Pertumbuhan, Efisiensi Pakan, Kelangsungan Hidup, dan Tingkat Stres Ikan Mas Cyprinus carpio L Transgenik Hormon Pertumbuhan pada Pemeliharaan Suhu Rendah

PERTUMBUHAN, EFISIENSI PAKAN, KELANGSUNGAN
HIDUP, DAN TINGKAT STRES IKAN MAS Cyprinus carpio L
TRANSGENIK HORMON PERTUMBUHAN PADA
PEMELIHARAAN SUHU RENDAH

IMAM RUSYDI HASIBUAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pertumbuhan,
Efisiensi Pakan, Kelangsungan Hidup, dan Tingkat Stres Ikan Mas Cyprinus
carpio L Transgenik Hormon Pertumbuhan pada Pemeliharaan Suhu Rendah”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Imam Rusydi Hasibuan
NIM C14100086

ABSTRAK
IMAM RUSYDI HASIBUAN. Pertumbuhan, Efisiensi Pakan, Kelangsungan Hidup,
dan Tingkat Stres Ikan Mas Cyprinus carpio L Transgenik Hormon Pertumbuhan pada
Pemeliharaan Suhu Rendah. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan EDDY SUPRIYONO.
Hormon pertumbuhan telah dilaporkan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi
ikan terhadap kondisi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja
pertumbuhan, efisiensi pakan, kelangsungan hidup, dan tingkat stres ikan mas
transgenik hormon pertumbuhan yang dipelihara pada suhu rendah (15±0,3 °C).
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan (transgenik
dan non-transgenik) dan 3 kali ulangan. Ikan mas transgenik dan non-transgenik
dipelihara dalam akuarium berdimensi 30x25x30 cm3 dengan padat tebar 10

ekor/akuarium selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan
antara ikan transgenik dan non-transgenik tidak berbeda nyata (p>0,05). Kelangsungan
hidup ikan transgenik dan non-transgenik yaitu 100%. Jumlah konsumsi pakan antara
ikan transgenik dan non-transgenik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
(p>0,05) yakni transgenik 3,43±0,01 g dan non-transgenik 3,71±0,16 g. Hal yang sama
juga terjadi pada efisiensi pakan antara ikan transgenik dan non-transgenik (p>0,05)
yakni transgenik 86,85±14,03% dan non-transgenik 70,57±8,36%. Daya tahan terhadap
stres ikan transgenik diduga lebih baik dibandingkan ikan non-transgenik, yakni
ditandai dengan perbedaan kadar glukosa darah yang signifikan antara ikan transgenik
dan non-transgenik (p0.05). The survival rate of both transgenic and non-transgenic fishes was
100%. There was also no significant difference found in total feed consumption of
transgenic and non-transgenic fishes (p>0.05) and it was 3.43±0.01 g for transgenic and
3.71±0.16 g for non-transgenic. Similar result was also found in feed efficiency between
transgenic and non-transgenic fishes (p>0.05), 86.85±14.03% for transgenic and
70.57±8.36% for non-transgenic. Resistance against stress of transgenic fish was
presumed higher compared to non-transgenic fish indicated by significant difference in
their blood glucose level (p0,05). Hasil yang berbeda diperoleh pada
kadar glukosa darah yakni menghasilkan perbedaan yang nyata antara ikan mas
transgenik dan non-transgenik (p0,05). Faridah (2012)
melaporkan peningkatan ukuran ikan mas transgenik F1 yang signifikan

dibandingkan dengan kontrol adalah karena ekspresi tiGH yang tinggi.
Peningkatan pertumbuhan ikan mas transgenik F1 yang dipelihara pada kondisi
normal berkisar 40-87% lebih tinggi dibandingkan ikan non-transgenik,

8
kelangsungan hidup ikan mas transgenik dan non-transgenik secara umum adalah
sama (Faridah 2012). Perbedaan peningkatan pertumbuhan tersebut disebabkan
suhu air pemeliharaan yang berbeda. Perubahan suhu lingkungan akan
menyebabkan stres yang menginduksi pada tingginya kadar glukosa, selanjutnya
mengganggu pertumbuhan bahkan mematikan. Hastuti et al. (2003) menyatakan
perubahan suhu dingin secara mendadak menghasilkan peningkatan kadar glukosa
darah pada ikan gurami. Menurut Arafad (2000) suhu optimal pemeliharaan benih
ikan mas ukuran 3-5 cm di akuarium adalah 21-30 ºC.
Jumlah konsumsi pakan ikan mas transgenik sama dengan ikan nontransgenik (p>0,05) (Tabel 3), di samping itu ikan mas transgenik dan nontransgenik juga sama efisien dalam memanfaatkan pakan, namun efisiensi pakan
ikan mas transgenik sekitar 23,1% lebih tinggi dibandingkan ikan non-transgenik.
Hal tersebut mengindikasikan peran GH. Efisiensi pakan merupakan indikator
untuk menentukan efektivitas pertumbuhan. Semakin besar nilai efisiensi pakan
yang dihasilkan menunjukkan penggunaan pakan tersebut semakin efisien.
Berbeda dengan yang dilaporkan oleh Gill et al. (1985) bahwa ikan salmon
transgenik GH tidak hanya mengkonsumsi pakan lebih banyak, tetapi hal sama

bahwa ikan transgenik memanfaatkan pakan lebih efisien daripada kontrol. Pada
ikan, hormon pertumbuhan terlibat dalam sejumlah proses fisiologis termasuk
keseimbangan ionik, metabolisme lipid dan protein, pertumbuhan, reproduksi, dan
fungsi kekebalan, serta berbagai aspek tingkah laku (Perez-Sanchez 2000).
Kadar glukosa darah ikan mas yang dipelihara pada suhu rendah
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p