substansial dari
pada sekedar
pernyataan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka-angka. Strategi
yang dipilih adalah studi kasus tunggal
terpancang. Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas X Akutansi 1 SMKN 1
Karanganyar, Ngawi tahun ajaran 2014-2015.
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
yaitu wawancara
mendalam, observasi langsung dan mengkaji
dokumen.Teknik sampling
yang digunakan
adalah purposive
sampling dengan informan yaitu Kepala
Sekolah, Wakil
Keapala Sekolah bagian Kurikulum dan guru
Sejarah Indonesia.Pada penelitian ini peneliti
menggunakan dua
triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah
Indonesia
Kunci sukses keberhasilan dan kebermaknaan implementasi
suatu kurikulum salah satunya tergantung kepada kompetensi yang
dimiliki oleh guru. Guru merupakan ujung
tombak dalam
proses pembelajaran di dalam kelas. Proses
implementasi kurikulum
2013 membutuhkan perubahan mindset
guru dari yang teacher center menjadi students center. Guru perlu
mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran salah satunya adalah
membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP. RPP dalam
kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum
2006. RPP
dalam Kurikulum
2013 menggunakan
pendekatan saintifik dan penilaian autentik.
Dalam penyiapan RPP, guru Sejarah
Indonesia di SMKN
1 Karanganyar belum membuat secara
mandiri melainkan menggunakan RPP dan Silabus yang didapatkan
dari mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP. Selama
ini guru belum mendapatkan diklat mengenai pembuatan RPP.
Pemenuhan buku belajar bagi peserta didik disediakan langsung
oleh Kemendikbud dengan harapan beban sekolah menjadi lebih ringan.
Kemendikbud dalam
hal ini
menyediakan buku guru dan buku siswa. Antara buku guru dan buku
siswa terdapat saling keterkaitan. Di
commit to user
SMKN 1
Karanganyar, untuk
ketersediaan buku siswa sudah memadai, untuk satu peserta didik
satu buku.
Buku tersebut
dipinjamkan oleh sekolah kepada peserta didik. Namun ketersediaan
buku lain
yang menunjang
pembelajaran sejarah
Indonesia masih sangat kurang. Penggunaan
perpustakaan dalam optimalisasi kegiatan belajar mengajar belum
bisa dilakukan
karena tidak
tersedianya buku materi sejarah.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran Sejarah Indonesia
Pelaksanaan pembelajaran
Sejarah dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik
dengan langkah-langkah ilmiah yang terdiri
dari proses
mengamati, menanya, menalar, mendiskusikan
dan mengkomunikasikan. Pada
pembelajaran Kurikulum
2013, kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: 1 berpusat pada
peserta didik, 2 mengembangkan kreativitas
peserta didik,
3 menciptakan kondisi menyenangkan
dan menantang, 4 bermuatan nilai, etika,
estetika, logika,
dan kinestetika, dan 5 menyediakan
pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,
efektif, efisien,
dan bermakna
Permendikbud No
81A Tahun
2013. Pada penerapannya dalam
kegiatan pembelaran
didominasi oleh guru. Media yang digunakan
dalam kegiatan belajar tidak efektif dikarekana sarana dan prasarana
sekolah belum
mendukung. Penggunaan
LCD pada
ruang terbuka kurang nampak jelas bagi
peserta didik.
Pada kegiatan
pembelaran, peserta didik kurang aktif, apabila dibuka sesi pertanyaan
tidak ada
peserta didik
yang bertanya.
Pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok. Kelas
dibagi menjadi enam kelompok dengan tiga sub materi. Kelompok 1
dan 2 membahas terbentuknya kepulauan Nusantara, kelompok 3
dan 4
membahas pembabakan
waktu zaman
para-aksara dan
kelomok 5 serta 6 membahas hikmah dari letak indonesia yang
rawan bencana. Dari hasil pekerjaan
commit to user
peserta didik, nampak materi hanya disalin dari buku siswa kekertas
diskusi. Hal ini dikarenakan buku referensi yang sangat kurang.
Proses diskusi yang terlalu lama untuk materi yang sedikit
membuat pembelajaran
menjadi kurang efektif. Kegiatan diskusi
kelompok kurang begitu interaktif. Kelompok yang ditunjuk untuk
mempresentasikan hasil
kurang begitu menguasai materi. Sedangkan
peserta didik yang lain kurang aktif untuk bertanya. Guru belum mampu
dalam mengelola proses diskusi.
3. Penilaian