PERJUANGAN ADITYAWARMAN DI KERAJAAN DHARMASRAYA NUSANTARA TAHUN 1339-1376
PERJUANGAN ADITYAWARMAN DI KERAJAAN DHARMASRAYA NUSANTARA
TAHUN 1339-1376 Oleh
Charles Robenta 0913033078
Skripsi
Sebagai Salah SatuSyaratMemperolehGelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program StudiPendidikanSejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(2)
ABSTRAK
PERJUANGAN ADITYAWARMAN DI KERAJAAN DHARMASRAYA NUSANTARA
TAHUN 1339-1376 Oleh
Charles Robenta
Pada masa pemerintahan Tribhuwanattunggadewi, Adityawarman diangkat sebagaiWreddhamantri, atau perdana menteridi Kerajaan Majapahit.Pada tahun 1339 Masehi, Adityawarman menjadi utusan Majapahit untuk menaklukan Kerajaan Dharmasraya.Kerajaan Dharmasraya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan terdahulu yaitu Singasari. Akan tetapi setelah runtuhnya Kerajaan Singasari dengan otomatis wilayah kekuasaan yang ada di seberang Tanah Jawa sulit dikendalikan,bahkan Kerajaan Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan Singasari juga belum mampu mengendalikannya. Dengan demikian maka wilayah kekuasaan Singasari di Sumatra berhasil dikuasai oleh Kesultanan Aru-Barumun yang ada di bagian Utara Sumatra. Maka penaklukan ke Sumatera dilakukan untuk merebut kembali Kerajaan Dharmasraya yang merupakan wilayah kekuasaan Majapahit dari KesultananAru-Barumun.
Rumusanmasalahdalampenelitianiniadalah: BagaimanakahProses Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian historis.Variabel dalam penelitian iniadalah variable tunggal yaitu perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik kepustakaan dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data Kualitatif.
Berdasarkan data- data yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil kesimpulan Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara, yakni menjadi raja bawahan Kerajaan Majapahit di Melayu, membebaskan Kerajaan Dharmasraya dari Kerajaan Aru Barumun, berhasil menaklukan Kerajaan Silo dan Kesultanan Kuntu Kampar, akan tetapi Kerajaan Majapahit gagal memusnahkan Kesultanan Aru Barumun, Kesultanan Samudra Pasai dan semua itu merupakan titik awal berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Pada saat melemahnya pengaruh Majapahit di Nusantara, membuat kerajaan yang berada dibawah naungannya berhasil melepaskan diri termasuk didalamnya Kerajaan Pagaruyung yang kemudian menjadi kerajaan yang mandiri.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL………...... xv
DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi
DAFTAR GAMBAR……….. xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Analisis Masalah ... 5
1. Identifikasi Masalah ... 5
2. PembatasanMasalah ... 5
3. Rumusan Penelitian ... 5
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Kegunaan Penelitian ... 6
D. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. TinjauanPustaka ... . 9
1. Konsep Perjuangan ... . 9
2. Konsep Melayu ... . 11
3. Konsep Nusantara ... . 12
B. Kerangka Pikir... 15
C. Paradigma... 17
III. METODELOGI PENELITIAN A. Variable Penelitian ... 21
B. Tehnik Pengumpulan Data ... 22
1. Tehnik Kepustakaan ... 22
2. Tehnik Dokumentasi ... 23
(7)
1. Kerajaan Dharmasraya ... 26
1.1. Asal Usul Adityawarman ... 29
1.2. Sosok Adityawarman ... 30
1.3. Awal Karir ... 32
1.3.1. karier di Majapahit... 32
2. Proses Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339- 1376... 37
2.1 Persiapan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya ... 37
2.1.1. Peroses Persiapan Penaklukan dan Taktik Strategi Perang ... 38
2.2 Pelaksanan Aditywarman Dalam Pembebasan Kerajaan Dharmasraya dari Kesultanan Aru Barumun Serta Penaklukan Kerajaan... 39
2.2.1. Perluasan Kerajaan Dharmasraya... 41
2.2.2.Pengangkatan Aditywarman dari Raja Bawahan Menjadi Raja ... 44
2.2.3. Tugas Raja Bawahan ... 51
2.2.4. Faktor Yang Mendorong Aditywarman Melepaskan Diri Dari Bawah Naungan Kerajan Majaphit ... 52
2.2.5. Mendirikan Kerajaan Baru yang Mandiri ... 53
B. PEMBAHASAN 1. Proses Perjuangan Adityawarman di Kerajaan DharmasrayaNusantara Tahun 1339- 1376 ... 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
(8)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kerajaan Dharmasraya adalah kerajaan yang terletak di Sumatera, berdiri sekitar abad ke-11 Masehi.Lokasinya terletak di Selatan Sawahlunto, Sumatera Barat sekarang, dan di Utara Jambi. Kerajaan Dharmasraya merupakan sebuah Kerajaan yang dianggap penting dikarenakan memiliki wilayah yang berada dalam jalur perdagangan di Selat Malaka dan memiliki tambang emas.Eksistensi kerajaan tersebut selalu diakui oleh berbagai Kerajaan di Semenanjung Melayu dan sekitarnya.Pada perkembangannya, Kerajaan Dharmasraya berhasil ditaklukan oleh Kerajaan Singasari pada saat Ekspedisi Pamalayu yang dicetuskan oleh Raja Sri Kertanegara.
Adityawarman erat kaitannya dengan Ekspedisi Pamalayu yang dilakukan oleh Kerajaan Singasari.Ketika para pasukan tentara Kerajaan Singasari telah menyelesaikan tugasnya,mereka membawa pulang dua putri Melayu yang bernama Dara Petak dan Dara Jingga.Pararaton menjelaskan sebagai berikut:
Kira-kira sepuluh hari (sesudah pengusiran tentara Tartar) datanglah tentara ekspedisi ke Malayu, membawa dua orang puteri. Yang satu dijadikan istri/ Permaisuri Raden Wijaya bernama Dara Petak. Yang tua bernama Dara Jingga, ia kawin dengan (Mauliwarman) dewa dan menurut Raja di Tanah Malayu bernama Tuhan Janaka, bergelar Sri Marmadewa, mengambil nama abhiseka Aji Mantrolot” (Slamet Muljana, 1983: 176).
(9)
Dari perkawinan itu lahirlah Adityawarman yang memiliki darah Melayu dari ibunya. Hubungan antara Adityawarman dengan Jayanagara adalah saudara sepupu sesama cucu Raja Melayu dari Kerajaan Dharmasraya.Hubungan kekeluargaan yang begitu dekat, maka ketika Jayanagara menjadi Raja, Adityawarman dikirim sebagai duta besar Majapahit untuk Cina selama dua kali yaitu pada tahun 1325 dan 1332 Masehi. Pengiriman Adityawarman sebagai utusan Majapahituntuk mengusahakan perdamaian antara Majapahit dengan bangsa Mongol, pasca terjadinya perselisihan dan peperangan pada masa Singasari dan zaman Raden Wijaya.
Pada masa pemerintahan Tribhuwanattunggadewi, Adityawarman diangkat sebagai Wreddhamantri, atau perdana menteridi Kerajaan Majapahit.Kedudukan Adityawarman di Majapahit lebih tinggi dari Gajah Mada pada waktu itu.Pada saat pelantikan Gajah Mada menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit, beliau mengucapkan sumpah yang bernama Sumpah Palapa. Sumpah Palapa berisi tentang wilayah-wilayah di Nusantara yang akan disatukan di bawah kekuasaan Majapahit. Salah satu wilayah yang akan disatukan yaitu Kerajaan Dharmasraya di Sumatera. Sumpah Palapa Gajah Mada berbunyi sebagai berikut:
“Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, Lamun kalah ring Gurung, ring Seran, Tangjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, samana ingsun amukti palapa”.
(10)
“Jika telah berhasil menundukkan Nusantara, saya baru akan istirahat.Jika Gurun,Seran,Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, telah tunduk, saya baru akan istirahat” (Slamet Muljana, 2005: 249).
Pelaksanaan Sumpah Palapa Gajah Mada ini di awali dengan menaklukan Kerajaan Dharmasraya. Untuk melaksanakan penaklukan tersebut, Ratu Tribhuwanattunggadewi mengutus panglima Kerajaan Majapahit untuk menjalankan penaklukan ke Sumatera. Kerajaan Dharmasraya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan terdahulu yaitu Singasari, tetapi setelah runtuhnya Kerajaan Singasari dengan otomatis wilayah kekuasaan yang ada di seberang Tanah Jawa sulit dikendalikan. Kerajaan Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan Singasari juga belum mampu mengendalikannya, dengan demikian wilayah kekuasaan Singasari di Sumatera berhasil dikuasai oleh Kesultanan Aru-Barumun yang ada di bagian Utara Sumatera.
Dalam menjalankan misi penaklukan/ perluasanseorang panglima perangatau Menteri kerajaan mebutuhkan namanyaperjuangan.Perjuanganmerupakan suatu usaha yang penuh kesukaran dan bahaya, dilakukan dengan kekuatan fisik maupun mental untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Moedjanto bahwa perlawanan atau reaksi rakyat di Nusantara mempunyai ciri-ciri, yaitu: perlawanan/ perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal, yang menggantungkan pada tokoh kharismatik.Sementara perjuangan setelah tahun 1900, mempunyai ciri, yakni: perjuangan bersifat nasional, strategi perjuangan diplomasi, serta perjuangan dengan organisasi modern(Moedjanto, 1988: 25). Menurut Slamet Muljana perjuangan seseorang harusmempunyai ciri yaitu memiliki bentuk perjuangan, faktor dan
(11)
proses dalam menjalankan perjuangan serta berusaha sekeras-kerasnya untuk melaksanakan cita-citanya, dan untuk mencapai tujuan yang tinggi .seperti seorang perajurit yang mengumpulkan jasa dengan mempertaruhkan jiwanya untuk memenangkan dalam peperangan (Slamet Muljana, 1983: 138)
Faktor yang mendorong Kerajan Majapahit untuk menguasai Kerajaan Dharmasraya, dikarenakan Dharmasraya terletak di daerah strategis yang merupakan tempat bertemunya perdagangan asing di Selat Malaka yang ingin mencari rempah-rempah, lada pada saat itu merupakan komoditi yang sangat laris untuk di perdagangkan, tetapi tidak hanya lada yang menjadi komoditi dalam perdangangan saat itu melainkan lilin lebah, gading, tanduk burung enggang, kayu gaharu, damar kayu tusam, dan tanduk badak juga menjadi komoditi yang sangat laris di pasar (Uli Kozok, 2006: 21).
Mengandalkan kekuatan militer pasukan tentara Majapahit, Adityawarman memimpin pasukannya melakukan penaklukan ke Sumatera yang dilakukan dalam bentuk serangan militer. Adityawarman berusaha keras untuk mencapai keinginan untuk menjadikan penguasa di Sumatera. Dilihat dari garis keturunan, Adityawarman adalah cucu raja Kerajaan Dharmasraya yang bernama Tribuanaraja Mauliwarmadewa. Atas dasar itu, Adityawarman berhak atas tahta Kerajaan Dharmasraya. Kemudian timbul keinginannya untuk mendirikan Kerajaan yang mandiri.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih terkait mengenai Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
(12)
B. Analisis Data
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor penyebab perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
2. Bentuk perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
3. Proses perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
2. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang akan diteliti tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada ProsesPerjuangan Adityawarman di Kerajaan Melayu Nusantara tahun 1339-1376.
3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalahBagaimanakah Proses Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339- 1376 ?
C.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian.
(13)
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Proses Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
2. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada:
1. Peneliti sebagai syarat seorang mahasiswa dalam meyelesaikan perkuliahan pendidikan sejarah untuk mendapatkan gelar sarjana.
2. Mahasiswa pendidikan sejarah maupun pada pihak-pihak yang membutuhkan supaya bertambahnya wawasan ilmu pengetahuan mengenai perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
3. Guru sejarah hendaknya mampu menyajikan materi tentang sejarah Kerajaan Melayu, khususnya perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian : Kerajaan Melayu
2. Subjek Penelitian : Perjuangan Adityawarman
3. Tempat Penelitian :Perpustakaan Umum, Perpustakaan Daerah. 4. Waktu Penelitian : Tahun 2013
5. Temporal : Tahun 1339 hingga Tahun 1376 6. Bidang Ilmu : Sejarah
(14)
REFERENSI
Slamet muljana. 1983. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Intiidayu Press: Jakarta. Halaman 176
Slamet muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit). LkiS: Yogyakarta. Halaman 249
Amir Sjarifoedin. 2011. Minangkabau: Dari Dinasti Iskandar Zulkainain Sampai Tuanku Imam Bonjol. PT. Gria Media Prima: Jakarta. Halaman 211.
Uli Kozok. 2006. Kitab Undang- Undang Tanjung Tanah ( Naskah Melayu Yang Tertua). Yayasan Naskah Nusantara: Jakarta. Halaman 21
(15)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka
1.Konsep Perjuangan
Perjuangan merupakan suatu usaha yang penuh kesukaran dan bahaya, dilakukan dengan kekuatan fisik maupun mental untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Moedjanto bahwa perlawanan atau reaksi rakyat di Nusantara mempunyai ciri-ciri, yaitu: perlawanan/ perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal, yang menggantungkan pada tokoh kharismatik.Sementara perjuangan setelah tahun 1900, mempunyai ciri, yakni: perjuangan bersifat nasional, strategi perjuangan diplomasi, serta perjuangan dengan organisasi modern (Moedjanto, 1988: 25).
Perjuangan adalah segala usaha yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangandan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai kemerdekaan. Perjuangan mempunyai arti luas, sehingga apa yang dilaksanakan oleh pahlawan-pahlawan di Nusantara merupakan peristiwa-peristiwa dalam perjuangan (Susanto Tirtoprojo, 1982:7).
(16)
Menurut Slamet Muljana perjuangan seseorang harus berusaha sekeras-kerasnya untuk melaksanakan cita-citanya, dan untuk mencapai tujuan yang tinggi seperti seorang perajurit yang mengumpulkan jasa dengan mempertaruhkan jiwanya untuk memenangkan dalam peperangan (Slamet Muljana, 1983: 138)
Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarah umat manusia, munculnya perjuangan pahlawan bukan terbatas dari hasil perjuangan fisik namun juga melalui usaha atau kegiatan di bidang pemikiran dalam rangka mengadakan perubahan besar untuk kepentingan umum, sehingga muncul Pahlawan-pahlawan (Uka Tjandrasasmita, 1983:20). Selanjutnya C.S.T. Kansil dan Julianto dalam bukunya sejarah “perjuangan pergerakan kebangsaan Indonesia menyatakan, perjuangan adalah usaha perintis yang mengantarkan sebuah bangsa kedepan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala bentuk pengorbanan- pengorbanannya” (C.S.T. Kansil, 1984: Halaman 1). Sedangkan menurut G.S.Diponolo, “Perjuangan adalah mengadu kekuatan fisik atau mental untuk mencapai tujuan” (G.S.Diponolo, 1975: Halaman 234).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini perjuangan diartikan sebagai usaha yang dilakukan dengan penuh pengorbanan dan bahaya baik dalam bentuk peperangan maupun diplomasi dalam pencapaian tujuan agar sesuai dengan harapan serta dapat melakukan perubahan besar.
(17)
2. Konsep Melayu
Melayu merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut orang-orang yang mendiami wilayah di sepanjang Pesisir Semenanjung Melayu. Menurut pendapat Marsden Wiliam yang mengartikan Melayu merupakan sebutan orang-orang Malayo atau Melayu yang dipakai untuk membedakan mereka dari penghuni pulau Sumatra lainnya. Meskipun istilah tersebut juga digunakan untuk menyebut penduduk pantai di Semenanjung dan banyak pulau lain disekitarnya (Marsden Wiliam, 2008: 44).
Menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera.Bangsa Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Bangsa Proto Melayu kemudian menyebar di sekitar wilayah Indonesia pada tahun 3.000 SM hingga 1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang keIndonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM (Tanahimpian, Diakses pada 26 Maret 2013 ).
Menurut pendapat Slamet Muljana, istilah Melayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sanskerta bermakna “bukit”. Melayu merupakan nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibukotanya (Slamet Muljana, 2005: 62).Berdasarkan keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara pada tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di
(18)
Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas yakni Pulau Sumatra (wikipedia, Diakses pada 3 Maret 2013).
Menurut pendapat Uli Kozok, Pupuh 13 Negarakrtagama, yang selesai dikarang pada tahun 1365, mencatat 24 negaradi “Bumi Malayu” yang mengakui kedaulatan Majapahit mulai dari Barus dan Lamuri(Aceh) di utara sampai Lampung di Selatan Pulau Sumatra. Sudah jelas bahwa "Bumi Malayu" di sini merujuk kepada Sumatra secara keseluruhan dan bukan kepada kerajaanMalayu Adityawarman (Uli Kozok, 2006: 17).
Berdasarkan pendapat yang diuraikan oleh beberapa para ahli di atas dapat dikatakan bahwa Melayu merupakan sebutan untuk orang-orang yang mendiami wilayah di sepanjang Pesisir Semenanjung Melayu namun dalam segi sejarah Melayu bermaknakan sebagai “bukit”. Serta seluruh wilayah yang berada di Pulau Sumatra dari Lamuri (Aceh) di utara sampai Lampung di Selatan Pulau Sumatra disebut dengan Melayu. Namun peneliti hanya membahas mengenai wilayah kekuasan Adityawarman tidak membahas wilayah Melayu secara keseluruhan dari Aceh sampai Lampung.
3. Konsep Nusantara
Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan Wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatra sampai Papua.Kata ini tercatat dalam literatur berbahasa Jawa pertengahan
(19)
abad (abad 12 hingga abad 16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut Majapahit (wikipedia, Diakses pada 23 Januari 2013: 1).
Nusantara adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya(Padma Sanjaya, Diakses pada 19 Agustus 2013: 1).
Nusantara adalah suatu istilah yang dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak diantara samudera Pasifik dan Samudera Hindia (Indonesia) serta diantara benua Asia dan benua Australia (Tontowi Amsia, 2008: 5).
Sedangkan dalam rangkaian dari NUSA dan ANTARA yang diartikan sebagai tanah air Indonesia yaitu kesatuan wilayah perairan, persatuan dan gugusan NUSANTARA dan DWIPANTARA yang berarti ”Pulau-pulau yang diantara benua” Sedangkan pengertian benua pada zaman kuno adalah (Benua) zaman modern disebut benua Asia dan benua Australia (Tontowi Amsia, 2008: 5).
(20)
Berdasarkan faham “posisi anatar yang bersifat dunia” adalah perwujudan Nusantara (kepulauan) yang memiliki posisi yang bersifat dunia. Dengan kata lain nusantara adalah suatu negara kepulauan yang menduduki posisi silang (Tontowi Amsia, 2008: 8).
Menilik dari segi sejarah, kata “Nusantara” pertama kali tertulis dalam literatur berbahasa Jawa sekitar abad ke-12 sampai 16.Penggunaan kata “Nusantara” semakin dikenal ketika Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada mengucapkan Sumpah Palapa pada tahun 1258 Saka (1336 M).kata “Nusantara” bermakna daerah yang berada di luar pengaruh kebudayaan Jawa atau berada di seberang Jawadwipa (Pulau Jawa), terpisah oleh laut, dan menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Majapahit (Bugiskha, diakses pada 07 May 2013). Berdasarkan pendapat yang diuraikan oleh beberapa para ahli di atas dapat katakan bahwa yang dimaksud dengan Nusantara adalah nama pulau pulau atau gugusan yang membentang dari Sabang sampai Merauke,dalam segi sejarah Kerajaan Majapahit “Nusantara” dapat bermakna daerah yang berada di luar pengaruh kebudayaan Jawa yang tidak menyatu dengan pulau Jawa atau berada di seberang Jawadwipa, yang sekarang menjadi negara kesatuan Republik Indonesia.
(21)
B. Kerangka Pikir
Tribhuwanatunggadewi naik tahta menjadi Raja Majapahit dan mundurnya Aria Tadah menjadi patih Amangkubhmi, Pada tahun 1334 Gajah Madadiangkat menjadi Patih Amangakubumi oleh TribuwanatunggadewiAtas jasayang diberikannya kepada Majapahit selama ini, saat upacara pengangkatannya sebagai patih Amangkubhmi. Gajah Mada menyatakan program politiknya yang berisikan tentang perluasan wilayah kekuasaan Majapahit di Nusantara tidak terkecuali untuk penaklukan wilayah di Sumatra. Pengiriman pasukan ke Sumatra untuk menaklukan Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan yang ada di Melayu, hasil pengiriman pasukan Majapahit ke Melayu akan memperluas pengaruh Jawa di Sumatra.
Adityawarman yang dilahirkan dengan mewarisi darah Melayu dari ibunya Darah Jingga dan Jawa dari bapaknya Mahesa Anabrang, menjadi tokoh yang dipilih Majapahit, terutama Gajah Mada untuk melanjutkan dan mengembangkan hubungan persahabatan antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Dharmasraya di tanah Melayu pada saat itu sebagai perluasan kekuasaan di Nusantara.
Adityawarman diutus untuk menaklukan kerajaan dharmasraya yang dikuasai oleh kesultanan aru barumun dan melakukan berbagai penaklukan di sumatera atau tanah melayu serta sebagai Uparaja atau Raja bawahan Majapahit untuk wilayah taklukan di Sumatra, perjuangan Adityawarman di Melayu mendapat pertentangan dari pamannya di
(22)
Kerajaan Dhrmasraya dengan bantuan pasukan yang di bawa dari Kerajaan Majapahit paman Adityawarman dapat menerima Adityawarman menjadi Raja bawahan di Kerajaan Dharmasraya Akan tetapi saat Kerajaan Majapahit gagal menaklukan Kesultanan Samudra Pasai kemudian timbul keinginannya Adityawarman untuk mendirikan Kerajaan yang mandiri dari Kerajaan Majapahit.
(23)
Persiapan Mengadakan persiapan
pasukan dan merancang taktik serta strategi pertempuran
Pelaksanaan Melakukan berbagai penaklukan kerajaan yang ada di Melayu seperti:
Kesultanan Aru Barumun
Kesultanan Kuntu Kampar
Kerajaan Silo
Kerajaan Minangkabau dan lain-lain
C. Paradigma
Perluasan Wilayah Kekuasaan Majapahit di Nusantara
Mendirikan Kerajaan baru yang Mandiri
Garis Kegiatan Garis Pengaruh
(24)
REFERENSI
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 25 Susanto Tirtoprojo.1982.Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. PT
Pembangunan: Jakarta. Halaman 7
Slamet Muljana. 1983. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Intiidayu Press: Jakarta. Halaman 138
Uka Tjandrasasmit. 1983. Beberapa Saran untuk Penggarisan Pola Penulisan Biografi Pahlawan Nasional. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional: Jakarta. Halaman 20
Marsden Wiliam. 2008. Sejarah Sumatra. Komunitas Bambu: Jakarta. Halaman 44
Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit). LKiS: Yogyakarta. Halaman 62
Uli Kozok. 2006. Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah Naskah Melayu Yang Tertua. Yayasan Naskah Nusantara: Jakarta. Halaman 17
Tontowi Amsia. 2008. Perspektif Kewiraan dalam Ketahanan Nasional. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Halaman 5
Ibid. Halaman 5 Ibid. Halaman 8 Internet
http://tanahimpian.info/index. php/. diakses pada 26 maret 2013
kerajaan Melayu, tersedia di http://id.wikipedia.org/. Diakses pada 3 maret 2013 http://.wikipedia.org/wiki/nusantara/. Diakses pada 23 januari 2013-05-21 http://bugiskha.wordpress.com// diakses pada 07 mei 2013
(25)
III. METODE PENELITIAN
Metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut Winarno Surahkmad, metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1982: 121).
Sedangkan menurut Husin Sayuti menegaskan bahwa metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1989: 32).
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara kerja yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis, karena penelitian ini mengambil objek dari peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa lalu.Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu(Louis Gottschalk, 1986: 32). Menurut Hadari Nawawi, mengatakan bahwametode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarangmaupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga
(26)
hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi, 2001: 79).
Berdasarkan pendapat kedua ahli diatas, maka metode historis adalah suatu cara dalam proses mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta diinterprestasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah untuk merekonstruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis adalah:
1. Heuristik, yakni kegiatan menyusun jejak-jejak masa lampau.
2. Kritik sejarah, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupun isi.
3. Inteprestasi, yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.
4. Historiografi, menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah (Nugroho Notosusanto, 1984: 84).
Berdasarkan langkah penelitian historis seperti di atas, maka langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah :
1. Heuristik: peneliti mencoba mencari serta mengumpulkan data-datayang diperlukan dan berhubungan denganpenelitianyang sedang dilakukan.
2. Kritik: setelah data terkumpul, kegiatan penelitian selanjutnyaadalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapat untuk menguji apakah data tersebut valid atau tidak serta layak menunjang kegiatan penelitian yang dilakukkan. Jenis kritik yang dilakukan dengan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah mengkritik dengan melihat apakah data yang didapat itu asli atau palsu. Kritik intern adalah mengkritik yang bertujuan untuk meneliti kebenaran isi data dari sumber data yang sudah didapat.
(27)
3. Interpretasi: Peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yangtelah didapatkannya dan selanjutnya berusaha untuk melakukan analisis data atau peneliti mulai melakukan pembentukan konsep dan generalisasi sejarah. 4. Historiografi :Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalahmelakukan
penyusunan atau penulisan dalam bentuk laporan hingga menjadi sebuah konsep sejarah yang sistematis.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, maka metode historis adalah suatu cara dalam mengumpulkan, menganalisa dan memahami data-data historis, serta diinterpretasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah untuk merekonstruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 1989: 78).
Menurut Hadari Nawawi, variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur didalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian (Hadari Nawawi, 1996: 55). Variabel adalah obyek penelitian/atribut, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik(Sugiyono, 2009: 60).
(28)
Dalam penelitian ini digunakan variabel tunggalProses Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara tahun 1339-1376.
B. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat.Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Tehnik Kepustakaan
Menurut Koentjaraningrat studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1997: 8).
Menurut pendapat lain teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Nawawi,1993: 133).
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari buku– buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argumen yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan masalah yang diteliti.
(29)
2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti (Nawawi, 1993: 134).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan , transkrip, majalah, surat kabar, agenda, dan sebagainya(Suharsimi Arikunto, 1989: 188).
Dalam hal ini seorang peneliti dalam mengumpulkan data tidak hanya terbatas pada literatur tetapi juga melalui pembuktian atau mencari data lain yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, gambar arkeologi dan lain sebagainya.
3. Teknik Analisis Data
Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu data yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dan karangan para sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran dalam menyelesaikan masalah penelitian.
(30)
Langkah–langkah dalam mengalisis data dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan kemudian dituangkan dalam bentuk laporan, selanjutnya adalah proses mengubah rekaman data ke dalam pola, kategori dan disusun secara sistematis. Proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transpormasi data dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian berlangsung. Fungsi dari reduksi data ini adalah untuk menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir sehingga interpretasi bisa ditarik. Data yang direduksi akan memberikan gambaran mengenai hasil pengamatan yang mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah penampilan data sekumpulan data yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dari pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain dengan cara memasukkan data ke dalam sejumlah matrik, grafik, dan bagan yang diinginkan atau bisa juga hanya dalam bentuk naratif saja.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah data direduksi, dimasukan kedalam bentuk bagan, matrik, dan grafik, maka tindak lanjut peneliti adalah mencari konfigurasi yang mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya.
(31)
REFERENSI
Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. Halaman 121.
Husin Sayuti. 1989. Pengantar metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Halaman 32.
Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah(penerjemah Nugroho Notosusanto). Universitas Indonesia Press: Jakarta. Halaman 32.
Nugroho notosusanto. 1984.
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta: Jakarta.Halaman 78.
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 2001. Penelitian Terapan. Gajah Mada Press: Yogyakarta. Halaman 55
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.Halaman 60. Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. RINEKA CIPTA: Jakarta. Halaman 78
Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta. Halaman 8.
Hadari Nawawi. Op. Cit. Halaman 133. Hadari Nawawi. Op. Cit. Halaman 134. Suharsimi Arikunto. Op.Cit. Halaman 188
(32)
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan data- data yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil kesimpulan Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara, yakni menjadi raja bawahan Kerajaan Majapahit di Melayu, membebaskan Kerajaan Dharmasraya dari Kerajaan Aru Barumun serta berhasil memperluas Kerajaan Dharmasraya diantaranya menaklukan Kerajaan Silo, Minangkabau dan Kesulatanan Kuntu Kampar.
Peluang Adityawarman menjadi raja di Kerajaan Dharmasraya lebih besar dari pada menjadi raja Kerajaan Majapahit, didukung dengan kegagalan Kerajaan Majapahit memusnahkan Kesultanan Aru Barumun, Kesultanan Samudra Pasai dan semua itu merupakan titik awal berdirinya Kerajaan Pagaruyung.
Pada saat mangkatnya Patih Gajah Mada pada tahun 1364 menyebabkan melemahnya Kerajaan Majapahit di Nusantara, membuat kerajaan yang berada di bawah naungannya berhasil melepaskan diri termasuk di dalamnya Kerajaan Pagaruyung yang kemudian menjadi kerajaan yang mandiri di bawah pimpinan Adityawarman sebagai raja.
(33)
B. Saran
Perjuangan Adityawarman di Kerajaan Dharmasraya Nusantara merupakan perjuangan yang penuh dengan pengorbanan. Oleh sebab itu penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru sejarah hendaknya mampu menjelaskan tokoh yang berperan penting dalam peristiwa Perjuangan Adityawarman mendirikan Kerajaan Pagaruyung.
2. Kepada generasi muda penerus bangsa untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam Perjuangan Adityawarman mendirikan Kerajaan Pagaruyung sehingga dapat mewarisi sifat-sifat perjuangan, kepahlawanan dan cinta tanah air.
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Sumberbuku
Amsia,Tontowi. 2008. Perspektif Kewiraan dalam Ketahanan Nasional. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Tebal Halaman 122
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. RINEKA CIPTA:Jakarta. Tebal Halaman 274
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. RinekaCipta: Jakarta. Tebal Halaman 266
Bayu Adji, Krisna. 2013.Majapahit (Menguak Majapahit Berdasarkan Fakta Sejarah): Yogyakarta.Araska. Tebal halaman 170
C.S.T. Kansil dan Julianto. 1990. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia(Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Erlangga: Jakarta. Tebal Halaman 160
Djoko, Irwan Nugroho. 2011. Majapahit Peradapan Maritim Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia. Jakarta: Suluh Nusantara Bakti. Tebal Halaman 422
Dt. Batuah, Ahmad. 1956. Tambo Minangkabau Dan Adatnja. Dinas Penerbit Balai Pustaka: Djakarta. Tebal Halaman 188
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (penerjemah Nugroho Notosusanto). Universitas Jakarta:Indonesia Press. Tebal Halaman 225
Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Tebal Halaman 506
Kozok, Uli. 2006. Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah Naskah Melayu Yang Tertua. Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara. Tebal Halaman 120
Marsden, Wiliam. 2008. Sejarah Sumatra. Jakarta:Komunitas Bambu. Tebal Halaman 594
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius. Tebal Halaman 258
(35)
Muljana, Slamet. 1981. Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi. Yayasan Idayu:Jakarta. Tebal Halaman 352
. .1983. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit.Inti idayu Press: Jakarta. Tebal Halaman 367
. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit).LKiS.Yogyakarta. Tebal Halaman 275
. 1979. Nagarakretagama Dan Tafsir Sejarahnya. Tiga Serangkai: Solo. Tebal Halaman 346
Nawawi, Hadari. 1995 Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada university Press: Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 2001. Penelitian Terapan. Gajah Mada Press: Yogyakarta. Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu
Pengalaman). Jakarta:Inti Idayu Prees.Tebal Halaman 551
Pinuluh, Esa Damar. 2010. Pesona Majapahit. Bukubiru: Jogjakarta. Tebal Halaman 208
Sayuti, Husin. 1989. Pengantar metodologi Riset. Jakarta:Fajar Agung. Tebal Halaman 184
Sjarifoedin, Amir. 2011. Minangkabau: Dari Dinasti Iskandar Zulkainain Sampai Tuanku Imam. Jakarta Timur:PT Gria Media Prima.Tebal Halaman 381 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.Tebal Halaman 456 Surakhmad,Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:Tarsito. Tebal
Halaman 365
Tamburaka, Rustam E dan Roeslan Abdul Gani.1999. Pengantar Ilmu Sejarah,Teori Filsarat Dan IPTEK.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tebal Halaman 247
Tjandrasasmit, Uka a. 1983.“Beberapa Saran untuk Penggarisan Pola Penulisan Biografi Pahlawan Nasional”.Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional: Jakarta.
Tim Sejarah Yayasan Kerti Budaya. 2011. Perjalanan Arya Damar dan Arya Kenceng di Bali. Pustaka Larasan. Tebal Halaman 340
(36)
Sumber lain:
1. file:///D:/559-Sejarah-Minangkabau-Bag-1.htm (Pandaisikek, diakses 28 Mei 2013: 1).
2. file:///D:/Tambo-Adat-Minang-Kabau.htm(Ardian Ulvan, Diakses 06 Juni2013: 3).
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung (Wikipedia, diakses 09 Juni 2013: 1)
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Adityawarman(Wikipedia, diakses 09 Juni 2013: 1)
5. http://www. strategi-perang-raja-di-jawa (Radhite, diakses 8 Januari 2014: 1 )
6. http://www.indralasmana.co.cc/2010/09/kerajaan-pagaruyung (Indralasmana, diakses 11 Juni 2013: 1)
7. http://Tokoh Sejarah Majapahit.Blogspot.Com(Lanang Dawan, diakses 11 Juni 2013: 1 ).
8. file:///D:/307-Asal-Mula-Nama-Nagari-Minangkabau(Samsuni, diakses 20 Juni 2013: 1).
9. http:// Bugiskha. Wordpress.com // ( Bugiskha, diakses pada 07 Mei 2013: 1)
10.http//.wikipedia.org/wiki/Nusantara/ (Wikipedia, diakses pada 23 Januari 2013: 1 ).
11.http:/id.wikipedia.org/ Kerajaan Melayu/ (Wikipedia, diakses pada 3 Maret 2013: 1 ).
12.http:// tanahimpian. Info/index.php/ (diakses pada 26 Maret 2013: 1 ). 13.https:// Angku.Sutan.Mangalobihi/posts/ (Sutan Mangalobihi, diakses 15
Juli 2013: 1 ).
14. http://news.indonesianvoices.com/index.php/sejarah-nusantara/56-nusantara-melayu-kediri-singasari-majapahit-pamalayu (Heri Hidayat Makmun, diakses 20 Juli 2013: 1).
15. http://bunga911.blogspot.com/2011/05/hubungan-antara-pusat-dan-daerah(Padma Sanjaya Diakses pada 19 Agustus 2013: 1)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
Keterangan : Peta Wilayah Sumatra dan Tanah Melayu Pada Saat Abat 14
Sumber:http://www.google.com/search?q=peta+pulau sumatra+ditanahmelayu
(42)
Keterangan: Peta Kekuasaan Adityawarman di Dharmasraya dan Pemindahan Pusat Kerajaan Pagaruyung.
Sumber: http://www.google.com/search?q=peta+kerajaan+dharmasraya
(43)
Peta Kerajaan Dharmasraya
(44)
Peta Kekuasan Rantau Kerajaan Dharmasraya
Keterangan: Peta Kekuasan Kerajaan Rantau atau Perluasan Kerajaan Dharmaseraya Semasa Adityawarman Menjadi Raja Bawahan
(45)
Keterangan : Steruktur Pemerintahan Kerajaan Dharmasraya Yang Di Pimpin Oleh Adityawarman
Sumber :http://www.google.com/search/struktur +kerajaan+dharmasraya
Rajo Tigo Silo
Datuk Ketemanggung dan Daruk Parpatih Nan Sabatang
Tuan kadhi(Patih Amangkubumi)
Basa Ampek Balai (Empat Menteri Utama)
Datuk Nan Barampek Raja
Adityawarman
Bandoro
(Pengaturan Rumah Tangga Kerajaan)
Indomo (Pembantu Panglima) Tuan gadang
(Panglima Kerajaan)
Makhudum
(Penghubung Dan Juru Bicara)
Dewan penghulu Tua Kampuang Pemerintah pusat Raja Mahapatih Menteri/ Lembaga Eksekutif Dewan Kementerian Tungganai Pemerintah Daerah Majelis Penghulu Dari Suku-Suku di Dalam Negeri Kepala Desa
Kepaa Klan Keluarga/ Masyarakat
(46)
Sri Tribuana Raja Mauli Warmadewa Tahun 1270 - 1297
Dewi Kencana (Mambang Talena) Puti Reno Mandi
Dyah Sri Tribuananeswari
(Dara Petak)
Lhir = 1277
I – Kertarajasa (Raden Wijaya) Majapahit 1293 – 1309
Rajo Mudo
di ranah Si Kalawi (Taluk Kuantan)
Bundo Kanduang (Dara Jingga)
Tahun 1295 – 1347
Puti Bungsu
Lahir Th 1325
Ksatria Mahesa Anabrang
(Panglima Si Barakat eX Pamalayu Ditarik ke Jawa Th.1294
Dang Tuanku (Arrya Adityawarman)
Lahir = 1294 Tahun 1347 – 1375
II - Jayanegara
(Kala Gemit) Th.1309 – 1328
III – Rajapatni
Th.1328-1350
IV - Hayam Wuruk
Th..1350-1389
Mahapatih Gajah Mada Th.1331-1364
V - Wikramadhana
Th.1389-1429
Ananggawarman
Lahir = 1348
(47)
Keterangan: Arca Bhairawa yang diyakini sebagai Patung Adityawarman di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta
Sumber: http://www.Allabout minangkabau. Com /2011/02/ kerajaan-pagaruyung.
(48)
Keterangan: patung batu pāduka Amoghapāśa sebagai salah satu
perwujudan Lokeswara sebagaimana disebut pada prasasti Padang Roco.
(49)
Keterangan: Pada bagian lapik (alas) arca mendapat tambahan
pahatan aksara padabagian belakang patung untuk menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya Adityawarman.
(50)
Prasasti Peninggalan Aditywarman
Prasasti Kuburajo yang Merupakan Peninggalan Adityawarman Semasa Menjadi Raja di Melayu
Prasasti Pagaruyung I (Bukit Gombak I) yang Berisikan Puji Pujian Untuk
Adityawarman
(51)
Keterangan: (Batu Bersurat atau Prasasti Raja Adityawarman) Karena ditulis diatas batu, masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan nama “batu basurek”.
Sumber: http://www.riaumagz.com/4294/batu-basurek-prasasti-raja-Adityawarman
(1)
Silsilah Kerajaan Dharmasraya
Sri Tribuana Raja Mauli Warmadewa
Tahun 1270 - 1297
Dewi Kencana (Mambang Talena) Puti Reno Mandi
Dyah Sri Tribuananeswari
(Dara Petak) Lhir = 1277
I – Kertarajasa (Raden Wijaya) Majapahit 1293 – 1309
Rajo Mudo di ranah Si Kalawi
(Taluk Kuantan)
Bundo Kanduang (Dara Jingga) Tahun 1295 – 1347
Puti Bungsu
Lahir Th 1325
Ksatria Mahesa Anabrang (Panglima Si Barakat
eX Pamalayu Ditarik ke Jawa Th.1294
Dang Tuanku (Arrya Adityawarman)
Lahir = 1294 Tahun 1347 – 1375
II - Jayanegara
(Kala Gemit) Th.1309 – 1328
III – Rajapatni
Th.1328-1350
IV - Hayam Wuruk
Th..1350-1389
Mahapatih Gajah Mada Th.1331-1364
V - Wikramadhana
Th.1389-1429
Ananggawarman
Lahir = 1348
(2)
Gambar. 7
Patung Adityawarman
Keterangan: Arca Bhairawa yang diyakini sebagai Patung Adityawarman di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta
Sumber: http://www.Allabout minangkabau. Com /2011/02/ kerajaan-pagaruyung.
(3)
Arca Amoghapasa
Keterangan: patung batu pāduka Amoghapāśa sebagai salah satu
perwujudan Lokeswara sebagaimana disebut pada prasasti Padang Roco.
(4)
Gambar. 9
Arca Amoghapasa
Keterangan: Pada bagian lapik (alas) arca mendapat tambahan
pahatan aksara padabagian belakang patung untuk menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya Adityawarman.
(5)
Prasasti Peninggalan Aditywarman
Prasasti Kuburajo yang Merupakan Peninggalan Adityawarman Semasa Menjadi Raja di Melayu
Prasasti Pagaruyung I (Bukit Gombak I) yang Berisikan Puji Pujian Untuk
Adityawarman
(6)
Gambar. 11
Batu Basurek
Keterangan: (Batu Bersurat atau Prasasti Raja Adityawarman) Karena ditulis diatas batu, masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan nama “batu basurek”.
Sumber: http://www.riaumagz.com/4294/batu-basurek-prasasti-raja-Adityawarman