1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Bayi AKB dan Angka Kematian Balita AKABA merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals
MDG’s. Kelompok ibu hamil, bersalin, bayi pada masa perinatal merupakan kelompok yang
paling rentan terhadap kesehatan oleh karena itu kelompok tersebut menjadi fokus utama pembangunan kesehatan Kemenkes, 2009b.
AKB di Indonesia masih tinggi, walaupun mengalami penurunan akan tetapi masih melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1000
KH. Angka ini masih belum mencapai MDG’s tahun 2015. AKB dan AKABA di setiap provinsi di Indonesia beragam. AKB di provinsi Bali sudah di bawah Renstra
Nasional akan tetapi mengalami peningkatan yang fluktuatif. AKABA Bali kategori rendah 2010-2014 namun menunjukkan trend yang fluktuatif juga, bahkan tiga tahun
terakhir cenderung meningkat Dinkes Provinsi Bali, 2014 sedangkan AKB dan AKABA di Kabupaten Bangli masih diatas nilai AKB dan AKABA Provinsi Bali.
Dinkes Kabupaten Bangli, 2015. Salah satu komponen penting penyumbang AKB dan AKABA adalah asupan
gizi pada bayi dan balita. Asupan gizi yang penting untuk bayi adalah pemberian ASI eklsklusif. Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2015
cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Bangli masih di bawah target yaitu sebesar 73,1 target Renstra Provinsi Bali 76. ASI eksklusif yang terendah di Kabupaten
Bangli adalah wilayah kerja Puskemas Susut 1 yaitu sebesar 55,81, penyumbang lain
AKB dan AKABA adalah adanya bayi dan balita yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang. Tahun 2015 terdapat 215 kasus gizi kurang, dan yang terbanyak kasus gizi
kurang terdapat di Puskesmas Susut 1 yaitu sebanyak 35 orang, di desa Susut di bulan Februari 2016 terdapat 17 orang balita gizi kurang. Diperlukan upaya pemberian gizi
yang seimbang untuk menurunkan kejadian gizi kurang pada balita dimana tujuan pemberian gizi yang baik adalah tumbuh dan kembang anak yang adekuat
CoutsoudisBentle, 2009. Agar tercapai gizi seimbang anak usia 6-24 bulan, maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI MP-ASI, sementara ASI tetap
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun Kemenkes RI, 2015. .
Penurunan AKB dan AKABA di Indonesia, pemerintah perlu menggencarkan upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar adanya
perubahan peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan ibu beserta keluarga dalam memberikan asuhan kepada bayi dan balita. Upaya promotif sangat erat kaitannya
dengan fungsi pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas. Program pemerintah yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk menjalakan fungsi tersebut adalah program
kelas ibu balita. Kelas ibu balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak
berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan dibimbing oleh fasilitato. Salah satu tujuan khusus pelaksaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita Kemenkes RI, 2009b. Di Kabupaten Bangli tahun 2015 baru satu sebagai tempat uji coba pelaksanaan kelas ibu balita yaitu Desa Katung
sedangkan di Desa Susut belum melaksanakan kelas ibu balita.
Hasil penelitian Utama 2011 menyatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI
pada balita 6-24 bulan. Sikap ibu tentang gizi berhubungan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Pengetahuan ibu
tentang gizi dan sikap ibu tentang gizi secara bersama-sama berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Oleh
sebab itu program kelas ibu balita penting untuk dilakukan secara berkesinambungan Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai
perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita.
1.2 Rumusan Masalah