dl, 182 ± 31 mg/dl, 162 ± 19 mg/dl). Konsentrasi kolesterol total dalam pra, selama dan setelah Ramadhan masing adalah (184 ± 29 mg/dl, 224 ± 35 mg/dl, 193 ± 19 mg/dl). Konsentrasi kolesterol HDL dalam pra, selama


(32)

dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (44 ± 9 mg/dl, 62 ± 11 mg /dl, 50 ± 7 mg/dl). Konsentrasi kolesterol LDL menunjukkan di pra, selama dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (143 ± 25 mg/dl, 163 ± 19 mg/dl dan 50 ± 7 mg/dl). Terdapat perbedaan yang signifikan di semua parameter yang diukur dalam penelitian ini. Studi penelitian Adam et al menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi glukosa, trigliserida dan kolesterol selama puasa Ramadhan.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adam et al Adalah sama-sama meneliti penderita diabetes yang berpuasa dan kadar kolesterol total. Sementara perbedaan penelitian terletak pada desain penelitian. Penelitian Adam et al menggunakan desain cross-sectional deskriptif Sedangkan desain penelitian yang akan diteliti menggunakan desain quasi experimental terhadap kadar kolesterol total pada sampel penderita diabetes melitus.


(33)

15 1. Diabetes Melitus

a. Definisi DM

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang heterogen (terdiri atas berbagai unsur yg berbeda sifat atau berlainan) yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Sedangkan insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi di pankreas, bertugas untuk mengendalikan kadar glukosa darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswandi (2009) DM merupakan penyakit yang kronis dan multifaktoral yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang timbul adalah kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang cukup, namun tidak efektif.

DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan pada


(34)

beberapa organ yang berbeda, terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2014).

b. Kriteria diagnosis DM

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun (2006) menyebutkan kriteria diagnosis DM yaitu kadar gula darah puasa >126 mg/dl dan pada test sewaktu >200 mg/dl menunjukkan bahwa seseorang tersebut telah menderita DM. Kadar gula darah puasa <70-110 mg/dl adalah kadar gula darah yang bisa dikatakan normal, puasa disini pada saat pagi hari setelah malam sebelumnya tidak makan atau minum manis. Kadar glukosa darah puasa pada saat 2 jam setelah makan dan minum yang mengandung pemanis ataupun karbohidrat ataupun yang lainnya akan menunjukkan kadar glukosa darah biasanya <120-140 mg/dl. Pankreas dapat terangsang untuk menghasilkan insulin ketika terjadi peningkatan kadar glukosa setelah makan atau minum. Sehingga produksi insulin tersebut dapat mencegah terjadinya kenaikan kadar glukosa darah yang terkontrol dan akan menyebabkan kadar gula darah dapat menurun secara perlahan (Soegondo, 2009).

c. Faktor Risiko

Menurut Suiraoka (2012) faktor risiko penyakit DM, dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Sedangkan


(35)

yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok, pola makan yang salah, obesitas, aktifitas fisik, dan stress. d. Klasifiksi DM

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 DM terbagi menjadi 3 bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Namun, menurut American Diabetes Association (ADA) pada tahun (2015), klasifikasi DM terbagi menjadi 4 bagian ditambah lagi dengan sindrom diabetes monogenik.

1) Diabetes tipe 1

DM tipe 1 merupakan bentuk dari DM yang parah dan biasanya terjadi pada remaja. Namun, kadang-kadang juga dapat terjadi pada orang dewasa, khususnya seseorang yang memiliki kadar glukosa darah yang tidak memiliki berat badan berlebih atau non-obesitas dan terjadinya hiperglikemi pada sesorang yang telah berusia lanjut. Keadaan itu merupakan suatu bentuk gangguan katabolisme yang disebabkan sedikitnya atau bahkan tidak adanya insulin dalam sirkulasi darah, glukagon plasma akan meningkat dan sel-sel β pankreas juga akan mengalami kegagalan untuk merespon semua stimulus dari insulinogenik. Untuk memperbaiki katabolisme, menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah, maka diperlukan pemberian insulin dengan cara eksogen (Karam, 2002).


(36)

Menurut ADA (2015) tingkat kerusakan pada sel-β cukup bervariasi. Tingkat kerusakan yang cepat dapat terjadi pada beberapa individu, terutama pada bayi dan anak-anak dan beberapa juga terjadi pada orang dewasa. Anak-anak dan remaja seringkali dapat didiagnosis dengan ketoasidosis sebagai manifestasi pertama penyakit. Sedangkan yang lain memiliki hiperglikemia yang ringan, namun hiperglikemia tersebut dapat dengan cepat berubah menjadi hiperglikemia berat dan atau ketoasidosis dengan infeksi atau stres. Pada kasus orang dewasa, fungsi sel-β akan dipertahankan agar cukup untuk mencegah ketoasidosis dengan jangka waktu selama bertahun-tahun. Kemudian individu tersebut akhirnya menjadi tergantung pada insulin untuk bertahan hidup dan beresiko untuk ketoasidosis. Pada tahap terakhir penyakit ini, akan ada sedikit atau tidak ada sekresi insulin. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat rendah atau tidak terdeteksinya plasma C-peptida. Immune-mediated diabetes umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan dalam 8 dan 9 dekade kehidupan.

Gejala dari penderita DM tipe 1 yaitu terjadinya peningkatan ekskresi urin (poliuria), rasa haus (polidipsia) lapar, berat badan menurun, pandangan terganggu, lelah, dan gejala tersebut dapat timbul secara tiba-tiba (WHO, 2008).


(37)

2) Diabetes tipe 2

DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan dari tipe 1, DM ini sangat sering terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara relatif tidak mencukupi. Obesitas merupakan penyebab utama dari gangguan kerja insulin, faktor risiko tersebut adalah yang biasa terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar pasien dengan DM tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan stimulasi jaringan terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel ß pankreas terhadap glukosa (Karam, 2002).

Diabetes melitus tipe 2 ini sebelumnya disebut dengan “non -insulin-dependent diabetes” atau “diabetes yang terjadi pada usia

dewasa”, diabetes melitus tipe-2 memiliki jumlah persentase

sebesar 90-95% dari semua jenis diabetes. Seseorang yang di diagnosis diabetes melitus tipe 2 memiliki resistensi insulin dan biasanya relatif (bukan absolut) kekurangan insulin. Orang dengan diabetes melitus tipe 2 mungkin tidak memerluknan pengobatan insulin untuk bertahan hidup. Meningkatnya perkembangan resiko penyakit DM dipengaruhi dengan berbagai faktor seperti usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Diabetes melitus tipe 2 ini lebih sering terjadi pada wanita sebelum didiagnosis dengan diabetes melitus gestasional. Kemudian pada mereka yang memiliki hipertensi atau dislipedemia, dan subkelompok tertentu


(38)

ras/etnis (Afrika Amerika, Indian Amerika, Hispanik/Latino, dan Asia Amerika) (ADA, 2015).

Gejala mungkin mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi sering kurang diketahui gejalanya. Akibatnya, penyakit dapat didiagnosis beberapa tahun setelah onset, setelah komplikasi muncul (WHO, 2015)

3) Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional terjadi akibat dari kenaikan kadar gula darah pada waktu kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar gula yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM gestasional. DM gestasional biasanya terdeteksi pertama kali pada usia kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan) dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Diabetes gestasional terjadi pada 3‐5% wanita hamil (Karam, 2002).

Selama bertahun-tahun, gestasional diabetes mellitus (GDM) didefinisikan sebagai derajat ataupun intoleransi glukosa yang pertama kali diakui selama kehamilan, terlepas dari apakah kondisi mungkin telah mendahului kehamilan atau bertahan setelah kehamilan. Definisi ini memfasilitasi strategi seragam untuk deteksi dan klasifikasi GDM, tetapi dibatasi oleh ketidaktepatan.Wanita dengan diabetes pada trimester pertama


(39)

akan diklasifikasikan memiliki diabetes tipe 2. GDM adalah diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan yang tidak jelas atau tidak dapat teridentifikasi secara langsung (ADA, 2015)

Gestasional diabetes adalah hiperglikemia dengan nilai glukosa darah di atas normal tetapi di bawah orang yang di diagnostik diabetes, yang terjadi selama kehamilan. Wanita dengan diabetes gestasional berada pada peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan. Pada mereka juga akan mengalami peningkatan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari (WHO, 2015) 4) Sindrom Diabetes Monogenik

Sindrom diabetes monogenik ini disebabkan oleh cacat

monogenik yang menyebabkan disfungsi sel β, seperti diabetes

neonatal dan Mody, mewakili sebagian kecil dari pasien dengan diabetes (<5%). Bentuk-bentuk diabetes sering ditandai dengan timbulnya hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25 tahun) (ADA, 2015).

e. Patofisiologi DM

Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Selain itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati


(40)

walaupun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia pospradial (setelah makan).

Pada DM tipe 2 terjadi dua defek fisiologi yaitu abnormalitas sekresi insulin, dan resistensi kerjanya pada jaringan sasaran. Pada DM tipe 2 terjadi 3 fase urutan klinis. Pertama, glukosa plasma tetap normal meski pun terjadi resistensi insulin karena insulin meningkat. Pada fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meski pun terjadi peningkatan konsentrasi insulin, tetap terjadi intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin menurun, sehingga menyebabkan hiperglikemia puasa dan DM yang nyata (Foster, 2000; ADA 2014).

Hipotesis menjelaskan adanya keterlibatan sintesis lemak terstimulasi insulin dalam hati dengan transpor lemak melalui VLDL menyebabkan penyimpanan lemak sekunder dalam otot. Peningkatan oksidasi lemak akan mengganggu ambilan glukosa dan sintesis glikogen. Keterlambatan penurunan pelepasan insulin dapat disebabkan oleh efek toksik glukosa terhadap pulau Langerhans atau akibat defek genetik. Sebagian besar pasien DM tipe 2 mengalami obesitas, dan hal itu sendiri yang menyebabkan resistensi insulin. Namun penderita DM tipe 2 yang relatif tidak obesitas dapat mengalami hiperinsulinemia dan pengurangan kepekaan insulin. Hal


(41)

ini membuktikan bahwa obesitas bukan penyebab resistensi satu‐ satunya DM tipe 2 (Foster, 2000 ; ADA, 2014).

f. Penatalaksanaan DM

Penatalaksanaan Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik. Tujuan penatalaksanaan secara umum menurut PERKENI (2006) adalah meningkatkan kualitas hidup penderita Diabetes.

Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan pengelolaan farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus (PERKENI, 2006).


(42)

1) Edukasi

Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi (PERKENI, 2006).

2) Terapi Gizi Medis

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut (PERKENI, 2006):

a) Karbohidrat : 45 – 65% total asupan energi b) Protein : 10 – 20% total asupan energi c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan


(43)

dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal (PERKENI, 2006).

3) Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa


(44)

ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (PERKENI, 2006).

4) Pengelolaan Farmakologis

Menurut PERKENI (2006) Sarana pengelolaan farmakologis diabetes melitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral (OHO). OHO merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid

b) Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin, tiazolidindion

c) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)

d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa. g. Komplikasi DM

Terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hiperesmolar non-ketosis (HHNK) dapat terjadi apabila kondisi ini mengarah pada kelebihan glukosa darah atau hiperglikemia. Diabetes juga merupakan suatu penyakit yang dapat memberikan komplikasi berupa penyakit makrovaskular, termasuk infrak miokard, stroke, dan penyakit vaskular perifer. Apabila hiperglikemia terjadi dalam waktu yang cukup lama maka akan menimbulkan beberapa komplikasi mikrovaskuler kronis juga seperti


(45)

(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi pada neuropati (Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes cenderung menurunkan kadar kolesterol "baik" dan meningkatkan kadar kolesterol "buruk", yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Kondisi umum ini disebut dislipidemia diabetik. Dislipidemia diabetik berarti profil lipid (kolesterol total) akan ke arah yang salah. Ini merupakan kombinasi mematikan yang menempatkan pasien pada risiko penyakit jantung koroner dini dan aterosklerosis. Dimana arteri menjadi tersumbat dengan akumulasi lemak dan zat lainnya. Studi menunjukkan hubungan antara resistensi insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2 dan dislipidemia diabetes, aterosklerosis dan penyakit pembuluh darah. Kondisi ini dapat berkembang bahkan sebelum diabetes didiagnosis (AHA, 2015). 2. Kolesterol

a. Definisi Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang bentuknya seperti lilin. Zat ini sangat penting peranya untuk fungsi tubuh normal. Kolesterol digunakan untuk fungsi selular dan produksi hormon. Tubuh akan menghasilkan kolesterol yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan tubuh normal. Hati adalah pabrik untuk memproduksi kolesterol yang paling utama (sekitar 70%). Diet tinggi lemak jenuh, meningkatkan secara signifikan jumlah kolesterol dalam aliran darah. Rekomendasi untuk asupan lemak setiap harinya tidak boleh melebihi 30% dari


(46)

kalori, dengan maksimal 10% dari lemak jenuh. Penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi lemak jenuh dan total, sangat berperan penting dalam proses aterosklerosis (plak build-up dinding arteri). Kadar kolesterol tinggi merupakan indikator kuat orang-orang yang rentan terhadap penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar kolesterol total adalah faktor resiko penyakit jantung koroner. Membangun plak di arteri dapat menyebabkan penyempitan (tekanan darah tinggi) atau penyumbatan lengkap (serangan jantung). Kadar kolesterol optimal ≤ 200 mg/dl, borderline tinggi 200-239 mg/dl, tinggi ≥ 240 mg/dl (The American Collage of Sports Medicine, 2008).

Selain kolesterol ada jenis lain lemak (lipids atau fat) dalam darah kita yaitu trigliserida (triglycerides). Kolesterol dan trigliserida ditemukan dalam makanan hewani dan dibentuk oleh tubuh. Trigliserida digunakan didalam tubuh sebagai lemak yang ditimbun untuk memberikan rasa hangat, melindungi organ-organ tubuh, dan menjadi sumber energi (Tandra, 2007).

Tabel 1.Kadar Lemak Darah pada Penderita Diabetes Risiko

Kolesterol Total (mg/dl) LDL

(mg/dl) HDL (mg/dl) Trigliserida (mg/dl) Optimal Batas Tinggi Tinggi < 200 200-239 > 240 < 100 100-129 > 130 > 60 40-59 > 40 < 150 150-199 > 200 b. Lipoprotein

Tandra (2007) mengatakan bahwa kolesterol dan trigliserida sukar larut dalam air. Pengangkutan lemak di dalam aliran darah haruslah


(47)

membutuhkan bantuan, yaitu dengan cara berikatan dengan protein sehingga disebut dengan lipoprotein, kombinasi antara lipid dan protein. Terdapat dua jenis lipoprotein yaitu:

1) Kolesterol LDL

Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) adalah suatu lemak

yang merugikan tubuh “jahat” dan jumlahnya paling banyak dari

semua kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol LDL yang berlebih akan menumpuk dan menempel pada dinding arteri dan akan membentuk plaque atau gumpalan yang akan mempersempit dan berakibat terjadinya penyumbatan pada arteri. Keadaan ini dinamakan dengan aterosklerosis. Komplikasi ini merupakan faktor risiko utama penyakit kariovaskular yang berbahaya yang akan muncul apabila penyumbatan terjadi di pembuluh darah koroner jantung, kemudian akan terjadi serangan jantung atau penyakit jantung koroner. Apabila penyumbatan tersebut terjadi pada pembuluh darah kecil di dalam otak maka akan berakibat stroke (Bull & Morrell, 2007; Tandra, 2007).

2) Kolesterol HDL

HDL (High-Density Lipoprotein) adalah lemak yang

menguntungkan tubuh sehingga disebut dengan lemak yang “baik”

karena membantu mengeluarkan kelebihan kolesterol dari tubuh dengan cara membawa kolesterol total ke dalam hati untuk diolah dan mengalami meteabolisme di dalam hati. Untuk itu apabila


(48)

ditemukan kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam darah, maka akan terhindar dari risiko serangan jantung atau stroke(Bull & Morrell, 2007; Tandra, 2007).

c. Fungsi Kolesterol

Kolesterol memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai bagian penting dari membran (dinding) sel. Kolesterol juga ditimbun dalam kelenjar buntu (kelenjar endokrin), seperti adrenal, testis, dan ovarium, dan menjadi bahan pembentukan hormon-hormon, seperti kortisol, testosteron, dan esterogen. Selain itu, kolesterol penting untuk pembentukan asam empedu di dalam hati (Tandra, 2007). d. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol di dalam darah menurut Tandra (2007) adalah:

1) Keturunan

Riwayat keturunan adalah salah satu faktor yang berpengaruh pada kadar kolesterol. Kolesterol yang tinggi seringkali menurun di dalam keluarga. Meskipun penyebab genetik tertentu telah diidentifikasi hanya pada sebagian kecil kasus, namun genetik tetap memiliki peran dalam mempengaruhi kadar kolesterol total.

2) Pola makan

Pola makan yang kurang baik (terutama yang mengandung banyak lemak jenuh) dan Kelebihan berat badan. Menurut Sudha et al (2009) dan Hernawati (2013) hiperkolesterolemia dapat terjadi


(49)

karena gaya hidup (life style) yang tidak sehat seperti asupan makanan yang tidak seimbang atau tidak sehat. Kadar kolesterol yang tinggi dapat disebabkan oleh sintesis kolesterol dan penyerapan kolesterol yang tinggi dan juga karena konsumsi makanan tinggi lemak.

Menurut Yulianiet al (2013), mengatakan bahwa pola makan tinggi kolesterol dan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Lemak diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Hasil uraian lemak diedarkan ke seluruh tubuh. Jika berlebihan akan disimpan dalam lemak. Asupan kolesterol yang tidak mencukupi akan di produksi oleh sel hati. Kolesterol di hati akan diangkat oleh LDL, selanjutnya kolesterol akan di bawa ke sel tubuh yang memerlukan, termasuk otot jantung dan otak.

Lebih lanjut Yuliani et al (2013) menjelaskan bahwa kelebihan kolesterol akan diangkat kembali oleh lipoprotein atau oleh HDL. Kemudian diuraikan dan dibuang ke dalam kandung emepedu sebagai asam cairan empedu. Disini LDL dan HDL sangat bertolak belakang, HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol LDL ke organ hati untuk diproses lebih lanjut, sedangkan LDL merupakan kolesterol yang berbahaya karena dapat menempel dan menyebabkan penyumbatan pada saluran darah. Selain LDL, konsumsi tinggi karbohidrat cenderung meningkatkan kadar


(1)

signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Selanjutnya penelitian dari Hudy (2011) yang menyimpulkan hasil dari penelitiannya yaitu puasa Senin dan Kamis berpengaruh signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam darah.

Puasa berpengaruh terhadap kadar kolesterol baik pada pria ataupun wanita. Hasil penelitian dari Saada et al (2010) menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol total yang signifikan dari 210 mg/dL ke 183 mg/dL pada wanita penderita DM dengan umur 45-53 tahun. Lebih lanjut, penelitian Begum (2015) menunjukkan penurunan kadar kolesterol total yang signifikan pada pria dengan kadar kolesterol 173,57 mg/dL turun menjadi 165,90 mg/dL. Dapat disimpulkan puasa Senin dan Kamis dapat menurunkan kadar kolesterol total tanpa memperhatikan jenis kelamin.

Faktor kedua yang ikut serta dalam menurunkan kadar kolesterol total pada penelitian ini adalah pengaturan pola makan pada responden kelompok eksperimen, terutama dengan menghindari atau mengurangi makanan yang mengandung kolesterol dan tinggi lemak. Berdasarkan hasil logbook puasa Senin dan Kamis, pola makan pada kelompok eksperimen mengalami perubahan dimana konsumsi makanan yang mengandung kolesterol mengalami penurunan. Sebagai contoh konsumsi telur goreng diganti menjadi telur rebus dan dikonsumsi tiga kali sehari. Selain itu terdapat 4 responden yang hanya mengkonsumsi gorengan sekali selama penelitian. Menurut Akhtaruzzaman (2014) bahwa dengan tetap patuh mengontrol pola makan yang rendah asupan lemak dan kolesterol saat berpuasa dapat mengoptimalkan penurunan kadar kolesterol dalam tubuh.

Pola makan pada orang yang berpuasa haruslah tetap diatur. Penelitian dari Azizi (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh puasa terhadap kadar kolesterol total. Menurut Azizi (2013) hasil tersebut terjadi karena responden hanya mematuhi pola makan yang sehat pada saat awal puasa. Sementara, pada akhir puasa responden tidak mematuhi pola makan sehat, sehingga perlu adanya pemantauan secara terus menerus baik dari keluarga ataupun tenaga kesehatan selama berpuasa untuk mengontrol responden

agar tetap patuh dalam mematuhi pola makan yang sehat.

Faktor ketiga yang mungkin mempengaruhi penurunan kolesterol pada kelompok eksperimen adalah pemberian panduan puasa Senin dan Kamis. Responden pada kelompok eksperimen mendapatkan booklet panduan puasa Senin dan Kamis sebelum melakukan puasa Senin dan Kamis. Booklet tersebut digunakan untuk memandu penderita DM Tipe 2 pada kelompok eksperimen agar mampu berpuasa Senin dan Kamis secara aman dan penurunan kolesterol total dapat tercapai. Pokok bahasan pada booklet panduan yang diedukasikan berisi tentang niatan lil alamin untuk berpuasa, pengertian diabetes melitus, cara mengetahui kadar gula darah, kadar gula normal dan diabetes melitus, hal-hal yang mempengaruhi kadar gula darah, cara mengendalikan kadar gula darah, pengertian puasa, perubahan kadar gula darah orang puasa, penyandang yang tidak diperbolehkan puasa, penyandang yang diperbolehkan puasa, cara memodifikasi olahraga, cara memodifikasi diet atau pola makan, cara memodifikasi obat, cara mengevaluasi puasa, manfaat puasa dalam pengendalian DM, pengaruh lain puasa terhadap tubuh.

Menurut Nilawati et al (2010) kadar kolesterol dalam tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dari makanan sehari-hari yang akan meninggikan kadar kolesterol darah. Nilawati menekankan perlunya edukasi dan informasi terkait diet sehat untuk penderita diabetes melitus, sehingga dapat terjadi perubahan dari kebiasaan konsumsi lemak jenuh dan makanan tinggi kolesterol menjadi lebih banyak mengkonsumsi jenis bahan makanan yang dapat membantu menurunkan kolesterol seperti serat dari sayuran, buah-buahan, dan kacang kedelai yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah. Panduan puasa Senin Kamis dan edukasi yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan perilaku diet pasien menjadi lebih baik. Menurut Putra et al (2015) perilaku seseorang dapat diubah dengan adanya pemberian pengetahuan berupa pendidikan kesehatan kepada seseorang. Peran serta petugas kesehatan juga sangat penting dalam perubahan perilaku klien. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian informasi


(2)

terkait diet DM yang diberikan kepada klien yang bertujuan agar perilaku diet DM pada pasien dapat berubah, sehingga kadar kolesterol total pada klien dapat terkontrol dengan baik.

Pokok bahasan pada booklet panduan puasa Senin dan Kamis tersebut menekankan pada cara memodifikasi diet atau pola makan salah satunya berisi tentang penjelasan untuk menghindari makanan yang dapat mempengaruhi kenaikan kadar kolesterol. Menurut LIPI (2009) kolesterol dapat di kontrol dengan cara mengurangi asupan makanan yang tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol seperti gorengan, jeroan, makanan bersantan, daging (terutama hati dan daging lemak), kuning telur, mentega, saus, cokelat, keripik kentang yang dapat mempengaruhi kenaikan kadar kolesterol serta menyarankan responden untuk banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

Faktor keempat yang mempengaruhi penurunan kolesterol pada kelompok eksperimen setelah dilakukan intervensi adalah monitoring. Setelah diberikan edukasi tentang makanan yang dapat mempengaruhi kenaikan kadar kolesterol, untuk mengetahui perilaku dari responden kelompok eksperimen selama berpuasa Senin dan Kamis maka peneliti melakukan monitoring. Pada penelitian ini monitoring dilakukan dengan log book puasa Senin dan Kamis yang diisi oleh responden selama 1 bulan. Lembar logbook tersebut berisi tentang puasa atau tidak, waktu sahur, menu sahur, keluhan saat berpuasa, cara mengatasi keluhan, menu berbuka puasa, waktu minum obat dan jenis obat dan olahraga.

Menurut Rahmani (2014) bahwa monitoring diabetes merupakan salah satu dari penatalaksanaan penderita diabetes melitus disamping diet, aktivitas, dan obat. Perawat memiliki peranan yang penting dalam memberikan asuhan pada penderita DM. Dalam hal monitoring, peran perawat adalah membantu klien dalam melakukan monitoring baik perilaku dari penderita seperti pola diet atau olahraga yang dapat mempengaruhi kontrol parameter penderita seperti kadar glukosa darah, kolaborasi dalam penatalaksanaan jika hasil monitoring tidak normal, dan memberikan pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku tersebut. Penelitian Rahmani menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh monitoring gula darah dan kepatuhan minum obat terhadap kestabilan kadar gula darah.

Ditinjau dari hasil log book puasa Senin dan Kamis, semua responden pada kelompok eksperimen mengurangi konsumsi pantangan untuk memakan makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol. Makanan mengandung kolesterol yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya telur rebus yang dikonsumsi rata-rata 3 hari 1 butir. Terdapat 4 orang responden penelitian yang makan gorengan hanya 1 kali selama 1 bulan penelitian. Menurut LIPI (2009) bahwa untuk mengontrol kolesterol tetap stabil konsumsi makanan berkolesterol sebaiknya tidak lebih dari 300 mg setiap hari.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi hasil penelitian saat ini adalah peran pendampingan dari peneliti dengan menggunakan komunikasi melalui telepon/SMS. Pendampingan melalui telepon/SMS merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi konsistensi kelompok eksperimen untuk melakukan puasa Senin dan Kamis. Hal tersebut dapat ditinjau dari logbook puasa Senin dan Kamis bahwa hampir semua responden pada kelompok eksperimen melakuakan puasa penuh dari 8 kali berpuasa yang dijadwalkan dalam 1 bulan penelitian. Puasa Senin dan Kamis pada kelompok eksperimen selalu dikontrol peneliti via telepon/SMS sehari sebelum puasa dan saat puasa untuk menanyakan terkait isi log book, mengingatkan dan memantau puasa yang dijadwalkan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Pendampingan dapat meningkatkan perilaku diet yang akan berpengaruh pada kadar kolesterol pasien. Menurut Pranata (2015) perkembangan teknologi berupa telepon selular yang menjadi salah satu kebutuhan masyarakat indonesia dalam melakukan komunikasi seharusnya menjadi peluang untuk tetap memberikan edukasi dan motivasi pada proses pendampingan pasien. Pemberian edukasi dan motivasi ini dapat diberikan melalui telepon atau SMS dimana pengembangan program serta isi dari pesan dapat dikembangkan dengan tetap melihat kebutuhan dari pasien. Penelitian yang dilakukan Islam et al (2014) pada pasien DM menunjukkan bahwa SMS mampu membangun kesadaran pasien DM tentang penyakitnya untuk meningkatkan manajemen


(3)

diri dan menghindari komplikasi seperti penyakit vaskular perifer, aterosklerosis, penggumpalan darah di bagian-bagian tubuh tertentu, stroke, dan serangan jantung akibat dari tingginya kadar kolesterol, serta meningkatkan kepatuhan dan keaktifan pasien terhadap diet dan pengobatan yang diberikan. Dengan demikian, pendampingan dalam penelitian saat ini dapat mempengaruhi penurunan kadar kolesterol pada kelompok eksperimen.

Faktor ke enam yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah olahraga yang dilakukan oleh responden. Berdasarkan hasil monitoring dengan logbook puasa Senin dan Kamis menunjukkan bahwa 6 responden kelompok eksperimen melakukan olahraga 1-2 kali seminggu. Menurut PERKENI (2011), perubahan perilaku dengan pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam darah. Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular. Pernyataan ini juga didukung oleh Tandra (2007) bahwa olahraga yang dilakukan secara rutin dan benar akan dapat menurunkan kolesterol total, LDL, trigliserida dalam darah, dan menaikkan kadar HDL dalam darah. Hasil penelitian dari Karinda (2013) juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada profil lipid (kadar kolesterol total dan LDL) klien DM tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam sehat diabetes melitus.

Selain beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya, turunnya kadar kolesterol total responden pada penelitian ini juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat kolesterol yaitu obat Simvastatin dan obat herbal dari responden. Menurut Harvey & Champe (2013) bahwa Simvastatin bekerja dengan menghambat langkah enzimatik pertama dalam pembuatan kolesterol yaitu penghambatan HMG KoA reduktase, sehingga pembentukan kolesterol dihambat. Menurut Probosari (2011) bahwa bagi mereka yang memiliki kadar kolesterol yang tinggi memerlukan kombinasi terapi Farmakologi dan diet rendah lemak. Penderita harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama memulai

pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan diet selama pengobatan dengan simvastatin agar hasil yang diperoleh dapat optimal.

Konsumsi obat kolesterol simvastatin pada penderita DM tipe 2 juga direkomendasikan oleh ADA (2009) bahwa efek keseluruhan dari penggunaan statin adalah pengurangan yang konsisten 21% pada kejadian penyakit vaskuler (infark miokard, stroke atau revaskularisasi koroner) per milimol penurunan LDL. Pengurangan ini adalah konsisten terlepas dari apakah penderita DM memiliki penyakit sebelum kardiovaskuler atau faktor risiko CVD lainnya (hipertensi, merokok, BMI, fungsi ginjal, kadar HDL). Hasil ini akibat dari efek pleotropic statin, sebagai mekanisme yang berbeda dari pengurangan penyakit CVD, dari penurunan LDL mereka. Untuk dosis dari simvastatin yang di rekomendasikan adalah 5-40 mg disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan penderita DM.

Selain obat medis simvastatin, beberapa responden lebih memilih mengkonsumsi obat herbal untuk menurunkan kadar kolesterolnya. Obat herbal yang digunakan oleh responden adalah tumbuhan yang berupa Daun Sambiloto dan Daun Salam. Berkaitan dengan obat herbal menurut Isa (2008) bahwa pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber obat herbal perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan zat berkhasiat. Kandungan senyawa kimia dalam berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai sumber obat herbal dalam bidang kesehatan untuk menurunkan kadar kolesterol seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, bumbu dapur dan bunga-bungaan serta tumbuhan liar.

Herbal yang digunakan responden dalam penelitian ini salah satunya adalah daun Sambiloto. Menurut Patel (2011) bahwa pemberian ekstrak air herba sambiloto 100 dan 200 mg/kg BB dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida pada tikus yang diberi diet kolesterol. Ekstrak air daun sambiloto dapat menghambat enzim HMG-KoA reduktase yang diisolasi dari hati tikus Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Konstituen yang mungkin memiliki aktivitas sebagai penghambat enzim HMG-KoA reduktase adalah andrografolid. Hal ini didukung oleh penelitian dari Anggraeni (2013) bahwa pemberian ekstrak daun


(4)

sambiloto dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) tetapi peningkatan dosis tidak mampu meningkatkan fungsinya dalam menurunkan kadar kolesterol LDL darah.

Herbal lainnya yang digunakan responden adalah daun Salam. Menurut Indah (2015) bahwa terdapat pengaruh ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) terhadap penurunan kadar LDL dalam darah karena kandungan dari flavonoid nya, yaitu quercetin yang mampu menurunkan kadar LDL, tannin dapat menghambat penyerapan lemak di usus dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus dan saponin yang akan berikatan dengan ikatan kompleks yang berasal dari makanan dengan cara meningkatkan pengikatan kolesterol oleh serat sehingga kolesterol tidak dapat diserap oleh usus. Hal ini didukung oleh penelitian dari Rosyada (2013) bahwa pemberian ekstrak dan rebusan daun salam berpengaruh dalam menahan laju peningkatan kadar kolesterol total. Pengaruh tersebut dapat dikarenakan adanya kandungan flavonoid pada daun salam. Berdasarkan uraian pembahasan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Puasa Senin dan Kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total. Agar penurunan kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2 melalui intervensi puasa Senin dan Kamis dapat tercapai ada beberapa hal yang perlu diedukasikan meliputi panduan puasa yang aman bagi penderita DM tipe 2 (resiko dan penanganan hipoglikemia), modifikasi pola makan/diet, modifikasi olahraga, dan cara memodifikasi obat OHO yang berkaitan dengan keselamatan penderita DM tipe 2 saat berpuasa. Selanjutnya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah monitoring perilaku puasa Senin dan Kamis, kepatuhan untuk melaksanakan puasa, pengaturan pola diet selama puasa, pendampingan kepada penderita DM tipe 2 baik secara langsung atau melalui telepon/SMS, serta konsumsi obat ataupun herbal.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Data demografi menunjukkan hasil dari kisaran 41-65 tahun rata-rata responden

berusia 55,93 tahun dengan lama menderita DM rata-rata 5,33 tahun. Mayoritas data demografi responden penelitian menunjukkan hasil: jenis kelamin adalah laki-laki, pendidikan terakhir adalah SD dan SMP, pekerjaan adalah wiraswasta, penghasilan adalah < Rp. 1.200.000,00. Obat OHO yang dikonsumsi sebagian besar adalah Metformin dan obat pengontrol kolesterol adalah Simvastatin.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol dan eksperimen sebelum intervensi.

3. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen.

4. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah intervensi. Puasa Senin dan Kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2.

Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.

KEPUSTAKAAN

Ait Saada, D. 2010. Effect of Ramadan fasting on glucose, glycosylated haemoglobin, insulin, lipids and proteinous concentrations in women with non-insulin dependent diabetes mellitus. African Journal of Biotechnology Vol. 9 (1) , 087-094. Akhtaruzzaman, M. et. al. 2014. Effect of

Ramadan Fasting on Serum Lipid Profile of Bangladeshi Female Volunteers. Bangladesh J Med Biochem , 7(2): 47-51.

American Diabetes Association (ADA). 2010. Recommendations for Management of Diabetes During

Ramadan. Diakses dari:

http://care.diabetesjournals.org/content/3 3/8/1895.pdf

Anggraeni, Y. T. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Tikus


(5)

Putih (Rattus norvegicus). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Azizi.f,et.al. 2013.

Islamic Fasting and Diabetes.Fasting and Health , 1(1):15.

Begum. T. A et al. 2015, Desember. Effect of Ramadan Fasting on Total cholesterol (TC) Low density lipoprotein cholesterol (LDL-C) and High density lipoprotein cholesterol (HDL-C) in Healthy Adult Male. J Bangladesh Soc Physiol , 10(2): 46-50.

D'Adamo Peter J. Whitney Catherine. 2009. Diabetes: memerangi diabetes melalui diet golongan darah & pola makan yang benar. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Eldor, R. (2009). American Diabetes

Association Indications for Statins in Diabetes. ADA (American Diabetes Association).

Elnasri, H. A., & Ahmed, A. M. (2006). Effects of Ramadan Fasting on Blood Levels of Glucose, Triglyseride, and Cholesterol among Type II Diabetic Patients. Sudanese Journal of Public Health , Vol.1 (3).

Harvey, Richard A. & Pamela C. Champe. 2013. Farmakologi ulasan bergambar. Jakarta : EGC.

Hudy, R.N., 2008. Perbedaan Profil Lipid (Kolesterol Total) pada Populasi Orang yang Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Indah, R. N. 2015. The Effect Of Eugenia polyantha Extract On LDL Cholesterol . J Majority , hal. Volume 4 Nomor 5. International Diabetes Federation. 2011.

Diabetes Evidence Demands Real Action From The Un Summit On

Non-Communicable Diseases.

http://www.idf.org/diabetes-evidence- demands-realaction-un-summit-non-communicable-diseases

Inzucchi, S. E. (2015). Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes, 2015: A Patient-Centered Approach: Update to a Position Statement of the American Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes. ADA (American Diabetes Association).

Isa, E.P. 2008. Ekstraksi dan identifikasi senyawa terpenoid pada tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri Linnn)

dengan metode kromatografi lapis tipis. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia. Gorontalo: UNG

Islam, S.M. et al. (2014). Mobile phone intervention for increasing adherence to treatment for type 2 diabetes in an urban area of Bangladesh: protocol for a randomized controlled trial. BMC Health Services Research

2014, 14:586.

http://www.bomedcentral.com/1472-6963/14/586

Hilda, L. (2014). Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. Hikmah , 53-62.

Krisnatuti & Yehrina. 2008. Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya

LIPI.2009.Kolesterol.http://www.bit.lipi.go.i d/pangankesehatan/documents/artikel_k olesterol/kolesterol.pdf.

Mayes, P.A., 2003. Biokimia Harper Edisi 5, ed., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 270-281

Murray RK. et.al. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28 th ed. New York : Lange Medical Publications

Nilawati et.al. 2010. Care your self: Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus

Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika

Palupi, R.T., 2008. Perbedaan Profil Lipid (Trigliserida) pada Populasi Orang yang Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Patel, D., et. al. 2011. Transdermal Drug Delivery System Review. Int. J. Biopharm & Toxicol., 1:61-80.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. hlm.4-10, 15-29

Pranata, S. (2015). Pengaruh Pesan Singkat (SMS) Berbasis Pengingat, Cara Pengobatan dan Motivasi Terhadap Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Probosari & Puruhita. 2011. Pemberian Teh

Rosela, Simvastatin dan Profil Lipid serta Serum Apo B pada Tikus Hiperkolesterolemi. Media Medika Indonesia. FK UNDIP dan IDI Jateng. Semarang.


(6)

Purwanto, N. H. 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan, Volume 01/Nomor 01/Januari 2011-Desember 2011.

Putra, G. P., Rondhianto, & D. W. 2015. Pengaruh Perencanaan Diet Diabetes Mellitus dengan Model Self Care terhadap Diet Self Care Behavior dan Kolesterol Total pada Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan , vol.3 (no.2).

Rahmani, D. K. (2014). Monitoring Gula Darah dan Kepatuhan Minum Obat Dapat Menstabilkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah.

Rosyada, S. M. (2013). Perbedaan Pengaruh Antara Ekstrak dan Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) dalam Pencegahan Peningkatan Kadar Kolesterol Total pada Tikus Sprague Dawley. Semarang: Universitas Diponegoro.

Rosyada, S. M. 2013. Perbedaan Pengaruh Antara Ekstrak dan Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) dalam Pencegahan Peningkatan Kadar Kolesterol Total pada Tikus Sprague Dawley. Semarang: Universitas Diponegoro.

Yati, R.I., 2008. Perbedaan Profil Lipid (HDL & LDL) pada Populasi Orang yang Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta