ayat-ayat Alquran sesuai dengan pembahasan dan pemikiran mereka yang berhubungan dengan kesufian yang justru kadang-kadang berlawanan dengan
“Syari’at Islam” dan kadang-kadang pemikiran mereka tertuju pada hal yang bukan- bukan tentang Islam.
1. Sahl bin Abdullah al-Tustariy w.283 H
Nama beliau adalah Abu Muhammad Sahl ibn Abdullah ibn Yunus ibn Isa ibn Abdullah al Tustari. Lahir di Tustar dan hidupnya lebih banyak tinggal di Ahwaz dan
Arrajan. Ia kemudian tinggal di Bashrah, setelah perjalanannya ke Mekah pada usia 16 tahun 219 H yang didampingi oleh muhadits Muhammad ibn Sawwar.
63
Ia tinggal untuk satu periode dan belajar kepada Zun Nun al Misri, seorang sufi besar
spesialis pertama dalam mistisme Islam. Ia meninggal di tempat uzlahnya di kota Bashrah. Dan Imam al-Tustariy dikenal sebagai tokoh sufi pada masanya.
64
Dalam tafsirnya al-Tustariy menjelaskan makna firman Allah swt.,
Artinya: “dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya” QS. al-H{ujurat49: 9
Al-Tustariy mengatakan bahwa secara lahir ayat ini dimaknai sebagaimana yang dipahami para ulama tafsir, namun secara bathin, yang dimaksud at-Thaifah di ayat
ini adalah ruh}, akal, hati, watak, hawa nafsu, dan syahwat. Maka jika watak, hawa
nafsu, dan syahwat melakukan pembangkangan terhadap hati, akal, dan ruh, maka hendaknya seorang hamba memerangi sifat-sifat jelek tersebut dengan menggunakan
senjatapedang al-Muraqabah pendekatan diri dan panah al-Mut}ala’ah pengkajian diri, dan cahaya al-Muwafaqah sehingga ruh} dan akal dapat
mengalahkan hawa nafsu dan syahwat.
65
2. Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi w.465 H
Abdul Karim ibn Hawazin ibn Abdul Malik ibn Thalhah bin Muhammad, beliau lebih dikenal dengan nama Abul Qasim al-Qusyairi. Beberapa gelar yang disandang
oleh al-Qusyairi antara lain: al-Imam, al-Ustadz, asy-Syaikh, Zainul Islam, al-Jami’ baina Syari’ati wa al-Haqiqah perhimpunan antara nilai syariat dan hakikat. Beliau
63
Ahmet Karamustafa, Sufism: The Formative Period. USA: University of California Press, 2007, h. 38–43
64
Must}afa Murad, Qas}as} al-S}alihin, Mesir: Dar al-Kalam, 2003, h. 591
65
Sahl bin Abdullah at-Tustariy, Tafsir al-Tustariy, Beirut: Dar al-Kutub, 1423H, h. 149
adalah seorang tokoh sufi utama dari abad ke-5 Hijriah.
66
Kedudukannya demikian penting mengingat karya-karyanya tentang para sufi dan tasawuf aliran Sunni pada
abad ke-3 dan ke-4 Hijriah, menyebabkan terpeliharanya pendapat dan khazanah tasawuf pada masa itu, baik dari segi teoritis maupun secara praktis. Gelar-gelar ini
diberikan sebagai wujud penghormatan atas kedudukan yang tinggi dalam bidang tasawuf dan ilmu pengetahuan di dunia Islam.
67
Al-Qusyairi menafsirkan QS. al-H{ujurat ayat 9 mengatakan bahwa dalam ayat ini seorang mukmin dengan kefasikannya tidak mengeluarkannya dari keimanan. Dan
ayat menunjukkan akan kewajiban menolong orang-orang yang didzalimi, sebagaimana ini tersirat dalam firmannya;
Artinya: “…tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain…” Menurutnya al-Qusyairi isyarat yang terkandung dalam ayat ini adalah nafsu itu
ketika melakukan kedzaliman terhadap hati dengan mengajaknya kepada syahwatnya dan menyibukkannya dalam keburukannya maka wajib untuk diperangi hingga
semakin terkikis dengan mujahadah. Jika telah berpaling kepada ketaatan maka ia dimaafkan dari kesalahan-kesalahan.
68
al-Qusyairi dalam menafsirkan ayat Bugat tidak menyinggung aspek bahasa maupun syariah, namun beliau hanya mengungkapkan isyarat yang tersirat dalam
ayat tersebut. Beliau juga mendefiniskan al-Bugat dengan tindak kedzaliman.
3. Abu Muhammad Ruz}abihan al-S}irazi w.606 H