UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA PADA KELAS V SD IT BAITUL JANNAH KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA PADA KELAS V SD IT BAITUL JANNAH

KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

CANDRA BUANA

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar roll depan pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015, dengan penggunaan alat bantu simpai dan bola.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)kolaborasi participations,dengan menggunakan dua siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 36 siswa, dengan jumlah 20 laki-laki dan 16 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar roll depan.

Hasil penelitian menunjukkan: pada temuan awal hanya mencapai ketuntasan 33,33%hal ini berarti masih rendah nya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar roll depan. Pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu simpai diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 63,89%, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal 85% itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan

menggunakan alat bantu bola diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 94,44%, hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa

pembelajaran senam lantai khususnya pada materi gerak roll depan,dengan menggunakan alat bantu dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar roll depan pada siswa-siswi kelas V SD IT Baitul Jannah Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.


(2)

UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA PADA KELAS V SD IT BAITUL JANNAH

KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

CANDRA BUANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

AJARAN 2014/2015 (Skripsi)

Oleh

CANDRA BUANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Roll Depan ... 16

2. Alat Bantu Simpai ... 22

3. Alat Bantu Bola... 22

4. Spiral Penelitian Tindakan Kelas ... 25

5. Diagram Batang Perbandingan Prosentasi Nilai Rata-rata Kelas Dan Ketuntasan Belajar Pada Temuan Awal, Siklus-1, dan Siklus-2 ... 40


(5)

Gambar Halaman

1. Program dan RPP Gerak Dasar Roll Depan... 50

2. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian... 58

3. Indikator Penilaian ... 61

4. Hasil Tes Awal Gerak Dasar Roll Depan ... 63

5. Hasil Tes Siklus 1 Gerak Dasar Roll Depan ... 64

6. Hasil Tes Siklus 2 Gerak Dasar Roll Depan ... 65

7. Hasil Tes Awal dan Siklus 1 Gerak Dasar Roll Depan... 66

8. Hasil Tes Awal dan Siklus 2 Gerak Dasar Roll Depan... 67


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Roll Depan Pada Senam Lantai ... 38 2. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Roll Depan Pada Senam Lantai

Siklus-1 ... 41 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Roll Depan Pada Senam Lantai

Siklus-2 ... 42 4. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Roll Depan Pada Senam Lantai Di Setiap

Siklus... 42 5. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai 1-3 Pada Tes Awal

Gerak Dasar Roll Depan Pada Senam Lantai ... 43 6. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai 1-3 Pada Tes Akhir

Gerak Dasar Roll Depan Pada Senam Lantai Siklus-1 ... 44 7. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai 1-3 Pada Tes Akhir


(7)

(8)

(9)

(10)

MOTO

Jangan menyerah selagi masih ada kemungkinan walaupun itu hanya 1 persen (Youci Hiruma)

Akan kulindungi dengan cara apapun hal yang berharga bagiku (Penulis)

Kita tak punya waktu untuk bertanya apa yang tak kita miliki, kita hanya bisa melakukan yang terbaik yang kita miliki untuk hidup kita.

(Penulis)

Jangan pernha berhenti bermimpi atau berhenti berharap, karena harapanmu akan mengantarkan sebuah keajaiban.

(penulis

Kebaikantidakbernilaiselamadiucapkanakantetapibernilaisesudahdikerjakan (Penulis)

Hargakebaikanmanusiaadalahdiukurmenurutapa yang telahdilaksanakan / diperbuatnya (Ali Bin AbiThalib)


(11)

Karyatulissederhanainikupersembahkankepada orang yang tiada duanya didunia untuk kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun dengan penuh kesabaran dan pengertian yang luar biasa :

Ibuku terkasih Maliha Ayahku tersayang Effendi

Kakanda ku Juliansyah Serta adik ku Ilham Novriansyah

yang disetiap waktu selalu mendukung dan mendoakanku dalam keadaan apapun. Kepada sahabat ku senasib sepenanggungan dan seperjuangan Dimas Prabowo, Rino Anugrah, Dedi Alfatoni, Teddy Afri Suhendri, Khairu Rahman, Roby Sandra Ary Sandy, Fahmi Iskandar, Jodieka Permadi, Sigit raharjo dan Dian Syuriadi Putra danrekan-rekan

Penjaskes10 serta rekan-rekan lain yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu. terima kasih tiada tara ku ucapkan.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mataram–marga Kabupaten Lampung timur Provinsi Lampung, pada tanggal 04 Desember 1989. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Agus indra dan Ibu Hamsenun

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN 1 Mataram -marga tamat tahun 2002, kemudian menempuh pendidikan Menengah Pertama di SMPN 1 sukadana lampung timur tamat pada tahun 2005 dan

melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sukadana lampung timur tamat tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur SPMB. Penulis pernah aktif di Resimen Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan periode 2008-2008. Serta ikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) KARATE pada tahun 2008 Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kejuaraan karate daerah (kejurda)


(13)

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul upayamengoptimalkanketerampilan roll depanmenggunakanalat bantu bola dan simpaipadasiswasd it baituljannahkemiling Bandar Lampung Tahun 2015adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Herman tarigan, M.Pd selaku Pembimbing pertama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

2. Bapak Drs. Akor sitepu, M.Pd selaku Pembimbing kedua yang juga telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

3. Bapak Drs. Ade jubaedi, M.Pd selaku Pembahas yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis 4. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

5. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung.

7. Bapak /Ibu Dosen dan karyawan Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

8. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga provinsi Lampung, dan kepada bapak Benizar dan Dedi Gultom selaku pelatih atlet gulat PPLP yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian. yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada atlet gulat PPLP Lampung.

9. Atlet gulat PPLP Lampung dan seluruh rekan rekan atlet gulat Lampung, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

10. Ibuku dan Bapakku terimakasih atas semua doa, semangat dan motivasi yang kalian berikan kepada saya.


(14)

iii

11. Sahabatterbaik-kuAang,randy,Dimas Prabowo, DedyAlfatony,KhairulRahman,Suwarli dan kawan kawan penjaskesrek

UNILA 2008yang

menjadimotivatorselamainidanterimakasihatasdukungandanbantuan

kalian.yang telah menjadi motivator, inspirator, dan penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa, dukungan dan bantuannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung,21 Agustus 2015 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

G. Penjelasan Istilah ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Pendidikan Jasmani ... 9

B. PendidikanJasmani Sekolah Dasar ... 10

C. Pengertian Belajar Mengajar ... 12

D. Proses Belajar Mengajar ... 12

E. Keterampilan Gerak ... 13

1. Belajar Gerak ... 15

2. Klasifikasi Gerak ... 17

3. Fase-fase gerak ... 19

F. Pengertian Senam Lantai... 20

G. Gerak Dasar SenamLantai... 21

H. Roll Depan ... 21

I. Pengertian Alat Bantu ... 23

J. Model Pembelajaran Alat Bantu ... 24

K. Kerangka Pikir ... 29

L. Hipotesis ... 30

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31


(16)

C. Prosedur Penelitian... 31

D. PelaksanaanTindakan ... 33

1. Siklus I ... 31

2. Siklus II ... 41

E. Instrumen Penelitiandan Cara Pengambilan nya... 42

F. TeknisAnalisis Data ... 42

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. HasilPenelitian ... 44

1. Analisis Prosentase Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Roll Depan Pada Senam Lantai ... 44

2. Analisis Rekapitulasi Refleksi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Roll Depan Pada Senam Lantai ... 47

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

C. Jawaban Hipotesis ... 54

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 55

A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional (Permendiknas, 2006: 702).

Pendidikan jasmani sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan motorik yang dipelajari murid dalam keadaan bervariasi perlu dioptimalkan tanpa ragu-ragu, dengan memahami fungsi tubuh dalam berbagai gerak serta asas-asas pertumbuhan dan perkembangannya dapat dimanipulasi dengan merealisasikan berbagai konsep ilmu yang relevan ke arah perbaikan kualitas gerak sesuai tujuan yang dikehendaki (Jacob, 2008:13).

Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.


(18)

2

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat (Permendiknas, 2006: 702).

Kondisi satuan pendidikan nasional yang beragam baik dari segi

saranaparasarana maupun profesionalitas guru pendidikan jasmani membuat kinerja mata pelajaran tersebut di masing-masing satuan pendidikan juga mencapai tahapan yang berbeda-beda. Berdasarkan laporan Balitbang Diknas (2008: 3) mengenai hasil survei kondisi penjasorkes nasional tahun 2006 yang dilaksanakan oleh PDPJOI (Pangkalan Data Pendidikan Jasmani dan Olahraga Indonesia) Asdep Ordik Kemenegpora RI pada 2.382 satuan pendidikan di 13 kab/ kota, skor rata-rata nasional kualitas pembelajaran penjasorkes baru mencapai 520 dari skor maksimal 1.000. Oleh karena itu, wajarlah jika keberadaan mata pelajaran penjasorkes nasional secara umum belum mampu mewujudkan hasil sesuai dengan tujuannya.

Fakta lain yang diungkap oleh Komnas Penjasor yang menunjukkan kurang berhasilnya pendidikan jasmani adalah masih sulit dijumpai adanya guru penjas di sekeliling kita yang kompeten dan sukses mengelola mata pelajarannya, sehingga siswanya menyukai, menghargai dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dan mengimbas ke pola hidup aktif dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Kualitas guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pada umumnya belum cukup memadai. Guru harus selalu meningkatkan profesionalitas kerja. Belum efektifnya pelaksanaan pengajaran penjasorkes di sekolah disebabkan oleh


(19)

beberapa faktor diantaranya adalah terbatasnya kemampuan guru dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani dan olahraga di SD menjadi bagian tak terpisahkan dari program pendidikan secara keseluruhan. Sebagai salah satu aspek pendidikan di SD, pendidikan jasmani dan olahraga bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani (Saputra, 2010: 3). Lebih lanjut dituturkan bahwa melalui kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga diharapkan peserta didik akan tumbuh dan berkembang secara sehat, dan segar jasmaninya, serta dapat berkembang kepribadiannya agar lebih harmonis dalam menjalankan kehidupannya sekarang maupun yang akan datang.

Senam merupakan elemen penting dalam kurikulum pendidikan jasmani di sekolah dasar. Selain karena kedudukannya sebagai salah satu materi yang diajarkan dalam pendidikan jasmani sekolah dasar, ada beberapa pertimbangan lain yang menjadikan materi ini perlu mendapat perhatian lebih. Menurut Syarifuddin sebagaimana dikutip oleh Suharjana di dapat 2001, menyatakan bahwa penekanan pelaksanaan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar adalah senam.

Pembelajaran senam di sekolah dasar bertujuan memperkaya pengalaman gerak sebanyak-banyaknya serta meningkatkan kesegaran jasmani para peserta didik. Salah satu komponen yang diajarkan dalam senam adalah roll depan. Pada materi ini, siswa diharapkan mampu melakukannya dengan teknik yang benar.


(20)

4

Berdasarkan observasi dan kolaborasi poneciti terhadap pembelajaran yang telah dilakukan di SD Islam Terpadu Baitul Jannah, guru menemukan bahwa hasil belajar siswa kelas V pada materi roll depan masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan keterampilan siswa dalam melakukan roll depan masih jauh dari hasil yang diharapkan. Bahkan persentase siswa yang mampu melakukan dengan benar lebih rendah dibanding siswa yang belum mampu melakukan dengan benar.

Dalam pembelajaran roll depan, guru masih mengajarkannya dengan cara konvensional. Berdasarkan hasil observasi peneliti, pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa kurang bersemangat atau bahkan tidak tertarik dan menurunkan minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani.Hal ini jelas berpengaruh terhadap penguasaan keterampilan yang seharusnya mereka miliki. Oleh karena itu, guru perlu mencoba alternatif cara pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat siswa serta mempermudah siswa dalam belajar. Berdasarkan pengamatan guru, beberapa kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam melakukan roll depan adalah keseimbangan tubuh kurang baik pada saat mengguling serta tumpuan tangan kurang kuat pada saat melakukan tolakan. Bentuk roll depan yang di lakukan masih kurang sempurna terkadang bentuk roll depan pada saat pelaksanaan siswa badannya miring baik ke kiri atau kekanan. Siswa masih takut untuk melakukan gerak dasar roll depan. Pada saat roll depan siswa takut menggunakan tengkuk lehernya siswa banyak yang menggerakkan kepalanya.


(21)

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencoba menggunakan alat bantu secara bertahap dalam pembelajaran roll depan. Alat bantu pada hakikatnya merupakan alat yang digunakan untuk membantu terlaksananya roll depan. Peralatan ini bekerja berdasarkan prinsip pesawat sederhana yang berfungsi untuk

memperkecil gaya dalam pergerakan bendadan diharapkan gaya roll depan akan terbantu. Harapannya, dengan digunakannya alat bantu akan mempermudah siswa dalam melakukan gerak roll depan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu secara bertahap untuk

megoptimalkan kemampuan roll depan siswa kelas V SD IT Baitul Jannah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka indentifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Masih banyak siswa kelas V SD IT Baitul Jannah yang belum dapat melakukan gerak dasar roll depan dengan benar.

2. Kurangnya kemampuan melakukan tolakan untuk gerak dasar roll depan. 3. Sikap pelaksanaan padasaat roll depan badan siswa masih miring baik

miring kekiri atau miring kekanan

4. Siswa masih takut untuk melakukan roll depan ketakutan di karenakan siswa takutl ehernya ketekuk.

5. Siswa masih menggunakan kepala pada saat melakukan roll depan yang seharusnya menggunakan tengkuk lehernya.


(22)

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Apakah penggunaaan alat bantu simpai dapat mengoptimalkan

keterampilan roll depan pada siswa kelas V SD IT Baitul jannah? 2. Apakah dengan penggunaan alat bantu bola dapat mengoptimalkan

keteramilan rol derpan pada siwa kelas V SD IT Baitul jannah?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengoptimalkan keterampilan roll depan dengan alat bantu simpai pada siswa kelas V SD IT Baitul jannah.

2. Untuk mengoptimalkan keterampilan roll depan dengan menggunakan alat bantu bola pada siswa kelas V SD IT Baitul jannah.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menjadi referensi dan memberikan sumbangan bagi penelitian sejenis

dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani di sekolah dasar,

2. Menjadi rujukan alternatif pendekatan pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan profesional kerja sebagai seorang guru khususnya dalam pengembangan


(23)

4. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi roll depan.

5. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi para guru untuk selalu mengembangkan inovasi pembelajaran dan

memecahkan masalah-masalah kelas sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

F. RuangLingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Tempat penelitian dilaksanakan di SD IT Baitul Jannah Kemiling Bandar Lampung.

2. Obyek penelitian ini adalah keterampilan roll depan menggunakan alat bantu pada siswa SD IT Baitul Jannah Kemiling Bandar Lampung. 3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD IT Baitul Jannah

Kemiling Bandar Lampung. G. PenjelasanIstilah

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesahalan pemahaman dalam arti yang luas maka perlu di berikan pengertian tentang penjelasan istilah, penjelasan istilah dalam penelitian ini yaitu sebagaiberikut:

1. Upaya: usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya), Kamus Bahasa Indonesia: 2001: 867. Dari pengertian di atas maka dalam penelitian ini upaya adalah suatu usaha untuk mengoptimalkan gerak dasar roll depan.

2. Mengoptimalkan: proses, cara, perbuatan mengoptimal-kan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) Kamus Bahasa Indonesia: 2001: 135. Arti


(24)

8

mengoptimalkan dalam penelitian ini adalah menjadikan proses

pembelajaran lebih baik serta dapat mengoptimalkan proses pembelajaran gerak dasar roll depan.

3. Roll depan: roll depan merupakan salah satu gerakan senam lantai. Roll depan merupakan materi yang sering diberikan di sekolah dasar.Gerakan roll depan yaitu gerakan menggelinding seperti bola mengarah kedepan

(Suharjana: 2006; 130).

4. Alat Bantu: alat yang digunakan pengajar dalam menyampaikan materi, dengan adany aalat peraga maka bahan ajar atau materi akan lebih mudah dimengerti oleh peserta didik (Yusuf: 2000:50).


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pendidikan jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk

meningkatkan individu secaraneuromuscular, perseptual, kognitif, dan emosional (Depdiknas, 2006: 11). Sedangkan Barrow sebagaimana dikutip oleh Ruswandi (2012: 21) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan pendidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk olahraga, permainan, senam, dan latihan jasmani.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan pembelajaran sistematis yang memanfaatkan aktivitas jasmani sebagai alat mencapai tujuan perkembangan secara menyeluruh sebagai upaya pengembangan kemampuan berpikir dan individu secara organik, neuromuscular, perseptual, kognitif, dan emosional.

Berdasarkan Permendiknas (2006: 703), bahwa pendidikan jasmani bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1 Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.


(26)

10

2 Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

4 Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5 Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,

percaya diri dan demokratis

6 Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

7 Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Pendidikan jasmani dapat mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki manusia baik berupa tindakan, sikap maupun karya. Pendidikan jasmani juga menjadi media perkembangan keterampilan fisik, motorik, penalaran dan kebiasaan hidup untuk merangsang perkembangan manusia secara seimbang. Sekalipun dalam proses pembelajaran menggunakan aktivitas jasmaniah secara dominan, namun hal ini tidak ditujukan semata-mata untuk

perkembangan jasmaniah selain itu menyehatkan badan dengan berolahraga.

B. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Rusli Lutan sebagaimana dikutip oleh Suharjana (2006: 229) menyatakan bahwa pengembangan kemampuan berolahraga pada usia sekolah dasar lebih banyak ditekankan kepada mengembangkan unsur kemampuan fisik secara


(27)

menyeluruh (multilateral), dan keterampilan teknik dasar yang dominan yang merupakan dasar bagi keterampilan teknik berolahraga.

Salah satu isi program pengajaran dalam kurikulum sekolah dasar adalah membangun manusia seutuhnya yaitu mengembangkan fisik motorik melalui latihan aktivitas jasmani atau olahraga. Pembelajaran pendidikan jasmani sesuai dengan tuntutan kurikulum harus dilaksanakan melalui metode yang tepat agar tujuan yang terkandung dalam kompetensi dasar dapat dicapai secara efektif dan optimal.

Untuk meningkatkan peran pendidikan jasmani sebagai dasar tumbuh kembang anak perlu dilakukan upaya pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan menantang. Selain itu, sarana dan prasarana di sekolah yang memadai,

pembaharuan kurikulum disesuaikan kebutuhan siswa dan kemampuan sekolah, serta guru pendidikan jasmani terus berupaya untuk meningkatkan

profesionalitas.

Secara teoritis, senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Guru pendidikan jasmani perlu memahami bahwa senam di sekolah dasar bukanlah senam yang bersifat perlombaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, serta memerlukan peralatan yang sulit didapat serta mahal harganya dan harus dilakukan di dalam ruangan khusus senam. Senam di sekolah dasar prinsipnya yaitu membelajarkan pola gerak dalam senam, serta pengembangannya yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa. Tujuan pembelajaran senam di sekolah dasar


(28)

12

yaitu memberikan dasar atau landasan yang kuat tentang sikap dan gerak agar siswa nantinya dapat bersikap dan bergerak secara efektif dan efisien.

C. Pengertian Belajar Mengajar

Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pendapat di atas, menurut Gagne dan Berliner sebagaimana dikutip oleh Chatarina (2006: 2), belajar merupakan proses

dimana suatu organisme mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan baru yang dilakukan manusia secara sadar dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mendapatkan perubahan perilaku baik melalui latihan ataupun pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

D. Proses Belajar Mengajar

Kesuksesan seseorang dalam meraih tujuan hidup tidak terlepas dari usaha dan proses dalam mencapainya. Keberhasilan atau kesuksesan seseorang tidak semata-mata dapat terjadi begitu saja. Untuk menjadi sukses seseorang harus belajar dan berusaha terus memperbaiki diri. Dengan belajar maka seseorang akan mengalami proses perubahan dalam dirinya. Perubahan itu tentu menuju ke arah yang lebih baik, misalnya setelah mengalami proses belajar mereka akan menjadi lebih pandai, lebih terampil,dan lebih mahir.


(29)

Seseorang dapat belajar kapanpun, dimanapun, dan dari siapapun. Proses belajar berlangsung sepanjang hayat. Proses belajar di sekolah adalah sebagian kecil dari proses belajar yang dialami manusia. Sekalipun hanya menjadi bagian kecil, namun proses belajar di sekolah memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan. Tugas utama guru dalam pembelajaran di sekolah adalah menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan perubahan perilaku pada siswa secara signifikan.

Departemen pendidikan dan kebudayaan (2001: 103) menjelaskan bahwa proses belajar mengajar tidak lain adalah suatu kejadian praktis yang

berlangsung dalam waktu tertentu, terikat dalam situasi, serta diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Pada hakikatnya, proses belajar mengajar

merupakan suatu rangkaian yang kompleks.

Kegiatan belajar mengajar terdiri atas kegiatan siswa dalam belajar serta kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Seperti dijelaskan di atas, bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena di dalamnya melibatkan guru dan siswa yang memiliki peran berbeda namun saling berkaitan. Siswa diharapkan dapat menjalankan tugas belajarnya secara aktif dan guru dapat bertanggungjawab penuh terhadap proses belajar yang dipimpinnya. Proses pembelajaran melibatkan interaksi dan hubungan timbal balik guru dengan siswa yang berlangsung dalam suasana edukatif.

E. Keterampilan Gerak

Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.


(30)

14

(Sugianto, 2003)Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Semakin

kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.

Belajar keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap yakni: 1).Tahap kognitif, 2).Tahap asosiatif, dan 3).Tahap otomatis. (Lutan 2000:305)

1. Tahap Kognitif.

Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan motorik membutuhkan informasi bagaimana cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.

2. Tahap Asosiatif.

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun semakin konsisten.


(31)

3. Tahap Akhir.

Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan secara otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya.

1. BelajarGerak

Gerak suatu benda dapat diamati melalui perubahan posisi dan perpindahan kedudukannya. Perubahan posisi yang dimaksud contohnya menekuk siku dan berjongkok, sedangkan perpindahan kedudukan atau tempat contohnya berjalan dan berlari. Mengenai gerak, Mahendra dan Ma’mun (2006:59) menjelaskan:

Dalam kamus bahasa Inggris kata gerak diterjemahkan sebagai sinonim dari kata “motor” dan “movement”. Sesungguhnya pengertian kedua kata ini berbeda. “Movement” adalah gerak yang bersifat eksternal atau dari luar dan mudah diamati, sedangkan “motor” adalah gerak yang bersifat internal atau dari dalam, konstan, dan sukar diamati.

Sugianto (2003:30) menjelaskan, “Bergerak adalah lawan dari diam; diam berarti tidak bergerak terhadap sekitarnya, sedangkan bergerak adalah bila kedudukannya di dalam ruang dan waktu berubah.” Lebih lanjutSugianto (2003:49) mengemukakan, “Gerakan manusia dapat kita amati karena adanya perubahan posisi dari tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Semua bentuk gerakan terjadi oleh karena dipengaruhi oleh


(32)

16

Pate, Rotella dan McClenaghan yang dialih bahasakan oleh Dwijowinoto (2003:143) menjelaskan tentang definisi gerak yaitu, “Kegiatan yang mengubah kedudukan pada suatu tempat karena alasan tertentu.” Smith (2002) yang dikutip oleh Dwijowinoto (2003:143) mengemukakan, “Kemampuan gerak seseorang yang khas adalah hasil dari interaksi yang kompleks dari pengaruh keturunan dan lingkungan.”. Adatiga unsur yang menyebabkan terjadinya gerakan, yaitu: tulang sebagai alat penggerak, otot sebagai sumber penggerak dan persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Otot merupakan sumber gerak yang dapat disamakan dengan motor listrik, karena mengubah tenaga kimia menjadi tenaga mekanis sehingga menyebabkan terjadinya gerakan tubuh. Oleh karena itu otot sering

dimisalkan sebagai motor dari tubuh manusia. Tulang-tulang dari kerangka dan persendian merupakan satu kesatuan alat gerak yang memiliki

kemungkinan gerak (range of motion) tertentu. Artinya tulang-tulang sebagai alat gerak dapat melakukan suatu gerakan sesuai dengan persendiannya dan kontraksi ototnya.

Berkaitan dengan pengertian gerak tersebut di atas, perlu dijelaskan pula mengenai gerak yang efisien. Dwijowinoto (2003:142) menjelaskan, “Gerakan yang efisien adalah gerakan yang menopang keberhasilan penampilan olahraga.

Sugianto (2003:32) mengemukakan, “Berlari atau berenang dengan

kecepatan yang tetap (artinya tidak mengubah-ubah kecepatan) lebih efisien daripada berlari atau berenang dengan selalu mengubah-ubah kecepatan.”


(33)

Lebih lanjut Sugianto (2003: 33) menyatakan, “Dari sudut efisiensi gerak, aktivitas olahraga yang dilakukan dengan kecepatan sedang/optimum (relatif), akan dapat dikontrol dan dikuasai serta mencapai hasil yang lebih baik.

2. Klasifikasi Gerak

Dilihat dari segi ruang dan jarak, gerakan dapat dibagi menjadi gerakan lokomotor dan nonlokomotor. Mahendra dan Ma’mun (2006:59) bahwa, “Gerakan lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya

perpindahan tempat seperti berjalan, berlari, melompat, melangkah, skipping, dan sliding. Gerakan nonlokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan perpindahan tempat, seperti bertepuk tangan, melenting, berputar, dan meliukkan badan.

Supandi dan Seba (2003:44) mengkategorikan gerakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:Gerakan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi ruang atau jarak (space) dan dari sistem otot. Dilihat dari segi ruang dan jarak (space) gerakan dibagi atas: 1) gerakan lokomotor dan 2) gerakan nonlokomotor. Ditinjau dari sistem otot gerakan dapat dibagi tiga, yaitu: 1) fleksi, 2) ekstensi, dan 3) rotasi. Fleksi adalah gerakan kontraksi otot yang menyebabkan gerakan membengkok. Ekstensi adalah gerakan meluruskan atau membentangkan yang berlawanan dengan fleksi. Rotasi adalah gerakan berputar pada satu sumbu.

Selanjutnya Gallahue (2002:379) menyatakan, “Classify movement into the categories of locomotion, manipulation, and stability.” Sedangkan Kephart


(34)

18

(2000) yang dikutip Mahendra dan Ma’mun (2006:59) membagi gerakan manusia dalam tiga tipe, yaitu: “1) Gerakan translasional yaitu gerakan yang berpindah-pindah tempat, 2) Gerakan rotasional yaitu gerakan berputar pada sumbu, 3) Gerakan oskilasional yaitu gerakan berayun.”

Hidayat (2000:49) mengklasifikasikan bentuk-bentuk gerakan manusia, yaitu “Berdasarkan perubahan tempat, perubahan volume dan perubahan

sikap/posisi. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan adanya kontraksi otot”. Harrow (2001) mengelompokkan gerakan manusia menjadi: 1. Gerakan reflex

2. Gerakan dasar (Basic fundamental movement) 3. Kemampuan mengamati (Perceptual abilities) 4. Kemampuan fisik (Physical abilities)

5. Gerakan keterampilan (Skill movement) 6. Kemampuan komunikatif

Gerakan refleks adalah gerakan atau tindakan manusia yang timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tanpa keterlibatan kesadaran. Gerakan refleks dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: Refleks bersyarat (conditional reflex) dan refleks tak bersyarat (unconditional reflex). Giriwijoyo (2002:78) menjelaskan, “Refleks adalah gerakan involunter yang sangat cepat dan sangat efisien yang hanya akan melibatkan komponen saraf dan otot yang benar-benar diperlukan untuk gerakan itu.”

Refleks bersyarat adalah gerakan-gerakan refleks yang terjadi karena suatu latihan, sedangkan refleks tak bersyarat adalah gerakan refleks yang terjadi


(35)

secara otomatis tanpa melalui proses latihan. Gerakan dasar fundamental merupakan pola gerakan yang menjadi dasar untuk ketangkasan gerak yang lebih kompleks.

Gerakan-gerakan ini terjadi atas dasar gerakan refleks yang berhubungan dengan badannya, merupakan bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa melalui latihan. Gerakan-gerakan dasar fundamental dibagi atas: gerakan lokomotor, nonlokomotor dan gerakan manipulatif.

3. Fase-fase Gerak

Arikunto (2007:133) membagi fase-fase belajar motorik dalam 3 fase, yaitu: a. Fase belajar motorik tingkat pertama yaitu perkembangan penguasaan

koordinasi secara kasar.

b. Fase belajar motorik tingkat kedua yaitu perkembangan penguasaan koordinasi halus.

c. Fase belajar motorik tingkat ketiga yaitu penstabilan kemampuan koordinasi halus, kemampuan automatisasi, dan transfer kemampuan berbagai situasi dan kondisi.

Masing-masing fase perkembangan seperti yang dikemukakan diatas ditinjau berdasarkan tingkat keterampilan seseorang dalam memecahkan atau

melaksanakan tugas-tugas gerakan olahraga. Pada fase pertama, jika dilihat dari sudut kemampuan koordinasi, maka fase belajar motorik tingkat pertama memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh Arikunto(2007:145) sebagai berikut:


(36)

20

1. Pada fase belajar tingkat pertama, individu yang belajar baru mampu memperlihatkan sruktur dasar garakan.

2. Penguasaan irama gerakan bagi individu yang masih ada pada fase belajar tingkat pertama ini masih sangat belum sempurna.

3. Penguasaan kemampuan hubungan gerakan yang dimiliki oleh undividu yang dimiliki oleh individu yang berada pada fase belajar tingkat

pertama juga masih sangat tidak sempurna.

4. Secara sederhana luas gerakan dapat diartikan sebagai besarnya ruangan yang terpakai oleh bagian tubuh atau tubuh secara keseluruhan dalam pelaksanaan suatu gerakan.

5. Kelancaran gerakan adalah aliran gerakan, secara sederhana dapat diartikan sebagai kontinyuitas jalannya suatu gerakan.

F. Pengertian Senam Lantai

Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Senam sangat penting untuk pembentukan kelenturan tubuh, yang menjadi arti penting bagi kelangsungan hidup manusia. Deni Kurniawan (2012: 37) mengemukakan bahwa senam ada berbagai macam, diantaranya senam lantai, senam hamil, senam aerobik, senam pramuka, Senam Kesegaran Jasmani (SKJ), dan lain-lain. Biasanya di sekolah dasar, guru-guru

mengajarkan senam-senam yang mudah dicerna oleh murid, seperti senam lantai, SKJ dan senam pramuka.


(37)

Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Pada dasarnya senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur

gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat kedepan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat).

G. Gerak Dasar Senam Lantai

Beberapa contoh gerakan dasar senam lantai sebagaimana diungkapkan oleh Deni Kurniawan (2012: 37) adalah gerakan guling depan dan belakang, teknik roll depan, sikap lilin, gerakan meroda, dan guling lenting. Guling depan adalah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang. Teknik roll depan adalah suatu bentuk sikap badan terlentang yang membusur, bertumpu pada kedua kaki dan kedua tangan siku-siku dan lutut lurus.

Sikap lilin adalah tidur terlentang, dengan dilanjutkan mengangkat kedua kaki lurus ke atas (rapat) bersama-sama. Gerakan meroda adalah gerakan memutar badan dengan sikap menyamping arah gerakan dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki. Sedangkan guling lenting adalah suatu gerakan melentingkan badan ke depan atas dengan lemparan kedua kaki dan tolakan kedua tangan.

H. Roll Depan

Roll depan merupakan salah satu gerakan senam lantai. Roll depan merupakan materi yang sering diberikan di sekolah dasar. Roll depan adalah gerakan


(38)

22

dengan urutan gerak yang merupakan kebalikan dari roll belakang. Cara melakukan roll depan yaitu: Jongkok kedua kaki agak di buka, kedua tumit di angkat, kedua telapak tangan diletakkan padamatras, kedua tangan lurus sejajar bahu kemudian dorong tangan ke depan hingga menyentuh matras dorong kaki ke depan sehingga membuat gulingan lalu dagu rapatkan ke dada dan belakang kepala menyentuh matras tangan memegang tungkai bawah lalu jongkok dan berdiri tegak (Suharjana: 2006; 132).

Langkah-langkah gerakan guling belakang digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 1. Roll Depan

Sumber: Suharjana, 2006: 132

Cara melakukan roll depan berdasarkan gambar di atas adalah: a. Posisi badan siap

b. Badan dibungkukkaan dan kedua tangan menyentuh/menempel pada matras.

c. Posisi jongkok, dagu ditempelkan pada dada.

d. Saat posisi mengguling, tengkuk dijadikan sebagai tumpuan.

e. Saat mengguling lutut ditekuk, tangan lurus kedepan kemudian dagu masih tetap menempel di dada.


(39)

Setelah selesai mengguling (masih dalam posisi jongkok) kedua tangan diluruskan ke depan kemudian berdiri dengan kedua tangan

diangkat.Berdasarkan pengamatan, kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi dalam melakukan roll depan adalah: (1) penempatan terlalu jauh ke depan sehingga tidak membuat tolakan, (2) sikap tubuh kurang bulat, (3) tumpuan kurang kuat, (4) keseimbangan kurang terjaga, dan (5) mengguling kurang sempurna ( Suharjana: 2006; 135).

I. Pengertian Alat Bantu

Alat bantu menurut Yusuf (2001:50) adalah alat yang digunakan pengajar dalam menyampaikan materi, dengan adanya alat peraga maka bahan ajar atau materi akan lebih mudah dimengerti oleh peserta didik. Alat bantu yang di gunakan: 1.simpai 2.bola.

Sujana dan Rivai dalam Arsyad Azhar (2005:24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

1 Akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2 Bahan pembelajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

3 Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;


(40)

24

4 Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebagai

aktivitasnya mengamat, melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Menurut Amir Hamzah (2002:110), penekanan alat bantu belajar terhadap pada visual dan audio. Alat bantuvisual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti : gambar, bagan, dan grafik), sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti benda asli, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).

J. Model Pembelajaran Alat Bantu

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

Hamalik dalam Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaanmedia pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu.


(41)

Sudjana dan Rivai dalamArsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Menurut Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada sedikit perbedaan penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat bantu (peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model atau replika yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau

dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga

dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.


(42)

26

Menurut Hamzah (2002: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).

Modifikasi adalah penyesuaian alat atau perlengakapan pada suatu kegiatan yang akan di laksanakan, modifikasi biasanya di gunakan bila suatu lembaga, misalnya sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang lengkap maka di buatlah modifikasi alat, agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.Lutan ( 2001 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan danmanfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 2002) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.“Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1). mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2). Mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif; 4). mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 2000).

Menurut Arsyad ( 2005: 7 ) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu adalah


(43)

alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu ( peraga ) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Menurut Hamzah ( 2003 ) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar ( seperti: gambar, bagan, dan grafik ) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi ( seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh ).Alat bantu ( peraga ) yang digunakan dalam

pembelajaranroll depan pada siklus pertama adalahmenggunakansimpai,dan pada siklus kedua menggunakan bola.

Keuntungan alat bantu modifikasi pada siklus pertama, dan kedua adalah, hemat biaya, praktis, serta memudahkan guru untuk mengevaluasi gerakan roll depan dalam pembelajaran senam lantai. Diharapkan dengan pemakaian simpai dan bola ini siswa akan termotivasi untuk melakukan roll depan dan mempraktikkan teknik dasar gerakan yang sedang diajarkan dengan benar.

Perlengkapan yang di gunakan dalam penelitian gerakan Roll Depan : 1. Lapangan.

2. Matras. 3. Simpai


(44)

28

4. Bola.

Gambar 2. Alat Bantu Simpai (Sumber:DokumentasiPeneliti)

Gambar 3. Alat Bantu Bola (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Penggunaan alat bantu di atas, diharapkan dapat memotivasi anak

melakukan gerakan dengan maksimal. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai. Menurut Lutan ( 2000: 10 )

pembelajaran Penjaskes dikatakan berhasil apabila :

1. Jumlah waktu aktif berlatih ( JWAB ) atau waktu melaksanakan tugas gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak.


(45)

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif. 3. Prosespembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas.

4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

K. KerangkaPikir

Menurut Surakhmad (2003: 21), anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenaran nya di terima oleh peneliti. Seorang peneliti dapat merumuskan postulat yang berbeda- beda.Untuk mengoptimalkan proses kemampuan roll depan yang kurang efektif dimana fasilitas pembelajran yang kurang memadai dan minat siswa rendah maka di perlukan alat bantu sebagai alat pembelajaran.

Dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan suatu cara penyampaian belajar senam lantai pada materi gerak dasar roll depan menggunakan alat bantu berupa simpai dan bola. Alat bantu dalam permainan merupakan bagian dari inovasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif dalam hal ini antara lain pengembangan dan produksi alat-alat pelajaran, serta dapat mengoptimalkan keterampilan gerak dasar roll depan. Walaupun bakat masing-masing siswa memegang peran penting, akan tetapi hasil penguasaan psikomotor sebagian besar merupakan fungsi kebiasaan danketerampilan yang diperoleh ketika melakukan tugas tersebut. Dengan demikian pembelajaran gerak dasar roll depan dengan alat bantu simpai dan bola dapat mengefektifkan pembelajaran dan megoptimalkan gerakan dasar roll depan siswa kelas V SD Baitul Jannah Kecamatan Kemiling Bandar Lampung.


(46)

30

L. HipotesisTindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat di rumuskan hipotesis penelitian

Tindakan kelas yaitu apabila dalam pembelajaran roll depan menggunakan alat

Bantu simpai & bola sesuai konsep danlangkah-langkah secara cepat maka

Dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa kelas v sd It Baitul jannah kecamatan


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu menetapkan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan diteliti.

Keberhasilan dalam penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalamp enelitian tersebut. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian. Metode penelitian mempunyai peran penting dalam melacak data dan menganalisisnya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian tindakan kelas, yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2010:130).

B. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 20 laki-laki dan 16 perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Arikunto (2010:130) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam siklus-siklus tindakan kelas. Dalam penelitian


(48)

25

S

I

SIII S

II

guru adalah melakukan identifikasi permasalahan kelas melalui observasi awal pada hasil belajar/kemampuan siswa pada materi roll depan. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat yang harus dilakukan guru dalam menyelesaikan masalah rendahnya kemampuan siswa pada materi.

Setelah memperoleh rumusan masalah dari hasil observasi dan refleksi awal pembelajaran guru, selanjutnya dilakukan siklus tindakan yang meliputi: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection). Pada fase refleksi siklus pertama, guru menganalisis proses tindakan pada siklus pertama dan memperbaiki hal-hal yang kurang tepat untuk diatur ulang pada fase perencanaan di siklus kedua. Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat digambarkan dalam skema berikut.

Gambar . Spiral Penelitian Tindakan Kelas. ( Muhajir, 1997: 123)

Keterangan gambar : SI : Siklus I SII : Siklus II SIII : Siklus III

I. : Perencanaan (Planning) I II III IV I II III IV I II III IV


(49)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan serta pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan dan juga instrument untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga

dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji ketelaksanaan rancangan.

II. : Tindakan (Action)

Tindakan adalah pelaksanaan ynag merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan kelas. III. : Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan.

IV. : Refleksi

Refleksi merupakan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Dalam penelitian tindakan, ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan hasil lebih baik dari sebelumnya.

D. Pelaksanaan Tindakan

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa


(50)

27

yang telah didesain sebelumnya. Untuk mengidentifikasi kurangnya

kemampuan siswa dalam melakukan roll depan, serta melihat persentase siswa yang sudah mampu melakukan dengan benar, maka diberikan tes diagnosis sebagai evaluasi awal (initial evaluation).

Setelah melakukan observasi dan evaluasi awal, selanjutnya guru menetapkan tindakan untuk meningkatkan kemampuan/hasil belajar materi roll depan dengan menggunakan alat bantu secara bertahap yaitu dengan memberikan beberapa stimulus untuk mempermudah gerakan siswa terutama pada saat melakukan dorongan tubuh ke depan. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas (action research) untuk siklus pertama dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan dalam tahap perencanaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Studi pendahuluan terhadap keterampilan roll depan siswa.

2. Guru merencanakan pembelajaran roll depan menggunakan alat bantu bertahap dengan membuat RPP yang sesuai.

3. Guru menyiapkan aturan penggunaan media alat bantu dalam pembelajaran roll depan yang akan diberikan pada siklus 1 4. Guru menyiapkan tugas belajar yang harus dilakukan siswa untuk

menguji keterampilan roll depan pada siklus 1 yaitu meminta siswa untuk melakukan roll depan mengguanakan alat bantu.


(51)

5. Guru membuat rubrik penilaian untuk pembelajaran roll depan dengan alat bantu secara bertahap. Penilaian dapat didasarkan pada

penguasaan teknik siswa dalam melakukan roll depan. 6. Guru menyiapkan alat dokumentasi.

b. Pelaksanaan/implementasi tindakan (acting)

Tahap pelaksanaan/implementasi tindakan merupakan tahap pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 direncanakan akan dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan,tiap pertemuan empat jam pelajaran (4 x 35 menit). Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran secara lebih rinci adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan pendahuluan

a. Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan. b. Guru menyiapkan siswa untuk berbaris di lapangan.

c. Guru membuka pelajaran dan dilanjutkan denganmemeriksa kehadiran siswa dan mengarahkan siswa untuk mengukur denyut nadi sebelum pelajaran.

d. Guru menginformasikan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

e. Guru memberikan motivasi dengan cara memberi gambaran manfaat keterampilan roll depan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan kembali materi pembelajaran tentang teknik melakukan guling yang benar.


(52)

29

g. Guru bersama siswa melakukan pemanasan statis dan dinamis terlebih dahulu.

2. Kegiatan Inti

a. Guru memulai pembelajaran roll depan dengan memberikan peragaan yang benar bagaimana cara dan teknik melakukan roll depan di depan siswa.

b. Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama contoh yang diberikan guru.

c. Untuk mencari tahu sejauhmana pemahaman siswa setelah diberi contoh dengan meminta beberapa perwakilan dari siswa untuk mempraktikkan teknik dan cara roll depan di depan teman-teman.

d. Guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menirukan gerakan teman-temannya tadi secara bergantian.

e. Guru membantu siswadalam mempraktikkan bagaimana teknik dan cara melakukan roll depan serta memberi tahu kesalahan siswa dalam

melakukan roll depan di setiap tahapnya.

f. Guru memberi penjelasan mengenai prosedur dan manfaat penggunaan alat bantu dalam mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan roll depan. Setelah itu, guru memberi contoh kepada siswa dalam melakukan roll depan menggunakan alat bantu.

g. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan roll depan menggunakan alat bantu secara bergantian. Pada tahap awal, siswa melakukan roll depan dengan alat bantu tertentu sehingga diharapkan siswa dapat merasakan kemudahan roll depan jika mereka menggunakan bantuan alat tersebut.


(53)

Selanjutnya guru mengubah/memvariasi tingkat kemiringan bidang yang digunakan siswa dalam melakukan roll deoan.

h. Guru memantau tiap gerakan dan teknik roll depan yang dilakukan siswa.

i. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan serta mencatat hasil belajar mereka.

3. Kegiatan Pendinginan

a. Guru meminta siswa untuk melakukan pendinginan. b. Guru mengarahkan siswa untuk mengukur denyut nadi.

c. Guru memberi penguatan terhadap hasil evaluasi oleh peserta didik; d. Guru menutup pembelajaran.

c. Observasi

Setelah tindakan pada suatu siklus dilaksanakan, maka dilakukan observasi terhadap pelaksanaannya dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil dari observasi yang dikumpulkan dan dianalisa, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi dan menyimpulkannya apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan target yang ditetapkan, yaitu meningkatkan kemampuan roll depan siswa. Selain itu, guru juga dapat melakukan refleksi melalui jurnal mengajar yang dibuat guru pada saat selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hasil analisa data yang


(54)

31

dilaksanakan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

1. Rencana Tindakan a. Siklus Pertama

1. Rencana

a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

b. Menyiapkan alat bantu simpai dan matras untuk proses pembelajaran. c. Mempersiapkan instrument untuk pengamatan proses pembelajaran. d. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).

e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

2. Tindakan

a. Siswa dibariskan dan dibagi menjadi 4 sap.

b. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awal pelaksanaan dan sikap akhir.

c. Sebelumnya siswa diberikan contoh tehnik melakukan gerak dasar roll depan yang benar dari mulai sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir dengan menggunakan alat bantu simpai, lalu siswa satu persatu menirukan seperti apa yang di contohkan.

Pelaksanaan Pada Siklus Pertama : 1.Sikap Awal : Siswa masih di barisan 4 sap.


(55)

2.Pelaksanaan : Siswa mempraktekkan gerak dasar roll depan dengan alat bantu simpai (mempraktekkan roll depan melalui simpai yang dipegang atau dibantu oleh guru).

3.Sikap Akhir : Posisi badan menghadap kedepan membelakangi alat bantu simpai yang telah ditelalui.

4.Setiap siswa melakukan gerakan dasar roll depan sebanyak 12 kali pengulangan.

5.Kegiatan tindakan selama 1 minggu untuk 3 kali pertemuan, setelah 3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan tes instrument roll depan.

6.Pada pertemuan ke 4 diambil penilaian.

3. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan, kemudian dinilai atau di evaluasi dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

4. Refleksi

a. Dari data hasil observasi dapat disimpulkan. b. Merencana tindakan pada siklus kedua. b. Siklus Kedua

1. Rencana

a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.


(56)

33

c. Mempersiapkan instrument untuk pengamatan proses pembelajaran. d. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).

e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

2. Tindakan

a. Siswa dibariskan dan dibagi menjadi 4 sap.

b. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awal pelaksanaan dan sikap akhir.

c. Sebelumnya siswa diberikan contoh tehnik melakukan gerak dasar roll depan yang benar dari mulai sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir dengan menggunakan alat bantu bola, lalu siswa satu persatu menirukan seperti apa yang di contohkan.

3.Pelaksanaan Pada Siklus Kedua :

a. Sikap Awal : Siswa masih di barisan 4 sap.

b. Pelaksanaan : Siswa mempraktekkan gerak dasar roll depan dengan alat bantu bola (mempraktekkan roll depan sambil memegang bola). c. Sikap Akhir : Posisi badan menghadap kedepan sambil memegang

alat bantu bola.

d. melakukan gerakan Setiap siswa dasar roll depan sebanyak 3 kali pengulangan.

e. Kegiatan tindakan selama 1 minggu untuk 3 kali pertemuan, setelah 3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan tes instrument meroda.


(57)

f. Pada pertemuan ke 4 diambil penilaian.

3. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan, kemudian dinilai atau di evaluasi dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

4. Refleksi

a. Dari data hasil observasi dapat disimpulkan.

b. Jika siswa belum mencapai ketuntasan maka dilakukan siklus selanjutnya.

c. Siklus Kedua 1. Rencana

a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

b. Menyiapkan alat bantu kardus dan matras untuk proses pembelajaran. c. Mempersiapkan instrument untuk pengamatan proses pembelajaran. d. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).

e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. 2. Tindakan

a. Siswa dibariskan dan dibagi menjadi 4 sap.

b. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awal pelaksanaan dan sikap akhir.


(58)

35

c. Sebelumnya siswa diberikan contoh tehnik melakukan gerak dasar roll depan yang benar dari mulai sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir dengan menggunakan alat bantu kardus, lalu siswa satu persatu menirukan seperti apa yang di contohkan.

E. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap siklusnya. Adapun aspek yang diamati dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) Tahap Persiapan (2) Tahap gerak atau tahap pelaksanaan (3) Akhir gerak (Roji, 2004: 15).

Untuk menetapkan skala penilaian dari instrumen ini, dibuat rentang nilai dari angka 1 sampai dengan 3. Angka 1 menunjukkan nilai kurang, angka 2 menunjukkan nilai sedang, angka 3 menunjukkan nilai baik. I strument dapat dilihat pada lampiran.

F. Teknik Analisis Data

Untuk melihat kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus : = × 100%

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Penghitungan presentase dengan menggunakan rumus di atas harus sesuai dan memperhatikan kriteria ketuntasan belajar siswa di SD IT Baitul Jannah yang


(59)

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai berikut.

Efektivitas

= 100%

(Sudjana, 2005: 22) Keterangan :

E = Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn = Rerata nilai akhir siklus ketiga Xi = Rerata tes awal

Bila hasil perhitungan meningkat 50% keatas maka tindakan yang dillakukan dinyatakan efektif.


(60)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dengan penggunaan alat bantu simpai dapat mengoptimalkan

keterampilan gerak dasar roll depan pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah. Pada siklus pertama dapat meningkatkan hasil pembelajaran dengan nilai hasil penelitian adalah nilai rata-rata 67,00, dari 36

siswasebanyak 23 siswa mencapai nilai di atas atau sama dengan rata-rata kelas atau prosentase keberhasilan 63,89%, sedangkan siswa yang

mendapat nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 13 orang atau 36,11%. Selanjutnya jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar maka dari 36 siswa sebanyak 23 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 67 atau prosentase keberhasilan 63,89%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 67 sebanyak 13 orang atau 36,11%dan memperbaiki keterampilan gerak dasar rolldepan pada senam lantai pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah Bandar Lampung.

2. Dengan penggunaan alat bantu simpai dapat mengoptimalkan

keterampilan gerak dasar roll depan pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah. Pada siklus ke dua hasil penelitian menunjukkandengan nilai rata-rata 82,22, dengan ketuntasanbelajar makadari 36 siswa sebanyak 26 siswa mencapai nilai di atasa tau samadengan rata-rata kelas atau prosentase keberhasilan 72,22%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 10 orang atau 27,28%. Selanjutnya jika dibandingkan


(61)

dengan ketuntasan belajar maka dari 36 siswa sebanyak 34 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 67 atau prosentase keberhasilan 94,44%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 67 sebanyak 2 orang atau 5,56%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Untuk siswa perlu diperhatikan agar pada saat mengikuti pembelajaran senam lantai, lakukanlah dengan sungguh-sungguh karena suatu latihan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Kepada guru penjaskes diharapkan dapat memanfaatkan dan

menggunakan alat bantu berupa simpai dan alat bantu bola yang dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran gerak dasar roll depan pada senam lantai.

3. Bagi mahasiswa Program Studi Penjaskes Universitas lampung, dalam upaya mengembangkan pengetahuan dan kemampuan olahraga khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam proses perkuliahan sehari-hari.

4. Pada penelitian pembelajaran roll depan padasenam lantai masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna


(62)

57

menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat

mengoptimalkan penguasaan keterampilan gerak dasar roll depan pada senam lantai.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Revisi.PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000.Media Pengajaran.PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Balitbang. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Kecerdasan Kinestetik untuk Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Chatarina Anni. 2006.Psikologi Belajar. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983.Asas-asas pendidikan Olahraga : Hubungan Pendidikan Olahraga, Pendidikan Kesehatan, dan Rekreasi. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2006.Kurikulum 2006 (Pendidikan Dasar dan Menengah).Jakarta: Depdiknas

Deni Kurniawan. 2012.Pengaruh Fleksibilitas Tubuh terhadap Keterampilan Senam Lantai di SMP Pasundan 2 Cimahi.Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia Fitra Ruswandi. 2012.Profil Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di

Sekolah Dasar. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia

Hamalik, Oemar. 2003.Proses Belajar Mengajar.PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hamzah, Amir. 1988.Media Audio-viisual.PT. Gramedia. Jakarta

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Permendiknas. 2006.Peraturan Menteri Depdiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.Jakarta : Depdiknas

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Suharjana. 2006.Pola Gerak Dominan dalam Pembelajaran Senam di SD Kelas Bawah. Jurnal Olahraga. Edisi Agustus hal. 227-239.


(64)

51

Suharsimi Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Jacob. 2008.Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang

Melalui Metode Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil Murid Putra SMP Pax Christi Manado. Disertasi. Universitas Negeri Semarang

Saputra. 2010.Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana. 2001.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Zainal Aqib. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.


(1)

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai berikut.

Efektivitas

= 100%

(Sudjana, 2005: 22) Keterangan :

E = Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn = Rerata nilai akhir siklus ketiga Xi = Rerata tes awal

Bila hasil perhitungan meningkat 50% keatas maka tindakan yang dillakukan dinyatakan efektif.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dengan penggunaan alat bantu simpai dapat mengoptimalkan

keterampilan gerak dasar roll depan pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah. Pada siklus pertama dapat meningkatkan hasil pembelajaran dengan nilai hasil penelitian adalah nilai rata-rata 67,00, dari 36

siswasebanyak 23 siswa mencapai nilai di atas atau sama dengan rata-rata kelas atau prosentase keberhasilan 63,89%, sedangkan siswa yang

mendapat nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 13 orang atau 36,11%. Selanjutnya jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar maka dari 36 siswa sebanyak 23 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 67 atau prosentase keberhasilan 63,89%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 67 sebanyak 13 orang atau 36,11%dan memperbaiki keterampilan gerak dasar rolldepan pada senam lantai pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah Bandar Lampung.

2. Dengan penggunaan alat bantu simpai dapat mengoptimalkan

keterampilan gerak dasar roll depan pada siswa kelas V SD IT Baitul Jannah. Pada siklus ke dua hasil penelitian menunjukkandengan nilai rata-rata 82,22, dengan ketuntasanbelajar makadari 36 siswa sebanyak 26 siswa mencapai nilai di atasa tau samadengan rata-rata kelas atau prosentase keberhasilan 72,22%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 10 orang atau 27,28%. Selanjutnya jika dibandingkan


(3)

dengan ketuntasan belajar maka dari 36 siswa sebanyak 34 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 67 atau prosentase keberhasilan 94,44%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 67 sebanyak 2 orang atau 5,56%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Untuk siswa perlu diperhatikan agar pada saat mengikuti pembelajaran senam lantai, lakukanlah dengan sungguh-sungguh karena suatu latihan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Kepada guru penjaskes diharapkan dapat memanfaatkan dan

menggunakan alat bantu berupa simpai dan alat bantu bola yang dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran gerak dasar roll depan pada senam lantai.

3. Bagi mahasiswa Program Studi Penjaskes Universitas lampung, dalam upaya mengembangkan pengetahuan dan kemampuan olahraga khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam proses perkuliahan sehari-hari.

4. Pada penelitian pembelajaran roll depan padasenam lantai masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna


(4)

menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat

mengoptimalkan penguasaan keterampilan gerak dasar roll depan pada senam lantai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi.PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000.Media Pengajaran.PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Balitbang. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Kecerdasan Kinestetik

untuk Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Chatarina Anni. 2006.Psikologi Belajar. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983.Asas-asas pendidikan Olahraga : Hubungan Pendidikan Olahraga, Pendidikan Kesehatan, dan Rekreasi. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2006.Kurikulum 2006 (Pendidikan Dasar dan Menengah).Jakarta: Depdiknas

Deni Kurniawan. 2012.Pengaruh Fleksibilitas Tubuh terhadap Keterampilan Senam Lantai di SMP Pasundan 2 Cimahi.Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia Fitra Ruswandi. 2012.Profil Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di

Sekolah Dasar. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia

Hamalik, Oemar. 2003.Proses Belajar Mengajar.PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hamzah, Amir. 1988.Media Audio-viisual.PT. Gramedia. Jakarta

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Permendiknas. 2006.Peraturan Menteri Depdiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.Jakarta : Depdiknas

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Suharjana. 2006.Pola Gerak Dominan dalam Pembelajaran Senam di SD Kelas Bawah. Jurnal Olahraga. Edisi Agustus hal. 227-239.


(6)

Suharsimi Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Jacob. 2008.Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang

Melalui Metode Kombinasi, Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil Murid Putra SMP Pax Christi Manado. Disertasi. Universitas Negeri Semarang

Saputra. 2010.Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana. 2001.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Zainal Aqib. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENYUNDUL BOLA MELALUI MODIVIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SDN 2 BERINGIN RAYA KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 56

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENYUNDUL BOLA MELALUI MODIVIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SDN 2 BERINGIN RAYA KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 55

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ROLL BELAKANG MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 3 GEDUNG AIR TANJUNGKARANG BARAT

2 16 51

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR HEAD STAND ROLL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SD N GEDUNG AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 41

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAKAN HAND STAND ROLL MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V (LIMA) SDN 3 BAGELEN GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 19 48

ENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR ROLL BELAKANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KUTA DALOM PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 18 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR HEAD STAND ROLL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 NUSAWUNGU KECAMATAN BANYUMAS PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012

0 9 64

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENGGIRING DENGAN ALAT BANTU DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WAY DADI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 52

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYUNDUL BOLA (HEADING) MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VI DI SDN 1 BAKUNG BANDAR LAMPUNG

3 22 60

UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN ROLL DEPAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU SIMPAI DAN BOLA PADA KELAS V SD IT BAITUL JANNAH KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

1 31 64