FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA USIA PRODUKTIF MELAKUKAN JUDI SABUNG AYAM DI DESA BANDAREJO KECAMATAN NATAR KABABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA USIA PRODUKTIF MELAKUKAN JUDI SABUNG AYAM

DI DESA BANDAREJO KECAMATAN NATAR KABABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh Feri Aprian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandar Rejo Kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan sampel yang berjumlah 65 orang responden dengan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan persentase.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa remaja usia produktif yang melakukan judi sabung ayam disebabkan oleh faktor keluarga yang tergolong kategori tinggi 84,61%, tergolong sedang 12,30%, dan tergolong rendah 3,07%. Yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam yang disebabkan oleh faktor pendidikan yang tergolong kategori tinggi 33,84%, tergolong sedang 53,84%, dan tergolong rendah 12,30%. Sedangkan yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam yang disebabkan oleh faktor lingkungan sosial yang tergolong tinggi 26,15%, tergolong sedang sebanyak 58,46%, dan yang tergolong kategori rendah sebesar 15,38%. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh faktor keluarga menempati posisi tertinggi disusul, faktor pendidikan dan lingkungan sosial pada remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam.


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA USIA PRODUKTIF MELAKUKAN JUDI SABUNG AYAM

DI DESA BANDAREJO KECAMATAN NATAR KABABUPATEN LAMPUNG SELATAN

( SKRIPSI)

Oleh Feri Aprian

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(3)

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Bagan Kerangka Pikir ... 33


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian ... 9

a. Kegunaan Secara Teoritis ... 9

b. Kegunaan Secara Praktis ... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 10

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 11

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ... 11

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 11

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 12

1. Tinjauan Tentang Remaja ... 12

2. Batasan Usia Remaja ... 14

3. Ciri-ciri Remaja ... 16


(6)

d. Perkembangan Peran Gender ... 22

e. Perkembangan moral Religi ... 22

5. Tinjauan Sabung Ayam ... 23

a. Pengertian Sabung Ayam ... 23

b. Pengertian Judi ... 23

6. Unsur-unsur Tindak Pidana Perjudian ... 25

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Remaja Usia Produktif Melakukan Judi Sabung Ayam ... 27

a. Faktor Lingkungan Keluarga ... 27

b. Faktor Pendidikan ... 29

c. Faktor Lingkungan Sosial ... 30

B. Kerangka Pikir ... 32

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Teknik Sampling ... 36

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 37

1. Variabel Penelitian ... 37

2. Definisi Operasional Variabel ... 37

D. Rencana Pengukuran Variabel ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Teknik Pokok ... 43

2. Teknik Penunjang ... 43

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 48

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 48

2. Penelitian Pendahuluan ... 49

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 50

4. Pelaksanaan Penelitian ... 50

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 52

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56

1. Sejarah Singkat Desa Bandarejo ... 56

2. Letak Administratif ... 57

3. Luas Wilayah dan Keadaan Penduduk Desa Bandarejo ... 58

C. Penyajian Data ... 58

1. Faktor Keluarga ... 60

2. Faktor Pendidikan ... 61


(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat keterangan penelitian dari PD I FKIP Unila 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian. 5. Angket Penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar remaja usia produktif berdasarkan jenis kelamin di

Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 4.2. Hasil uji coba angket tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam untuk item ganjil (X)

Tabel 4.3. Hasil uji coba angket tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam untuk item genap (Y)

Tabel 4.4 Tabel kerja antara item ganjil (X) dan item genap (Y) Tabel 4. 5. Data jumlah Penduduk Desa Bandarejo

Tabel 4. 6. Sarana dan prasarana pendidikan anak Tabel 4.7. Sarana dan prasarana peribadatan

Tabel 4.8. Jenis usaha yang ada di Desa Bandarejo Tabel 4. 9. Distribusi skor hasil angket keseluruhan item Tabel 4.10. Distribusi frekuensi faktor keluarga

Tabel 4.11. Distribusi frekuensi faktor pendidikan Tabel 4.12. Distribusi frekuensi faktor lingkungan sosial

Tabel 4.13. Distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam


(10)

(11)

MOTO

Hiduplah untuk sesuatu yang bermakna, untuk semua dan

dimanapun berada.


(12)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya kecil ini

sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

Kedua orang tua tercinta, Ayah dan Ibunda yang selalu memberikan

do’a dalam setiap sujudmu dan harapan di setiap tetes keringatmu

demi tercapainya cita, citra dan cintaku.


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bandarejo pada tanggal 18 April 1991. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara pasangan Bapak Agus Salim (Alm) dan Ibu Komariah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri I Bandarejo Yang di selesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar yang diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 3 Kota Metro yang di selesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2010, penulis diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


(14)

(15)

(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H. selaku pembimbing I dan Bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II serta penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(17)

5. Drs. Buchori Asyik, M.Si.. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.,. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan Universitas Lampung.

8. Bapak Kepala Desa Bandarejo yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Seluruh warga Desa Bandarejo yang yang bersedia menjadi responden pada penelitian yang penulis lakukan.

10.Para remaja di Desa Bandarejo yang telah membantu dalam penelitian penulis lakukan.

11.Kedua orang tua, Ayah dan Ibu tercinta atas keiklasan dan cinta kasih sayangnya, do’a dan motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan.

12.Kakakku tercinta, serta segenap keluarga besar penulis atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian, dan cinta kasih yang diberikan.

13.Teman-temanku seangkatan di Program Studi PPKn 2010, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih penulis ucapkan atas motivasi dan doanya.

14.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.


(18)

mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis


(19)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan betapa tidak, peran remaja dalam membangun bangsa ini, peran remaja dalam menegakkan keadilan, peran remaja yang menolak kekuasaan.

Seharusnya remaja dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran remaja sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda remaja kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

Bimbingan dan arahan terhadap remaja sangat diperlukan sebagai upaya agar remaja dapat memiliki kemandirian untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri. Kemampuan kemandirian seperti ini tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai.


(20)

Pencapaian kemandirian bagi remaja merupakan sesuatu hal yang tidak mudah. Sebab pada masa remaja terjadi pergerakan perkembangan psikososial dari arah lingkungan keluarga menuju lingkungan luar keluarga. Mereka berusaha melakukan pelepasan-pelepasan atas keterikatan yang selama ini dialami pada masa kanak-kanak. Dimana segalanya serba diatur dan ditentukan oleh orang tua. Pemutusan ikatan yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami bagi kedua belah pihak baik remaja maupun orang tua.

Menurut Carbollo (1978: 250) ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja untuk mencapai kemandirian, yaitu :

1. Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.

2. Menentukkan peran dan fungsi seksualnya yang adekwat dalam kebudayaan di mana ia berada.

3. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan.

4. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.

5. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.

6. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitannya dengan lingkungan.

Menghadapi tuntutan kemajuan zaman sekarang ini, maka remaja berbakat sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dituntut untuk lebih mandiri dan kreatif dalam mengembangkan kemampuannya. Anak berbakat memiliki kemandirian yang tinggi dan dapat mencapai apa yang dicita-citakannya.


(21)

Untuk menentukan pilihannya, remaja memerlukan tingkat kemandirian yang tinggi, dan memerlukan informasi guna merealisasikan pengetahuannya dalam membuat keputusan yang sesuai dengan minat dan keberbakatannya.

Lamb. 1996, Steinberg. 1993, mengemukakan tiga aspek kemandirian yaitu:

1. Emotional authonomy

Emotional authonomy yang mengacu kepada tidak melihat orang dewasa sebagai orang yang serba tahu, tidak bergantung pada orang dewasa, individuated dengan pertimbangan sendiri,

2. Behavioural authonomy

Behavioural authonomy perubahan kedekatan emosional, yaitu mampu membuat keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri, mencapai keputusan yang bebas, berfikir semakin abstrak.

3. Value authonomy

Value authonomy ditandai dengan mengemukakan pendapat benar-salah, penting dan tidak penting, keyakinan pada prinsip ideologi, keyakinan pada nilai-nilai sendiri.

Remaja yang memiliki kemandirian akan dapat menentukan pilihannya sendiri tanpa dibingungkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar dirinya, dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal ini berarti dengan memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam bidang vokasional remaja tidak akan bergantung pada orang lain. Mungkin mereka membutuhkan informasi dari orang lain, tetapi


(22)

sebagai pribadi mereka bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya. Sehingga mereka dapat mengambil peran dilingkungan masyarakat dengan baik.

Peran remaja sekarang ini sungguh sangat memprihatinkan, banyak remaja sekarang yang jarang bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar padahal dari remajalah timbunyal semangat yang dapat membuat sebuah bangsa menjadi besar. Kurangnya sosialisasi di masyarakat juga tidak lepas dari pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan di dalam keluarga sangatlah penting untuk membentuk karakter remaja yang selalu berfikir maju dan lebih baik. Dengan melakukan kegiatan–kegiatan positif didalam lingkungan masyarakatnya. Tetapi tidak sedikit remaja yang melakukan pelanggaran– pelanggaran yang meresahkan masyarakat. Kenakalan yang dilakukan oleh remaja misalnya pencurian, kekerasan penipuan, pemerasan, bahkan perjudian juga sering dilakukan oleh remaja.

Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum di dalam masyarakat yang dilakukan dikalangan remaja. Bukan hanya melanggar hukum semata akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat di mana ia hidup. Oleh karena itu kenakalan remaja juga menjadi salah satu problem sosial.

Perbuatan–perbuatan remaja tersebut terkadang pula menimbulkan gangguan terhadap keamanan, dan ketertiban masyarakat. Karena perbuatan anak–anak muda tersebut pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat, misalnya pencurian,


(23)

pembunuhan, penganiayaan, pemerasan, pemerkosaaan, penipuan, penggelapan, bahkan perjudian dapat dilakukan oleh remaja.

Hal tersebut juga terjadi di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan salah satunya kenakalan remaja yang di lakukan di desa tersebut yaitu melakukan judi sabung ayam, yang sebagian besar dari mereka masih berusia produktif yang seharusnya lebih bisa mengerjakan hal-hal yang lebih baik. Akan tetapi, remaja-remaja tersebut lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan mengurus ayam aduan serta melakukan judi sabung ayam. Judi sabung ayam yang mereka lakukan secara berkelompok dan bukan lagi ditempat-tempat yang tersembunyi akan tetapi, mereka melakukan hal tersebut diditempat-tempat yang dapat dilihat oleh khalayak umum sehingga menimbulkan keresahan masyarakat lingkungan sekitarnya.

Pada waktu penulis melakukan observasi di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang mayoritas bersuku jawa dan bermata pencaharian petani. Masyarakatnya berpendapatan berkisar Rp.600.000,-Rp. 900.00,. Banyak kegiatan–kegiatan remaja yang memiliki jiwa sosial tinggi terhadap masyarakat dimana ia tinggal. Misalnya kerja bakti (gotong royong), acara keagamaan, acara olahraga adapun karang taruna yang terkelola dengan baik. Tetapi penulis juga mendapatkan data lain bahwa banyak remaja berusia produktif melakukan kenakalan atau kegiatan yang negatif. Dalam hasil observasi pada tanggal 2 -5 Januari 2014 banyak remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam. Dari hasil observasi tersebut penulis mendapatkan data bahwa ada


(24)

59 remaja melakukan judi sabung ayam, baik sekedar hobi ataupun mencari uang didalam kegiatan sabung ayam tersebut.

Judi sabung ayam dilakukan di area perladangan dengan luas arena sabung ayam sekitar 4 X 5 meter. Dari setiap perjudian sabung ayam jumlah penjudi rata-rata jumlah 17 orang. Dan jumlah ayam aduan yang dibawa oleh penjudi atau yang akan diadu berjumlah 6 ekor ayam jantan, serta dengan jumlah uang taruhan Rp. 50.000,- perorang. Dari hasil dana yang dikumpulkan akan diberikan kepada pemenang.

Sularto (Kepala Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan) dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terungkap bahwa “Remaja desa Bandarejo ada yang melakukan sabung ayam dikarenakan mereka tidak ada kegiatan diluar waktu jam sekolah, dan tidak adanya lapangan kerja yang cocok untuk usia remaja mereka, dikarenakan sebagaian besar dari mereka juga masih pelajar sehingga mereka mengisi kekosongan waktu tersebut dengan melakukan sabung ayam. Dalam kegiatan tersebut tidak jarang juga remaja itu melakukan taruhan (perjudian)”.

Penulis juga melakukan wawancara dengan warga Desa Bandarejo lainya seperti dengan bapak Awaludin. Dalam hasil wawancara, Awaludin warga Desa Bandarejo yang berusia 30 tahun mengatakan “kenakalan remaja di sini (Desa Bandarejo) itu berawal dari kasih sayang orang tua yang kurang dan juga kondisi lingkungan masyarakatnya yang gemar melakukan sabung ayam”.


(25)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 5 Januari 2014, kepada Bapak Sularto dan Bapak Awaludin beserta 5 kepala keluarga yang memiliki remaja yang berusia produktif di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, diketahuai bahwa kehidupan keluarga yang sulit, tingkat pendidikan yang rendah, atau putus sekolah selain itu minimnya fasilitas– fasilitas umum yang ada di desa tersebut diantaranya lapangan pekerjaan, sehingga sebagian besar remaja menjadi pengangguran. Untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari mereka menjadi buruh tani, dan kuli bangunan dan sebagainya. Oleh kerena itu para remaja pada umumnya beralasan dengan melakukan sabung ayam dapat mengisi waktu kosong mereka dan dapat menghasilkan uang.

Mengingat remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan serta kader keluarga. remaja selalu diidentikan dengan perubahan, serta memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat dan negara, maka masalah ini harus segera diatasi salah satunya dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada remaja dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil suatu kebijakan dalam rangka membina dan menyelesaikan masalah remaja dengan baik.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai” Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam Di desa Bandarejo Kecamatan Natar Kababupaten Lampung Selatan”.


(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dan pengamatan yang penulis lakukan dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Banyaknya remaja yang berusia produktif melakukan Judi sabung ayam 2. Kehidupan ekonomi yang sulit, tidak mempunyai lahan pertanian, dan serta

tingkat pendapatan yang masih jauh untuk mencukupi untuk kelangsungan hidup sehari-hari.

3. Lingkungan yang kurang kondusif sehingga mempengaruhi perilaku remaja dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalahan pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.


(27)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Secara Teoritis

1. Meningkatkan wawasan ilmiah yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji partisipasi warga negara dalam memecahkan masalah sosial yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Menumbuhkan sikap positif bagi remaja terhadap hasil-hasil pembangunan nasional dan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan kewarganegaraan. 3. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangankan

konsep-konsep ilmu pendidikan yang berada dalam lingkup kajian pendidikan kewarganegaran yang mengkaji masalah hak dan kewajiban warganegara untuk mencapai hidup yang layak bagi kemanusiaan.

b. Kegunaan Secara Praktis

1. Menumbuhkan kesadaran bela negara, bahwa desa perlu dibangun dan sebagai suplemen mata pelajaran PPKn khususnya hakikat bangsa dan negara. 2. Sebagai informasi dan memberi masukan kepada pemerintah dalam hal ini dinas yang menangani masalah-masalah sosial untuk dapat mengambil suatu


(28)

kebijakan dan langkah-langkah untuk dapat mengatasi masalah yang ada tersebut.

3. Sebagai salah satu referensi atau sumber pustaka bagi semua Pihak yang akan melakukan penelitian lanjut, baik dari praktisi pendidikan maupun dari non pendidikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

F. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan, dalam wilayah kajian tentang hal partisipasi memecahkan masalah sosial yang ada pada kehidupan masyarakat dan negara, khususnya pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang mengkaji masalah Pendidikan generasi muda.

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan..


(29)

3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah para remaja yang berusia produktif di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

5. Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat Izin Penelitian Pendahuluan pada tanggal 09 Januari 2014 oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan keluarnya surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Bandarejo tanggal 04 Juli 2014.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Remaja

Remaja merupakan peristilahan dengan seperangkat arti yang majemuk. Remaja memiliki seperangkat nilai sebagai cerminan dan atribut yang diembannya. Perangkat nilai remaja diletakkan pada tanggung jawab remaja sebagai generasi penerus masa depan bangsa yang akan menentukan keberhasilan bangsa dan negara di masa depan.

Secara faktual, remaja dalam kehidupan sosial kemasyarakataan dapat diidentifikasikan berdasarkan rentang usia, ciri-ciri fisik dan psikologisnya, aktifitas dan peranan sosial ekonominya. Remaja bila dilihat dari aspek fisiknya, merupakan fase yang sedang dalam proses pertumbuhan dan kematangan fisik sehingga tercapai suatu kondisi yang makin mantap. Bila dilihat dari aspek psikologisnya ada beberapa ciri yang khas sebagi contohnya suka pada hal-hal yang bersifat baru, suka mencoba-coba, suka akan tantangan dan emosinya yang labil.

Remaja merupakan sosok individu yang dalam usia serba tanggung, antara dewasa dan antara anak-anak. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang semua itu dapat ditandai dan serta diketahui dari sikap yang labil


(31)

serta rasa keingintahuan yang besar mendorong remaja untuk mencari pengalaman yang baru walaupun terkadang semu dan terkadang pula diluar jalur, karena memang mudah untuk terpengaruh dan dipengaruhi. Hal ini dikemukakan oleh Fakhri Amin (Mahkota, 1994: 52).

Sosial-psikologik, Csikszentimihalyi & Larson dalam Sarlito Wirawan Sarwono (2005: 11) mendefinisikan bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yaitu masa penyempurnaan dari perkembangan tahap-tahap sebelumnya.

Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak – anak menuju ke arah dewasa. Di mana dapat diketahui masa remaja adalah masa yang dinilai sangat berbahaya, karena didalam periode ini, seseorang meninggalkan tahap kedewasaan yang dimana masa ini juga dapat dirasakan oleh para remaja sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Menurut Soerjono Soekanto (2000: 414)

WHO memberikan definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi secara lengkapnya definisi dari WHO ialah sebagai berikut Remaja adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi remaja.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.


(32)

Remaja menurut hukum dimana dinyatakan bahwa:

Berbagai undang-undang yang ada diberbagai negara didunia tidak dikenal istialah “remaja”. Di Indonesia sendiri konsep remaja tidak dikenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa. Dalam hukum perdata memberikan batas usia 21 tahun (atau kurang dari itu asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang. Disisi lain hukum pidana memberikan batasan 18 tahun sebagai usia dewasa (atau yang kurang dari itu tetapi sudah menikah). Sarlito Wirawan Sarwono (2005: 4-5)

Sedangkan remaja dibagi kedalam bentuk remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal berada pada usia 13-18 tahun, dan remaja akhir berada pada rentangan usia lebih dari 18-22 tahun. Andi Mappiare (1996: 27)

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah seseorang yang berada pada masa perkembangan dari perubahan fisik ataupun psikologi menuju dewasa, dimana pada masa remaja tersebut mengalami rasa keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang baru.

2. Batasan Usia Remaja

Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) mengenai batasan yang diberikan pada usia remaja adalah pada usia 10 sampai dengan usia 12 tahun.

Secara tinjauan psikologis yang ditujukan pada seluruh proses perkembangan remaja dengan batas usia 12 sampai dengan 22 tahun. Maka selanjutnya dari perkembangan kurun waktu dapat disimpulkan :

1. Masa pra remaja kurun waktunya sekitar 11 sampai dengan 13 tahun bagi wanita dan pria sekitar 12 sampai dengan 14 tahun.


(33)

2. Masa remaja awal sekitar 13 sampai dengan 17 tahun bagi wanita dan bagi pria antara umur 14 sampai dengan umur 17 tahun 6 bulan.

3. Masa remaja akhir sekitar 17 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan sedangkan bagi pria sekitar 17 tahun 6 bulan sampai dengan 22 tahun.

Y. Singgih D. Gunarso dan Singgih D. Ginarso (1978: 16)

Masa puber adalah masa tumpang tindih, karena mancangkup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun awal. Menurut Hurlock (1990: 184) Pembagiannya ialah sebagai berikut :

1. Tahap Prapuber untuk wanita 11 sampai dengan 13 tahun, untuk pria 14 sampai dengan 16 tahun.

2. Tahap puber untuk wanita 13 sampai dengan 17 tahun, dan untuk pria 14 sampai dengan 17 tahun 6 bulan.

3. Tahap Pasca Puber untuk wanita 17 sampai dengan 21 tahun dan untuk pria 17 tahun 6 bulan sampai dengan 21 tahun.

Menutut Sarlito Wirawan (1991: 98), batasan usia remaja berkisar antara 11 sampai 24 tahun dengan alasan bahwa:

1. Batas usia 24 tahun merupakan batas usia maksimal yaitu memberi peluang bagi mereka sampai usia tersebut masih menggantungkan diri kepada orang tua.

2. Dalam definisi tersebut status perkawinan sangat menentukan, oleh karena arti perkawinan masih sangat penting bagi masyarakat kita secara menyeluruh. Seseorang yang telah menikah pada usia berapapun dianggap


(34)

dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat, dan keluarga.

3. Banyak masyarakat Indonesia, pada usia 11 tahun dianggap akil baligh, baik adat, ataupun agama sehingga masyarakat tidak memperlakukan lagi. Sebagai anak-anak. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri (ego, identitas, menurut Ericson), tercapainya fase generasi dari perkembangan psikoseksual (menurut Freudd) dan serta puncak perkembangan kognitif (menurut Piaget) serta moral (kriteria psikologi). 4. Witherton dan Dadang Sulaiman (1995: 3) menggunakan istilah masa

adolesensi yang dibagi menjadi 2 (dua) fase yang di sebut : 1. Preadolescence, berkisar usia 12 sampai dengan 15 tahun 2. Late Adolescence, antara usia 15 sampai dengan 18 tahun.

3. Ciri-Ciri Remaja

Menurut Ginanjar Kartasasmita, mengidentifikasi karakteristik pemuda memiliki empat karakteristik, yaitu:

1. Memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang tinggi. Melalui peran-peran ini, bersama-sama masyarakat, remaja bangkit kesadarannya didalam memperjuangkan nasib bangsanya.

2. Memiliki wawasan dan visi yang luas dan jauh kedepan.sehingga remaja memiliki semangat dan orientasi yang jelas didalam menggagas masa depan khususnya dalam menghadapi tantangan dan peluang yang makin terbuka.


(35)

3. Memiliki rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan yang mendalam. 4. Memiliki keikhlasan dan keteguhan moral. Sebab masa depan bangsa akan

tegak berdiri yang dilandasi oleh ketegaran dan kekukuhan generasi mudanya.

Y. Singgih dan Singgih, (dalam Susilo 2009) menyebutkan ciri-ciri pada diri remaja adalah sebagai berikut :

1. Kegelisahan yaitu keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja, mereka banyak mempunyai keinginan yang tidak selalu dapat di penuhi. 2. Pertentangan dimana yang terjadi pada diri mereka menimbulkan

kebingungan baik pada diri remaja maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan pendapat dan petentangan pandangan antara si remaja dan orang tua, sehingga menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua.

3. Menginginkan sistem nilai dan kaidah serasi dengan kebutuhan dan keinginannya, yang tidak selalu sama dengan kaidah atau nilai yang dianut oleh orang dewasa.

4. Keinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri sendiri maupun orang lain.

5. Mengkhayal dan berfantasi. Banyak faktor yang menghalangi penyaluran keingintahuan eksplorasi dan eksperimen pada remaja terhadap lingkungan sehingga jalan keluar diambil dengan berkhayal dan berfantasi.


(36)

6. Keinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya, mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ciri-ciri remaja atau tanda-tanda remaja secara umum ialah adanya perkembangan fisik yang pesat, keinginan yang kuat terhadap interaksi sosial, mempunyai keinginan untuk mencoba hal yang baru, jiwa yang tidak stabil, dan keinginan terhadap seks melalui lawan jenisnya, serta mendapatkan identitas diri pada kalangan yang lebih dewasa.

4. Psikologi Perkembangan Remaja a. Sikap

Sikap dinyatakan dengan istilah "attitude" yang berasal dari kata latin "aptus" yang berarti keadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk melakukan kegiatan. Sikap seseorang terbentuk karena ada objek tertentu yang memberikan

rangsang kepada dirinya. Sikap adalah bagian yang penting di dalam kehidupan

sosial, karena kehidupan manusia selalu dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap dapat bersikap positif, dan negatif. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkan mengharapkan kehadiran kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek.


(37)

Sedangkan menurut Berkowitz, dalam Azwar (2000: 5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Pendapat lain dikatakan oleh Fishben (2009: 141) bahwa sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sementara itu, Chaplin (2009:141) menyamakan sikap sama dengan pendirian. Lebih lanjut dia mendefinisikan sikap sebagai predisposisi bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu.

Kemudian Thurstone dalam Bimo Walgito (2003: 109) “sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif ialah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.”

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa


(38)

tersebut, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. Serta kesiapan seseorang bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.

b. Perkembangan Inteligensi

Inteligensi menurut David Wechsler (dalam Sarwono, 2005: 76) didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

Inteligensi mengandung unsur pikiran atau rasio. Semakin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin berinteligensi tingkah laku tersebut. Ukuran inteligensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient). Pada orang dewasa umur 16 tahun keatas, IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar dan lain-lain) dan menghitung berapa banyak pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar. Selanjutnya, membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian terpercaya) dan didapatkanlah nilai IQ orang yang bersangkutan.


(39)

Cara menghitung IQ pada anak-anak adalah dengan menyuruh anak untuk melakukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya menghitung 10 sampai 100, menyebut nama-nama hari, atau bulan membuka pintu dan menutupnya kembali dan lain-lain). Jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan membuat daftar untuk mengetahui usia mental (mental age = MA) anak. Semakin banyak yang bisa dijawab atau dikerjakan anak, semakin tinggi usia mentalnya. Usia mental ini kemudian dibagi dengan usia kalender (callender age=CA) dan dikalikan 100, maka didapatkan IQ anak.

c. Perkembangan Peran Sosial

Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan oleh adanya konflik peran sosial. Disatu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, dilain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Pengalaman menunjukkan bahwa remaja yang dapat status sosial yang jelas dalam usia dini, tidak menampakkan gejolak emosi yang terlalu menonjol. Hal ini berbeda dengan remaja yang lain yang harus menjalani masa transisi yang cukup panjang. Jika seorang remaja tidak berhasil mengatasi situasi kritis dalam rangka konflik peran karena terlalu mengikuti gejolak emosinya. Dalam hal ini besar kemungkinan ia akan terperangkap kejalan yang salah.

Berdasarkan hal tersebut konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan lain pada masa remaja dapat dikurangi. Hal itu dapat dilakukan dengan memberi latihan agar anak dapat mendiri sedini mungkin.


(40)

d. Perkembangan Peran Gender

Peran gender pada hakikatnya adalah bagian dari peran sosial. Sama halnya dengan anak yang harus mempelajari perananya sebagai anak terhadap orang tua atau sebagai murid terhadap guru. Peran gender ini tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin oarang yang bersangkutan, tetapi juga oleh lingkungan dan faktor-faktor lainnya. Tidak otomatis seorang anak laki-laki harus bermain mainan laki-laki, sedangkan anak perempuan bermain boneka dan rumah-rumahan. Pada kenyataannya banyak laki-laki tertaris pada boneka dan juga sebaliknya perempuan tertarik pada mainan robot-robotan. Yang pada akhirnya mereka tetap menjadi orang dewasa pria ataupun wanita.

e. Perkembangan Moral religi

Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting jiwa remaja. Sebagaian berpendapat bahawa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Dengan bagitu, ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral. Hal itu karena, dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, juga mengatur tingkah laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral. Hal lain yang juga termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.


(41)

5. Tinjauan Sabung Ayam a. Pengertian Sabung Ayam

Sabung ayam diadopsi dari bahasa Lampung, yang memiliki arti, “sabung” yaitu berkelahi sedangkan sabung ayam sendiri dalam bahasa indonesia sama dengan “adu ayam”, sehingga sabung ayam adalah perkelahian antara dua ekor ayam jantan. Bagi kebanyakan masyarakat sendiri sabung ayam dianggap sebagai sebuah tradisi yang telah membudaya padahal dibalik semua itu sabung ayam dijadikan tempat pertaruhan atau berjudi.

Sedangkan masyarakat Bali sabung ayam merupakan sebuah tradisi yang disebut dengan Tajen, yang dilakukan dengan memasang taji, yaitu sebuah pisau kecil yang dipasang dikaki dua ayam jantan yang diadu sebagai senjata untuk membunuh lawan. Tajen biasanya dilakukan diarena sabung ayam atau bajkan tempat wisata yang memang menyediakan tempat atau arena sabung ayam.

b. Pengertian Judi

Menurut Kartini Kartono (2005: 56) judi adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/ belum pasti hasilnya.


(42)

Sedangkan perjudian menurut KUHP dalam pasal 33 ayat (3) yang dirubah dengan Undang-undang No.7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian disebutkan bahwa:

Yang disebut permainan judi, adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapatkan untung tergantung pada mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

Pasal 303 ayat (3) KUHP Jo Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian, antara lain adalah sabung ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda dan karapan sapi.

Berdasarkan pengertian di atas maka ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagi judi, yaitu:

a. Permaianan/ perlombaan. Perbuatan yang biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreaktif, namun disini para pelaku tidak harus terlibat dalam permainan karena boleh jadi mereka adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan.

b. Untung-untungan. Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/ kebetulan atau untung-untungan atau faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

c. Ada taruhan. Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang oleh pihak pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya, bahkan istripun bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan tentusaja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan disebut sebagai judi atau bukan.


(43)

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dinyatakan dengan jelas bahwa sabung ayam yang merupakan tradisi hiburan kemudian berubah menjadi sabung ayam yang dengan sengaja mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan yang belum tentu hasilnya.

6. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian

Istilah delik merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yaitu Delict yang berarti tindak pidana. Dalam praktek bahasa sehari-hari istilah yang sering dipakai untuk menyatakan suatu perbuatan yang melanggar hukum biasanya secara singkat disebut sebagai tindak pidana.

Pada umumnya istilah delik digunakan dalam konteks yang berkaitan dengan artian teknis yuridis. Misalnya delik formil, delik materiil, delik aduan, rumusan delik dan sebagainya. Oleh karena itu telah jelas bahwa istilah delik istilah delik apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia berarti tindak pidana. (Tri Andrisman, 2009: 01).

Sesuai dengan terjemahan rumusan yang asli dalam bahasa Belanda ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 542 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang kemudian menjadi ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi sebagai berikut:

1. Dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya satu bulan atau dengan pidana denda setinggi tingginya tiga ratus rupiah.

a. Barang siapa memakai kesempatan yang terbuka untuk berjudi yang sifatnya bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal 303.

b. Barang siapa turut serta berjudi di atas atau ditepi jalan umum atau suatu tempat yang terbuka untuk umum, kecuali jika


(44)

penyelenggaraan perjudian itu telah diizinkan oleh kekuasaan yang berwenang memberi izin seperti itu.

2. Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lewat waktu dua tahun sejak orang yang bersalah dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan salah satu pelaggaran-pelanggaran tersebut, maka ia dapat dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya tiga bulan atau dengan pidana denda setinggi-tingginya lima ratus rupiah.

Tindak pidana yanag dimaksud didalam ketentuan pidana yang diatur pada pasal 303 ayat (1) angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdiri atas unsur-unsur objektif:

1. barang siapa

2. Memakai kesempatan yang terbuka untuk berjudi

3. Yang sifatnya bertentangan dengan salah satu dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kalimat “barang siapa” pada unsur objektif yang pertama menunjukkan orang yang apabila ia terbukti memenuhi unsur-unsur selebihnya dari tindak pidana yang dimaksudkan didalam pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maka ia dapat disebut pelaku dari tindak pidana tersebut.

Unsur yang kedua memakai kesempatan yang terbuka untuk berjudi itu merupakan perbuatan yang dilarang di dalam ketentuan pidana diatur dalam pasal 303 bis ayat (1) angka 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Dimaksud dengan memakai kesempatan yang terbuka bukan setiap pemakaian kesempatan yang terbuka ada orang yang memberikan kesempatan untuk berjudi. Perlu diketahui bahwa tidak setiap pemakaian kesempatan yang terbuka untuk memperoleh keuntungan, yang digantungkan pada faktor


(45)

kebetulan itu dapat dipandang sebagai pemakaian kesempatan yang terbuka dengan berjudi. (P.A.F. Lamintang, 2009: 309).

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Usia Produktif Melakukan Judi Sabung Ayam.

a. Faktor Lingkungan keluarga

Kebiasaan dalam sebuah keluarga juga dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. Banyak orang tua yang telah mampu memanjakan anak-anaknya tetapi akhirnya tidak mampu menanamkan sikap dan perilaku yang baik. Sebenarnya pendidikan dalam keluarga kepada anak dapat dilakukakan oleh orang tua dengan cara memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Hal terpenting bahwa proses pendidikan seperti hal tersebut dapat membentuk kemandirian dapat berhasil manakala dapat terwujudnya transformasi pendelegasian tanggung jawab dari orang tua kepada anaknya.

Pendidikan didalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di dalam keluarga. Dikatakan utama karena pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya.

Di dalam kehidupan masyarakat, keluarga merupakan unit terkecil yang memiliki peranan besar bagi kelangsungan hidup bermasyarakat. Keluarga


(46)

memiliki fungsi penting yang berkaitan dengan peranya sebagai media sosialisasi.

Sosialisasi bertujuan untuk mendidik warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dianut. Proses mengetahui kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dianut inilah untuk pertama kali diperoleh dalam keluarga. Soerjono Soekanto (2004: 40) Perilaku yang benar dan tidak menyimpang untuk pertama kalinya juga dipelajari dari keluarga. Pendidikan keluarga memiliki peranan yang penting. Hal ini karena pendidikan merupakan sarana untuk menghasilkan warga masyarakat yang baik. Jika kehidupan keluarga kurang serasi, kemungkinan besar salah satu dari anggota keluarga tersebut tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap, hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, yang disebut dengan tripusat pendidikan. (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 162).

Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya kewajiban ibu bapak itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi. Bukan hanya ibu bapak yang beradab dan berpengetahuan saja yang dapat melakukan kewajiban mendidik anak-anaknya, akan tetapi rakyat desa pun melakukan hal ini.


(47)

Keluarga dan rumah, merupakan tempat yang aman dan kokoh bagi setiap anggota keluarga, terutama remaja. Ayah, ibu dan anak-anak adalah suatu basis dimana secara teratur dan harmonis seluruh keluarga berkumpul untuk berkomunikasi dan berbincang-bincang baik dalam hal yang menggembirakan ataupun ketika sedang menghadapi kesulitan.

b. Faktor Pendidikan

Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, maka peranan pendidikan sangat penting untuk menunjang keberhasilan dari pembangunan itu sendiri. Hal itu ditegaskan dalam TAP MPR No II/ MPR/ 1988 bidang pendidikan yang menyatakan bahwa Pendidikan nasioal berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, cerdas, tangguh berdisiplin, bertanggung jawab, mandiri, terampil, sehat rohani dan jasmani. (Sekretariat negara, 1988: 149), Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyatakan bahwa :” Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal I.).

Meningkatkan tujuan tersebut adalah tanggung jawab semua lembaga pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah. Sedangkan


(48)

tingkat pendidikan angkatan kerja merupakan indikator yang paling penting untuk menjadi tolak ukur dalam pembangunan.

Pendidikan dapat di klasifikasikan sebagai berikut: 1. Pendidikan tinggi

2. Pendidikan menengah 3. Pendidikan rendah

(S.P. Siagian, 1984: 103).

Pendidikan bagi setiap individu merupakan suatu kebutuhan yang selalu ingin terpenuhi, walaupun tidak semua individu mampu untuk memenuhinya karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Selain itu juga seseorang dapat termotivasi untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu karena adanya faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat berasal secara intern maupun ekstern. Faktor dari dalam (intern) yaitu pembawaan atau bakat, jenis kelamin, umur dan tingkat perkembangan, keadaan fisik dan psikis, kebutuhan obyektif. Sedangkan faktor dari luar (ekstern) antara lain faktor lingkungan, (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat), kesempatan dan rangsangan.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah kekuatan masyarakat dari berbagai sistem, norma disekitar individu, atau kelompok manusia yang mempengaruhi tingkah laku mereka dalam interaksi antara mereka (Depdikbud, 1990: 527). Jadi lingkungan sosial terdiri dari orang-orang, baik individu atau kelompok yang berada di sekitar manusia. Selain itu lingkungan sosial juga terjadi karena


(49)

adanya “ hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup tertentu.” ( Soerjono Soekanto, 1990: 433).

Pada usia remaja, pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar pengaruhnya daripada lingkungan keluarga, sebab masa remaja adalah masa yang sedang mengembangkan kepribadiannya, yang membutuhkan lingkungan teman-teman dan masyarakat. Perhatian mereka terhadap lingkungan masyarakat benar-benar diperhatikannya, maka persoalan masyarakat atau nasib orang banyak sering kali menjadi perhatian mereka dan mereka berjuang untuk membela yang lemah dan menderita itu. Pengaruh lain dari lingkungan masyarakat adalah pengaruh yang bersifat: pornografis, sadisme, film-film yang merusak moral, gambar-gambar, bacaan-bacaan, tempat rekreasi dan lain sebagainya yang pada pokoknya berbagai kegiatan yang disenangi oleh muda-mudi zaman sekarang. Ini semua harus dibatasi kalau perlu harus disesuaikan dengan ketentuan yang ada di dalam ajaran agama, sebab kalau tidak pengaruhnya akan lebih berbahaya dibanding pengaruh lain.

Faktor lain juga sangat penting dalam pembinaan remaja di dalam mengenal lingkungan misalnya adanya semacam kelompok dalam masyarakat yaitu organisasi kemasyarakatan (Ormas). Organisasi kemasyarakatan mempunyai fungsi dan peranan yang positif dalam pembinaan remaja, sebab di situ remaja dilatih dan dididik untuk bermasyarakat dan menjadi seorang pemimpin, bagaimana sikap pemimpin terhadap bawahannya, jangan menjadi pemimpin


(50)

anak buahnya tidak kenal kepadanya, sehingga anak buahnya menjadi bingung,

B. Kerangka Pikir

Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar dan sekarang sudah merambah ke pelosok-pelosok pedesaan yang kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja.

Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan lebih-lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif.

Hal tersebut terjadi pula pada remaja usia produktif di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang melakukan kenakalan, karea faktor pendidikan, faktor lingkungan keluarga, Faktor Lingkungan social serta kurangnya lapangan pekerjaan, yang mempengaruhi mereka untuk


(51)

melakukan sabung ayam Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik suatu kerangka pikir sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Diagram kerangka pikir peneliti Variabel X

Faktor-faktor yang

mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam :

1. Lingkungan keluarga 2. Pendidikan.

3. Lingkungan sosial

Variabel Y Remaja usia produktif melakukan sabung ayam


(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan serta dalam usaha mengadakan analisa secara logis rasional di perlukan langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan dan serta untuk menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.

Penggunaan dari suatu metode itu sendiri harus juga memperhatikan jenis ataupun karakteristik, serta objek yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dimana suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan secara tepat keadaan tertentu dalam masyarakat.


(53)

Metode deskriptif adalah suatu penyelidikan yang bertujuan untuk menggambarkan atau menunjukkan keadaan seseorang, lembaga atau masyarakat tertentu pada masa sekarang ini berdasarkan pada faktor-faktor

yang nampak saja (surface factor) di dalam situasi yang diselidikinya ( Suyatna, 1978 : 27 ).

Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti menganggap penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini sangat tepat, karena sasaran dan kajiannya ialah untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam, dan menggambarkan serta menganalisis masalah yang ada sesuai dengan kenyataan didasarkan pada data-data yang diperoleh di lapangan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam penelitian, mengingat populasi akan menentukkan validitas data dalam penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1991: 141) “Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan, fenomena, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakateristik tertentu dalam suatu penelitian”.


(54)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang masih berusia produktif di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 3.1. Data remaja usia produktif berdasarkan jenis kelamin di di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

No Keterangan Jumlah Remaja Jumlah

Laki-laki Perempuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V Dusun VI Dusun VII 83 65 106 26 58 119 85 165 115 135 97 136 161 105 248 180 241 123 194 280 190

Jumlah 542 914 1456

Sumber : Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Bandarejo

2. Teknik Sampling

Menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10 %-12 % atau 20 %-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. 2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek kerena

menyangkut hal banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Berdasarkan pertimbangan pendapat yang ada di atas, maka jumlah sampel yang akan diambil oleh peneliti adalah sebesar 12 % dari jumlah populasi. Jumlah populasi sebesar 542, sehingga dengan demikian peneliti mengambil sampel 12 % dari 542 adalah 65,04 dan dibulatkan menjadi 65, jadi yang


(55)

dijadikan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 65 orang yang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan dalam pembagian sampel pada masing-masing dusun yang remaja laki-lakinya ikut judi sabung ayam.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel 1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini ialah faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam, ( Variabel X ).

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah judi sabung ayam, ( Variabel Y ).

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi oprasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan konstak dengan cara memberikan arti atau lebih menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu oprasional yang diperlukan untuk mengukur konstak, variabel tersebut. Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas maka diperlukan pendefinisian variabel secara oprasional sebagai berikut :


(56)

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga dan rumah, merupakan tempat yang aman bagi setiap anggota keluarga, terutama remaja. Ayah serta ibu dan anak-anak adalah suatu basis dimana secara teratur dan harmonis seluruh anggota keluarga berkumpul untuk berkomunikasi dan berbagi dalam semua hal yang menggembirakan ataupun ketika sedang menghadapi kesulitan.

Keluarga adalah merupakan kesatuan daripada masyarakat kecil, yang mempunyai motivasi dan tujuan hidup tertentu, Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya kewajiban orang tua itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi.

Selain itu juga Sebenarnya pendidikan dalam keluarga kepada anak dapat dilakukakan oleh orang tua dengan cara memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Hal terpenting bahwa proses pendidikan seperti hal tersebut dapat membentuk kemandirian dapat berhasil manakala dapat terwujudnya transformasi pendelegasian tanggung jawab dari orang tua kepada anaknya.


(57)

b. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat, maupun lingkungannya.

Pendidikan merupakan hasil peradapan suatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai filsafat pendidikan, suatu cita-cita atau tujuan yang menjadi motivasi, cara suatu bangsa berfikir dan berkelakuan yang dilangsungkan turun temurun dari generasi kegenerasi.

Untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang baik khususnya remaja pendidikan sangat mempunyai peran yang sangat pening oleh karena hal tersebut pendidikan nasioal berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, cerdas, tangguh berdisiplin, bertanggung jawab, mandiri, terampil, sehat rohani dan jasmani.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar pengaruhnya daripada lingkungan keluarga, sebab masa remaja adalah masa yang sedang mengembangkan kepribadiannya, yang membutuhkan lingkungan


(58)

teman-teman dan masyarakat. Perhatian mereka terhadap lingkungan masyarakat benar-benar diperhatikannya.

Pengaruh lain dari lingkungan masyarakat adalah pengaruh yang bersifat: pornografis, sadisme, film-film yang merusak moral, gambar-gambar, bacaan-bacaan, tempat rekreasi dan lain sebagainya yang pada pokoknya berbagai kegiatan yang disenangi oleh mereka. Lingkungan sosial yang kondusif dan relijius serta kondisi keluarga yang baik akan membantu seorang remaja memiliki sikap dan perilaku yang baik, akan tetapi dapat terjadi sebaliknya hal yang kurang yang baik apabila lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal dan bergaul kurang kondusif dan aman maka hal tersebut dapat membawa remaja dalam situasi yang kurang baik.

D. Rencana Pengukuran Variabel

a. Faktor Lingkungan Keluarga

Dalam penelitian ini faktor lingkungan keluarga diukur dengan melihat kebiasaan dan keteladanan dari keluarga dengan kategori sebagai berikut: 1. Baik apabila keluarga dapat dijadikan contoh dan menjalankan fungsi

serta perannya dengan baik.

2. Cukup baik apabila keluarga belum sepenuhnya dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.

3. Kurang baik, apabila keluarga gagal dan tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya.


(59)

Keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negatif. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat berperan penting bagi remaja.

b. Faktor Pendidikan

Dalam penelitian ini yang akan di ukur dalam faktor pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang di tempuh oleh responden yaitu:

1. Tamat SD Tidak tamat SMP adalah rendah. 2. Tamat SMP Tidak tamat SMA adalah sedang.

3. Tamat SMA Tidak tamat PT/ Akademi adalah tinggi.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Dalam penelitian ini yang akan di ukur dalam faktor lingkungan sosial adalah:

1. Lingkungan keluarga. 2. Lingkungan teman sebaya. 3. Lingkungan desa.


(60)

Skala penilaian dalam penelitian ini adalah dengan scorring pada alternatif jawaban yang diberikan responden melalui angket yang di sebarkan oleh peneliti. Angket yang digunakan ialah angket tertutup yang berisi indikator dari faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif malakukan judi sabung ayami. Setiap item soal yang diberikan kepada responden masing-masing telah diberikan alternatif jawaban yang terdiri dari a, b, dan c sehingga mempermudah responden dalam menjawab setiap item pertanyaan yang di ajukan oleh peneliti, dan responden hanya memilih salah satu alternatif dari beberapa jawaban yang tersedia.

Adapun pemberian nilai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Alternatif jawaban (a) dengan skor 3

2. Alternatif jawaban (b) dengan skor 2 3. Alternatif jawaban (c) dengan skor 1

E. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan, yaitu :

a. Data Primer, yaitu data yang terpenting dalam penelitian ini menyangkut variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer yang diambil yaitu data yang mempunyai kaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.


(61)

b. Data Sekunder, yaitu suatu data yang mendukung data primer, data tersebut mencangkup diantaranya tentang lokasi penelitian, dan data lain-lain yang mendukung masalah penelitian.

Selain kedua sumber data diatas, dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan dua teknik, yaitu teknik pokok dan teknik penunjang.

1. Teknik Pokok Angket

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket yang berisi daftar pertanyaan yang secara tertulis yang terdiri dari item-item pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian dan akan dijawab oleh responden penelitian yaitu remaja yang masih berusia produktif. Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup, yaitu item-item dari pertanyaan sudah disertai dengan alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden.

2. Teknik Penunjang a. Wawancara

Penulis dalam proses wawancara menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1990: 183 ) “pedoman wawancara tidak terstruktur adalah pedoman yang memuat garis besar yang akan dinyatakan”. Sehingga hasil yang dicapai nantinya sangat tergantung dari pewawancara.


(62)

Penulis dalam proses wawancara juga mengumpulkan data atau informasi dengan cara melakukan tanya jawab dan bertatap muka secara langsung dengan informan sehingga informasi yang diperoleh lebih jelas. Wawancara dilakukan secara langsung oleh penulis dengan kepala keluarga yang memikili remaja yang berusia produktif, kepala kampung dan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalah dan variabel penelitian.

b. Kepustakaan

Menurut Irawati Singarimbun (1995: 192) dalam buku penelitian survey “study kepustakaan (literatur)- bibliography yaitu mempelajari berbagai buku untuk mendapatkan informasi dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan”. Teknik kepustakaan digunakan untuk mencari data dan informasi teoritis dalam penunjang penelitian yang berkenaan dengan masalah penelitian, dengan cara mempelajari berbagai macam buku, media massa dan sumber lainnya yang berhubungan dengan permasalahan.

b. Teknik Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan bahwa “dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.


(63)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dengan alasan waktu dan biaya penelitian yang terbatas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan logical validity, yaitu dengan cara judgement. Cara judgement adalah dengan melakukan konsultasi penyusunan angket dengan dosen ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing skripsi.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 160), reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Untuk membuktikan kemantapan alat pengumpul data maka akan diadakan uji coba angket. Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji coba tersebut menurut Sutrisno Hadi (1986 : 294 ) adalah sebagai berikut :

1. Menyebarkan angket untuk uji coba kepada 10 orang di luar responden 2. Untuk uji reliabilitas soal angket digunakan teknik belah dua atau

ganjil genap

3. Mengkorelasikan ke dalam rumus Product Moment, yaitu sebagai berikut :

r

XY =

 

 

                  

N Y Y N X X N Y X XY 2 2 2 2


(64)

Keterangan :

rxy = Hubungan variabel X dan Y

X = Variabel bebas Y = Variabel terikat N = Jumlah responden

4. Selanjutnya dicari reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Sperman Brown (Sutrisno Hadi, 1986 : 37) untuk mengetahui koefisien keseluruhan item yaitu sebagai berikut :

rxy =

 

 

rgg rgg  1

2

Keterangan :

rxy = Koefisien reliabilitas seluruh tes rgg = Koefisien korelasi item ganjil genap

Kriteria reliabilitas angket adalah : 0,90 - 1,00 = Reliabilitas tinggi 0,50 - 0,89 = Reliabilitas sedang 0,00 - 0,49 = Reliabilitas rendah (Manase Mallo, 1986 : 139)

G. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penyebaran angket maka, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan fenomena yang terjadi. Fenomena tersebut diteliti secara deskriptif dengan


(65)

mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk uraian, yang memberikan gambaran atas suatu keadaan yang sejelas mungkin. Dan selanjutnya disajikan dalam bentuk persentase pada setiap tabel kesimpulan.

Rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut: %

100

X N F P

Keterangan : P = Persentase

F = Jumlah jawaban dari seluruh item

N = Jumlah perkalian item dengan responden ( Muhammad Ali, 1985 : 184 )

Menurut Suharsimi Arikunto, (1993: 210), bahwa untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kreteria persentase sebgai berikut:

76% - 100% : Baik

56% - 75% : Cukup

40% - 55% : Kurang Baik


(66)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam di Desa Bandarejo Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pengaruh faktor keluarga pada remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam cenderung sangat tinggi, hal tersebut disebabkan antara lain karena pendapatan yang diperoleh oleh rata-rata kepala keluarga masih kurang mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari, bermata pencaharian sebagai petani, dan buruh lepas, adapun yang memiliki usaha itupun jumlahnya sangat sedikit ada juga sebagai pegawai negeri sipil (PNS), ditambah lagi lahan pertanian yang mereka miliki tidak begitu luas dan hanya bisa satu kali penen dalam satu musim tanam. Serta kebiasaan mereka suka memelihara ayam aduan, dalam mengadu ayam aduan tidak hanya diikuti oleh remaja-remaja yang berusia produktif saja melainkan diikuti pula oleh orang tua juga. (55 orang responden atau 84,61 %) yang berpendapat demikian.


(67)

2. Pengaruh faktor pendidikan terhadap remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam disebabkan sebagian besar para remaja yang masih berusia produktif yang masih dalam masa sekolah mereka harus terpaksa berhenti atau putus sekolah, hal itu disebabkan karena pendapatan orang tua yang tidak mencukupi untuk membiayai uang sekolah mereka. Disisi lain masih minimnya tingkat pendidikan disebabkan kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti sekolah baik dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai sekolah tingkat atas (SMA) yang ada di daerah tersebut, mereka kurang mendapatkan motivasi dalam hal pendidikan sehingga mereka kurang terdorong untuk melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. (22 orang responden atau 33,84 %) yang berpendapat demikian.

3. Faktor lingkungan sosial juga berpengaruh yang cenderung tinggi pada remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam. Pengaruh lingkungan sosial terhadap remaja usia produktif melakukan judi sabung ayam disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang baik disebabkan karena lingkungan dimana mereka tinggal sebagaian besar memang gemar memelihara ayam aduan dan melakukan judi sabung ayam, selain itu masyarakat seolah sudah menganggap hal yang biasa oleh karena itu judi sabung ayam seperti hal yang sudah jamak atau lumrah dilakukan. (17 orang responden atau 26,15 %) yang berpendapat demikian.


(68)

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian, menganalisis, dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut :

1. Pemerintah Desa diharapkan dapat memberikan solusi dan mengatasi permasalahan sosial yang ada sehingga masalah-masalah dapat segera teratasi.

2. Kepada penegak hukum supaya dapat lebih memperhatikan dan tegas dalam mencegah serta melakukan penindakan terhadap pelanggaran hukum khususnya tentang perjudian.

3. Bagi orang tua hendaknya lebih memperhatikan lagi perkembangan dan pendidikan anak-anaknya, dengan cara memberikan motivasi, bekal pendidikan yang cukup baik pendidikan yang bersifat formal maupun non formal, terlebih pendidikan agama karena pendidikan itu sangat penting untuk meraih masa depan.

4. Bagi masyarakat, interaksi lingkungan sosial hendaknya juga tetap dijaga demi terciptanya lingkungan yang sehat aman, nyaman dan bebas dari perjudian dalam bentuk apapun.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Adwiana Hardiyati.2006, Sosiologi, PT. Widya Utama. Jakarta.

Andi Mappiare.1996. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya. 198 Halaman. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina

Aksara. Jakarta. 196 Halaman.

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Prosedur Pendidikan dan Strategi. Angkasa: Bandung.215 Halaman.

... 2001. Prosedur Penelitian Suatu pendekaan Praktik : Rineka Cipta. Jakarta.

………..2002. Psikologi Sosial. Toha Putra. Rineka Cipta. Jakarta. 136 Halaman.

Alumni Fakultas Ushuluddin & Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. - See more at: http://suar.okezone.com/read/2014/02/30/58/889382/peranan-pemuda-dalam-membangun-bangsa.

Azwar dalam Djaali, 2000. Jakarta

Gunarsa, Singgih dirga. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta. Mutiara

Husaini Usman dan Purnomo Stiady Akbar, 1995. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. 110 Halaman.

http://ilmu27.blogspot.com/2014/03/makalah-kenakalan-remaja.

http://software-comput.blogspot.com/2014/03/ makalah-kenakalan remaja. JP Chaplin dalam A.M. Sadirman, 2011. Interaksi dan Motivas Belajar mengajar.

Raja Grafindo, : Jakarta.

Kartono, Kartini, 2005. Patologi II Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali. Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta. 139 Halaman.


(1)

44 1 2 2 2 2 2 2 13

45 1 2 1 1 2 1 3 11

46 2 3 2 3 3 2 1 16

47 2 3 2 1 2 3 1 14

48 2 3 3 3 2 3 1 17

49 3 3 2 2 2 2 2 16

50 3 3 3 2 2 2 2 17

51 1 2 2 1 3 3 1 13

52 3 3 1 2 1 3 3 16

53 2 3 2 1 3 3 1 15

54 2 2 2 2 3 3 2 16

55 3 2 3 2 3 3 2 18

56 3 2 2 2 3 3 2 17

57 2 2 3 2 1 3 2 15

58 3 2 3 3 2 3 1 17

59 1 2 2 2 2 3 2 14

60 3 2 2 2 3 2 2 16

61 2 2 1 2 2 2 3 14

62 2 2 3 2 3 2 2 16

63 3 2 2 2 2 2 2 15

64 2 2 2 2 2 2 2 14

65 2 2 2 2 2 2 2 14


(2)

Tabel 03 : Faktor Lingkungan Sosial No.

Responden

Nomor Item

Skor 15 16 17 18 19 20

1 2 2 2 2 3 3 14

2 2 2 2 2 2 3 13

3 2 2 3 1 3 3 14

4 2 2 3 2 2 2 13

5 2 2 2 3 2 2 13

6 2 2 2 3 2 1 12

7 2 2 2 2 2 2 12

8 2 2 2 3 3 2 14

9 2 1 1 2 2 3 11

10 2 2 2 2 2 2 12 11 1 3 2 2 1 1 10 12 2 2 3 2 3 2 14 13 2 3 2 3 3 3 16 14 2 2 3 3 3 2 15 15 2 2 1 3 1 3 12 16 3 3 3 2 3 3 17 17 2 2 2 3 3 3 15 18 1 2 2 1 2 3 11 19 3 2 1 1 3 2 12 20 3 3 3 2 1 3 15 21 2 2 2 2 3 3 14 22 2 2 2 3 1 2 12 23 2 2 3 2 3 2 14 24 2 2 2 2 1 2 11 25 2 2 2 2 1 3 12 26 2 2 2 1 1 3 11 27 2 2 2 1 1 3 11 28 2 1 2 2 3 3 13

29 2 1 2 1 1 2 9

30 2 2 2 1 1 3 11 31 1 3 3 1 3 1 12 32 2 2 2 2 3 3 14 33 2 3 2 1 1 1 10 34 2 2 2 2 3 1 12 35 2 2 2 2 3 3 14 36 3 3 2 3 3 3 17 37 3 3 2 3 3 1 15 38 2 2 2 3 2 3 14 39 2 2 2 2 2 2 12 40 2 3 2 3 3 2 15 41 2 3 3 1 1 2 12 42 3 2 2 1 1 3 12 43 3 2 3 2 3 1 14


(3)

44 1 2 1 3 2 3 12 45 3 2 2 3 1 2 13 46 3 3 3 3 1 3 16 47 1 3 3 2 1 2 12 48 3 2 2 3 3 3 16 49 3 2 2 1 2 3 13 50 3 2 2 1 3 3 14 51 3 2 2 2 3 3 15 52 3 2 2 2 3 3 15 53 2 2 2 3 3 3 15 54 3 2 2 2 2 2 13 55 2 2 1 2 2 3 12 56 2 2 1 2 2 2 11 57 3 2 2 2 3 1 13 58 2 2 2 2 2 3 13 59 2 2 3 3 3 2 15 60 2 2 3 3 3 3 16 61 3 2 3 2 3 3 16 62 3 2 3 2 2 3 15 63 2 2 3 2 2 3 14 64 2 2 2 3 2 2 13 65 2 2 3 1 2 3 13


(4)

Lampiran

Tabel 4.7 : Sarana dan Prasarana Pendidikan Anak

No Prasarana Jumlah

1. 2. 3. 4.

TK SD SLTP SMA

- 2 1 - Sumber : Profil Desa Bandarejo

Tabel 4.8 : Sarana dan Prasarana Peribadatan No Sarana Ibadah Jumlah

1. 2. 3. 4.

Masjid Pura Gereja Wihara

6 - 1 - Sumber : Profil Desa Bandarejo

Tabel 4.9 : Jenis Usaha Yang Ada Di Desa Bandarejo

No Jenis Usaha Jumlah

1. 2. 3.

Bengkel Warung Counter HP

4 15 3 Sumber : Profil Desa Bandarejo


(5)

No. Res.

Faktor Keluarga

Kategori Faktor Pendidikan

Kategori Faktor Lingkungan

Sosial

Kategori

1 20 Tinggi 19 Tinggi 14 Sedang

2 17 Tinggi 14 Sedang 13 Sedang

3 18 Tinggi 18 Tinggi 14 Sedang

4 20 Tinggi 18 Tinggi 13 Sedang

5 18 Tinggi 13 Rendah 13 Sedang

6 19 Tinggi 15 Sedang 12 Sedang

7 14 Sedang 16 Sedang 12 Sedang

8 16 Tinggi 12 Rendah 14 Sedang

9 16 Tinggi 14 Sedang 11 Rendah

10 20 Tinggi 15 Sedang 12 Sedang

11 11 Rendah 18 Tinggi 10 Rendah

12 19 Tinggi 18 Tinggi 14 Sedang

13 18 Tinggi 15 Sedang 16 Tinggi

14 20 Tinggi 16 Sedang 15 Tinggi

15 18 Tinggi 14 Sedang 12 Sedang

16 19 Tinggi 16 Sedang 17 Tinggi

17 20 Tinggi 17 Tinggi 15 Tinggi

18 18 Tinggi 19 Tinggi 11 Rendah

19 18 Tinggi 11 Rendah 12 Sedang

20 14 Sedang 15 Sedang 15 Tinggi

21 20 Tinggi 18 Tinggi 14 Sedang

22 19 Tinggi 20 Tinggi 12 Sedang

23 16 Tinggi 15 Sedang 14 Sedang

24 20 Tinggi 17 Tinggi 11 Rendah

25 20 Tinggi 19 Tinggi 12 Sedang

26 19 Tinggi 20 Tinggi 11 Rendah

27 20 Tinggi 19 Tinggi 11 Rendah

28 20 Tinggi 19 Tinggi 13 Sedang

29 20 Tinggi 15 Sedang 9 Rendah

30 19 Tinggi 15 Sedang 11 Rendah

31 17 Tinggi 19 Tinggi 12 Sedang

32 19 Tinggi 16 Sedang 14 Sedang

33 14 Sedang 18 Tinggi 10 Rendah

34 16 Tinggi 15 Sedang 12 Sedang

35 19 Tinggi 15 Sedang 14 Sedang

36 16 Tinggi 15 Sedang 17 Tinggi

37 19 Tinggi 13 Rendah 15 Tinggi

38 18 Tinggi 16 Sedang 14 Sedang

39 19 Tinggi 13 Rendah 12 Sedang

40 18 Tinggi 15 Sedang 15 Tinggi

41 8 Rendah 15 Sedang 12 Sedang

42 16 Tinggi 18 Tinggi 12 Sedang

43 16 Tinggi 15 Sedang 14 Sedang


(6)

45 18 Tinggi 11 Rendah 13 Sedang

46 16 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi

47 14 Sedang 14 Sedang 12 Sedang

48 13 Sedang 17 Tinggi 16 Tinggi

49 16 Tinggi 16 Sedang 13 Sedang

50 16 Tinggi 17 Tinggi 14 Sedang

51 19 Tinggi 13 Rendah 15 Tinggi

52 18 Tinggi 16 Sedang 15 Tinggi

53 16 Tinggi 15 Sedang 15 Tinggi

54 18 Tinggi 16 Sedang 13 Sedang

55 19 Tinggi 18 Tinggi 12 Sedang

56 18 Tinggi 17 Tinggi 11 Rendah

57 20 Tinggi 15 Sedang 13 Sedang

58 15 Sedang 17 Tinggi 13 Sedang

59 18 Tinggi 14 Sedang 15 Tinggi

60 16 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi

61 13 Sedang 14 Sedang 16 Tinggi

62 15 Sedang 16 Sedang 15 Tinggi

63 18 Tinggi 15 Sedang 14 Sedang

64 18 Tinggi 14 Sedang 13 Sedang

65 16 Tinggi 14 Sedang 13 Sedang