PEMAHAMAN GURU PAUD TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI KECAMATAN TANJUNGKARANG BARAT TAHUN 2015

(1)

THE UNDERSTANDING OF PRESCHOOL TEACHERS ABOUT EDUCATIONAL LEARNING TOOLS IN THE SUBDISTRICT

OF WEST TANJUNG KARANG YEAR 2015

BY CINDY GITI

This research was conducted in responsed to the fact that there were a lot of preschool teachers who have not applied the educational learning tools or Alat Permainan Edukatif (APE) in learning process. The research objective was to describe the understanding of preschool teachers about the educational learning tools for preschool in West Tanjung Karang subdistrict. This research was descriptive research methode. The study population were 110 preschool teachers. The sampling technique was used propotional random sampling with 36 of preschool teacher. The data were collected through conducting a test and interview. The data was analyzed by using quantitative descriptive analysis. The result showed that not all of preschool teachers have deep understanding about the educational learning tools. Generally, teachers have only basic knowledge about APE in several aspects like types, benefits, materials, process, and how to use it. Whereas, the concept and evaluation of APE have not been developed. Therefore, there should be more training or exercices to assist teachers to have a comprehensive understanding about APE.

Keyword : Teachers Understanding, Education Learning Tools, Learning Process, Preschool


(2)

PEMAHAMAN GURU PAUD TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DALAM PROSES PEMBELAJARAN

ANAK USIA DINI DI KECAMATAN TANJUNGKARANG BARAT

TAHUN 2015

Oleh CINDY GITI

Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya guru yang belum menggunakan APE dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran anak usia dini di Kecamatan Tanjungkarang Barat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini berjumlah 110 guru, dengan sampel 36 guru. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional ramdom sampling. Teknik penggumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan wawancara. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa belum semua guru memahami tentang APE dalam proses pembelajaran. Pada umumnya guru hanya memahami ciri-ciri APE, jenis APE, manfaat APE, jenis bahan pembuat APE, kriteria pembuatan APE,dan kegunaan APE dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada konsep APE dan evaluasi penggunaan APE belum dipahami. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk memberikan pemahaman guru tentang APE melalui berbagai pelatihan.

Kata kunci : Pemahaman Guru, Alat Permainan Edukatif (APE), Proses Pembelajaran, Anak Usia Dini


(3)

PEMAHAMAN GURU PAUD TENTANG ALAT PERMAINAN

EDUKATIF (APE) DALAM PROSES PEMBELAJARAN

ANAK USIA DINI DI KECAMATAN

TANJUNGKARANG BARAT

TAHUN 2015

(SKRIPSI)

Oleh :

CINDY GITI

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(5)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ……... ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

1. Secara Teoritik ... 5

2. Secara Praktis ... 5

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Pustaka ... 7

1. Pemahaman Guru……… 7

2. Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE) ... 8

3. Jenis-Jenis Alat Permainan Edukatif (APE) ... 10

4 Ciri-Ciri Alat Permainan Edukatif (APE) ... 13

5. Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE) ... 15

6. Produksi Alat Permainan Edukatif (APE) ... 16

7. Pembelajaran Anak Usia Dini ... 18

8. Pendekatan Pembelajaran Anak Usia Dini ... 19

9. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini ... 21

10. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini ... 22

11. Evaluasi Pembelajaran ... 23

B. Kerangka Berfikir ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Populasi dan Teknik Sampling ... 26

1. Populasi ... 26

2. Teknik Sampling ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(6)

ii

2. Dokumentasi ... 28

3. Wawancara ……… 28

E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel ... 29

1. Definisi Konseptual Variabel ... 29

2. Definisi Operasional Variabel ... 29

F. Kisi-Kisi Instrumen ... 29

G. Uji Instrumen ... 31

1. Uji Validitas ... 31

2. Uji Reliabilitas ... 31

H. Analisis Data ... 31

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Pemahaman Guru tentang Hakikat Alat Permainan Edukatif .. 33

2. Pemahaman Guru tentang Produksi APE ... 35

3. Pemahaman Guru tentang Penerapan APE dalam Proses Pembelajaran ... 36

B. Pembahasan ... 38

1. Hasil Rekapitulasi Pemahaman Guru PAUD tentang APE dalam Proses Pembelajaran Anak Usia Dini ……….. ... 38

2. Analisis Data Pengetahuan Guru tentang Hakikat APE ... 39

3. Analisis Data Pemahaman Guru tentang Produksi APE ... 44

4. Analisis Data Pemahaman Guru tentang Penggunaan APE dalam Proses Pembelajaran ... 47

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran……… ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN –LAMPIRAN


(7)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil observasi pra penelitian kegiatan pembelajaran……… 55

2. Sampel Penelitian ... 56

3. Rekapitulasi Hasil Soal Tes Pemahaman Guru PAUD tentang APE .. 57

4. Hasil Wawancara………. 59

5. Soal Tes dan Kunci Jawaban ... 61

6. Foto Hasil Wawancara………. 64

7. Uji Validitas……….……… 65

8. Surat Izin Penelitian ……… 74


(8)

PEMAHAMAN GURU PAUD TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DALAM PROSES PEMBELAJARAN

ANAK USIA DINI DI KECAMATAN TANJUNGKARANG BARAT

TAHUN 2015

Oleh Cindy Giti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis-jenis APE ... 11

2. Kisi-kisi instrument ... 30

3. Kategori pemahaman guru……….. 32

4. Persentase Pemahaman Guru tentang Konsep APE... 33

5. Persentase Pemahaman Guru tentang Jenis APE ... 33

6. Persentase Pemahaman Guru tentang Ciri-Ciri APE ... 34

7. Persentase Pemahaman Guru tentang Manfaat APE ... 34

8. Persentase Pemahaman Guru tentang Jenis Bahan APE... 35

9. Persentase Pemahaman Guru tentang Kriteria Pembuatan APE... 36

10.Persentase Pemahaman Guru tentang Kegunaan APE dalam Proses Pembelajaran ... 36

11.Persentase Pemahaman Guru tentang Evaluasi Penggunaan APE ... 37


(10)

(11)

MOTTO

“Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh.

Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.

Jangan takut salah, karena dengan kesalahan pertama kita dapat menambah

pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.”

(Buya Hamka)

“Where there is love, there is life.”

(Mahatma Gandhi)

“Jangan hidup seperti kartu mati yang tidak bisa berbuat apa-apa”


(12)

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim Ku persembahkan karyaku ini kepada :

Bapak Drs. Sugiyanto, M.Pd dan Ibu Fery Rustati,S.Pd

Seluruh guru dan dosen yang pernah mengajariku dari SD hingga Universitas

Semua sahabat terbaik yang pernah ada


(14)

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Cindy Giti dilahirkan di Bandar lampung, pada tanggal 14 Mei 1993. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Sugiyanto, M.Pd dan Ibu Fery Rustati, S.Pd. Penulis mengawali pendidikan formal pada. Tahun 1998 di TK Al-Azhar Bandar Lampung. Kemudian melanjutkan pendidikan di SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung Tahun 1999 sampai Tahun 2005, selanjutnya pada Tahun 2005 sampai Tahun 2008 penulis melnjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung dan diselesaikan pada Tahun 2011. Pada Tahun yang sama penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini.

Pada Tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Lintik, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di TK Aisyiyah Lintik, Kabupaten Pesisir Barat


(16)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Allhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemahaman Guru PAUD tentang

Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Proses Pembelajaran di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 3. Ibu Ari Sofia, S.Psi, M.A.Psi selaku Ketua Program Studi PG-PAUD. 4. Ibu Dra.Sasmiati,M.Hum. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

I atas kesediaannya memberikan bimbingan, waktu, motivasi, saran dan kritik selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini agar lebih baik.

5. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberi motivasi,bimbingan, saran dan kritik selama menyelesaikan penyusunan skiripsi ini agar lebih baik. 6. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd selaku pembahas atas saran dan kritik yang


(17)

7. Bapak/Ibu Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Tanjung Karang Barat atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

8. Bapak/Ibu dosen serta staf Jurusan Ilmu Pendidikan.

9. Orang tuaku Drs. Sugiyanto, M.Pd dan Fery Rustati, S.Pd yang senantiasa tiada lelah memberikan dukungan selama pembuatan skripsi ini.

10.Kakak ku Dicky Dikara Ranandi, S.A.B

11.Bripda Hariyanto, S.H yang selalu memberi semangat dari awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.

12.Teman-teman PG-PAUD angkatan I (Morgi Dayana, Destila Permata Fury, Ratna Handayani Fikri, Qurotu Aini, dan lainnya).

13.Teman-teman KKN Pekon Lintik, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, 17 Agustus 2015 Penulis,


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan dari sejak anak lahir hingga anak berusia delapan tahun. Pemberian pendidikan sejak dini dimaksudkan untuk memberikan wadah bagi anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal I Ayat I dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan anak usia dini memegang peranan penting bagi kesiapan pendidikan anak dimasa yang akan datang, karena pada masa inilah seluruh aspek perkembangan anak akan berkembang. Dimana pada masa

golden age ini anak senang bermain dan pada masa ini pula anak lebih banyak menyerap pengetahuan yang diberikan sehingga akan memberikan dampak baik dikemudian hari. Taman Kanak-kanak (TK) merupakan wahana penting bagi pendidikan anak usia dini sebelum memasuki pendidikan selanjutnya. Dalam Kepmendikbud No. 0486/U/1992 BAB II Pasal 3 Ayat 1 dinyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan TK adalah


(19)

2

membantu meletakan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Menciptakan pendidikan yang bermutu diperlukan guru yang memahami kebutuhan anak usia dini untuk mencapai tingkat pencapaian perkembangan yang sesuai dengan usianya. Disamping guru yang bermutu, diperlukan pula pembelajaran yang menarik bagi anak melalui benda-benda yang hadir secara kongkrit ditengah-tengah anak.

Hal tersebut dipertegas oleh Nuraini (2009:59) yang menyatakan bahwa ”Anak berfikir melalui benda kongkrit. Anak lebih mengingat suatu benda-benda yang dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan memori”, serta diperkuat dengan teori Piaget dalam Nuraini (2009:156) yang mengemukakan periode praoprasional kongkrit “Pada fase operasional kongkrit kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara kongkrit”.

Oleh sebab itu penggunaan media yang kongkrit dalam setiap proses pembelajaran akan menciptakan iklim pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Hal tersebut sesuai dengan salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini yakni menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar serta menggunakan berbagai media edukatif.


(20)

3

Merujuk pada observasi yang dilakukan peneliti di salah satu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang ada di Kecamatan Tanjungkarang Barat ditemukan permasalahan pokok yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini yaitu kenyataan yang dihadapi di lapangan, guru belum menerpkan penggunaan media ataupun Alat Permainan Edukatif (APE) disetiap proses pembelajaran. Hal tersebut menjadikan pembelajaran lebih bersifat akademistis dan tidak dilakukan seraya bermain, dengan mengedepankan membaca, menulis dan berhitung untuk mempersiapkan anak menuju jenjang sekolah dasar. Setiap hari anak disodorkan untuk menulis salah satu angka, huruf bahkan kata.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan alat permainan edukatif digunakan hanya setelah anak selesai belajar atau sebelum anak belajar, adapun alat permainan edukatif yang lebih banyak tersedia dan digunakan hanya alat permainan edukatif yang berada di luar ruangan, sedangkan alat permainan edukatif yang berada di dalam ruangan sangat minim, sehingga dalam proses pembelajaran guru tidak menggunakan APE dan hanya menggunakan media papan tulis dan spidol untuk memberi contoh huruf atau kata yang akan ditulis. Proses pembelajaran yang peneliti observasi pada saat prapenelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengadakan

penelitian lebih jauh dengan mengambil judul penelitian “Pemahaman


(21)

4

Pembelajaran anak usia dini di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran belum dilakukan melalui pendekatan bermain. 2. Penggunaan media pembelajaran yang masih besifat abstrak.

3. Proses pembelajaran masih bersifat akademis, yang menekankan pada membaca, menulis dan berhitung.

4. Kurangnya penggunaan APE dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi masalah yaitu pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi di atas, maka rumusan masalah yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015?


(22)

5

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015.

F. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

1. Secara Teoritik

Secara teoritik hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan disiplin ilmu pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.

2. Secara Praktis

Manfaat secara praktis dari hasil penelitian:

a. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan kepada guru untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai salah satu sarana belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran dan disukai oleh anak.

b. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah untuk mengikutsertakan guru-guru dalam setiap pelatihan tentang pendidikan anak usia dini.


(23)

6

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan anak usia dini serta dapat dikembangkan lebih luas oleh peneliti selanjutnya.

d. Dinas Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk dinas pendidikan setingkat Kecamatan Tanjungkarang Barat untuk terus mengadakan pelatihan untuk guru, khususnya tentang Alat Permainan Edukatif (APE).

e. Akademisi/Dosen

Hasil penelitian ini diharapkan juga sebagai bahan masukan untuk para akademisi/dosen terkait sebagai fasilitator untuk memberikan pelatihan atau seminar edukasi khususnya tentang Alat Permainan Edukatif (APE.


(24)

7

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Pemahaman Guru

Memberikan pengalaman belajar bagi anak adalah kewajiban setiap guru. Bahri (2010:31) menyatakan bahwa guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Menurut pasal 1 UU no 14 Tahun 2015 tentang guru dan dosen disebutkan: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan pendidikan menengah.

Untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini tentu diperlukan guru yang kompeten dibidangnya, yang memiliki pemahaman tentang anak usia dini itu sendiri, pemahaman tentang prinsip-prinsip anak usia dini, karakteristik anak usia dini.

Berbicara tentang pemahaman guru, kata “pemahaman” dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memilik arti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.

Menurut Sudijono (2005:50) : Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan sesorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sudut. Seorang guru dikatakan memahami sesuatu apabila ia memberikan penjelasan atau


(25)

8

memberikan uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Senada dengan pendapat di atas, Menurut Daryanto (2008:106) : Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pemahaman, dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru merupakan satu kesatuan antara proses, perbuatan serta cara memahami guru dalam menyampaikan suatu bahan ajar dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan kata lain, pemahaman guru tentang APE merupakan suatu kemampuan seorang guru untuk memahami dan mengerti APE dari mulai merancang hingga mengaplikasikan APE ke dalam proses pembelajaran.

2. Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)

Menurut pandangan teori Piaget dalam Nuraini (2009:179) berpandangan bahwa “ketika anak bermain, anak melakukan sesuatu perbuatan dan dengan melakukan itulah anak mendapatkan pengetahuan yang baru”.

Senada dengan Piaget, Brunner dalam Tedjasaputra (2003:10)

menyatakan bahwa “dalam bermain, yang lebih penting bagi anak

adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya”. Dari beberapa


(26)

9

sarana yang menyenangkan bagi anak dalam proses pembelajaran, karena anak dapat terlibat aktif dengan media atau alat yang guru ciptakan untuk menunjang proses pembelajaran. Media atau alat pembelajaran yang digunakan guru selayaknya menggunakan benda kongkrit dan dilakukan melalui bermain, sehingga pada saat proses belajar sedang berlangsung anak tidak merasa bahwa dirinya sedang belajar, yang mereka sadari adalah mereka sedang bermain dengan suatu benda.

Rusman dalam Fadillah (2012:206) menyatakan bahwa media adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran”.

APE merupakan salah satu alat atau media yang dapat membatu guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan disenangi oleh anak. Dengan bentuk atau warna yang mencolok, anak akan memiliki rasa penasaran terhadap suatu benda yang kita sebut APE.

Menurut Sugianto dalam Zaman (2007: 63) APE adalah ”permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan”. Senada dengan pendapat di atas, Aqib (2011: 65) menyatakan bahwa alat permainan edukatif adalah “segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak”.


(27)

10

Dari beberapa pendapat tentang pengertian APE di atas dapat disimpulkan bahwa APE merupakan alat atau media pembelajaran yang digunakan oleh anak sebagai sarana proses pembelajaran yang memiliki nilai edukasi untuk anak, karena pada pelaksanaannya APE digunakan secara terarah sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi anak.

3. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif (APE)

APE memiliki berbagai jenis bahan dan untuk berbagai macam perkembangan yang ada pada anak usia dini, dilihat dari jenis bahannya, alat permainan edukatif ada yang berbahan plastic, kayu, ada pula alat permainan edukatif yang berbahan pasir ataupun kekayaan alam sekitar seperti daun, ranting dan lainnya. Berbagai jenis-jenis alat permainan edukatif yang sering kita temui alat permainan edukatif memiliki berbagai jenis dan warna-warna menarik yang disukai oleh anak.

Selain itu alat permainan edukatif haruslah diberikan sesuai dengan usia. Misalnnya pada usia dua sampai tiga tahun kita dapat memberikan alat permainan edukatif seperti kuda-kudaan, boneka atau binatang-binatang terbaut dari kain. Jenis alat permainan tersebut cocok untuk usia dua sampai tiga tahun akan tetapi kurang cocok digunakan untuk anak usia lima-enam tahun karena tingkat pencapaian yang akan dicapai berbeda. Oleh karena itu pemberian jenia alat permainan edukatif perlu


(28)

11

memperhatikan usia, tingkat perkembangan anak dan stimulasi apa yang harus diberikan.

Berikut ini adalah jenis-jenis berdasarkan usia dan perkembangan anak:

Table 1. Jenis-Jenis APE No Anak

Usia

Perkembangan Anak Simulasi yang harus diberikan

1. 5-6 Tahun

a. Mulai tumbuh rasa pecaya diri dan merasa mampu mengerjakan sesuatu b. Minat dan motivasi belajar

semakin meningkat. c. Rasa bertanggung jawab

semakin meningkat. d. Senang mengunjungi

rumah temannya e. Lebih mandiri.

f. Rasa humornya semakin berkembang.

g. Senang bermain dengan huruf.

h. Mengenal banyak warna. i. Memiliki kosakata kurang

lebih 2000 kata.

j. Mulai menggabungkan dari fantasi ke realita. k. Mampu menggunakan

kata sulit.

a. Permainan dengan

mengunting-gunting

b. Buku-buku cerita. c. Boneka jari atau

sejenisnya.

d. Kartu angka, huruf, atau kartu warna.

e. Permainan dengan mencocok dan lain-lain

f. Permainan yang membentuk dan mencetak.

g. Permainan yang membtuhkan persaingan.

Dikutip dari Aqib (2011:80).

Dilihat dari usia perkembangannya, jenis-jenis APE di atas merupakan jenis APE untuk anak TK, di mana dari jenis-jenis APE tersebut, guru dapat mengembangan pembelajaran menggunakan media atau APE yang berfariatif dan secara bersamaan merangsang lima aspek perkembangan pada anak. Dari tiap stimulasi yang diberikan guru, guru dapat mengembangkan atau menciptakan beberapa APE disetiap


(29)

12

proses pembelajaran. Dari berbagai jenis APE dan stimulasi yang dapat diberikan oleh guru, berikut ini adalah contoh alat permainan ciptaan Montessori dalam Tedjasaputra (2003:87):

a. Alat timbangan.

b. Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran. c. Tongkat-tongkat desimeter, meter.

d. Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik halus.

e. Bentuk-bentuk segi-tiga, empat, enam, yang dipecah-pecah. f. Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola. g. Bujur telur, limas, dsb.

Dari contoh alat permainan yang diciptakan oleh Montessori, banyak permainan yang dapat dicitakan guru, contohnya ketika guru akan mengenalkan aneka bentuk kepada anak, guru dapat membuat media atau APE dari benda-benda yang sering anak jumpai seperti kotak susu, botol susu dan sebagainya, dan mengajak anak lomba estafet. Ketika guru member aba-aba untuk anak mengambil benda berbentuk kotak anak akan berlari mengambil benda berbentuk kotak dengan dikemas sedemikian rupa dengan warna-warna yang disukai anak, sehingga anak tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang guru berikan sehingga dari suatu pembelajaran guru sudah dapat mengemangkan berbagai aspek perkembangan anak.

Sedangkan di bawah ini merupakan jenis APE berdasarkan tempatnya, yakni di dalam kelas dan diluar kelas. Menurut Badru Zaman (2007: 6.18) terdapat dua kategori APE yaitu:

a. Kategori APE diluar ruangan yakni APE yang dimainkan anak untuk bermain bebas sehingga memerlukan tempat yang luas dan lapang. Contohnya seperti tangga pelangi, jungkitan, ayunan, papan luncur dan lain-lain.


(30)

13

b. Kategori APE di dalam ruangan adalah APE jenis manipulatif yakni APE yang dapat dimainkan anak dengan diletakkan di atas meja, dapat dibongkar pasang, dijinjing dan lain-lain Contohnya seperti puzzle, balok bangunan, kotak pos, boneka dan lain-lain.

Berdasarkan jenis APE berdasarkan tempatnya, seringkali kita tidak menyadari bahwa permainan di luar ruangan juga merupakan alat permainan edukatif yang menjadikan anak bebas untuk berekspesi saat bermain, memiliki keluasan untuk anak bergerak secara aktif serta dapat mengasah keberanian anak dengan permainan-permainan yang membutuhkan keseimbangan tubuh di tempat yang sedikit tinggi seperti papan titian dan jungkat jungkit.

4. Ciri-ciri Alat Permainan Edukatif (APE)

Perminan edukatif untuk anak harus memiliki standar yang baik untuk keamanan serta kesehatan anak. Setiap alat permainan edukatif memiliki fungsi multi, maksudnnya dapat digunakan utnuk mengembangkan beberapa aspek perkembangan anak.

Penggunaan APE sangat bermanfaat untuk anak, karena pada penggunaanya APE digunakan seraya bermain, oleh karena itu anak akan merasa relax saat mendapatkan pengetahuan yang ia bangun sendiri melalui bermain atau pun melalui transfer ilmu yang dilakukan oleh guru.

Tedjasaputra (2003:81) menyatakan bahwa APE memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


(31)

14

1. Dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan dengan berbagai macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam bentuk.

2. Ditujukan terutama untuk anak-anak usia pra sekolah dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak.

3. Segi keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaan cat.

4. Membuat anak terlibat secara aktif. 5. Sifatnya konstruktif.

Senada dengan ciri-ciri di atas, Aqib (2011:66) persyaratan APE adalah sebagai berikut:

1. Mengandung nilai pendidikan.

2. Aman atau tidak berbahaya bagi anak. 3. Menarik dilihat dari warna dan bentuknya. 4. Sesuai minat dan taraf pekembangan anak. 5. Sederhana, murah, dan mudah diperoleh.

6. Awet, tidak mudah rusak, dan mudah pemeliharaannya. 7. Ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak.

8. Berfungsi mengembangkan kemampuan anak

Dari beberapa ciri-ciri dan persyaratan di atas dapat disimpulkan bahwa APE dalam penggunaannya untuk anak usia dini harus mengandung nilai edukasi yang dapat mengembngkan seluruh aspek pada diri anak seperti aspek nilai moral agama, bahasa, kognitif, motorik serta social emosional.

Dari segi bentuk APE tidak boleh berbahaya untuk anak seperti ujung-ujung siku yang tajam serta menggunakan cat khusus yang tidak berbahaya bagi anak. Dari segi pembuatan APE haruslah mudah dalam proses pembuatannya serta dapat digunakan berkali-kali sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. APE yang digunakan guru pun harus memiliki fleksibilitas dalam penggunaannya, maksudnya APE tersebut bukan


(32)

15

hanya dapat dipakain di suatu tema, melainkan dapat dipakai di tema yang lainnya.

5. Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE)

Setelah melihat pengertian, jenis, serta ciri-ciri alat permainan edukatif, tentu saja APE memiliki manfaat dalam proses pembelajaran, tidak hanya untuk anak, alat permainan edukatif juga bemanfaat membantu guru dalam menunjang proses pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan dari pembelajaran. Alat permainan edukatif memiliki beberapa manfaat, seperti yang dikemukakan oleh Ariesta (2009:2) menyatakan bahwa manfaat alat permainan edukatif diantaranya adalah

a. Mengaktifkan alat indera secara kombinasi sehingga dapat meningkatkan daya serap dan daya ingat anak didik.

b. Mengandung kesesuaian dengan kebutuhan aspek perkembangan, kemampuan dan usia anak didik sehingga tercapai indicator kemampuan yang harus dimiliki anak.

c. Memiliki kemudahan dalam penggunaan bagi anak sehingga labih mudah terjadi interaksi, memperkuat tingkat pemahaman dan mengembangkan daya ingat anak.

d. Membangkitkan minat sehingga mendorong anak untuk memainkannya.

e. Memiliki nilai efisiensi sehingga mudah dalam pengadaan dan penggunaannya.

Selain memiliki manfaat, alat permainan edukatif juga memiliki beberapa fungsi yang ditujukan untuk anak usia dini. Menurut Zaman (2007: 7.15) terdapat beberapa fungsi penggunaan Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif di TK yaitu:

1. Membantu dan mendukung proses pembelajaran anak TK agar lebih baik, menarik dan jelas.


(33)

16

3. Memberi kesempatan pada anak TK memperoleh pengetahuan baru dan memperkaya pengalamannya dengan berbagai alat permainan.

4. Memberi kesempatan pada anak TK untuk mengenal lingkungan dan mengajarkan pada anak untuk mengetahui kekuatan dirinya. Dari pendapat yang dikemukakan di atas tentang manfaat penggunaan APE, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan APE dalam proses pembelajaran anak dapat belajar dan menambah wawasan ilmu yang didapatkannya melalui pengalaman yang real dengan menggunakan APE atau media permainan yang kreatif dan inovatif sehingga anak belajar berdasarkan kebutuhannya.

Sehingga pemahaman guru tentang APE sangat berpengaruh pada penggunaan APE dalam proses pembelajaran, karena guru yang paham tentang APE akan menggunakan APE, karena APE merupakan media atau alat yang dapat menunjang proses pembelajaran dimana akan banyak manfaat yang terlihat dari penggunaan APE. APE yang diciptakan oleh guru merupakan alat yang dapat langsung digunakan anak dan dilaksanakan seraya bermain .

6. Produksi Alat Permainan Edukatif (APE)

Menciptakan alat permainan edukatif adalah tuntutan bagi setiap guru, guru yang akan menciptakan APE haruslah memiliki daya kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan APE yang sudah ada menjadi APE yang lebih menarik. Untuk memproduksi APE, guru hendaknya harus memperhatikan syarat-syarat dari pembuatan APE. Zaman (2007:6.22) menyatakan ada tiga syarat untuk menciptakan APE, yakni :


(34)

17

a. Syarat Edukatif

a. Pembuatan APE disesuaikan dan dengan memperhatikan program kegiatan pembelajaran atau kurikulum yang berlaku. b. Pembuatan APE disesuaikan dengan proses pembelajaran. b. Syarat Teknis

a. APE dirancang sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. b. APE sebaiknya multiguna agar banyak aspek perkembangan

anak yang ditingkat.

c. APE dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekas/sisa. d. APE hendaklah aman tidak mengandung unsur-unsur yang

membahayakan anak seperti tajam dan beracun. e. APE hendaknya awet, kuat dan tahan lama.

f. APE hendaknya mudah digunakan, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.

g. APE hendaknya dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.

c. Syarat Estetika

a. Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak).

b. Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil).

c. Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.

Dari syarat yang dikemukakan di atas, produksi APE haruslah melihat syarat-syarat yang dikemukakan di atas untuk menghasilkan APE yang sesuai dengan kebutuhan anak serta disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Namun, sebelum pembuatan APE dilaksanakan, ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti tahap menyiapkan bahan, menyiapkan alat, membuat sktesa, lalu barulah proses pembuatan dimulai.

Pemilihan bahan tidaklah mudah, karena tidak semua aman untuk digunakan anak seperti penggunaan pewarna cat, ataupun penggunaan lem, semua harus berstandar untuk anak usia dini. Selain penggunaan bahan modern, penggunaan bahan tradisional atau bekas pun merupakan APE pula. Seperti bahan-bahan bekas yang sudah tidak terpakai seperti kaleng, kayu, dan lainnya. Namun pada penggunaan


(35)

18

barang bekas kebersihan dan keamanan harus menjadi tolak ukur yang utama, karena bahan-bahan bekas haru sudah bebas dari sudut-sudut yang tajam serta tidak lagi menggandung cairan atau zat yang berbahaya untuk anak.

Produksi alat permainan edukatif hendaknya dibebaskan kepada anak. Tidak terpaku oleh apa yang diharuskan guru, hal tersebut berguna untuk mengembangkan potensi kreativitas dari anak tersebut. Dalam pemilihan ukuran APE yang akan dibuat haruslah sesuai dengan ukuran badan anak serta tangan anak, karena APE akan langsung disentuh anak, sehingga kalau APE terlalu besar dan tidak mdah terjangkau oleh tangan anak penggunananya menjadi kurang efisien.

7. Pembelajaran Anak Usia Dini

Di dalam kegiatan pembelajaran, ada kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak dan ada kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme dalam Sardiman (2014:37) dinyatakan bahwa ”belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk mengkontruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain”.

Sedangkan menurut Trianto (2010:17) pembelajaran adalah aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta


(36)

19

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Oleh sebab itu Taman Kanak-kanak (TK) merupakan wahana bagi anak untuk menyalurkan segala aktivitas fisik maupun kognitif untuk membentuk sikap serta keterampilan guna melanjutkan pendidikan dijenjang selanjutnya, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan di TK haruslah mempertimbangkan hakikat, prinsip serta asas pembelajaran anak usia dini sehingga tujuan pendidikan yang akan dicapai akan lebih optimal. Dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini guru memegang peranan yang sangat penting dalam keterlaksanaan pembelajaran.

8. Pendekatan Pembelajaran Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia nol sampai delapan tahun. Pada rentang usia tersebut merupakan usia bermain bagi anak, agar bermain dapat beriringan dngan belajar, maka pembelajaran yang diberikan guru harus melalui kegiatan bermain agar anak tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran. Memberikan kesempatan anak untuk bermain berarti kita sebagai pendidik memberikan kesempatan untuk anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar maupun orang yang ada di sekitarnya.

Isjoni (2011:61) menyatakan bahwa “orientasi belajar anak usia

dini bukan terfokus pada mengejar prestasi, seperti kemampuan membaca, menulis berhitung dan penguasaan pengetahuan lain yang sifatnya akademis. Namun orientasi belajarnya lebih


(37)

20

diarahkan pada mengembangkan pribadi, seperti sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak”.

Oleh sebab itu dalam pembelajaran anak usia dini memerlukan pendekatan-pendekatan dalam belajar, salah satunya adalah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Dari salah satu pendekatan di atas, guru harus mempu menciptakan suatu pembelajaran yang dapat mencakup seluruh criteria dari PAIKEM, di mana anak tidak menyadari bahwa mereka sedang belajar, yang mereka rasakan adalah mereka sedang bermain.

Berikut ini merupakan cii-ciri PAIKEM menurut Isjoni (2011:67):

a. Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan.

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan membangkitkan semangat, lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran menarik, menyenangkan dan sesuai dengan dunia anak didik. c. Guru mengatur kelas yang dapat membuat anak betah dan

kerasan untuk berlama-lama didalamnya.

d. Guru menerapkan pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk di dalamnya pembelajaran kelompok.

e. Guru mendorong anak didik untuk menemukan pemecahan masalah untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan dalam menciptakan lingkungan sekolah.

Senada dengan pendapat di atas. Aqib (2011:39) menjelaskan bahwa pembelajaran didasarkan atas pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

1. Berorientasi pada kebutuhan anak. 2. Belajar melalui bermain.

3. Kreatif dan inovatif.

4. Lingkungan yang kondusif.

5. Menggunakan pembelajaran terpadu. 6. Mengembangkan keterampilan hidup.

7. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar.

8. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak.


(38)

21

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran untuk anak usia dini haruslah mengacu pada kebutuhan anak didik, serta media pembelajaran yang bervariatif dan inovatif, serta mengacu kepada hakikat pembelajaran anak usia dini, salah satunya adalah PAIKEM, dimana jika guru menggunakan pendekatan ini guru dapat dengan mudah mentransfer ilmu yang akan diberikan, karena dalam pelaksanaannya melalui bermain anak akan senang dan tertarik disetiap kegiatan, guru dapat menggunakan alat bantu untuk kelancaran pembelajaran seperti APE yang dapat menunjang pembelajaran secara optimal.

9. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Dalam pembelajaran anak usia dini, diperlukan prinsip-prinsip pembelajaran di dalamnya. Seperti yang dikemukakan oleh Nuraini (2009:59) bahwa prinsip pembelajaran untuk anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Anak sebagai pembelajar aktif.

Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan meenghasilkan pembelajaran yang aktif.

2. Anak belajar melalui sensori dan panca indera.

Pandangan dasar Montessori yang meyakini bahwa panca indera adalah pintu gerbang masuknnya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia.

3. Anak membangun pengetahuannya sendiri.

Konsep ini diberikan agar anak dirangsang untuk menambah pengetahuan yang telah diberikan melalui materi-materi yang disampaikan guru dngan caranya sendiri.

4. Anak berfikir melalui benda kongkrit.

Anak lebih mengingat suatu benda-benda yang dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan memory.


(39)

22

Alam sebagai sarana pembelajaran. Hal ini didasarkan pada beberapa teori pembelajaran yang menjadikan alam sebagai sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan alam dalam membangun pengetahuannya.

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran untuk anak usia dini haruslah mengacu kepada prinsip pembelajaran anak, karena jika mengacu kepada prinsip tersebut anak akan terlibat secara aktif dan guru pun memberikan pembelajaran melalui benda kongkrit sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri.

10.Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak metode-metode yang berkembang untuk pembelajaran anak usia dini, seperti metode bermain, metode karyawisata serta metode lainnya. Metode-metode tersebut dapat digunakan guru demi menunjang kelangsungan pembelajaran yang terjadi. Salah satunya adalah metode bermain. Metode bermain memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh anak. Menurut Frank dan Caplan dalam Isjoni (2011:97) mengemukakan empat belas nilai bermain bagi anak, yakni:

1. Bermain membantu pertumbuhan anak.

2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela. 3. Bermain memberikan kebebasan anak untuk bertindak. 4. Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai. 5. Bermain mempunnyai unsure berpetualang di dalamnya. 6. Bermain meletakan dasar pengembangan bahasa.

7. Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam hubungan antar pribadi.

8. Bermain memberikan kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.


(40)

23

10.Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu. 11.Bermain merupakan cara anak mempelajari pean orang

dewasa.

12.Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar. 13.Bermain menjernihkan pertimbangan anak. 14.Bermain dapat distruktur secara akademis.

Dengan demikian nilai bermain sangat bermakna bagi anak, apalagi kalau di Taman Kanak-kanak guru melakukan pembelajaran menggukan media dan dilaksanakan dengan metode bermain, hal ini akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta anak menjadi relax saat mengikuti pembelajaran, tanpa mereka sadari bahwa mereka sedang belajar, yang mereka sadari adalah mereka sedang bermain dengan gembira, karena pada dasarnya bermain memiliki banyak manfaat positif untuk perkembangan anak.

11.Evaluasi Pembelajaran

Setelah melakukan pembelajaran, guru haruslah melakukan evaluasi terhadap proses proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Arikunto (2006:11) menyatakan bahwa penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor yaitu factor guru, metod mengajar, kurikulum, sarana, dan system administrative.

Senada dengan pendapat di atas, Suchman dalam Arikunto dan Abdul (2008:1) memandang bahwa evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainnya tujuan.


(41)

24

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, evaluasi pembelajaran merupakan salah satu tugas guru di akhir pembelajaran untuk melihat sejauh mana pembelajaran mencapai suatu tujuan. Dalam pembelajaran anak usia dini guru dapat mengevaluasi sejauh mana pembelajaran yang telah dilaksanakan berhasil, ataukah penggunaan media yang kurang tepat, kurang menarik ataupun menggunakan metode yang kurang tepat. Evaluasi dilakukan guna memperbaiki proses pembelajaran di keesokan hari agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

B.Kerangka Berfikir

Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting, karena peran guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan guru yang memiliki kompetensi. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Pasal 10 ayat (1) dinyatakan bahwa kompetensi guru yang dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Mengacu pada salah satu sub kompetensi pedagogik dinyatakan bahwa merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.


(42)

25

Dengan demikian, pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan sebuah hal yang sangat penting, dengan memiliki pengetahuan tentang alat permainan edukatif, guru dapat merancang, mengkreasikan serta menggunakan alat permainan edukatif sebagai salah satu sumber belajar dengan menyesuaikan karakteristik anak sampai dengan pemilihan strategi pembelajaran sehingga seluruh aspek perkembangan anak dapat berkembang secara maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dalam bagan kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian

Pemahaman guru PAUD tentang APE dalam proses pembelajaran AUD

Indikator :

1. Pemahaman guru tentang hakikat APE 2. Pemahaman guru tentang produksi APE 3. Pemahaman guru tentang penggunaan APE


(43)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Arikunto (2000:310) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini akan mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan diseluruh Taman Kanak-Kanak yang ada di Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai bulan Mei 2015.

C. Populasi dan Teknik Sampling 1. Populasi

Menurut Sangadji (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek atau objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, populasi bisa berupa subjek maupun objek penelitian.


(44)

27

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru TK di Kecamatan Tanjungkarang Barat yang berjumlah 110 orang guru.

2. Teknik Sampling

Dalam sebuah penelitian, teknik sampling merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan adanya teknik sampling peneliti dapat dengan mudah menentukan sampel-sampel yang akan diteliti. Sugiarto (2001:4) menyatakan bahwa sampel adalah “sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang ada”.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling (Sampling Berimbang). Arikunto (2008:116) menyatakan bahwa “Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 persen atau 20-55 persen”.

Mengingat keterbatasan peneliti, maka sampel yang diambil hanya 40 persen dari jumlah populasi di setiap sekolah, sedangkan setelah mendapatkan jumlah sampel dari tiap sekolah, peneliti melakukan

random dalam memilih guru yang akan menjadi sampel penelitian dengan melakukan pengocokan nama guru, jumlah sampel akhir sebanyak 36 orang guru. (dapat dilihat pada lampiran 2).


(45)

28

D.Teknik Pengumpulan Data 1. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, yang digunakan sebagai alat ukur untuk mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Soal tes pada penelitian ini akan diberikan kepada guru sekolah taman kanak-kanak yang menjadi sampel dalam penelitian, untuk mendapatkan hasil data yang valid dan reliabilitas.

Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah jika pada pernyataan positif jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan pada jawaban salah diberi skor 0 (nol). Pada pernyataan negative jawaban benar diberi skor 0 (nol) dan jawaban salah diberi skor 1 (satu).

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang guru yang diperlukan dalam penelitian ini, serta foto dan video saat melakukan penelitian.

3. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan data yang tidak terungkap dalam soal tes seperti kendala yang dialami oleh guru dalam pembuatan serta penggunaan APE dalam proses pembelajaran anak usia dini.


(46)

29

E.Definisi Konseptual Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual Variabel

Pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini merupakan suatu pemahaman yang dimiliki guru PAUD dalam mengerti dan memahami alat permainan edukatif sebagai salah satu sumber belajar yang didalamnya mencakup kemampuan guru dalam menciptakan, mengkreasikan serta menggunakan alat permainan edukatif dalam setiap proses pembelajaran anak usia dini untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada diri anak.

2. Definisi Operasional Variabel

Pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini merupakan suatu pemahaman yang dimiliki guru dalam menciptakan, mengkreasikan serta menggunakan APE dalam setiap proses pembelajaran anak usia dini. Adapun indikator dari pemahaman guru PAUD tentang APE adalah sebagai berikut:

a) Pemahaman guru tentang hakikat APE b) Pemahaman guru tentang produksi APE

c) Pemahaman guru tentang penggunaan APE dalam proses pembelajaran

F. Kisi-Kisi Instrumen


(47)

30

Guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Tabel 2. Kisi-Kisi Instumen

Variabel Indikator Deskriptor Aspek yang dinilai No Item Soal Pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini

1. Pemahaman guru tentang hakikat APE

1.Konsep APE a.Pengertian APE b.Hakikat APE c.Tujuan APE

1 2 3 2.jenis-jenis APE

a. Jenis APE berdasarkan strukturnya

b. Jenis APE berdasarkan tempatnya

c. Jenis APE berdasarkan pembuatnya.

4 5 6 3.Ciri-ciri APE d.Kemudahan APE untuk

digunakan

e. Kesederhanaan bentuk APE f. Sifat APE

g.Modifikasi APE

7 8 9 10 4. Manfaat APE a. Pengembangan aspek

motorik

b. Pengembangan aspek kognitif

c. Pengembangan aspek bahasa d. Pengembangan aspek sosial

emosional

e. Pengembangan aspek nilai moral dan agama

f. Pengembangan kreativitas anak 11 12 13 14 15 16 2. Pemahaman

guru tentang produksi APE

5. Jenis bahan APE

a. Keamanan penggunaan bahan pembuat APE b. Variasi bahan pembuat APE

17 18 6. Kriteria

pembuatan APE

a. Syarat edukatif b. Syarat teknis c. Syarat estetika

19 20 21 3.Pemahaman

guru tentang penggunaan APE dalam proses

pembelajaran

7. Kegunaan APE dalam proses pembelajaran

a. APE bias digunakan oleh anak

b. APE sebagai prndorong minat bermain anak c. APE sebagai pendukung

proses pembelajaran 22 23 24 8. Evaluasi penggunaan APE

a. Kesesuaian penggunaan APE dengan tujuan pembelajaran b. Kesesuaian antara

penggunaan APE dengan evaluasi pembelajaran c. Kesesuaian penggunaan APE

dengan tema

25

26


(48)

31

G. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas terbagi menjadi beberapa bagian yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk (construk validity), validitas ukuran, validitas sejalan.

Penelitian ini menggunakan pengujian validitas yang dilakukan dengan cara pengujian validitas konstruk (uji ahli) dimana dapat dibantu dengan menggunakan instrumen penelitian yang sudah diuji oleh ahli. Instrument dalam penelitian ini sudah diuji oleh tiga dosen PG-PAUD yakni Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd, Nia Fatmawati, M.Pd dan Gian Fitriani, M.Pd

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian mempunyai keandalan sebagai alat ukur, diantaranya diukur melalui konsistensi hasil pengukuran yang telah divalidasi oleh ahlinya.

H.Analisis Data

Setelah butir soal tes dinyatakan reliable dan valid, kemudian soal tes diisi oleh guru yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh hasil yang akan menjadi sumber informasi. Kemudian hasil dari penelitian akan dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah guru yang menjawab dengan benar pada setiap


(49)

32

item soal tes yang nantinya akan didapatkan nilai rata-rata untuk setiap deskriptor.

Setelah mendapatkan nilai rata-rata dari setiap deskriptor, maka untuk melihat bagaimana pemahaman guru PAUD tentang APE peneliti membuat empat kategori yang akan memperjelas bagaimana pemahaman guru PAUD tentang APE menggunakan rumus interval menurut (Hadi, 2006: 178) yakni :

� =��−��

Keterangan : I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K= Kategori

Berikut adalah perhitungan empat kategori pemahaman guru PAUD tentang APE dalam proses pembelajaran anak usia dini.

� = 4− = 25

Maka, berikut ini merupakan tabel kategori yang menjadi acuan untuk mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Tabel 3. Kategori Pemahaman Guru

Interval Kategori

75,1-100 Sangat Paham

50,1-75,0 Paham

25,1-50,0 Belum Paham 0-25,0 Tidak Paham


(50)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: belum semua guru memiliki pemahaman yang baik tentang APE terlihat dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman guru tentang aspek ciri-ciri APE sangat paham. Untuk aspek tentang jenis APE, manfaat APE, jenis bahan pembuat APE, kriteria pembuat APE dan kegunaan APE dalam proses pembelajaran sudah paham. Sedangkan pemahaman guru tentang konsep APE dan evaluasi penggunaan APE belum paham.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dengan aktif mengikuti seminar atau pelatihan yang ada.

2. Bagi sekolah

Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi, mendukung dan mendorong seluruh guru untuk terus aktif mengkuti seminar dan pelatihan guna


(51)

51

mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan APE untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini.

3. Dinas pendidikan

Dinas pendidikan sebagai wadah untuk memfasilitasi akademisi/dosen untuk mengadakan dan memberikan seminar atau pelatihan tentang edukasi khususnya tentang APE agar pemahaman guru tentang APE lebih baik lagi.

4. Akademisi/Dosen

Akademisi/Dosen terkait hendaknya memberikan seminar atau pelatihan untuk guru khususnya tentang APE, karena dari hasil penelitian ini terlihat bahwa belum semua guru PAUD di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015 memiliki pemahaman yang baik tentang APE.


(52)

52

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, Riany.2009. Alat Permainan Edukatif Lingkungan Sekitar. Bandung. PT Sandriarta Sukses.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta. PT Bumi

Aksara

Arikunto dan Abdul.2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. Sinar Grafika Offset.

Aqib, Zainal. 2011. Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD. Bandung. Nuansa Indah.

Bahri Djamarah, Syaiful. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta. PT Rineka Cipta

Daryanto. 2008. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional beserta penjelasannya. Jakarta: balai pustaka.

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian& Teknik Penyusunan Skripsi. Garut. PT Rineka Cipta.

Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD, tinjauan teoritik & praktik. Jogjakarta. AR-RUZZ MEDIA.

Hadi, Sutrisno.2006.Metodologi Penelitian. Jogjakarta. Andi Ofset.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT Bumi Aksara Hanafiah dan suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung. PT Refika

Aditama.

Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung. Alfabeta

Noor, Juliansyah. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.


(53)

53

Nuraini, Yuliani. 2009. Konsep Dasar Paud. Anak Usia Dini. Jakarta. PT Indeks Tedjasaputra, Mayke S. 2003. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta.

Grasindo.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Sangadji, M Etta dan Ahophia. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta. CV Andi.

Sardiman. 2014. Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi.Bandung. Alfabeta.

Zaman, Badru dkk. 2007. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta. Penerbit Universitas Terbuka


(1)

G. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas terbagi menjadi beberapa bagian yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk (construk validity), validitas ukuran, validitas sejalan.

Penelitian ini menggunakan pengujian validitas yang dilakukan dengan cara pengujian validitas konstruk (uji ahli) dimana dapat dibantu dengan menggunakan instrumen penelitian yang sudah diuji oleh ahli. Instrument dalam penelitian ini sudah diuji oleh tiga dosen PG-PAUD yakni Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd, Nia Fatmawati, M.Pd dan Gian Fitriani, M.Pd

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian mempunyai keandalan sebagai alat ukur, diantaranya diukur melalui konsistensi hasil pengukuran yang telah divalidasi oleh ahlinya.

H.Analisis Data

Setelah butir soal tes dinyatakan reliable dan valid, kemudian soal tes diisi oleh guru yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh hasil yang akan menjadi sumber informasi. Kemudian hasil dari penelitian akan dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah guru yang menjawab dengan benar pada setiap


(2)

32

item soal tes yang nantinya akan didapatkan nilai rata-rata untuk setiap deskriptor.

Setelah mendapatkan nilai rata-rata dari setiap deskriptor, maka untuk melihat bagaimana pemahaman guru PAUD tentang APE peneliti membuat empat kategori yang akan memperjelas bagaimana pemahaman guru PAUD tentang APE menggunakan rumus interval menurut (Hadi, 2006: 178) yakni :

� =��−��

Keterangan : I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K= Kategori

Berikut adalah perhitungan empat kategori pemahaman guru PAUD tentang APE dalam proses pembelajaran anak usia dini.

� = 4− = 25

Maka, berikut ini merupakan tabel kategori yang menjadi acuan untuk mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Tabel 3. Kategori Pemahaman Guru

Interval Kategori

75,1-100 Sangat Paham

50,1-75,0 Paham

25,1-50,0 Belum Paham

0-25,0 Tidak Paham


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: belum semua guru memiliki pemahaman yang baik tentang APE terlihat dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman guru tentang aspek ciri-ciri APE sangat paham. Untuk aspek tentang jenis APE, manfaat APE, jenis bahan pembuat APE, kriteria pembuat APE dan kegunaan APE dalam proses pembelajaran sudah paham. Sedangkan pemahaman guru tentang konsep APE dan evaluasi penggunaan APE belum paham.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dengan aktif mengikuti seminar atau pelatihan yang ada.

2. Bagi sekolah

Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi, mendukung dan mendorong seluruh guru untuk terus aktif mengkuti seminar dan pelatihan guna


(4)

51

mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan APE untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini.

3. Dinas pendidikan

Dinas pendidikan sebagai wadah untuk memfasilitasi akademisi/dosen untuk mengadakan dan memberikan seminar atau pelatihan tentang edukasi khususnya tentang APE agar pemahaman guru tentang APE lebih baik lagi.

4. Akademisi/Dosen

Akademisi/Dosen terkait hendaknya memberikan seminar atau pelatihan untuk guru khususnya tentang APE, karena dari hasil penelitian ini terlihat bahwa belum semua guru PAUD di Kecamatan Tanjungkarang Barat Tahun 2015 memiliki pemahaman yang baik tentang APE.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, Riany.2009. Alat Permainan Edukatif Lingkungan Sekitar. Bandung. PT Sandriarta Sukses.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta. PT Bumi

Aksara

Arikunto dan Abdul.2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. Sinar Grafika Offset.

Aqib, Zainal. 2011. Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD. Bandung. Nuansa Indah.

Bahri Djamarah, Syaiful. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta. PT Rineka Cipta

Daryanto. 2008. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional beserta

penjelasannya. Jakarta: balai pustaka.

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian& Teknik Penyusunan Skripsi. Garut. PT Rineka Cipta.

Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD, tinjauan teoritik &

praktik. Jogjakarta. AR-RUZZ MEDIA.

Hadi, Sutrisno.2006.Metodologi Penelitian. Jogjakarta. Andi Ofset.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT Bumi Aksara Hanafiah dan suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung. PT Refika

Aditama.

Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung. Alfabeta

Noor, Juliansyah. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.


(6)

53

Nuraini, Yuliani. 2009. Konsep Dasar Paud. Anak Usia Dini. Jakarta. PT Indeks Tedjasaputra, Mayke S. 2003. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta.

Grasindo.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Sangadji, M Etta dan Ahophia. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta. CV Andi.

Sardiman. 2014. Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi.Bandung. Alfabeta.

Zaman, Badru dkk. 2007. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta. Penerbit Universitas Terbuka