PENGARUH PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT

KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

(Skripsi)

Oleh

DEWI SARTIKA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT

KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

Oleh DEWI SARTIKA

Salah satu permasalahan dalam budidaya ikan mas yaitu tingginya konsentrasi amoniak karena peningkatan padat tebar dan banyaknya sisa pakan di perairan. Metode yang dinilai aman dan ekonomis untuk memperbaiki kualitas air yaitu dengan pemberian molase pada aplikasi probiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian molase pada aplikasi probiotik terhadap kualitas air, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian menggunakan 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu (A) 0 g/L molase, (B) 2,4 g/L molase, (C) 4,8 g/L molase, (D) 7,2 g/L molase, (E) 9,6 g/L molase. Data hasil pengamatan suhu, pH, DO dan laju pertumbuhan harian dianalisis menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis, sedangkan hasil pengamatan amoniak, dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberian molase pada aplikasi probiotik memberikan pengaruh terhadap suhu sore, pH dan DO pagi dan sore, konsentrasi amoniak dan tingkat kelangsungan hidup (2) dosis pemberian molase sebesar 2,4 g/L merupakan perlakuan terbaik terlihat pada kondisi suhu, pH dan DO pada pagi dan sore lebih stabil, konsentrasi amoniak mengalami penurunan serta laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF MOLASSES ON THE APPLICATION OF PROBIOTIC ON WATER QUALITY, GROWTH AND SURVIVAL RATE OF THE

COMMON CARP (Cyprinus carpio L.)

By

DEWI SARTIKA

High concentration of ammonia is one of major problem in common carp culture. It was caused by high stocking density and excessive feed. Molasses is biologicaly and economicaly considered as one of the safest way to increase the water quality. The aim of the research were to understand to effect of different molasses concentration which was applied in probiotic on the water quality, growth and survival rate of cammon carp. The research was conducted from October to November 2011, in the Laboratory of Aquaculture Department, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The research used five treatments with three replications. The treatments were tested, namely (A) 0 g /L molasses, (B) 2,4 g /L molasses, (C) 4,8 g /L molasses, (D) 7,2 g /L molasses, (E) 9,6 g /L molasses. Data of temperature, pH, DO and daily growth rate were analyzed by using Kruskal-Wallis nonparametric test, while the ammonia and survival rate were analyzed descriptively. The results showed that (1) molasses treatment on the application of probiotics provides influence on the afternoon temperature, pH and DO in the morning and afternoon, concentration of ammonia and survival rate (2) based on the stability of temperature, pH and DO in the morning and the afternoon, concentration of ammonia, growth and survival rate of carp higher than the other. The concentration of 2,4 g /L molasses was considered as the best treatment.


(4)

PENGARUH PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT

KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

Oleh

DEWI SARTIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(5)

Judul : PENGARUH PEMBERIAN MOLASE PADA

APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP

KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

Nama Mahasiswa : Dewi Sartika Nomor Pokok Mahasiswa : 0714111032 Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Esti Harpeni, S.T., MAppSc. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. NIP 19791118 200212 2001 NIP. 197908212003122001

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP 19640215 199603 2001


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Esti Harpeni, S.T., MAppSc. .………...

Sekretaris : Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. .………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Tarsim, S.Pi., M. Si. ………....

2. Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(7)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan

karya ini kepada Papa dan Mama yang tak henti-hentinya

mendo’akanku, memberi dukungan serta semangat di setiap

langkahku.

Kakak (Rima Ariani) dan adik-adikku (Nurma Yusnita, Arief

Rahman H. dan Fahza Fahriki) yang senantiasa memberikan

semangat

Almamater tercinta ”Universitas Lampung”

dan orang-orang yang selalu setia menemani disaat suka maupun

duka


(8)

Lakukanlah yang terbaik yang bisa Anda lakukan, dengan

segenap kemampuan, dengan cara apapun, di mana pun,

kapan pun, kepada siapa pun sampai Anda sudah tidak

mampu lagi melakukannya

( John Wesley)

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang

dapat menggantikan kerja keras. Sedangkan keberuntungan

adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu

dengan kesiapan

(Thomas A. Edison)


(9)

RIWAYAT HIDUP

Dewi Sartika dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 25 September 1988, anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak M. Isa Hasan dan Ibu Saiyah. Penulis mengawali pendidikan dari Taman Kanak-kanak di TK Tut Wuri Handayani pada tahun 1993-1994.

Pada tahun 1995-2001 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Gunung Terang, kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2001-2004 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun 2004 hingga lulus tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kampus, yaitu menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) periode 2008/2009 dan pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian tahun 2008.


(10)

Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Karantina Mini Raiser, Dunia Air tawar, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur dengan judul “Pembenihan Ikan Severum (Heros severus) di Dunia Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur”.

Penulis menyelesaikan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi.), dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Molase pada Aplikasi Probiotik terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)”.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Molase pada Aplikasi Probiotik terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)” ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran hati

kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan 4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku dosen Pembimbing Akademik

5. Ibu Esti Harpeni, S.T., MappSc., selaku dosen pembimbing Utama yang penuh kesabaran telah membimbing, memberikan nasihat dan motivasi penulis selama penyelesaian skripsi

6. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis selama penyelesaian skripsi


(12)

7. Bapak Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si., Selaku dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritikan bagi kesempurnaan skripsi

8. Bapak, Ibu, Kakak, Adik-Adik dan seluruh keluargaku yang telah memberi kasih sayang, nasihat, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis 9. Apri Hadi M. yang telah memberi perhatian, motivasi dan mendoakan

keberhasilan penulis

10. Sahabat-sahabku Septiarini, Devira Agustin, Yeni Elisdiana, Tutut Yuniarsih, Revy Maharani, Humeira P. Sofia, Septa Indarti, Niken Puspita Dewi, Evi Nila Dewi, Handa L. Amela, M. Farzuki, Agung Kurniawan dan M. Hasyim Ashari atas kebersamaan dalam menghadapi suka duka selama kuliah maupun dalam penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan 2007 terimakasih atas kebersamaan, dukungan, perhatian dan semangat yang diberikan.

12. Kakak-kakakku angkatan 2004-2006 dan adik-adikku angkatan 2008-2011 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2012


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 3

C.Kerangka Pemikiran ... 3

D.Hipotesis ... 5

E. Manfaat ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Ikan mas ... 7

1.Klasifikas dan Morfologi ... 7

2.Habitat dan Distribusi ... 8

3.Kebutuhan Nutrisi ... 9

B.Bioremediasi ... 9

C.C/N Rasio ... 11

D.Probiotik ... 12

E. Molase ... 13

F. Kualitas Air ... 14

1. Suhu ... 15

2. Tingkat Keasaman (pH) ... 15

3. Oksigen Terlarut... 16

4. Amoniak ... 17

III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat ... 19

B.Alat dan Bahan ... 19

C.Rancangan Penelitian ... 19

D.Prosedur Penelitian ... 20

1. Tahap Persiapan ... 20

1.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 20


(14)

ii

3. Tahap Pengamatan ... 21

3.1 Pengukuran Kualitas Air ... 21

3.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ... 22

3.3 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 22

E. Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 24

4. Kualitas Air ... 24

4.1 Suhu ... 24

4.2 pH ... 26

4.3 DO (Dissolvedoxygen) ... 28

4.4 Amoniak ... 30

5. Laju Pertumbuhan Harian ... 31

6. Tingkat Kelangsungan Hidup ... 32

B.Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(15)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Mas ... 8 2. Rerata suhu (0C) pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan

A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase... 25 3. Rerata suhu (0C) pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan

A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase. Diagram batang merupakan rerata  standar eror. Huruf superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata (p>0,05) ... 26 4. Rerata pH pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan A: 0

gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase ... 27 5. Rerata pH pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan A: 0

gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase. Diagram batang merupakan rerata  standar eror. Huruf

superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata (p>0,05) ... 28

6. Rerata DO (mg/l) pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase... 29 7. Rerata DO (mg/l) pagi dan sore air pemeliharaan selama penelitian. Perlakuan

A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase. Diagram batang merupakan rerata  standar eror. Huruf

superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata (p>0,05). ... 30

8. Konsentrasi amoniak (NH3) pada berbagai perlakuan. A: 0 gr/l molase, B: 2,4

gr/l molase, C: 4,8 gr/l molase, D: 7,2 gr/l molase, E: 9,6 gr/l molase. (Pengamatan konsentrasi amoniak dilakukan pada saat pengambilam sampel air hari ke-0, ke-2, ke-10, ke-24 dan ke-38)... 31


(16)

iv

9. Pertumbuhan benih ikan mas selama penelitian. Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase ... 32 10. Rerata laju pertumbuhan harian benih ikan mas selama penelitian. Perlakuan

A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/Lmolase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase. Diagram batang merupakan rerata  standar eror. Huruf

superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata (p>0,05) ... 32

11. Rerata tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas selama penelitian. Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase ... 34 12. Tingkat kelangsungan hidup relatif benih ikan mas selama penelitian.

Perlakuan A: 0 gr/L molase, B: 2,4 gr/L molase, C: 4,8 gr/L molase, D: 7,2 gr/L molase, E: 9,6 gr/L molase. (Pengamatan sintsan relatif dilakukan pada hari ke-10, ke-17, ke-24, ke-31dan ke-38) ... 34


(17)

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian molase pada aplikasi probiotik memberikan pengaruh terhadap suhu sore hari, pH pagi dan sore, DO (dissolved oxygen) pagi dan sore serta konsentrasi amoniak dan tingkat kelangsungan hidup tetapi tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian benih ikan mas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan B dengan dosis pemberian molase sebesar 2,4 gr/l merupakan perlakuan terbaik. Hal ini terlihat pada perlakuan B kondisi suhu dan pH pada pagi dan sore lebih stabil, DO pagi dan sore berada dalam kisaran optimum, amoniak turun serta laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis pemberian molase dengan perhitungan C/N rasio seperti yang dilakukan Avnimelech (1999) agar dapat menjaga kandungan oksigen terlarut dan konsentrasi amoniak tetap berada dalam kisaram optimum. Selain itu, pengamatan populasi bakteri yang merupakan pengaruh langsung dari pemberian molase terhadap meningkatnya populasi bakteri probiotik perlu dilakukan dengan seri pengenceran agar kepadatan bakterinya dapat dihitung.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Avnimelech, Y. 1999. Carbon / Nitrogen Ratio as a Control Element in Aquaculture Systems. Israel. Israel Institute of Technology.

Azim, M.E., Little. D.C. dan Bron. J.E. 2007. Microbial Protein Production in Activated Suspension Tanks Manipulating C:N Ratio in Feed and the Implication for Fish Culture.Science Direct.

Badjoeri, M., dan Widiyanto. T. 2008. Penggunaan Bakteri Nitrifikasi untuk Bioremediasi dan Pengaruhnya terhadap Konsentrasi Amoniak dan Nitrit di Tambak Udang. Pusat Penelitian Limnologi - LIP1.

Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for Aqua Culture. Alabama agricultural experiment station. Auburn University. 482 pp.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York. Auburn University. Elseveir Science Publising Company, Albama, Inc. Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, P. dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur.

Masyarakat Perikanan Nusantara. Jakarta. Taman Akuarium Air Tawar. Durborow, R.M., Crosby dan Brunson. 1997. Amonia in fish ponds. Southern

Regional Aquaculture Center, SRAC publication 463.

Effendi, H. 2000. Telaah kualitas air: bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Jakarta. Gramedia.

Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Jakarta. Penebar Swadaya.188hal.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusatama. 159 hal.

Febrianti, D., Widiani, I., Ashory dan Anggraeni, S. 2010. Pendekatan Teknologi Bioflok (BFT) Berbasis Probiotik Bacillus subtilis pada Tambak Udang Vaname Litopanaeus vanamei. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Ghurfan. 2009. Budidaya Perairan. Buku Kedua. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.


(19)

Gunadi, B. dan Hafsaridewi, R. 2008. Pengendalian Limbah Amoniak Budidaya Ikan Laele dengan Sistem Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur

Nin-Limbah. Bandung. Loka Riset Pemulian dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar.

Gunalan, D.E.A. 1993. Penerapan Bioremediasi untuk Melenyapkan Polutan Organik dari Lingkungan. Makalah Diskusi Panel. Kongres Nasional Perhimpunan Miobiologi Indonesia, Surabaya 2-4 Desember 1993. Univ. Erlangga. 13 hal.

Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Pola Semi-Intensif dengan Aplikasi Beberapa Jenis Probiotik Komersial. Maros. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.

Gustav, F. 1988. Pengaruh Tingkat Kepadatan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Kakap putih (Lates calcalifer Bloch) dalam Sistem Resirkulasi. Skripsi. Bogor. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan IPB.

Hargreaves, J.A. dan Tucker, C.S. 2004. Managing Amonia in Fish Ponds. Southerm Regional Aquaculture Center, SRAC publication 4603.

Hidayat, R., Fuadi, M. dan Setia, D.B. 2009. Akuakultur Berbasis Trophic Level: Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele Clarias sp. oleh Ikan Nila Oreoclzrornis niloticus Melalui Penambahan Molase. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Irawan, A., Aminullah, Dahlan, Ismail, Bahri, S. dan Fahdian, Y. 2009. Faktor – Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas Nursery dan Pembesaran. Makalah. Bandung. Bidang Kosentrasi Aquaculture Program Alih Jenjang Diploma Iv Institut Tekhnologi Bandung - Seamolec-Vedca. Khairuman, Sudenda, D. dan Gunadi, B. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara

Intensif. Jakarta. Agro Media Pustaka.

Mantau, Z., Rawung dan Sudarty. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien. Jurnal Litbang Pertanian.

Mulyana, D.Y. 2011. Kaya Raya dari Budidaya Ikan dengan Probiotik. Yokyakarta. Berlian Media.

Ratningsih, N. 2008. Uji Toksisitas Molase terhadap Respirasi Ikan Mas (Cyiprinus carpio Linn). Bandung. Jurnal Biotika. Jurusan Biologi. Universitas Padjadjaran.

Rochdianto, A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper

(Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan , Bali. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Tabanan.


(20)

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Jakarta. Binacipta.

Shafrudin, D. 2003a. Pembesaran Ikan Karper di Kolam Jaring Apung. Modul: Pengelolaan Pemberian pakan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Hal 7-8.

Shafrudin, D. 2003b. Pembesaran Ikan Karper di Kolam Jaring Apung. Modul: Penyiapan KJA dan Penebaran Benih. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Hal 10.

Subagyo, I.R. 2008. Bioremediasi pada Aquakultur. Bahan Mata Kuliah Bioremediasi. Semarang. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro,

Supito, D.A., Maskar, J. dan Damang, S. 2008. Teknik Budidaya Udang Windu Intensif dengan Green Water System Melalui Penggunaan Pupuk Nitrat dan Penambahan Sumber Carbon. Media Budidaya Air Payau Perekayasaan.

Pantjara, B. dan Rachmansyah. 2010. Efisiensi Pakan Melalui Pemanbahan Molase pada Budidaya Udang Vaname Salinitas Rendah. Sulawesi Selatan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Widiyanto. 2006. Seleksi Bakteri Nitrifikasi dun Denitrifikasi untuk Bioremediasi di tambak Udang. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 39 hal.

Yudhistira, A., Antono, Dwi, R. dan Hendriyanto. 2007. Respon Organisme Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan (pH, Suhu, Kekeruhan dan Detergen). Bogor. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi dan Denitrifikasi serta Molase dengan C/N Rasio Berbeda terhadap Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.


(21)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tingginya permintaan masyarakat akan ikan mas (Cyprinus carpio L.) menyebabkan pembudidaya membudidayakan ikan mas secara intensif untuk meningkatkan hasil produksi ikan mas (Khairuman et al., 2008). Namun, budidaya secara intensif dengan cara peningkatan padat tebar dan peningkatan penggunaan pakan dapat menyebabkan pencemaran pada perairan budidaya. Gunalan (1993) dalam Badjoeri dan Widiyanto (2008) menyatakan, pencemaran pada perairan budidaya berasal dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hewan yang dibudidayakan karena dari pakan yang diberikan hanya sebagian saja yang mampu diasimilasi oleh tubuh ikan (Febrianti et al., 2010). Akumulasi bahan internal ini menyebabkan kerusakan sedimen dan buruknya kualitas perairan pada budidaya. Hal ini disebabkan unsur protein yang tidak terlarut akan segera membentuk senyawa nitrogen anorganik berupa amoniak yang sangat berbahaya bagi organisme akuatik (Boyd, 1990).

Sistem ganti air secara berkala merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah limbah budidaya. Namun, kelemahan dalam metode ini adalah diperlukannya air dalam jumlah banyak untuk mengganti air buangan, sehingga metode ini dinilai kurang efisien terutama untuk kegiatan produksi skala menengah. Metode lain yang dapat digunakan yaitu sistem RAS (recirculating aquaculture system) dengan menggunakan berbagai tipe biofilter


(22)

2

dalam treatment pengolahan limbah. Kelemahan metode ini adalah diperlukannya biaya yang cukup besar dalam pemakaian beberapa tipe biofilter (Febrianti et al., 2010).

Metode lain yang dinilai aman dan ekonomis yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keberlanjutan daya dukung ekosistem perairan yaitu dengan pemberian probiotik sebagai agen bioremediasi untuk memperbaiki kualitas lingkungan budidaya. Penggunaan probiotik bermanfaat dalam meningkatkan populasi bakteri agen bioremediasi karena bakteri probiotik dapat mencegah bakteri patogen agar tidak memperbanyak diri dalam media hidup hewan budidaya dengan melawan permunculan koloni bakteri lain sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh merupakan bakteri agen bioremediasi. Namun, probiotik komersil yang beredar dipasaran telah mengalami penurunan populasi bakteri akibat dari panjangnya jangka waktu mulai dari pengemasan hingga sampai ke tangan pengguna (Gunarto et al., 2007). Populasi bakteri tetap dapat meningkat dengan pemberian prebiotik seperti karbohidrat dan protein (Mulyana, 2011). Salah satu sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai prebiotik yaitu molase yang merupakan limbah dari hasil produksi gula tebu. Molase yang merupakan sumber nutrisi bagi bakteri probiotik diharapkan dapat meningkatan populasi bakteri probiotik sehingga dapat memaksimalkan kerja dari bakteri probiotik sebagai agen bioremediasi. Bakteri dan mikroorganisme akan memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkan energi dan sumber karbon bersama dengan nitrogen di perairan akan memproduksi protein sel baru (Avnimelech, 1999).


(23)

3

Pemberian molase diharapkan mampu merangsang tumbuhnya bakteri probiotik sehingga populasi bakteri probiotik meningkat yang dapat memperbaiki kualitas air. Selain itu, meningkatnya populasi bakteri probiotik dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami bagi benih ikan mas sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan mas. Pemanfaatan molase pada aplikasi probiotik untuk memperbaiki kualitas air, meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan mas sehingga dapat memenuhi permintaan pasar akan ikan mas.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian molase pada aplikasi probiotik terhadap kualitas air, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas.

C. Kerangka Pemikiran

Limbah organik pada kolam budidaya benih ikan mas seperti sisa pakan, feses dan bangkai organisme perairan menyebabkan tingginya kandungan bahan organik dan bahan anorganik di perairan. Hal ini merupakan masalah utama yang dihadapai oleh para pembudidaya ikan secara intensif yang menyebabkan pemasalahan penurunan kualitas air.

Bentuk dari kandungan bahan anorganik yang berbahaya yaitu amoniak (NH3) dan nitrit (NO2). Boyd (1990) menyatakan bahwa, keberadaan amoniak di

perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan karena dapat mereduksi masukan oksigen yang diakibatkan oleh rusaknya insang, menambah energi untuk detoksifikasi, menggangu osmeregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada


(24)

4

jaringan. Kandungan amoniak yang sesuai untuk benih ikan mas yaitu kurang dari 0,3 ppm (Shafrudin, 2003b).

Permasalahan keberadaan amoniak di kolam membutuhkan suatu konsep penyelesaian yang efektif dan ramah lingkungan sehingga mampu mempertahankan keberlanjutan daya dukung lingkungan budidaya. Masalah amoniak pada kolam dapat diatasi dengan memberikan bakteri yang biasa hidup di perairan dan memiliki kemampuan untuk mereduksi amoniak menjadi bentuk lainnya yang tidak bersifat toksik bagi ikan (Avnimelech, 1999). Hal ini dapat dilakukan dengan diterapkannya teknik bioremediasi. Bioremediasi adalah aplikasi dari proses biologis untuk memulihkan suatu lingkungan yang tercemar dengan menggunakan agen biologis (Subagyo, 2008). Bakteri sebagai agen bioremidiasi dapat ditumbuhkembangkan melalui pemberian probiotik. Selain itu, keberadaan amoniak juga dapat diatasi melalui kontrol nitrogen anorganik dengan penerapan C/N rasio. Hubungan rasio C/N dengan mekanisme kerja bakteri yaitu bakteri memperoleh makanan melalui substrat karbon dan nitrogen dengan perbandingan tertentu (Avnimelech, 1999). Dengan demikian, bakteri dapat bekerja dengan optimal untuk mengubah nitrogen anorganik yang toksik menjadi nitrogen anorganik yang tidak toksik sehingga kualitas air dapat dipertahankan.

Penambahan unsur karbon pada kolam dapat mengatasi permasalahan amoniak karena sejumlah bakteri dalam air mampu memanfaatkan unsur nitrogen yang berasal dari sisa pakan namun kinerja bakteri ini menjadi terhambat akibat terbatasnya sumber karbon dalam air (Hargreaves dan Tucker, 2004). Molase merupakan salah satu prebiotik yang dapat digunakan yang berasal dari limbah hasil pengolahan tebu. Molase dapat dijadikan sumber karbon yang dapat


(25)

5

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bakteri probiotik. Terpenuhinya sumber nutrisi bagi bakteri probiotik diharapkan dapat meningkatkan populasi bakteri probiotik yang dapat digunakan dalam memperbaiki kualitas perairan. Selain itu, dengan meningkatnya populasi bakteri probiotik dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan alami sehingga pertumbuhan ikan meningkat. Hal ini mendorong pentingnya dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian molase pada probiotik sehingga dapat memperbaiki kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan benih ikan mas.

D. Hipotesis

Hipotesis umum:

H0 : Tidak ada pengaruh pemberian molase pada aplikasi probiotik terhadap

kualitas air, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas. H1 : Terdapat pengaruh pemberian molase pada aplikasi probiotik terhadap

kualitas air, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas.

Hipotesis uji: Kruskal-Wallis:

H0 : µ1 = µ2 = ...= µ5 → Nilai tengah perlakuan pemberian molase pada aplikasi

probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuhan benih ikan mas semuanya sama.

H1 : µ1≠ µ2 ≠ ...≠ µ5→ Minimal ada satu nilai tengah perlakuan pemberian

molase pada aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuhan benih ikan mas yang tidak sama.


(26)

6

Hipotesis Mann-Whitney U:

H0 : μ1= μ2 → Tidak ada perbedaan nilai tengah antara kedua perlakuan

pemberian molase pada aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuhan benih ikan mas.

H1: μ1≠ μ2 → Terdapat perbedaan nilai tengah antara kedua pemberian molase

pada aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuhan benih ikan mas.

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan molase yang selama ini hanya sebagai limbah pada produksi gula tebu sebagai salah satu sumber nutrisi probiotik untuk memperbaiki kualitas air budidaya meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas.


(27)

7

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Mas

1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas

Saanin (1984) mengklasifikasikan ikan mas sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Sub ordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio Linn

Secara morfologi, ikan mas memiliki bentuk tubuh agak memanjang, pipih dan tegak (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Secara umum, hampir semua permukaan tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif besar dan digolongkan dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Ikan mas juga memiliki sirip punggung (dorsal) yang berukuran relatif panjang dan bagian belakangnya berjari-jari keras yang


(28)

8

berseberangan dengan sirip perut (ventral) (Ghufran, 2009). Gurat sisi (linea literalis) terletak di pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Khairuman et al., 2008).

Gambar 1. Ikan Mas.

2. Habitat dan Distribusi

Ikan mas hidup di perairan tawar di dataran rendah sampai tinggi. Suhu optimum untuk benih ikan mas berkisar antara 20oC hingga 30oC dan pH air antara 6 sampai 9 (Zonneveld et al., 1991 dalam Mantau et al., 2004). Kadar oksigen yang diperlukan ikan mas untuk kelangsungan hidupnya yaitu antara 4 hingga 5 ppm, walaupun ikan ini masih tahan hidup pada kadar oksigen 1 hingga 2 ppm (Cholik et al., 2005). Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau (Khairuman, 2008). Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 sampai 600 meter di atas permukaan air laut (dpl). Ikan mas biasanya hidup di air tawar, walaupun dapat juga hidup di lingkungan air payau dengan salinitas kurang dari 5 ppt (Rochdianto, 2005). Penyebaran ikan mas meliputi berbagai negara diantaranya adalah Cina, Belanda dan Afrika (Khairuman, 2008). Di Indonesia, benih ikan mas terdapat di sungai dan danau-danau di pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa (Cholik et al., 2005).


(29)

9

3. Kebutuhan Nutrisi Benih Ikan Mas

Ikan mas tergolong jenis ikan omnivora yakni ikan yang memangsa berbagai jenis makanan, baik tumbuhan maupun binatang renik. Kandungan protein yang diperlukan benih ikan mas sekitar 25-30% (Shafrudin, 2003a). Ikan mas dapat memanfaatkan lebih dari 50% pakan yang diberikan. Apabila kandungan zat gizi pakan tersebut kurang lengkap atau rendah nilainya, terutama komposisi protein, maka dapat mempengaruhi pertumbuhan benih ikan mas karena protein tersusun atas asam-asam amino esensial yang sangat berperan untuk pertumbuhan benih ikan mas (Mantau et al., 2004).

B.Bioremediasi

Salah satu upaya alternatif dalam pengelolaan kualitas air budidaya yang terus dikaji dan dikembangkan yaitu teknik bioremediasi yang merupakan pendekatan biologis dengan memanfaatkan aktivitas bakteri dalam rnerombak bahan organik dalam sistem perairan budidaya (Badjoeri dan Widiyanto, 2008). Proses bioremediasi oleh mikroorganise merupakan suatu proses degradasi zat oleh enzim ekstraselular yang dihasilkan oleh mikroorganisme agen bioremediasi. Secara alamiah sistem perairan mampu melakukan proses self purification, namun apabila kandungan senyawa organik sudah melampaui batas kemampuan

self purification, rnaka akumulasi bahan organik dan pembentukan senyawa-senyawa toksik di perairan tidak dapat dikendalikan, sehingga menyebabkan menurunnya kondisi kualitas air bahkan kematian ikan yang dibudidayakan (Badjoeri dan Widiyanto, 2008). Kandungan bahan organik yang tinggi berasal dari sisa pakan, sisa metabolisme/urin, organisme yang mati, pemupukan,


(30)

10

pengapuran, pestisida yang digunakan serta konstribusi bahan organik dari sumber air yang masuk ke kolam melalui pergantian air (Febrianti et al., 2010).

Pakan yang digunakan dalam budidaya ikan memiliki kandungan protein tinggi sekitar 25-30% (Shafrudin, 2003a) dan dari pakan yang diberikan tidak seluruhnya mampu diasimilasi oleh tubuh ikan, hanya sebagian saja yang mampu diasimilasi ke dalam tubuh sedangkan sisanya terbuang ke perairan dalam bentuk sisa pakan dan buangan metabolit (Febrianti et al., 2010).

Sisa pakan dan buangan metabolit menjadi masalah pada kolam ikan karena unsur protein yang tidak terlarut akan segera membentuk senyawa nitrogen anorganik berupa amoniak yang sangat berbahaya bagi organisme akuatik (Boyd, 1990). Hal ini juga dinyatakan oleh Widiyanto (2006) dalam Badjoeri dan Widiyanto (2008) bahwa, tingginya bahan organik di perairan dapat menimbulkan beberapa dampak yang merugikan yaitu, memacu munculnya bakteri patogen, eutrofkasi dan terbentuknya senyawa toksik (amoniak dan nitrit) serta menurunnya konsentrasi oksigen terlarut. Senyawa amoniak dan nitrit dalam batas-batas konsentrasi tertentu masih dapat ditoleransi oleh ikan namun, bila konsentrasinya sudah melebihi ambang batas akan bersifat toksik tetapi, mekanisme toksisitasnya bagi ikan masih belum banyak diketahui dengan jelas (Badjoeri dan Widiyanto, 2008).

Beberapa jenis atau kelompok bakteri diketahui mampu melakukan proses perombakan (dekomposisi) senyawa-senyawa metabolit toksik, dan dapat dikembangkan sebagai bakteri agen bioremediasi untuk pengendalian kualitas air. Beberapa penelitian telah dilakukan yang menunjukan bahwa penggunaan bakteri


(31)

11

menggunakan campuran bakteri Bacillus sp. dan Saccharomyces sp., campuran dari Bacillus sp., Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.. Jenis atau kelompok bakteri tersebut merupakan bakteri nitrifkasi, bakteri sulfur (pereduksi sulfit), dan bakteri pengoksidasi amoniak yang berperan sebagai bakteri nitirifikasi dan denitrifikasi. Peran bakteri nitrifikasi adalah mengoksidasi amoniak menjadi nitrit atau nitrat, sedangkan bakteri denitrifikasi akan mereduksi nitrat atau nitrit menjadi dinitrogen oksida (N2O) atau gas nitrogen (N2) (Badjoeri dan Widiyanto,

2008).

C. C/N Rasio

Kontrol nitrogen anorganik dalam sistem perairan akuakultur dapat diatur melalui rasio C/N (Avnimelech, 1999). Hal ini merupakan suatu teknik yang lebih praktis dan murah untuk mengurangi penumpukan nitrogen anorganik di dalam kolam. Kegiatan kontrol nitrogen dapat dilakukan melalui pemberian karbon sebagai sumber energi atau pakan bagi bakteri. Nitrogen akan berkurang karena terjadi penyusunan protein atau SCP (single cell protein) oleh mikroba. Avnimelech (1999) menyatakan bahwa bakteri dan mikroorganisme akan memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkan energi dan sumber karbon bersama dengan nitrogen di perairan akan memproduksi protein sel baru. Dengan demikian, bakteri dapat bekerja dengan optimal untuk mengubah nitrogen anorganik yang toksik menjadi nitrogen anorganik yang tidak toksik sehingga kualitas air dapat dipertahankan.


(32)

12

D.Probiotik

Definisi probiotik untuk hewan akuatik adalah agen mikrob hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang dengan memodifikasi komunitas mikrob melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum, menjamin perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nilai nutrisinya, memperbaiki respon inang terhadap penyakit, atau memperbaiki kualitas perairan (Irianto, 2003 dalam Ghufran, 2009). Sedangkan prebiotik merupakan bahan makanan bernutrisi yang bermanfaat bagi bakteri probiotik (Mulyana, 2011).

Probiotik dapat diberikan langsung ke perairan dengan beragam mikroorganisme probiotik yang digunakan, diantaranya kelompok bakteri asam laktat, Vibrio alginolyticus, Aeromonas sobria, Pseudomonas fluorescens,

Bacillus toyoi, Enterococcus faecium (Irianto, 2003 dalam Febrianti et al., 2010). Kelompok atau jenis bakteri tersebut perlu dikondisikan dengan pemberian prebiotik ke perairan sehingga dapat merangsang peningkatan bakteri probiotik yang bekerja sebagai agen bioremediasi.

Aplikasi Bacillus sp. sebagai probiotik berfungsi meningkatkan pertumbuhan dengan populasi mikroba yang seimbang, dapat meningkatkan penyerapan nutrien pakan dan enzim pencernaan (Febrianti et al., 2010). Berbagai enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini seperti amilase digunakan untuk memecah sumber karbon dan protease untuk memecah protein sehingga mampu memanfaatkan protein yang terdapat pada pakan tambahan. Bakteri ini juga bekerja sebagai agen bioremediasi detritus organik pada kolam dan menghasilkan


(33)

13

molekul yang lebih sederhana bagi organisme lain seperti bakteri nitrifikasi untuk berkembang (Febrianti et al., 2010). Prinsip kerja yang digunakan oleh bakteri ini adalah proses oksidasi. Proses oksidasi dilakukan untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana guna menghasilkan energi bagi pertumbuhan atau peningkatan biomasa.

Namun, probiotik komersil yang telah beredar di pasaran telah mengalami penurunan populasi sebagai akibat dari panjangnya jangka waktu mulai dari pengemasan hingga sampai ke tangan pengguna (Gunarto et al., 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian molase sebagai sumber nutrisi bagi bakteri probiotik untuk dapat meningkatkan populasi bakteri probiotik di perairan.

E.Molase

Prebiotik merupakan bahan makanan bernutrisi yang digunakan untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri baik dalam usus maupun bakteri baik yang terdapat dalam perairan, contohnya karbohidrat dan protein (Mulyana, 2011). Molase merupakan salah satu bahan prebiotik yang didapat dari hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental seperti kecap dan bewarna coklat dengan aroma yang khas. Molase mengandung senyawa nitrogen, trace element yang penting bagi kehidupan organisme, seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan, dan seng serta kandungan gula yang cukup tinggi terutama sukrosa sekitar 34% dan kandungan total karbon sekitar 37% (Najamuddin, 2008 dalam Hidayat et al., 2009). Selain itu, molase merupakan salah satu sumber karbon yang dapat digunakan untuk mempercepat penurunan


(34)

14

konsentarasi nitrogen anorganik (amoniak dan nitrit) di dalam air (Hidayat et al., 2009).

Najamuddin (2008) dalam Febrianti et al., (2010) menyatakan bahwa, karbon dan nitrogen merupakan satu kesatuan pembentuk jaringan biomassa bakteri. Penambahan unsur karbon organik melalui penambahan karbon organik pada kolam mampu mengatasi permasalahan amoniak di perairan karena sejumlah bakteri dalam air mampu memanfaatkan unsur nitrogen yang berasal dari sisa pakan namun kinerja bakteri ini menjadi terhambat akibat terbatasnya sumber karbon dalam air (Hargreaves dan Tucker, 2004). Penambahan molase pada perairan juga dapat meningkatkan populasi bakteri yang dapt dimanfaatkan ikan sebagai pakan alami.

Avnimelech (1999) menyatakan bahwa, bakteri dan mikroorganisme lainnya memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkan energi. Selain itu penambahan molase dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri, baik itu yang merugikan maupun yang menguntungkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian bakteri probiotik ke dalam media budidaya untuk menjaga agar bakteri yang tumbuh dominan adalah bakteri yang menguntungkan tersebut (Yuniasari, 2009).

F. Kualitas Air

Performa ikan sangat ditentukan oleh kualitas air yang biasanya diukur dengan mengamati beberapa parameter utama seperti faktor fisika (pH, DO, suhu, Fe, Hg) dan faktor kimia (NH3, NO2, CaCO3). Kualitas air yang buruk (tidak


(35)

15

meningkatnya timbunan bahan organik di dasar kolam yang berasal dari ekskresi ikan, sisa pakan buatan, pupuk organik maupun sisa dari organisme yang mati. Masalah itu akan diperparah oleh sistem budidaya perikanan yang semakin intensif (tingkat padat penebaran tinggi) yang memicu peningkatan stres pada ikan. Manajemen pengelolaan air yang baik sangat diperlukan untuk tetap mempertahankan ekosistem yang mendukung usaha budidaya.

1. Suhu

Suhu merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh pada lingkungan perairan. Zonneveld et al., (1991) dalam Mantau et al., (2004) menyatakan, kisaran suhu yang mendukung untuk pertumbuhan benih ikan mas adalah 20oC hingga 30oC. Faktor perubahan lingkungan yaitu suhu dan kandungan amoniak dapat berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik termasuk benih ikan mas. Kenaikan suhu dan amoniak yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan masukan oksigen akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas.

2. Tingkat Keasaman (pH)

Keasaman (pH) yang tidak optimal berakibat buruk karena dapat menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit, produktivitas dan pertumbuhan rendah. Batas toleransi ikan terhadap pH adalah bervariasi tergantung suhu, kadar oksigen terlarut, alkalinitas, adanya ion dan kation, serta siklus hidup organisme tersebut. Selain itu pH memegang peranan penting dalam bidang perikanan karena berhubungan dengan kemampuan ikan untuk tumbuh dan bereproduksi. Nilai pH yang baik untuk benih ikan mas berkisar antara 6


(36)

16

sampai 9 (Zonneveld et al., 1991 dalam Mantau et al., 2004). Machditiara (2003)

dalam Yudhistira (2007) menyatakan bahwa, pengaruh fluktuasi pH terhadap ikan tergantung pada spesies, ukuran ikan, suhu, konsentrasi CO2 dan keberadaan

logam berat seperti besi. Selain itu, nilai pH mempengaruhi daya racun faktor kimia lain seperti amonia meningkat bila pH meningkat. Selain itu, nilai pH juga akan menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu karena pada pH rendah kandngan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik dan selera makan ikan berkurang (Ghufran, 2009).

3. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup ikan. Boyd (1982) menyatakan, konsentrasi oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan benih ikan mas yaitu lebih dari 5 ppm. Sumber oksigen dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton serta akan berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian, dan berkurangnya tekanan atmosfir (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Yuniasari, 2009). Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri (Irawan et al., 2009). Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembangbiak (Rahayu, 1991 dalam Irawan et al., 2009). Selain itu, pada kondisi kandungan oksigen rendah akan mempengaruhi fungsi biologis dan


(37)

17

menyebabkan lambatnya pertumbuhan ikan bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada perairan budidaya, oksigen juga berfungsi sebagai pengoksidasi bahan organik yang ada di dasar kolam (Ghufran, 2009).

4. Amoniak

Amoniak terdapat pada perairan berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri seperti dekomposisi sisa pakan dan kotoran ikan (Durborow et al., 1997). Amoniak merupakan salah satu bentuk nitrogen anorganik yang berbahaya bagi ikan (Hidayat et al., 2009). Nitrogen pada amoniak akan terlarut dalam air, sehingga tidak dapat diuraikan ke udara melalui aerasi. Ekskresi ikan juga mempengaruhi kandungan amoniak dalam air. Ekskresi ikan dari proses katabolisme protein pakan akan dikeluarkan dalam bentuk amoniak dan urea ke air (Durborow et al., 1997). Kandungan amoniak yang sesuai untuk benih ikan mas yaitu kurang dari 0,3 ppm (Shafrudin, 2003b). Keberadaan amoniak mengakibatkan kualitas air menurun. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan karena mengganggu osmoregulasi dengan mempengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan menurunkan konsentrasi ion dalam tubuh, sehingga meningkatkan konsumsi oksigen dalam jaringan dan menyebabkan kerusakan insang serta mengurangi kemampuan darah dalam transpor oksigen (Boyd 1990).

Penggunaan aerasi menyebabkan gas amoniak dapat berdifusi dari air kolam ke udara. Selain itu, pemberian aerasi dapat mengurangi TAN yang tinggi. Total amoniak nitrogen (TAN) merupakan kombinasi antara amoniak (NH3) yang

tidak terionisasi dan amonium (NH4). Namun, penelitian telah menunjukkan


(38)

18

dipengaruhi oleh ukuran aerator. Metode lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah amoniak pada kolam yaitu dengan memberikan bakteri yang biasa hidup di perairan dan memiliki kemampuan untuk mereduksi amoniak menjadi bentuk lainnya yang tidak bersifat toksik bagi ikan (Hargreaves dan Tucker 2004).

Peningkatan konsentrasi amoniak akan diikuti dengan peningkatan pH air yang berimplikasi pada penurunan kemampuan oksigen terlarut dalam air. Peningkatan pH yang diikuti dengan penurunan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan gangguan fungsi fisiologi serta metabolisme seperti respirasi dan penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga ikan rentan terhadap bakteri patogen (Ghufran, 2009). Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen kualitas air yang baik sebagai suatu alternatif pencegahan.


(39)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah akuarium berukuran 40x30x30 cm3 sebanyak 15 buah, instalasi aerasi, scoope net, timbangan digital, pH meter, DO meter, termometer, botol film untuk pengambilan sampel air, pompa air, pipa paralon, blower dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih ikan mas dengan ukuran panjang 5-7 cm/ekor sebanyak 150 ekor, probiotik, pakan pelet, garam ikan dan molase dengan kandungan karbon organik sebesar 42,3%.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan dengan asumsi bahwa ukuran dan kondisi benih ikan mas pada tiap unit percobaan masing-masing metode uji homogen. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Perlakuan A = 0 gr/L molase Perlakuan B = 2,4 gr/L molase


(40)

20

Perlakuan C = 4,8 gr/L molase Perlakuan D = 7,2 gr/L molase Perlakuan E = 9,6 gr/L molase

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

1.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah yang akan digunakan berupa akuarium berukuran 40x30x30 cm3 dengan jumlah 15 unit. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan, disusun dan diberi label secara acak. Selanjutnya akuarium diisi air tawar yang telah diendapkan selama 24 jam sampai ketinggian 20 cm dan diberi aerasi kuat.

Benih ikan mas yang digunakan berukuran 5-7 cm/ekor sebanyak 150 ekor. Kondisi benih ikan mas dalam keadaan sehat yaitu secara morfologi benih ikan mas tidak terdapat luka di bagian tubuhnya dan ikan dapat berenang aktif serta pengambilan stok benih ikan mas dari lokasi yang sama. Sebelum dimasukan ke dalam akuarium benih ikan mas direndam dalam larutan garam sebanyak 5 mg/L selama 5 menit untuk menghilangkan ektoparasit yang mungkin menempel. Sebelum dimasukkan ke akuarium, ikan terlebih dahulu diaklimatisasi dengan cara membiarkan ikan selama beberapa menit sehingga ikan masuk ke akuarium dengan sendirinya.

2. Tahap Pelaksanaan

Prosedur yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu 15 buah akuarium masing-masing dimasukan benih ikan mas dengan kepadatan 1 ekor/2 liter. Benih ikan mas diberi pakan pelet komersil sebanyak 3 kali sehari pada pukul 09.00,


(41)

21

13.00 dan 16.00 dengan FR (Feeding Rate) 6% (Shafrudin, 2003b). Perlakuan yang dilakukan yaitu dengan pemberian molase pada aplikasi probiotik. Selama penelitian tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air untuk menghindari hilangnya probiotik dan molase yang telah ditebar ke akuarium.

Pemberian probiotik dengan kandungan bakteri Bacillus sp. dengan dosis 48µl/24L diberikan pada awal pemeliharaan, selanjutnya diberikan setiap minggu sampai akhir pemeliharaan (Gunarto et al., 2008). Pada hari ke-2 ditambahkan molase dengan dosis sesuai perlakuan beserta pakan sebanyak 4 gram untuk masing-masing akuarium dan diberikan setiap hari sampai akhir penelitian yaitu hari ke-38. Molase ditambahkan setiap hari sampai hari ke-7 selanjutnya pemberian molase dilakukan setiap minggu sampai hari ke-38, karena pemberian molase yang diberikan secara terus menerus menyebabkan DO (Dissolve oxygen) menurun.

3. Tahap Pengamatan

3.1. Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi pengukuran konsentrasi amoniak, suhu, pH dan DO. Pengukuran konsentrasi amoniak dilakukan lima kali selama penelitian yaitu pada hari ke-0, hari ke-2, hari ke-10, hari ke-24 dan hari ke-38. Setiap kali pengukuran diambil contoh air dari masing-masing ulangan dari setiap perlakuan kemudian dicampurkan (komposit). Sedangkan pengukuran suhu, pH dan DO dilakukan 2 kali sehari yaitu pukul 09.00 sebelum pemberian pakan dan pukul 16.00.


(42)

22

3.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Pengukuran laju pertumbuhan benih ikan mas dilakukan setiap minggu. Pengukuran laju pertumbuhan harian dengan cara menimbang bobot ikan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram. Effendi (2004) menyatakan bahwa, perhitungan laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

GR = Wt – Wo

T Keterangan:

LPH = Laju pertumbuhan harian (gram/hari) Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)

t = Lama pemeliharaan (hari)

3.3 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup adalah jumlah benih ikan mas yang hidup hingga akhir penelitian dibandingkan dengan jumlah benih ikan mas pada saat awal tebar sedangkan tingkat kelangsungan hidup relatif adalah jumlah benih ikan mas yang mati pada hari tersebut dibandingkan dengan jumlah benih ikan mas pada hari sebelumnya. Effendie (1997) menyatakan bahwa, tingkat kelangsungan hidupdapat dinyatakan dengan rumus:

Tingkat kelangsungan hidup = Nt x 100% No


(43)

23

Keterangan :

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian

E. Analisis Data

Data hasil pengamatan konsentrasi amoniak dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas dianalisis secara deskriptif sedangkan, data hasil pengamatan yang meliputi laju pertumbuhan harian dan pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH dan DO dianalisis menggunakan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U dengan selang kepercayaan 95%.

∑ ikan mati pada hari ke t

Tingkat Kelangsungan Hidup Relatif = X 100% ∑ ikan hidup pada hari ke t-1


(1)

dipengaruhi oleh ukuran aerator. Metode lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah amoniak pada kolam yaitu dengan memberikan bakteri yang biasa hidup di perairan dan memiliki kemampuan untuk mereduksi amoniak menjadi bentuk lainnya yang tidak bersifat toksik bagi ikan (Hargreaves dan Tucker 2004).

Peningkatan konsentrasi amoniak akan diikuti dengan peningkatan pH air yang berimplikasi pada penurunan kemampuan oksigen terlarut dalam air. Peningkatan pH yang diikuti dengan penurunan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan gangguan fungsi fisiologi serta metabolisme seperti respirasi dan penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga ikan rentan terhadap bakteri patogen (Ghufran, 2009). Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen kualitas air yang baik sebagai suatu alternatif pencegahan.


(2)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah akuarium berukuran 40x30x30 cm3 sebanyak 15 buah, instalasi aerasi, scoope net, timbangan digital, pH meter, DO meter, termometer, botol film untuk pengambilan sampel air, pompa air, pipa paralon, blower dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih ikan mas dengan ukuran panjang 5-7 cm/ekor sebanyak 150 ekor, probiotik, pakan pelet, garam ikan dan molase dengan kandungan karbon organik sebesar 42,3%.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan dengan asumsi bahwa ukuran dan kondisi benih ikan mas pada tiap unit percobaan masing-masing metode uji homogen. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Perlakuan A = 0 gr/L molase Perlakuan B = 2,4 gr/L molase


(3)

Perlakuan C = 4,8 gr/L molase Perlakuan D = 7,2 gr/L molase Perlakuan E = 9,6 gr/L molase D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

1.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah yang akan digunakan berupa akuarium berukuran 40x30x30 cm3 dengan jumlah 15 unit. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan, disusun dan diberi label secara acak. Selanjutnya akuarium diisi air tawar yang telah diendapkan selama 24 jam sampai ketinggian 20 cm dan diberi aerasi kuat.

Benih ikan mas yang digunakan berukuran 5-7 cm/ekor sebanyak 150 ekor. Kondisi benih ikan mas dalam keadaan sehat yaitu secara morfologi benih ikan mas tidak terdapat luka di bagian tubuhnya dan ikan dapat berenang aktif serta pengambilan stok benih ikan mas dari lokasi yang sama. Sebelum dimasukan ke dalam akuarium benih ikan mas direndam dalam larutan garam sebanyak 5 mg/L selama 5 menit untuk menghilangkan ektoparasit yang mungkin menempel. Sebelum dimasukkan ke akuarium, ikan terlebih dahulu diaklimatisasi dengan cara membiarkan ikan selama beberapa menit sehingga ikan masuk ke akuarium dengan sendirinya.

2. Tahap Pelaksanaan

Prosedur yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu 15 buah akuarium masing-masing dimasukan benih ikan mas dengan kepadatan 1 ekor/2 liter. Benih ikan mas diberi pakan pelet komersil sebanyak 3 kali sehari pada pukul 09.00,


(4)

13.00 dan 16.00 dengan FR (Feeding Rate) 6% (Shafrudin, 2003b). Perlakuan yang dilakukan yaitu dengan pemberian molase pada aplikasi probiotik. Selama penelitian tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air untuk menghindari hilangnya probiotik dan molase yang telah ditebar ke akuarium.

Pemberian probiotik dengan kandungan bakteri Bacillus sp. dengan dosis 48µl/24L diberikan pada awal pemeliharaan, selanjutnya diberikan setiap minggu sampai akhir pemeliharaan (Gunarto et al., 2008). Pada hari ke-2 ditambahkan molase dengan dosis sesuai perlakuan beserta pakan sebanyak 4 gram untuk masing-masing akuarium dan diberikan setiap hari sampai akhir penelitian yaitu hari ke-38. Molase ditambahkan setiap hari sampai hari ke-7 selanjutnya pemberian molase dilakukan setiap minggu sampai hari ke-38, karena pemberian molase yang diberikan secara terus menerus menyebabkan DO (Dissolve oxygen) menurun.

3. Tahap Pengamatan

3.1. Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi pengukuran konsentrasi amoniak, suhu, pH dan DO. Pengukuran konsentrasi amoniak dilakukan lima kali selama penelitian yaitu pada hari ke-0, hari ke-2, hari ke-10, hari ke-24 dan hari ke-38. Setiap kali pengukuran diambil contoh air dari masing-masing ulangan dari setiap perlakuan kemudian dicampurkan (komposit). Sedangkan pengukuran suhu, pH dan DO dilakukan 2 kali sehari yaitu pukul 09.00 sebelum pemberian pakan dan pukul 16.00.


(5)

3.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Pengukuran laju pertumbuhan benih ikan mas dilakukan setiap minggu. Pengukuran laju pertumbuhan harian dengan cara menimbang bobot ikan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram. Effendi (2004) menyatakan bahwa, perhitungan laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

GR = Wt – Wo

T Keterangan:

LPH = Laju pertumbuhan harian (gram/hari) Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t = Lama pemeliharaan (hari)

3.3 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup adalah jumlah benih ikan mas yang hidup hingga akhir penelitian dibandingkan dengan jumlah benih ikan mas pada saat awal tebar sedangkan tingkat kelangsungan hidup relatif adalah jumlah benih ikan mas yang mati pada hari tersebut dibandingkan dengan jumlah benih ikan mas pada hari sebelumnya. Effendie (1997) menyatakan bahwa, tingkat kelangsungan hidupdapat dinyatakan dengan rumus:

Tingkat kelangsungan hidup = Nt x 100% No


(6)

Keterangan :

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian

E. Analisis Data

Data hasil pengamatan konsentrasi amoniak dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas dianalisis secara deskriptif sedangkan, data hasil pengamatan yang meliputi laju pertumbuhan harian dan pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH dan DO dianalisis menggunakan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U dengan selang kepercayaan 95%.

∑ ikan mati pada hari ke t

Tingkat Kelangsungan Hidup Relatif = X 100% ∑ ikan hidup pada hari ke t-1


Dokumen yang terkait

PENGARUH FILTRAT DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L) YANG TERINFEKSI BAKTERI Pseudomonas flourescent

0 10 1

PENGARUH PEMBERIAN BIOFLOK TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

1 5 33

Pengaruh Sumber Air yang Berbeda terhadap Infestasi Ektoparasit dan Endoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)

0 3 82

Pengaruh Tepung Terigu d,.,' Garam Terhadap Perubahan Kualitas Air dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.).

0 11 67

Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda terhadap Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) di Keramba Jaring Apung.

0 10 57

Pertumbuhan, Efisiensi Pakan, Kelangsungan Hidup, dan Tingkat Stres Ikan Mas Cyprinus carpio L Transgenik Hormon Pertumbuhan pada Pemeliharaan Suhu Rendah

0 3 24

Analisis keterkaitan antara lokus CCA 08 dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan mas cangkringan (Cyprinus carpio L )

0 2 43

Pengujian Tingkat Toksisitas Amonia Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L.).

0 0 6

Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Media Pemeliharaan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio).

0 0 1

PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) EFFECTOF MOLASSES ON THE APPLICATION OF PROBIOTIC ON WATER QUALITY, GROWTH AND SURVIVAL RATE OF THE COMMON CARP (Cy

0 0 8