Dengan demikian, pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif APE merupakan sebuah hal yang sangat penting, dengan
memiliki pengetahuan tentang alat permainan edukatif, guru dapat merancang, mengkreasikan serta menggunakan alat permainan edukatif
sebagai salah satu sumber belajar dengan menyesuaikan karakteristik anak sampai dengan pemilihan strategi pembelajaran sehingga seluruh
aspek perkembangan anak dapat berkembang secara maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dalam bagan kerangka berfikir sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian Pemahaman guru PAUD tentang APE dalam proses
pembelajaran AUD Indikator :
1. Pemahaman guru tentang hakikat APE
2. Pemahaman guru tentang produksi APE
3. Pemahaman guru tentang penggunaan APE
dalam proses pembelajaran
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Arikunto 2000:310 mengemukakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini akan
mendeskripsikan pemahaman guru PAUD tentang Alat Permainan Edukatif APE dalam proses pembelajaran anak usia dini di Kecamatan
Tanjungkarang Barat Tahun 2015.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan diseluruh Taman Kanak-Kanak yang ada di Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung. Penelitian
dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai bulan Mei 2015.
C. Populasi dan Teknik Sampling
1. Populasi
Menurut Sangadji 2010 populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: subyek atau objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan, populasi bisa berupa subjek maupun objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru TK di Kecamatan Tanjungkarang Barat yang berjumlah 110 orang guru.
2. Teknik Sampling
Dalam sebuah penelitian, teknik sampling merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan adanya teknik sampling peneliti dapat
dengan mudah menentukan sampel-sampel yang akan diteliti. Sugiarto 2001:4 menyatakan bahwa sampel adalah “sebagian dari populasi
yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan
populasi yang ada”.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling Sampling Berimbang.
Arikunto 2008:116 menyatakan bahwa “Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 persen atau 20-55 persen
”.
Mengingat keterbatasan peneliti, maka sampel yang diambil hanya 40 persen dari jumlah populasi di setiap sekolah, sedangkan setelah
mendapatkan jumlah sampel dari tiap sekolah, peneliti melakukan random dalam memilih guru yang akan menjadi sampel penelitian
dengan melakukan pengocokan nama guru, jumlah sampel akhir sebanyak 36 orang guru. dapat dilihat pada lampiran 2.