PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016.

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU

DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH

KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT

KABUPATEN BANGLI

TAHUN 2016

NI KETUT YASMINI

NIM : 1420015013

N

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU

DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH

KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT

KABUPATEN BANGLI

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memproleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI KETUT YASMINI

142015013

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan sripsi yang berjudul “Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas Ibu balita di desa susut Kabupaten Bangli Tahun 2016” tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam menyusun skripsi ini kepada:

1. Bapak dr. I Md. Ady Wirawan, MPH., Phd selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Ibu Desak Nyoman Widyanthini, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, Kepala Puskesmas Susut I, bidan

desa Susut, kader di wilayah desa Susut yang telah membatu kelancaran penelitian ini.

4. Alm Ibu dan Bapak , Gandhi, Pelangi dan keluarga yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen dan rekan rekan di Program studi Kesehatan Masyarakat yang senantiasa memberikan masukan didalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemapuan penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, Juni 2016 Penulis


(6)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYRAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KESEHATAN IBU, ANAK DAN KESPRO

SKRIPSI JUNI 2015

Ni Ketut Yasmini

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH KELAS

IBU BALITA DI DESA SUSUT KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016

ABSTRAK

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA. Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan secara partisipatif, di Desa Susut Cakupan ASI eksklusif masih rendah dan terdapat 17 orang balita dengan gizi kurang, desa Susut belum menyelenggarakan kelas ibu balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelas ibu balita terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.

P

enelitian ini merupakan penelitian praeksperimen dengan desain one grup

pre and posttest

, dengan uji statistik

Wilcoxon

.

Jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan total sampel yaitu sebanyak 17 orang ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan di desa Susut Kabupaten Bangli. Data dikumpulkan dengan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pretes dan posttest. Intervensi berupa kelas ibu balita dilakukan sebanyak 1 kali.

Hasil penelitian ini menemukan terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita. Variabel pengetahuan p = 0,01, sikap p = 0,03 dan prilaku p = 0,03.

Kelas ibu balita meningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam memberikan MP-ASI sebelum dan sesudah mengikuti kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.


(7)

PUBLIC HEALTH, UDAYANA UNIVERSITY

CONSENTRATION HEALTH OF MOTHER, CHILD AND REPRODUCTION

Ni Ketut Yasmini

DIFFERENT KNOWLEDGE , ATTITUDE AND BEHAVIOR OF RENDERING WEANING FOOD BEFORE AND AFTER

DISCUSION GROUP OF MOTHER AT DESA SUSUT BANGLI DISTRICT 2016

ABSTRACT

Discusion group of mother is class where mothers who have children aged between 0 to 5 years jointly discuss, brainstorm , exchange of experience will be the fulfillment of health care, nutrition and stimulation of growth and development is guided by a facilitator , in this case the used book KIA . Class mothers are promotive held in a participatory manner , in desa Susut scope of exclusive breastfeeding is still low and there were 17 infants with malnutrition , Desa Susut have not held a class mothers . This study aims to determine the effect of mothers class of the knowledge , attitudes and behaviors of mothers in rendering weaning food in Desa Susut Bangli 2016.

This study is an praeksperimen design with one group pre and posttest with statistic Wilcoxon.There were 17 samples. Data knowledge and attitudes were collected by conducting home visits to conduct the pretest and posttest, data behavior collected by observation. Intervention in the form of class mothers do as much as 1 times .

The results, there are differences between knowledge , attitudes , and behaviors of mothers to give food in addition to breastmilk before and after mothers class. Variable knowledge of p = 0.01, the attitude of p = 0.03 and behavior p = 0 , 03

Discussion group of mother is improvement of knowledge, attitudes and behaviors to mothers in reanering weaning food in Desa Susut Bangli Regency 2016 .

Keywords : discussion group of mother, knowledge, attitudes, behaviors, weaning food


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI………..

i ii HALAMAN PERSETUJUAN……… HALAMAN PERSETUJUAN……… iii iv KATA PENGANTAR……… ABSTRAK………. ABSTRACT……….. v vi vii

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN………. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG………

xi xii BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang ………..

1.2 Rumusan Masalah………..

1.3Pertanyaan Penelitian……….. 1.4 Tujuan Penelitian……….

1.4.1 Tujuan Umum……….

1.4.2 Tujuan Khusus………

1.5 Manfaat Penelitian……….. 1.5.1 Manfaat Praktis………..… 1.5.2 Manfaat Teoritis……….... 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……….

1 3 4 4 4 4 5 5 5 5


(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 2.1 Kelas Ibu Balita………

2.2MP-ASI………

2.3 Pengetahuan ………

2.4 Sikap ………

2.5 Perilaku ………

6 6 8 13 15 16 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

5.1Kerangka Konsep ………

5.2Hipotesis Penelitian………. 5.3Variabel Penelitian dan Definisi Operational Variabel…

5.3.1 Variabel Penelitian……… 5.3.2 Definisi Operasional ………

19 19 19 20 20 20 BAB IV METODE PENELITIAN………

4.1Desain Penelitian ……… 4.2Populasi dan Sampel Penelitian……….………….. 4.3 Pengumpulan Data………

4.3.1 Data………..

4.3.2 Cara Pengumpulan Data……… 4.3.3 Alat Pengumpulan Data……… 4.4Pengolahan dan Teknik Analisa Data………..

4.4.1 Pengolahan Data………... 4.4.2 Teknik Analisa Data……….

22 22 23 23 24 24 24 24 25 25

BAB V HASIL PENELITIAN……….. 27

5.1 Gambaran Umum Desa Susut……… 5.2 Karakteristik Responden……… 5.3 Informasi Tentang Kelas Ibu Balita……… 5.4 Pengetahuan ibu……….. 5.4.1 Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian

MP-ASI……… 27 28 29 30 30


(10)

5.4.2 Uji normalitas data……… 5.4.3 Perbedaan pengetahuan ibu balita tentang

pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………..……. 5.4.4 Uji Wilcoxon………. 5.5 Sikap Ibu………. 5.5.1 Gambaran sikap ibu tentang pemberian MP-ASI.. 5.5.2 Uji normalitas data……… 5.5.3 Perbedaan sikap ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………….. 5.5.4 Uji Wilcoxon……….. 5.6 Perilaku Ibu………. 5.6.1 Gambaran perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI 5.6.2 Uji normalitas data……… 5.6.3 Perbedaan perilaku ibu balita dalam pemberian

MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………... 5.6.4 Uji Wilcoxon……….

32 32 33 34 34 35 36 36 37 37 39 39 40

BAB VI PEMBAHASAN……….

6.1 Pengaruh Kelas Ibu Balita Terhahadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dalam Pemberian MP-ASI Di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahu 2016………... 6.2 Kelemahan Penelitian……….

41

41 49 BAB VII PENUTUP………..

7.1 Simpulan……….…. 7.2 Saran………...

7.2.1 Bagi pemerintah……… 7.2.2 Bagi peneliti selanjutnya………

50 50 50 51 51 DAFTAR PUSTAKA


(11)

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel Tabel Tabel 3.1 5.1 5.2

Definisi Operasional Variabel Penelitian………. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Susut……….. Jumlah Balita di Desa Susut……….

20 27 28 Tabel 5.3 Karakteristik Responden………... 29 Tabel 5.4 Informasi Tentang Kelas Ibu Balita……… 30 Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI di Desa

Susut Kabupaten Bangli………... 31

Tabel 5.6 Uji Normalitas Data……… 32

Tabel

Tabel 5.7

5.8

Hasil uji statistik Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016………. Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016………

32

33 Tabel 5.9 Gambaran Sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI di Desa Susut

Kabupaten Bangli Tahun 2016………... 34 Tabel

Tabel 5.10 5.11

Uji Normalitas Data……… Hasil uji statistik sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun

2016……….

34

35 Tabel 5.12 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Sikap Ibu Tentang Pemberian

MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten

Bangli……… 36

Tabel 5.13 Gambaran Hasil Pengamatan Perilaku Ibu Tentang Pemberian

MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016……….. 37


(12)

Tabel 5.15 Hasil uji statistik sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun

2016………. 40

Tabel 5.16 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……… 19 Gambar 4.1 Bentuk Rancangan pretest dan posttest……… 22


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan………... 51

Lampiran 2. Penjelasan Penelitian………... 52

Lampiran 3. Lembar Persetujuan………. 53

Lampiran 4. Kuisioner………. 54

Lampiran 5. Ethical Clearance……… 60

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan..……..………... 61


(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

AKABA : Angka Kematian Balita AKB : Angka Kematian Bayi ASI : Air Susu Ibu

CI : Convident interval

Fe : Ferum

Min : Minimal Max : Maximal

MDG’s : Milleneum Develomment Goals MP-ASI : Makanan Pendamping-Air Susu Ibu KH : Kelahiran Hidup

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes : Kementrian Kesehatan PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini Vit. A : Vitamin A

Vit. C : Vitamin C

RI : Republik Indonesia SD : Standar devisiasi Daftar Lambang

% : Persen

< : kurang dari

> : lebih dari

α : alfa/signification level p : probabilitas


(16)

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)

merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG’s).

Kelompok ibu hamil, bersalin, bayi pada masa perinatal merupakan kelompok yang paling rentan terhadap kesehatan oleh karena itu kelompok tersebut menjadi fokus utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).

AKB di Indonesia masih tinggi, walaupun mengalami penurunan akan tetapi masih melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1000 KH. Angka ini masih belum mencapai MDG’s tahun 2015. AKB dan AKABA di setiap provinsi di Indonesia beragam. AKB di provinsi Bali sudah di bawah Renstra Nasional akan tetapi mengalami peningkatan yang fluktuatif. AKABA Bali kategori rendah 2010-2014 namun menunjukkan trend yang fluktuatif juga, bahkan tiga tahun terakhir cenderung meningkat (Dinkes Provinsi Bali, 2014) sedangkan AKB dan AKABA di Kabupaten Bangli masih diatas nilai AKB dan AKABA Provinsi Bali. (Dinkes Kabupaten Bangli, 2015).

Salah satu komponen penting penyumbang AKB dan AKABA adalah asupan gizi pada bayi dan balita. Asupan gizi yang penting untuk bayi adalah pemberian ASI eklsklusif. Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2015 cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Bangli masih di bawah target yaitu sebesar 73,1% target Renstra Provinsi Bali 76%. ASI eksklusif yang terendah di Kabupaten Bangli adalah wilayah kerja Puskemas Susut 1 yaitu sebesar 55,81%, penyumbang lain


(18)

AKB dan AKABA adalah adanya bayi dan balita yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang. Tahun 2015 terdapat 215 kasus gizi kurang, dan yang terbanyak kasus gizi kurang terdapat di Puskesmas Susut 1 yaitu sebanyak 35 orang, di desa Susut di bulan Februari 2016 terdapat 17 orang balita gizi kurang. Diperlukan upaya pemberian gizi yang seimbang untuk menurunkan kejadian gizi kurang pada balita dimana tujuan pemberian gizi yang baik adalah tumbuh dan kembang anak yang adekuat (Coutsoudis&Bentle, 2009). Agar tercapai gizi seimbang anak usia 6-24 bulan, maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI tetap

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI, 2015). .

Penurunan AKB dan AKABA di Indonesia, pemerintah perlu menggencarkan upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar adanya perubahan peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan ibu beserta keluarga dalam memberikan asuhan kepada bayi dan balita. Upaya promotif sangat erat kaitannya dengan fungsi pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas. Program pemerintah yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk menjalakan fungsi tersebut adalah program kelas ibu balita.

Kelas ibu balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitato. Salah satu tujuan khusus pelaksaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi seimbang kepada balita (Kemenkes RI, 2009b). Di Kabupaten Bangli tahun 2015 baru satu sebagai tempat uji coba pelaksanaan kelas ibu balita yaitu Desa Katung sedangkan di Desa Susut belum melaksanakan kelas ibu balita.


(19)

Hasil penelitian Utama (2011) menyatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Sikap ibu tentang gizi berhubungan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Pengetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu tentang gizi secara bersama-sama berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Oleh sebab itu program kelas ibu balita penting untuk dilakukan secara berkesinambungan

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita.

1.2 Rumusan Masalah

Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Kelas ibu balita dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menekan morbiditas dan mortalitas bayi dan balita melalui peningkatan pemanfaatan buku KIA sehingga meningkatkan pemahaman ibu terhadap kesehatan anak. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Susut 1 masih dibawah target yaitu sebesar 55,81% dan jumlah balita gizi kurang di Desa Susut sebanyak 17 orang dan Desa Susut belum melaksanakan kelas ibu balita. Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.


(20)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI

sebelum dan sesudah intervensi kelas ibu balita?

2. Bagaimanakah perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan

sesudah intervensi kelas ibu balita?

3. Bagaimanakah perbedaan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum

dan sesudah intervensi kelas ibu balita?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Diketahuinya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli tahun 2016.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan

sesudah kelas ibu balita.

2. Untuk mengetahui perbedaan sikap ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita.

3. Untuk mengetahui perbedaan perilaku ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita.


(21)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat praktis

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi petugas kesehatan yang pemegang program kelas ibu balita tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan perencanaan program kelas ibu balita selanjutnya

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita mengenai manfaat dan petingnya mengikuti kelas ibu balita dan pemberian MP-ASI.

1.5.2 Manfaat teoritis

Menambah wawasan tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dalam topik yang sama terkait dengan kelas ibu balita dengan meneliti variabel-variabel lain yang belum diteliti.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak, meliputi perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberiam MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli tahun 2016.


(22)

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelas Ibu Balita

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA (Kemenkes RI, 2009b).

Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak diposisikan hanya menerima informasi karena pasif cenderung tidak efektif dalam perubahan perilaku. Oleh sebab itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas ia dapat menjadi sumber belajar (Kemenkes RI, 2009a).

Tujuan secara umum pelaksanaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Selain tujuan umum adapula tujuan khusus dilaksanakannya kelas ibu balita yaitu :

1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara Eksklusif.


(24)

3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam memperian MP-ASI dan Gizi seimbang kepada balita.

4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau petumbuhan dan pelaksanaan stimulasi

perkembangan balita.

5. Meningkatkan pengetahuan ibu cara perawatan gigi balita dan mencuci tangan yang benar.

6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan perawatan Balita.

Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokkan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun. Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang, sedangkan yang menjadi fasilitator dan narasumber dari kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita atau melalui on the job training. Dalam pelaksanaan kelas ibu balita fasilitator bisa meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya dibidang gizi, gigi, PAUD (Pendidik Anak Usia Dini), penyakit menular, dan sebagainya.

Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo. Jika peralatan membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat belajar mempunyai aliran listrik.

Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Metode yang digunakan adalah metode belajar orang dewasa


(25)

yang menekankan pada partisipasi warga belajar dan penggunaan pengalaman sebagai sumber belajar. Untuk sesi yang membutuhkan praktek, fasilitator menyiapkan materi kebutuhan praktek. Waktu yang ideal untuk setiap sesi adalah 45 sampai 60 menit.

2.2 MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI merupakan makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi/anak (Kemenkes RI, 2015).

Makanan pelengkap tidak menggantikan ASI, tetapi memberikan nutrient tambahan. ASI harus menjadi makanan pertama yang diberikan kepada bayi dan makanan padat baru diberikan setelah selesai memberikan ASI sebelum makanan lain (Coutsoudis&Bentley, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2009b) agar pertumbuhan bayi sesuai dengan umur. WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal yang penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera setelah lahir, kedua memberikan ASI saja (ASI Ekslusif) sejak lahir bayi sampai 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan sampai 24 bulan, keempat meneruskan memberikan ASI sampai usia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh didaerah setempat (indigenous food).

Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan setengah atau lebih kebutuhan gizi bayi, dan bayi usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya sehingga MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berumur 6 bulan. MP-ASI harus


(26)

mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dipenuhi oleh ASI saja. Pada usia 6-24 bulan, kebutuhan berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada tahap ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI,2015).

Waktu pemberian MP-ASI kepada bayi adalah setelah bayi berumur 6 bulan, karena setelah umur 6 bulan pencernaan bayi belum kuat untuk mencerna makanan selain ASI. Kalau dipaksakan memberikan makanan tambahan akan menggangu pencernaan. Usia bayi 0-6 bulan pencernaan bayi cocok untuk mengkonsumsi ASI saja. Untuk itu perlu diberikan asupan gizi seimbang kepada ibu agar air susu keluar dengan lancar. (Kemenkes RI, 2009)

MP-ASI mulai diberikan saat bayi mulai berumur 6 bulan. Tanda – tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI yaitu jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak, bayi mulai meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut, jika diberikan makanan lumat bayi tidak mengeluarkan makanan dengan lidahnya. (Kemenkes RI, 2015).

Menurut King and Burgess (2015) tanda bahwa bayi sudah siap untuk mendapat MP-ASI yaitu :

1. Bayi sudah bisa duduk dan mengambil makanan yang sedang dimakan oleh ibunya.

2. Suka memasukkan benda kedalam mulut kemudian memakannya

3. Interes terhadap makanan baru dan mau mencoba makanan yang baru


(27)

5. Sudah memiliki satu atau dua gigi serta suka menghisap makanan yang keras. 6. Masih terlihat lampar seteleh di beri ASI yang cukup (hal ini berbeda dengan bayi

yang berumur dibawah 4 bulan yang sering menangis seperti minta ASI hal itu karena masih dipengaruhi oleh repleks isap),

Menurut Kemenkes RI (2015), bayi yang diberikan MP-ASI terlalu cepat dan lambat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini awal/dini pada usia kurang dari 6 bulan akan mengakibatakan :

1. Menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi kebutuhan zat gizinya.

2. Makanan mengandung zat gizi rendah bila berbentuk cair, seperti sup dan bubur encer.

3. Meningkatkan resiko kesakitan : kurangnya faktor perlindungan, MP-ASI tidak sebersih ASI, tidak mudah dicerna seperti ASI, meningkatkan resiko alergi, 4. Meningkatkan resiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI berkurang.

Memberian ASI yang terlambat pada usia lebih dari 6 bulan akan mengakibatkan: kebutuhan gizi anak yang tidak dapat terpenuhi, pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat, resiko kekurangan gizi seperti anemia karena kekurangan zat besi.

Makanan pendamping ASI terdiri dari dua jenis, pertama MP-ASI yang siap saji atau produksi pabrik dan yang kedua MP-ASI yang dibuat sendiri. MP-ASI yang dibuat pabrik harganya lebih mahal, karena biaya kemasan cukup mahal, sedangkan MP-ASI yang dibuat sendiri akan lebih murah bila sebagian bahannya ditanam sendiri di pekarangan atau kebun (Kemenkes RI, 2009).

MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi makro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi


(28)

MP-ASI dikelompokkan menjadi dua yaitu : MP-ASI lengkap yang terdiri dari bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah, MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani atau nabati dengan sayur dan buah. MP-ASI yang baik apabila ;

1. Padat energi, protein dan zat mikro (antara lain Fe, Zinc, Kalsium, Vit.A, Vit.C, dan folat) yang tidak dapat dipenuhi dengan ASI saja untuk mulai 6 bulan.

2. Tidak berbumbu tajam.

3. Tidak menggunaka gula, garam tambahan penyedap rasa, pewarna dan pengawet.

4. Mudah ditelan dan disukai anak.

5. Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga terjangkau.

Pola pemberian ASI dan MP-ASI yaitu bayi umur 0-6 bulan diberikan ASI saja, umur 6-9 bulan diberikan makanan lumat, umur 9-12 bulan diberikan makanan lembik, dan bayi umur 12-24 bulan diberikan makanan keluarga (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Coutsoudis and Bentley (2009) makanan padat harus dikenalkan dengan berlahan-lahan untuk memastikan tidak adanya reaksi yang merugikan dari memakan makanan tersebut yaitu :

1. Jumlah yang diberikan pada awalnya harus sedikit dan kemudian secara berangsur-angsur jumlahnya ditingkatkan yaitu : pada awalnya diberikan 1-2 sendok teh setiap kali makan dan kemudian jumlah makanan padat ini ditingkatkan hingga sekitar 1 mangkok kecil perhari ketika bayi mencapai usia 8 bulan, pada usia 6-8 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat dua atau tiga kali sehari, pada usia 9-11 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat tiga atau empat kali sehari, pada usia 12-24 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat empat atau lima kali sehari.


(29)

2. Tekstur makanan harus ditingkatkan melalui penyesuain jenis makanan dengan kebutuhan dan kemampuan bayi : pada mulanya makanan harus dilumatkan menjadi bubur saring yang halus, dan sebaiknya bubur tersebut diencerkan dengan ASI hasil pemerahan, pada usia antara 7-9 bulan, makanan masih harus dilumatkan, tetapi dengan penambahan tekstur yang lebih padat secara bertahap, makanan camilan yang dapat dipegang oleh anak, harus sudah mulai diberikan pada usia sekitar 8 bulan, sesudah usia 10 bulan, makanan dapat dipotong kecil-kecil tetapi tidak usah dilumatkan, menjelang usia 12 bulan, anak harus sudah dapat memakan makanan keluarga.

3. Jenis makanan padat nutrient yang harus disediakan yaitu : sayur dan buah khsusnya yang kaya akan vitamin A, harus diberikan setiap hari, protein hewani harus di konsumsi sesering mungkin, kecuali jika tidak dapat diterima (misalnya pada keluarga vegetarian), jika daging, unggus tidak tersedia, makanan sumber protein yang harganya lebih murah seperti telur dan kacang-kacangan harus diberikan, makanan yang kaya akan vitamin C harus dikombinasikan dengan kacang-kacangan untuk memperbaiki absorpsi zat besi nonheme, pati dapat dilunakkan dengan ASI hasil perlahan untuk meningkatkan densitas energy.

Cara yang baik untuk menyiapkan makanan tambahan yang dibuat dirumah yaitu makanan tersebut memerlukan : kaya akan energy dan nutrisi, bersih dan aman, lembut dan mudah untuk dimakan, keluarga mudah memprolehnya, mudah untuk disiapkan. Makan yang kaya akan energy dan nutrisi sering harganya mahal dan susah untuk keluarga mendapatkannya. Menyiapkan makanan yang lembut dan mudah untuk bayi membutuhkan peralatan yang khusus. Anak yang beresiko kekurangan gizi adalah keluarga miskin, dimana mereka tidak bisa membeli makanan yang mahal. Keluarga ini susah untuk membeli berbagai jenis makanan dan peralatan yang khusus.


(30)

Mereka mungkin sangat sibuk dan memiliki sedikit waktu menyiapkan beberapa makanan khusus setiap hari. Coba untuk menemukan bagaimana keluarga mudah untuk menyiapkan makanan pendamping yang berasal dari bahan pangan lokal dengan harga yang murah (King and Burgess, 2015).

2.3Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sehingga pengetahuan atau koknitif merupakan dominan yang penting untuk membentuk tindakan sesorang (overt behavior). Selain itu pengetahuan seseorang memiliki tingkatan yang berbeda-beda dan secara umum dapat dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmojo, 2010) :

1. Tahu (Know) yaitu mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjelaskan dengan benar mengenai objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan suatu materi secara tepat.

3. Aplikasi (Aplication) hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sesungguhnya (real).

4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyebarluaskan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, namun masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lainnya.

5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.


(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati pada tahun 2010 tentang hubungan antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status Gizi bayi usia 6-12 bulan mendapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi bayi denga p=0,00, terdapat hubungan yang positif antara praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi balita dengan p=0,00, terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi pada hasil uji f dengan nilai p=0,000.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2012) mendapatkan hasil dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap Ibu Balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi health education melalui media visual menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi p=0,00 untuk pengetahuan dan p=0,00 untuk sikap dengan derajat kemaknaan yang digunakan adalah α≤0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh health education melalui media visual terhadap pengetahuan dan sikap Ibu Balita di Posyandu Mawar II Kelurahan Bulak Kenjeran Surabaya. Dengan melihat hasil dari penelitian tersebut maka penting bagi Ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang gizi balita agar berkurangnya angka kejadian gizi buruk.

Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, dkk (2011) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang status gizi balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Makasar mendapatkan hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji “t”. dengan tingkat kemaknaan signifikan α<0.05 dengan p<α maka hipotesis diterima. Dari hasil penelitian didapatkan p=0,00 sehingga ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan pengetahuan ibu tentang status gizi balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas sehingga memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan ibu Makasar.


(32)

Menurut Notoatmojo (2003) jarak waktu yang ideal untuk melakukan tes yang pertama dengan tes yang kedua adalah 15 hari sampai 20 hari karena jika waktu terlalu pendek kemungkinan responden masih ingat dengan pertanyaan dan jika terlalu jauh memungkinkan perubahan variabel yang diukur dari responden.

2.4Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang saling berkaitan (setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmojo, 2010). Fungsi sikap belum menggambarkan suatu perbuatan (reaksi terbuka) atau tindakan akan tetapi merupakan predisposisi perilaku yang menunjukkan reaksi tertutup. Sikap berbeda dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Karena seringkali seseorang cenderung menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diprolehnya tambahan informasi mengenai objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial (Sarwono, 2007).

Penelitian yang dilakukan Padang (2007) yang bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mepengaruhi ibu memberikan MP-ASI pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Padan Tapanuli hasil penelitian menunjukkan variabel predisposisi yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberian MP-ASI adalah sikap (p=0,48), variabel pendukung yang memiliki pengaruh adalah keterpaparan media (p=0,038), variabel pendorong yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP-ASI adalah dukungan keluarga (p=0,019) dan kebiasaan memberikan MP-ASI di masyarakat kurang dari 6 bulan (p=0,036).


(33)

Hasil penelitian Emilia (2008) tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap peningkatan pengetahun dan sikap ibu hamil di Mukim Lau-re Kecamatan Simeule Tengah Kabupaten Simeule tahun 2008 menyatakan sebelum penyuluhan 88,5% ibu hamil memiliki pengetahuan sedang tentang ASI eksklusif dan 11, 5% berada di katagori baik, setelah penyuluhan pengetahuna ibu hamil menjadi baik 100%. Sikap ibu hamil sebelum penyuluhan adalah berada pada katagori sedang sebanyak 76,9%, 15,4% berada pada katogori baik dan 7,7% katagori kurang setelah mendapatkan penyuluhan sikap sampel menjadi 92,3% berada pada baik dan 7,7% berada katagori sedang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif .

2.5Perilaku

Perilaku kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan adanya kaitan antara sehat atau sakit. Perilaku kesehatan menurutut Skiner adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan (Notoatmojo, 2007).

Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI mendapatkan hasil tergolong dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 responden (92%). Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang MP-ASI diperoleh nilai Rho 0,486 dan nilai signifikansi p=0,000 yang berarti nilainya p<0,05 dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat Hubungan yang signifikan antara


(34)

tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang MP-ASI Pada Balita Usia 6-24 Bulan di dusun Tlangu Desa Bulan Kec.Wonosari Klaten.

Penelitian Candra dan Suharto (2011) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan di Puskesmas Mayaran Semarang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi terhadap pemberian makanan pendamping ASI diperoleh dari nilai r hitung = 0,578, hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI diperoleh r hitung = 0, 612, hubungan antara pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap perilaku pemberian MP-ASI diperoleh r hitung=0,071, sehingga diperoleh simpulan sikap ibu terhadap gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI, pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap MP-ASI secara bersama–sama mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita umur 6-24 bulan.

Penelitian Kartikawati,dkk (2014) tentang pengaruh kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita di wilayah kerja Puskesmas Sukarasa kota Bandung menunjukkan hasil adanya peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi 9,8%, dan kontrol menurun 6,1%.). Perbedaan peningkatan keterampilan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol bermakna (p= 0,001) dengan peningkatan 13,4% pada kelompok intervensi dan 2,5% pada kelompok kontrol. Sikap pada kedua kelompok meningkat tapi peningkatan lebih tinggi pada kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 12,2%, tetapi perbedaan peningkatan ini tidak bermakna (p=0,446). Terdapat pengaruh pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita(p=0,001). Simpulan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol sedangkan pada sikap kelompok kontrol lebih tinggi


(35)

peningkatannya, pelaksanaan kelas ibu balita terbukti berpengaruh meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita.

Hasil peneitian Taufiqurrahman dan Masthalina (2010) mengenai pengaruh kelas gizi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan, pola asuh ibu dan berat badan balita di dalam penanganan masalah gizi kurang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan pengetahuan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan sikap responden. Tidak ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan tindakan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap pola asuh responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan berat badan responden.


(36)

(1)

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati pada tahun 2010 tentang hubungan antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status Gizi bayi usia 6-12 bulan mendapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi bayi denga p=0,00, terdapat hubungan yang positif antara praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi balita dengan p=0,00, terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi pada hasil uji f dengan nilai p=0,000.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2012) mendapatkan hasil dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap Ibu Balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi health education melalui media visual menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi p=0,00 untuk pengetahuan dan p=0,00 untuk sikap dengan derajat kemaknaan yang digunakan adalah α≤0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh health education melalui media visual terhadap pengetahuan dan sikap Ibu Balita di Posyandu Mawar II Kelurahan Bulak Kenjeran Surabaya. Dengan melihat hasil dari penelitian tersebut maka penting bagi Ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang gizi balita agar berkurangnya angka kejadian gizi buruk.

Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, dkk (2011) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang status gizi balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Makasar mendapatkan hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji “t”. dengan tingkat kemaknaan signifikan α<0.05 dengan p<α maka hipotesis diterima. Dari hasil penelitian didapatkan p=0,00 sehingga ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan pengetahuan ibu tentang status gizi balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas sehingga memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan ibu Makasar.


(2)

Menurut Notoatmojo (2003) jarak waktu yang ideal untuk melakukan tes yang pertama dengan tes yang kedua adalah 15 hari sampai 20 hari karena jika waktu terlalu pendek kemungkinan responden masih ingat dengan pertanyaan dan jika terlalu jauh memungkinkan perubahan variabel yang diukur dari responden.

2.4Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang saling berkaitan (setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmojo, 2010). Fungsi sikap belum menggambarkan suatu perbuatan (reaksi terbuka) atau tindakan akan tetapi merupakan predisposisi perilaku yang menunjukkan reaksi tertutup. Sikap berbeda dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Karena seringkali seseorang cenderung menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diprolehnya tambahan informasi mengenai objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial (Sarwono, 2007).

Penelitian yang dilakukan Padang (2007) yang bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mepengaruhi ibu memberikan MP-ASI pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Padan Tapanuli hasil penelitian menunjukkan variabel predisposisi yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberian MP-ASI adalah sikap (p=0,48), variabel pendukung yang memiliki pengaruh adalah keterpaparan media (p=0,038), variabel pendorong yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP-ASI adalah dukungan keluarga (p=0,019) dan kebiasaan memberikan MP-ASI di masyarakat kurang dari 6 bulan (p=0,036).


(3)

Hasil penelitian Emilia (2008) tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap peningkatan pengetahun dan sikap ibu hamil di Mukim Lau-re Kecamatan Simeule Tengah Kabupaten Simeule tahun 2008 menyatakan sebelum penyuluhan 88,5% ibu hamil memiliki pengetahuan sedang tentang ASI eksklusif dan 11, 5% berada di katagori baik, setelah penyuluhan pengetahuna ibu hamil menjadi baik 100%. Sikap ibu hamil sebelum penyuluhan adalah berada pada katagori sedang sebanyak 76,9%, 15,4% berada pada katogori baik dan 7,7% katagori kurang setelah mendapatkan penyuluhan sikap sampel menjadi 92,3% berada pada baik dan 7,7% berada katagori sedang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif .

2.5Perilaku

Perilaku kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan adanya kaitan antara sehat atau sakit. Perilaku kesehatan menurutut Skiner adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan (Notoatmojo, 2007).

Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI mendapatkan hasil tergolong dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 responden (92%). Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang MP-ASI diperoleh nilai Rho 0,486 dan nilai signifikansi p=0,000 yang berarti nilainya p<0,05 dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat Hubungan yang signifikan antara


(4)

tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang MP-ASI Pada Balita Usia 6-24 Bulan di dusun Tlangu Desa Bulan Kec.Wonosari Klaten.

Penelitian Candra dan Suharto (2011) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan di Puskesmas Mayaran Semarang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi terhadap pemberian makanan pendamping ASI diperoleh dari nilai r hitung = 0,578, hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI diperoleh r hitung = 0, 612, hubungan antara pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap perilaku pemberian MP-ASI diperoleh r hitung=0,071, sehingga diperoleh simpulan sikap ibu terhadap gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI, pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap MP-ASI secara bersama–sama mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita umur 6-24 bulan.

Penelitian Kartikawati,dkk (2014) tentang pengaruh kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita di wilayah kerja Puskesmas Sukarasa kota Bandung menunjukkan hasil adanya peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi 9,8%, dan kontrol menurun 6,1%.). Perbedaan peningkatan keterampilan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol bermakna (p= 0,001) dengan peningkatan 13,4% pada kelompok intervensi dan 2,5% pada kelompok kontrol. Sikap pada kedua kelompok meningkat tapi peningkatan lebih tinggi pada kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 12,2%, tetapi perbedaan peningkatan ini tidak bermakna (p=0,446). Terdapat pengaruh pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita(p=0,001). Simpulan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol sedangkan pada sikap kelompok kontrol lebih tinggi


(5)

peningkatannya, pelaksanaan kelas ibu balita terbukti berpengaruh meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita.

Hasil peneitian Taufiqurrahman dan Masthalina (2010) mengenai pengaruh kelas gizi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan, pola asuh ibu dan berat badan balita di dalam penanganan masalah gizi kurang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan pengetahuan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan sikap responden. Tidak ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan tindakan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap pola asuh responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan berat badan responden.


(6)

Dokumen yang terkait

POLA PEMBERIAN ASI DAN PENGETAHUAN IBU (ANALISIS PERBEDAAN BALITA STUNTED DAN NON STUNTED)

0 4 9

Hubungan pengetahuan dan sikap ibu Dengan perilaku pemberian asi eksklusif

2 8 75

PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA USIA 6-24 BULAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN MP-ASI DENGAN Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Usia 6-24 Bulan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Penyuluhan MP-ASI Dengan Menggunakan Media Poster Di Posyandu Kenanga V

0 2 12

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PKK DESA PECANGAAN KULON KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 3 16

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU ANGGOTA DHARMA WANITA PERSATUAN KABUPATEN REMBANG.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN.

0 2 6

PERBEDAAN LAMA PEMBERIAN ASI DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI ANTARA IBU YANG MEMILIKI BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI Perbedaan Lama Pemberian ASI Dan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Antara Ibu Yang Memiliki Balita Stunting Dan Non Stunting Di Keluraha

0 2 18

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA IBU-IBU Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leafletpada Ibu-Ibu Pkk Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

0 1 12

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leafletpada Ibu-Ibu Pkk Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

1 1 17

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA GIZI KURANG SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN EDUKASI GIZI DI PUSKESMAS BAUN SKRIPSI

0 0 27