Hasil penelitian Utama 2011 menyatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI
pada balita 6-24 bulan. Sikap ibu tentang gizi berhubungan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Pengetahuan ibu
tentang gizi dan sikap ibu tentang gizi secara bersama-sama berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Oleh
sebab itu program kelas ibu balita penting untuk dilakukan secara berkesinambungan Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai
perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita.
1.2 Rumusan Masalah
Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku
KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Kelas ibu balita dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menekan morbiditas dan mortalitas bayi dan
balita melalui peningkatan pemanfaatan buku KIA sehingga meningkatkan pemahaman ibu terhadap kesehatan anak. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Susut
1 masih dibawah target yaitu sebesar 55,81 dan jumlah balita gizi kurang di Desa Susut sebanyak 17 orang dan Desa Susut belum melaksanakan kelas ibu balita.
Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan
sesudah kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI
sebelum dan sesudah intervensi kelas ibu balita?
2. Bagaimanakah perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan
sesudah intervensi kelas ibu balita?
3. Bagaimanakah perbedaan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum
dan sesudah intervensi kelas ibu balita?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli tahun
2016.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan
sesudah kelas ibu balita. 2.
Untuk mengetahui perbedaan sikap ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita.
3. Untuk mengetahui perbedaan perilaku ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan
sesudah kelas ibu balita.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat praktis
1.
Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi petugas kesehatan yang pemegang program kelas ibu balita tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan perencanaan program kelas ibu balita selanjutnya
2.
Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita mengenai manfaat dan petingnya
mengikuti kelas ibu balita dan pemberian MP-ASI.
1.5.2 Manfaat teoritis
Menambah wawasan tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Selain itu hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dalam topik yang sama terkait dengan kelas ibu balita dengan meneliti variabel-variabel lain yang belum
diteliti.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak, meliputi perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberiam MP-ASI
di Desa Susut Kabupaten Bangli tahun 2016.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelas Ibu Balita
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA
Kemenkes RI, 2009b. Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak
diposisikan hanya menerima informasi karena pasif cenderung tidak efektif dalam perubahan perilaku. Oleh sebab itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar
partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman
sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup
terbatas ia dapat menjadi sumber belajar Kemenkes RI, 2009a. Tujuan secara umum pelaksanaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Selain tujuan umum adapula
tujuan khusus dilaksanakannya kelas ibu balita yaitu : 1.
Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara Eksklusif. 2.
Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi.
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam memperian MP-ASI dan Gizi seimbang
kepada balita. 4.
Meningkatkan kemampuan ibu memantau petumbuhan dan pelaksanaan stimulasi perkembangan balita.
5. Meningkatkan pengetahuan ibu cara perawatan gigi balita dan mencuci tangan
yang benar. 6.
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan perawatan Balita.
Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokkan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun.
Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang, sedangkan yang menjadi fasilitator dan narasumber dari kelas ibu balita adalah bidanperawattenaga
kesehatan lainnya yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita atau melalui on the job training. Dalam pelaksanaan kelas ibu balita fasilitator bisa
meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu,
misalnya dibidang gizi, gigi, PAUD Pendidik Anak Usia Dini, penyakit menular, dan sebagainya.
Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat camatdesalurah. Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga
belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktekdemo. Jika peralatan membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat
belajar mempunyai aliran listrik. Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan
kebutuhan warga belajar. Metode yang digunakan adalah metode belajar orang dewasa