Pecking order theory Landasan Teori

commit to user isyarat signal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Implikasi dari isyarat-isyarat tersebut menurut Brigham dan Houston 2001 adalah apabila menerbitkan saham berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahan cerah, dalam keandaan normal perusahaan harus mempertahankan adanya capasitas cadangan untuk meminjam reserve borrowing capacity yang dapat digunakan sewaktu-waktu ada peluang investasi yang baik. Atau dengan kata lain, dalam keadaan normal perusahaan harus menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang.

4. Pecking order theory

Beberapa faktor seperti corporate tax , biaya kebangkrutan, dan personal tax telah dipertimbangkan dalam menjelaskan mengapa perusahaan memilih suatu struktur modal. Penjelasan ternasuk dalam lingkup Husnan dan Pudjiastuti, 2006, dimana esensi dari balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sehingga apabila masih ada manfaat yang dapat diperoleh maka hutang akan ditambah, dan jika pengorbanan telah lebih besar maka tidak boleh menambah hutang lagi. Selain balancing theories , Myers dan Majluf 1984, dalam Husnan dan Pudjiastuti, 2006 telah merumuskan teori struktur modal yang disebut pecking order theory . Disebut pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana commit to user yang paling disukai. Teori ini berdasar pada informasi asimetrik asymmetric information , suatu istilah yang menunjukan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai prospek, risiko, dan nilai perusahaan daripada pemodal publik. Informasi ini mempengaruhi pilihan antara sumber dana internal yaitu dana dari hasil operasi perusahaan ataukah eksternal, dan antara penerbitan hutang baru atau ekuitas baru. Secara ringkas teori pecking order tersebut menyatakan beberapa hal berikut ini, antara lain: a perusahaan lebih menyukai pendanaan internal; b perusahaan akan berusaha menyesuikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar; c pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang berlebih atau kurang untuk investasi; d apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru. Sesuai teori tersebut, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan yang biasanya dipilih lebih dulu, dan penerbitan saham yang dipilih paling akhir.

5. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan