28
negara dan mengenai mekanisme pengaturan dan penyelesaian konflik yang melembaga. Misalnya unjuk rasa, pemogokan, dan pembangkangan sipil
Surbakti 1992: 149-150.
2.4 Penyebab Konflik Sosial dan Politik
2.4.1 Penyebab Konflik Sosial
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya
adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual
dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antaranggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dapat terjadi karena berbagai prasangka dan sebab. Seperti, prasangka-prasangka ras, suku, agama, dan keyakinan politik atau ideologi.
Selain itu adanya ketidakadilan akses pada sumber daya ekonomi dan politik memperparah berbagai prasangka yang sudah ada di antara kelompok-
kelompok sosial. Ketidaksepakatan yang terjadi antara dua orang atau dua kelompok
yang memiliki perbedaan kepentingan yang bisa diselesaikan oleh kedua orang atau kelompok tersebut tanpa melibatkan lembaga-lembaga politik
dan pemerintah adalah konflik yang bisa dikategorikan sebagai konflik
29
sosial. Secara umum konflik sosial disebabkan adanya sebuah kepentingan,
baik antarindividu maupun antarkelompok yang berbeda-beda, yang pada akhirnya memutuskan ikatan sosial.
Soekanta 2006: 170 memberikan deskripsi tentang sebab-sebab konflik yang ditulisnya ke dalam beberapa bab. Dinamika kelompok-
kelompok sosial menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya konflik sosial. Mengingat bahwa kelompok sosial bukanlah kelompok yang statis
maka di dalam perkembangannya, kelompok-kelompok sosial tersebut senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini lebih disebabkan
adanya konflik antarindividu di dalam kelompok sosial itu sendiri yang membuat stabilitas kelompok sosial tersebut tergoyahkan. Dengan kata lain,
pada kelompok-kelompok sosial yang stabil kemungkinan untuk terjadinya perubahan sangatlah kecil. Konflik-konflik individu ini lebih memasalahkan
pada keinginan dari tiap individu dalam kelompok sosial itu untuk membuat formasi atau mereformasi kelompok sosial tersebut. Keinginan-keinginan ini
pada gilirannya akan berimbas pada perubahan struktur kelompok sosial tersebut.
Faktor lain yang turut memunculkan konflik adalah faktor-faktor yang datang dari luar. Dalam hal ini, Soekanta memberikan penjelasan
bahwa faktor-faktor eksternal bisa berupa perubahan situasi yang dapat berupa ancaman, atau goncangan dari dalam tubuh kelompok itu sendiri.
Semisal, keluarnya salah satu anggota kelompok yang memiliki kedudukan penting dalam kelompok tersebut. Penyebab selanjutnya yang dipaparkan
30
oleh Soekanta adalah perubahan-perubahan situasi sosial dan ekonomi. Selanjutnya, juga memberikan hipotesis mengenai kemungkinan terjadinya
konflik antarkelompok. Selain itu, konflik antarkelompok menjadi suatu bahan kajian selanjutnya yang menurutnya konflik antarkelompok ini lebih
disebabkan adanya persaingan antarkelompok-kelompok sosial atau juga atas sebab pemaksaan atas unsur-unsur kebudayaan tertentu.
2.4.2 Penyebab Konflik Politik