PENDAHULUAN T1 192007041 Full text

9 Gaung sering terjadi pada gedung-gedung yang ruang akustiknya tidak baik. Gaung ini dapat diatasi dengan berbagai cara, misalnya dengan merancang bentuk dan ukuran ruangan sesuai dengan kegunaan bahan penyerap pada dinding ruangan. Besarnya penyerapan bunyi dinyatakan dengan koefisien serap α. Koefisien serap α dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1. Nilai koefisien serap 0 menyatakan bahwa bunyi yang diterima akan dipantulkan sempurna, dan nilai koefisien serap 1 menyatakan bahwa bunyi yang diterima akan diserap sempurna. Telinga selalu terbuka untuk mendengar semua bunyi yang ada, sehingga perlu dipikirkan untuk mengurangi atau mencegah semaksimal mungkin bunyi yang terlalu berisik. Prinsip utama mendesain akustik ruangan adalah memperkuat atau mengarahkan bunyi yang berguna serta menghilangkan atau memperlemah bunyi yang tidak berguna. Dengan demikian, dalam mendesain interior tempat-tempat berkumpul yang berfungsi untuk menampung orang banyak seperti gedung pertunjukan, gedung bioskop, gedung parlemen dan gedung sidang perlu diperhatikan karakter masing- masing akustiknya [2] . Dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan besarnya waktu dengung dengan sumber bunyi yang sudah di tentukan. Pada ruangan yang di desain dari papan partikel berukuran 1 m 3 dengan bahan uji anyaman enceng gondok dan tempat telur. Karena anyaman enceng gondok sekarang sudah banyak digunakan oleh masyarakat seperti pembuatan tikar, kursi, tas lemari dan lain sebagainya dari enceng gondok. Tempat telur, selain untuk menempatkan telur juga dibuat berbagai macam hiasan seperti bingkai poto, pot bunga dan hiasan lainnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan koefisien absorpsi suatu bahan dengan ruang akustik kecil. Alasan kenapa memilih ruang akustik kecil, karena dilab Fisika belum ada ruang akustik yang khusus untuk menelitian tentang akustik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien serapan dari anyaman enceng gondok dan tempat telur dengan metode waktu dengung pada ruang akustik kecil. Selain itu untuk mengetahui pengaruh luasan bahan terhadap koefisien serapan bahan terhadap bunyi. Ada pun manfaat yang dapat di capai dalam penelitian ini adalah metode ruang dengung ini dapat digunakan untuk alat praktikum dalam percobaan di laboratorium dan dapat di gunakan sebagai literatur untuk memilih bahan dalam pembuatan ruang dengung. 10

2. DASAR TEORI

2.1. Gelombang

Gelombang adalah getaran yang merambat. Menurut arah getar, gelombang dapat dibagi menjadi dua macam yaitu gelombang longitudinal dan gelomang transversal. Gelombang transversal adalah gelombang yang mempunyai arah rambat dan arah getar yang saling tegak lurus. Dan gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambat dan arah getarnya searah sepetri yang terlihat pada gambar dibawah. a Gelombang Logitudinal b Gelombang Transvesal Gambar 1, adalah Gelombang Logitudinal dan Gelombang Transvesal. Dan gelombang bunyi adalah salah satu contoh dari gelombang longitudinal.

2.2 Gelombang bunyi

Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal. Gelombang bunyi dapat merambat didalam benda padat, cair dan gas. Jadi gelombang bunyi merupakan gelombang yang arah rambatnya searah dengan arah getarnya dan memerlukan medium sebagai perambatnya. Gelombang longitudinal di udara menimbulkan peristiwa bunyi. Manusia beruntung hanya dapat mendengar bunyi yang jangkauannya terbatas yaitu kira- kira 20Hz – 20.000Hz. Seandainya manusia dapat mendengar bunyi dengan jangkauan frekuensi tidak terbatas maka dunia ini sangat ramai dn sangat bising. Tidak ada lagi kesunyian sebab semua bunyi, termasuk yang paling lemah masih bisa didengar akibatnya kita tidak akan bisa tidur dengan nyenyak [3] . 11

2.3. Waktu dengung

Waktu dengung didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk penurunan tingkat tekana bunyi di dalam ruangan sebesar 60 dB decibel. Untuk menghitung waktu dengung yang terjadi di dalam suatu ruangan, terlebih dahulu diketahui luasan dari setiap permukaan yang ada di dalam ruangan tersebut, seperti lantai, dinding dan langit-langit dimana pada setiap permukaan tersebut ditentukan nilai koefisien absorpsi bunyinya [4] . Pada tahun 1898, Fisikawan Amerika yang bernama Wallace Clement Sabine melakukan penelitian untuk menentukan waktu rata-rata peluruhan bunyi. Sabine menemukan bahwa semakin besar volume ruang V, waktu dengungnya T semakin lama. Sebaliknya, semakin banyak bahan absorpsi yang berada didalam ruang maka waktu dengungnya semakin singkat. Hubungan antara waktu dengung, volume ruang dan absorpsi bunyi pertama kali diformulasikan oleh Sabine. Sabine mendapatkan bahwa waktu dengung t adalah [1] : 1 Persamaan 1 adalah untuk ruang dengung absorpsi kosong Dalam persamaan 1, t 1 = Waktu dengung dalam keadaan bahan yang diuji belum terpasang diruang dengung s, V = Volume Ruang m 3 , A = Total penyerapan Ruang sabine. Untuk ruang dengung absorpsi bahan anyaman enceng gondok dan tempat telur. 2 Dimana t 2 = Waktu dengung dalam keadaan bahan uji sudah terpasang diruang dengung , V = Volume Ruang m 3 , A = Total penyerapan Ruang m 2 sabine, A = karena materi tambahan penyerapan. Dari persamaan 1 dan 2 dapat dijabarkan sebagai berikut: