Kerajaan kerajaan Islam di Nusantara tug

1. Kesultanan Samudra Pasai
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera
Darussalam,
atau Samudera
Pasai,
adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai
utara Sumatera, kurang
lebih di
sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh
Utara,
Provinsi Aceh, Indonesia.

Verena Andrea|7-3/35|April 14, 2016
Kerajaankerajaan
Islam di Nusantara
TUGAS IPS
Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang
bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267.
Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam
kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur)

karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafr
Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345.
Kesultanan
Pasai
akhirnya
runtuh
setelah
serangan Portugal pada tahun 1521.

PAGE 1

Sumber Sejarah
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan
ini untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian
sejarah. Namun
beberapa
sejarahwan
memulai
menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan
dari Hikayat Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan

beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan
emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Koin emas dan perak yang ditemukan:

Makam Raja- raja:

Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Malikussaleh atau Sultan Malikusslaeh merupakan sultan
pertama kerajaan Islam pertama di Nusantara, yaitu Samudera

PAGE 2

Pasai. Ia memerintah mulai tahun 1267. Nama aslinya adalah
Meurah Silu. Ia adalah keturunan dari Sukee Imeum Peuet.
Sukee Imeum Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat
maharaja/meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer
(Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan
di Aceh pra-Islam. Nama Malikussaleh kini diabadikan
sebagai Bandar Udara Malikus Saleh di Lhokseumawe.

 Pemimpin pada masa kejayaan
Ratu Nahrasyiyah, Nahrasiyah adalah seorang ratu dari Kerajaan
Samudera Pasai yang memegang pucuk pimpinan tahun 14051428 M. Ratu Nahrasiyah merupakan anak dari Sultan Zainal
Abidin Malikudzahir yang mangkat pada tahun 1405. Ada juga
versi yang menyebutkan kalau Nahrasiyah adalah janda sang raja
yang mangkat, Zainal Abidin, lalu ia dinobatkan sebagai
penggantinya.
Kehidupan Sosial, Politik/ Ekonomi:
Kehidupan Perekonomian:
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai
komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100
kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan
Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi
pada masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham)
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di
ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah
untuk menghasilkan keju.
Kehiupan Keagamaan:
Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai,
walau pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai

masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires, telah
membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya
masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun
tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian.
Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di
Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat oleh adanya
pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana
diceritakan dalam Sulalatus Salatin.

PAGE 3

Ekonomi

Sosial Budaya

Mengandalkan lada

Kerajaan yang makmur

Kerajaan dagang yang

maju

Rakyat ramah terhadap ulama

2. Kesultanan Demak
Kesultanan
Demak atau Kerajaan
Demak adalah
kerajaan Islam pertama
dan
terbesar
di
pantai
utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak
sebelumnya
merupakan kadipaten dari
kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan
baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di
tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro"

dalam bahasa
Jawa),
saat
ini
telah
menjadi
kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada
periode
ketika
beribukota
di
sana
dikenal
sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota
dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk
periode ini kerajaan disebut Demak Prawata.

Sumber Sejarah:
Masjid Demak, Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat
berkumpulnya

para ulama (wali)
yang
menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa yang
disebut
dengan Walisongo.
Pendiri
masjid
ini
diperkirakan

PAGE 4

adalah Raden Patah, yaitu raja
Demak sekitar abad ke-15 Masehi.

pertama

dari Kesultanan


Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang
karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini
merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi
Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar
bulus
terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti
angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus
berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid
Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini
didirikan pada tanggal 1 Shofar.
Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Adipati Raden Patah alias 靳 卟 嗯 Jin Bun bergelar Senapati
Jimbun[1] atau Panembahan Jimbun[2](lahir: Palembang, 145
5;
wafat: Demak, 1518)
adalah
pendiri
dan
raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.

Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, ia
memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di
depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin
Bun artinya orang kuat.[3] Nama tersebut identik dengan nama
Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti kemenangan. Pada masa
pemerintahannya Masjid Demak didirikan, dan kemudian ia
dimakamkan di sana.

 Raja pada Masa Kejayaan

PAGE 5

Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan
Trenggono (1521-1526), yakni raja ketiga setelah Pati Unus.
Sultan Trenggono merupakan anak dari Raden Patah yang
tidak lain adik Pati Unus. Pada masa pemerintahannya, Demak
menguasai Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau para
tentara Portugis yang mendarat disana (1527), Tuban (1527),
Surabaya dan Pasuruan (1527), Madiun (1529), Malang (1945),
dan dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur

pulau Jawa (1527, 1546). Kemudian pada tahun 1546 Sultan
Trenggono meninggal dalam sebuah pertempuran
menaklukkan Pasuruan. Trenggana alias Tung Ka
Lo (lahir: 1483; wafat: 1546) adalah raja Demak ketiga, yang
memerintah tahun 1505-1518, kemudian tahun 1521-1546. Di
antara kedua masa tahta tersebut, Demak dipimpin ipar
Trenggana, Pati Unus dari Jepara. Trenggana menikah dengan
putri dari bupati Palembang Arya Damar (ayah Kin San/Raden
Kusen).
Di bawah Trenggana, wilayah kekuasaan Demak meluas
sampai ke Jawa Timur.

Masa keruntuhan Demak:
Suksesi Raja Demak 3 tidak berlangsung mulus, terjadi
Persaingan panas antara P. Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan
Trenggana yang berlanjut dengan di bunuhnya P. Surowiyoto
oleh Sunan Prawoto (anak Trenggono), peristiwa ini terjadi di
tepi sungai saat Surowiyoto pulang dari Masjid sehabis sholat
Jum'at. Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar) dikenal dengan
PAGE 6


sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di Sungai.
Pada tahun 1546 Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan
dipegang oleh Sunan Prawoto, anak Trenggono, sebagai Raja
Demak ke 4, akan tetapi pada tahun 1549 Sunan Prawoto dan
isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya Penangsang, putera
Pangeran Surowiyoto (Sekar). P. Arya Penangsang kemudian
menjadi penguasa tahta Demak sebagai Raja Demak ke 5.
Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri,
Adipati Jepara, hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah
Demak memusuhi P. Arya Penangsang, salah satunya adalah
Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh
Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut
kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya
Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko
Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja
Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko
Tingkir (Hadiwijoyo) memindahkan Pusat Pemerintahan ke
Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.

Kehidupan Sosial, budaya/ ekonomi:
Kehidupan Keagamaan:
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam
di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Walau tidak
berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena
terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada
tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan
Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan
bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang
menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.

PAGE 7

Kehidupan Sosial Budaya:
Demak berdasarkan pada agama dan ajaran muslim, karena
Demak adalah pusat penyebaran agam Islam di pulau Jawa
pada masa itu.
Kehidupan Ekonomi:
Memiliki wilayah pedalaman dan masyarakatnya memiliki
pekrjaan sebagai petani. Beras menjadi komoditas dagang
utama di Demak.
Ekonomi

Sosial Budaya

Kerajaan Maritim

Diatur oleh hukum Islam

Bandar transito antar
daerah penghasil rempahrempah di Maluku,
Indonesia Timur dan
Malaka di Barat

Menjalankan tradisi lama,
upacara sekatenan masih
dilakukan

Menaruh perhatian besar
pada perdagangan beras

Banyak menghasilkan wali
dan ulama- ulama Islam

Kejadian- kejadian lain di Kerajaan Demak:
Invasi Demak ke Malaka, Demak di bawah Pati Unus adalah
Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah
menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada

PAGE 8

masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan
pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia
mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di
Malaka.

3. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang adalah satu kerajaan yang berpusat di Jawa
Tengah sebagai
kelanjutan Kerajaan
Demak.
Kompleks
keratonnya pada zaman ini tinggal tersisa berupa batas-batas
fondasinya saja yang berada di perbatasan Kelurahan Pajang Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

Pajang terlihat sebagai kerajaan pertama yang muncul di
pedalaman Jawa setelah runtuhnya kerajaan Muslim di
daerah Pasisir.
Ki Ageng Pengging ayah Jaka Tingkir dihukum mati karena
dituduh memberontak terhadap Demak. Putranya yang
bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru mengabdi ke Demak.
Prestasi Jaka Tingkir yang cemerlang dalam ketentaraan
membuat ia diangkat sebagai menantu Trenggana, dan menjadi
bupati Pajang bergelar Hadiwijaya. Wilayah Pajang saat itu

PAGE 9

meliputi
daerah
Pengging
(sekarang
kira-kira
mencakup Boyolali dan Klaten), Tingkir (daerah Salatiga), Butuh,
dan sekitarnya.
Sepeninggal
Trenggana
tahun
1546,
selanjutnya Sunan
Prawoto naik takhta. Namun Sultan Prawoto kemudian tewas
dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang tahun
1549.
Setelah
itu, Arya
Penangsang juga
berusaha
membunuh Hadiwijaya namun gagal.
Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri
Trenggana), Hadiwijaya dan
para
pengikutnya
berhasil
mengalahkan Arya Penangsang. Hadiwijaya selanjutnya menjadi
pewaris takhta Demak. Pada masa kepemimpinan Hadiwijaya ini,
ibu kota Demak dipindahkan ke Pajang.

Sumber Sejarah:
Keraton Pajang

Makam Ki Ageng Enis
Dalam
sejarah Pajang, Ki
Ageng
Pamanahan dan Sutawijaya bersama-sama
dengan Ki
Juru
Martani dan Ki Panjawi, sangat berjasa kepada Sultan Pajang
Hadiwijaya (Jaka Tingkir atau Mas Karebet) sebab telah
berhasil membunuh Arya Panangsang, musuhnya dari Jipang.
Selanjutnya atas jasa tersebut, Sultan Hadiwijaya memberi
anugerah tanah Pati kepada Ki Panjawi, dan tanah Mataram
kepeda Ki Ageng Pamanahan. Sedang kepada Ki Ageng Enis

PAGE 10

dianugerahi tanah perdikan di Laweyan Karena ketaatan para
kawulanya, Ki Ageng Enis mendapatkan sebutan Ki Ageng
Luwih, makamnya di Astana Lawiyan. Istilah Lawiyan berasal
dari kata Luwih (sakti) dari Ki Ageng Enis tersebut.

Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Dalam tradisi Jawa Jaka/Joko Tingkir atau Mas Karèbèt atau
ejaan Tionghoa: Peng King Kang, adalah pendiri sekaligus
raja pertama Kerajaan Pajang yang memerintah tahun 15491582 dengan nama Hadiwijaya. Prestasi Jaka Tingkir sangat
cemerlang
meskipun
tidak
diceritakan
secara
jelas
dalam Babad Tanah Jawi. Hal itu dapat dilihat dengan
diangkatnya Jaka Tingkir sebagai AdipatiPajang bergelar
Adipati Adiwijaya. Ia juga menikahi Ratu Mas Cempaka, putri
Trenggana.

PAGE 11

Daftar Raja- raja yang berkuasa:
1.
2.
3.

Jaka Tingkir atau Hadiwijaya
Arya Pangiri atau Ngawantipura
Pangeran Benawa atau Prabuwijaya

Masa Keruntuhan:
Sepeninggal Hadiwijaya, terjadilah persaingan antara putra
dan
menantunya,
yaitu Pangeran
Benawa dan Arya
Pangiri sebagai
raja
selanjutnya. Arya
Pangiri didukung
Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha
balas dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang
terabaikan akibat kemelut tersebut. Hal itu membuat Pangeran
Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.
Pada
tahun
1586 Pangeran
Benawa bersekutu
dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun
1582 Sutawijaya memerangi
Hadiwijaya,
namun Pangeran
Benawatetap menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir
dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri
asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi
raja Pajang yang ketiga.
Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak
ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang
pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang menjadi
bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning atau
adik Sutawijaya.
Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia
sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati.
Kehidupan Sosial, Budaya dan ekonomi:
Ekonomi

Sosial Budaya

PAGE 12

Maju dibidang pertanian.
Pada abad ke 16 - 17,
sempat menjadi lumbung
beras

Masyarakat
mendapat
pengaruh
islam
yang
sangat
kuat
sehingga
menjalankan syariat islam
dengan sunguh- sungguh

4. Kesultanan Mataram
Kesultanan
Mataram adalah
kerajaan Islam di Pulau
Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini
dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng
Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat
keturunan penguasa Majapahit. Kerajaan Mataram pada masa
keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,
termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di
Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya frma dagang
itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC
pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan
relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak
sejarah
yang
dapat
dilihat
hingga
kini,
seperti
kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan
di Pantura Jawa
Barat,
penggunaan hanacaraka dalam
literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta
beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku
hingga sekarang.

PAGE 13

Sumber Sejarah:
Pertapaan Kembang Lampir merupakan tempat/petilasan Ki
Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu sebelum Kotagede
berdiri. Kembang Lampir terletak sekitar 40 km arah tenggara
Yogyakarta.

Kampung Mataram di Jakarta:
Sejarah Berdirinya Jagakarsa
Pembukaan Hutan di wilayah yang kemudian disebut
Jagakarsa, tak lepas dari perang Mataram-VOC pada tahun
1628 dan 1629. Pada tahun 1628 saat pembukaan lumbung
padi dari Karawang sampai Selatan Jakarta untuk mengepung
VOC di Pasar Ikan, Jagakarsa termasuk wilayah yang dibuka.
PAGE 14

Pada awalnya wilayah tersebut dijadikan sebagai tangsi dari
pasukan Raden Prembun (De Haan, 1973) kemudian saat
penyerbuan dan Mataram mengalami kegagalan, Jagakarsa
dijadikan tempat pelarian pasukan Mataram

Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Ki Ageng Pamanahan atau Ki Gede Pamanahan, adalah
pendiri
desa Mataram tahun
1556,
yang
kemudian
berkembang menjadi Kesultanan Mataram di bawah pimpinan
putranya,
yang
bergelar Panembahan
Senapati.
Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta,
tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis.
Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat
yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng
Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia
menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan
oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki
Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu
miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid
Laweyan.terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya
dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan
strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali
untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa,
sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan
Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus
mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau
Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul
Bait" seperti para Seikh dan para Wali.

PAGE 15

 Raja pada masa kejayaan
Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung
Prabu
Hanyokrokusumo atau
lebih
dikenal
dengan
sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi
untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup
Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY,
dan Jawa Timur sekarang). Ia memindahkan lokasi kraton
ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram
Karta").
Akibat
terjadi
gesekan
dalam
penguasaan
perdagangan
antara Mataram dengan VOC yang
berpusat
di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan
Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa
peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat
(dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh putranya yang
bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

PAGE 16

1.
2.
3.
4.
5.
6.

 Daftar raja- raja yang menjabat:
Ki Ageng Pamanahan
Panembahan Senapati
Raden Mas Jolang
Raden Mas Rangsang (Sultan Agung)
Amangkurat 1
Raden Mas Rahmat (Amangkurat II)

Kehidupan Sosial, Budaya dan Ekonomi :
Ekonomi

Sosial Budaya

Bergantung
pada
bidang Tertata baik sesuai dengan
pertanian dan perdagangan
hukum
Islam
tanpa
meninggalkan hukum yang
lama
Memiliki daerah kekuasaan di Disusun masyarakat
daerah pesisir jawa sehingga bersifat
feodalitas
rakyat
sekitar
bekerja kehidupan agraris
sebagai pelaut

yang
dasar

Kalender Jawa diganti dengan
kalender Hijriah

PAGE 17

5. Kesultanan Cirebon
Kesultanan
Cirebon adalah
sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam
jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di
pantai
utara pulau
Jawa yang
merupakan
perbatasan
antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi
pelabuhan
dan
"jembatan"
antara
kebudayaan Jawa danSunda sehingga
tercipta
suatu
kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak
didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

PAGE 18

Sumber Sejarah:
Keraton Kasepuhan Cirebon adalah keraton termegah dan
paling
terawat
di Cirebon.
Makna
di
setiap
sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah.
Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri
cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan
Cirebon berdiri.
Salah satu koleksi yaitu kereta Singa Barong yang merupakan
kereta kencana Sunan Gunung Jati. Kereta tersebut saat ini
tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1
Syawal untuk dimandikan.
Keraton Kasepuhan berisi dua komplek bangunan bersejarah
yaitu Dalem
Agung
Pakungwati yang
didirikan
pada
tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan komplek keraton
Pakungwati (sekarang disebut keraton Kasepuhan) yang
didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifn pada tahun 1529 M .
Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung
Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama
'Keraton Pakungwati. Sebutan Pakungwati berasal dari nama
Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang
menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada
tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia
yang sangat tua. Nama dia diabadikan dan dimuliakan oleh
nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton
Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

PAGE 19

Masjid
Agung
Sang
Cipta
Rasa (dikenal
juga
sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung
Cirebon) adalah sebuahmasjid yang terletak di dalam
kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.
Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu
dibangun sekitar tahun 1480 M atau semasa dengan Wali
Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid
ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta"
yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.
Menurut
tradisi,
pembangunan masjid ini
dikabarkan
melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan
dari Majapahit, Demak,
dan Cirebon sendiri.
Dalam
pembangunannya, Sunan
Gunung
Jati menunjuk Sunan
Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga
memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi
tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan
Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut.
Konon, dahulunya masjid ini memiliki memolo atau kemuncak
atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk
mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah
ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki
dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap
salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu.
Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh
orang muazin berseragam serba putih.

PAGE 20

Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Pendirian kesultanan ini sangat berkaitan erat dengan
keberadaan Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon didirikan
pada tahun 1552 oleh panglima kesultanan Demak.
Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama
Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran
Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana, yang usai menunaikan
ibadah haji kemudian disebut Haji Abdullah Iman, tampil
sebagai "raja" Cirebon pertama yang memerintah dari keraton
Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepada
penduduk Cirebon.

 Raja yang Terkenal
Pada tahun 1478 diadakan sebuah musyawarah para wali
di kabupaten Tuban, Jawa Timur untuk mencari
pengganti Sunan Ampel sebagai pimpinan para wali, akhirnya
terpilihlah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), sejak saat
itu, pusat kegiatan para wali dipindahkan ke gunung
Sembung, kecamatan Gunung Jati, kabupaten
Cirebon, propinsi Jawa Barat. Pusat kegiatan keagaamaan ini
kemudian disebut sebagai Puser Bumi (pusatnya dunia)
Pada tahun 1479 M, kedudukan pangeran Walangsungsang
sebagai penguasa Cirebon kemudian digantikan putra adiknya
yakni Syarif Hidayatullah (anak dari
pernikahan Nyai Rarasantang dengan Syarif Abdullah
dari Mesir) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan
Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin
Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah

PAGE 21

Kehidupan Sosial, Budaya dan Ekonomi
Ekonomi

Sosial Budaya

Keraton Cirebon makin
jauh
dari
kehidupan
kelautan
dan
perdagangan
karena
VOC memegang hak
monopoli
atas
beberapa
jenis
komoditas dagang dan
kelautan

Masyarakatnya
diperkirakan
percampuran
antara
rakyat
pribumi
dan
keturunan tionghoa yg
menetap dan beragama
islam

6. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang
pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia.
Berawal
sekitar
tahun 1526,
ketika Kerajaan
Demak memperluas
pengaruhnya
ke
kawasan
pesisir
barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan
pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer
serta kawasan perdagangan.

PAGE 22

Sumber Sejarah:
Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão Sunda
Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu (padrão)
yang ditemukan pada tahun 1918 di Batavia, Hindia-Belanda.
Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan
Portugal yang
dibuat
oleh
utusan
dagang
Portugis
dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan membawa barangbarang untuk "Raja Samian". Padrão ini didirikan di atas tanah
yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan
gudang bagi orang Portugis.
Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk
membangun fondasi gudang di sudut Prinsenstraat dan
Groenestraat, sekarang termasuk wilayah Jakarta Barat. Padrao
tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Republik
Indonesia.

Keris
Naga
Sasra
yang
digunakan
oleh
Pangeran
Kornel (Pangeran
Kusumahdinata
IX)
saat
bersalaman

PAGE 23

menggunakan tangan kiri (pertanda adanya perlawanan
terhadap kebijakan Belanda dalam pembangunan Jalan Raya
Pos dengan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada
peristiwa Cadas Pangeran

Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Maulana Hasanuddin merupakan seorang pendiri Kesultanan
Banten. Ia juga bergelar Pangeran
Sabakingkin dan
berkuasa di Banten dalam rentang waktu 1552 - 1570.
Berdasarkan Sejarah Banten, Maulana Hasanuddin merupakan
salah
seorang
putera
dari Sunan
Gunung
Jati. Bersama Kerajaan
Demak,
Ia
turut
serta
dalam
penaklukan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527 yang waktu
itu masih merupakan pelabuhan utama dariKerajaan Sunda.
Kemudian melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah
penghasil lada di Lampung. Ia mendirikan benteng pertahanan
yang dinamakan Surosowan dan kemudian menjadi pusat
pemerintahan, setelah Banten menjadi kerajaan sendiri.

PAGE 24

 Raja pada masa Kejayaan
Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1683) adalah putra
Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang
menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia
bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat
menjadi Sultan
Muda yang
bergelar Pangeran
Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal
dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul
Fathi Abdul Fattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan
keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten
Serang). Ia dimakamkan di Mesjid Banten
Masa Sultan Ageng Tirtayasa dipandang sebagai masa
kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang
mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah
mengupah
orang
Eropa
bekerja
pada
Kesultanan
Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga
mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan
Tanjungpura (Kalimantan Baratsekarang) dan menaklukkannya
tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari
tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah
melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.

PAGE 25

 Raja pada Masa Keruntuhan
Sultan
Muhammad
bin
Muhammad
Muhyiddin
Zainussalihin,
juga
dikenal
dengan
nama Sultan
Muhammad
Syafuddin,
merupakan
seorang sultan pada Kesultanan
Banten yang
berkuasa
di Banten dalam rentang waktu 1809-1813. Sultan Muhammad
Syafuddin merupakan salah seorang putera dari Sultan
Muhammad
Muhyiddin
Zainussalihin. Ia
naik
tahta
mengantikan Sultan Ishaq yang menjadi raja sebelumnya,
telah ditangkap oleh Herman Willem Daendels, Gubernur
Jenderal
Hindia
Belanda
1808-1810, dan diasingkan
ke Batavia. Pada masa kekuasaannya Kesultanan Banten telah
begitu lemah, akibat tekanan dari beberapa kekuatan global
yang silih berganti memengaruhi Kesultanan Banten.
Sebelumnya
pada
22
November
1808,
Daendels
mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah
Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia
Belanda.Kemudian pada masa pemerintah kolonial Inggris,
sekitar tahun 1813, Sultan Muhammad Syafuddin dilucuti dan
dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Rafes, sekaligus
mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.

PAGE 26

Kehidupan Sosial, Budaya dan Ekonomi
Ekonomi

Sosial Budaya

Letak yang strategis
jalur perdagangan

Komoditas
lada

dagang

di Kehidupan hukum sesuai
ajaran
islam
namun
diakulturasikan
dengan
budaya setempat
inti Suku
asli
adalah Badui

Mata uang Kasha

pedalaman

Sifat toleransi dan saling
menghargai di Kerajaan
Banten
berkembang
dengan baik

Banyak
dikungjungi
pedagan dari Arab, Persia
dan
Gujara,
para
pedagang juga membuat
perkampungan sesuai asal
masing- masing

7. Kerajaan Gowa- Tallo
Kesultanan
Makassar merupakan
kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan pada abad ke-16
Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah
kerajaan kecil yang saling bertikai. Daerah ini kemudian
dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar. Cikal bakal
Kesultanan
Makassar
adalah
dua
kerajaan
kecil
bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di
semenanjung barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis
dalam perdagangan rempah-rempah. Seperti yang terjadi di
bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga
berupaya menyebarkan ajaran Islam di Makassar.

PAGE 27

Sumber Sejarah:
Istana Balla Lompoa atau Museum Balla Lompoa
merupakan rekonstruksi dari Istana Kerajaan Gowa yang
didirikan oleh pemerintahan Raja Gowa ke-31 pada tahun
1936. Arsitektur bangunan ini berbentuk rumah khas orang
Bugis, yaitu rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin atau
kayu besi. Dibangun di atas lahan seluas satu hektar yang
dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi. Museum ini
merupakan tempat penyimpanan koleksi benda-benda
Kerajaan Gowa. Museum Balla Lompoa ini terletak di Jalan
Sultan Hasanuddin No. 48 Sungguminasa, Somba Opu,
Kabupaten Gowa, yang berbatasan langsung dengan Kota
Makassar.
PAGE 28

Raja- raja yang berkuasa:
 Raja Pendiri
Tumanurung Raja yang pertama memerintah di Kerajaan Gowa
bernama Tumanurung Bainea (Putri yang turun dari
Kayanga) . Beliau sengaja diutus ke Butta Gowa untuk menjadi
pemimpin, dimana saat itu, Gowa dilanda perang saudara.
Tumanurung pertama kali memerintah di Gowa pada tahun
1320 hingga 1345.

 Raja yang terkenal
Sultan
Hasanuddin (lahir
di Makassar, Sulawesi
Selatan, 12
Januari 1631 – meninggal
di Makassar, Sulawesi
Selatan, 12
Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-15 dan
pahlawan
nasional Indonesia yang
terlahir
dengan
nama I
Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam
Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad
Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy
Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan
Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia
mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla
Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja.
Karena
keberaniannya, ia
dijuluki De Haantjes
van Het

PAGE 29

Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia
dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa.

Kesultanan Gowa telah mengalami pasang surut dalam
perkembangan sejak Raja Gowa ke-1, Tumanurung, hingga
mencapai puncak keemasannya pada abad ke-17, hingga kemudian
mengalami masa penjajahan dibawah kekuasaan Belanda. Dalam
pada itu, sistem pemerintahan mengalami transisi pada masa Raja
Gowa ke-36, Andi Idjo Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul
Kadir Aidudin, menyatakan Kesultanan Gowa bergabung menjadi
bagian Republik Indonesiayang merdeka dan bersatu, dan berubah
bentuk dari kerajaan menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa.
Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam
sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Kabupaten
Gowa pertama.

Kehidupan Sosial, Budaya dan Ekonomi
Ekonomi
Terletak
maritim

Sosial Budaya
di

wilayah Peninggalan
terkenal
adalah
Pinisi

yang
kapal

Sebagian
besar
masyarakatnya
adalah
pedagan dan petani

8. Kesultanan Ternate dan Tidore

PAGE 30

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan
Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan
Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua
di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun
1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan
timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad
ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan
militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang
mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan
tengah,
bagian
selatan
kepulauanFilipina hingga
sejauh Kepulauan Marshall di Pasifk.
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di
wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada
masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18),
kerajaan
ini
menguasai
sebagian
besar Pulau
Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak
pulau-pulau di pesisir Papua barat.
Pada
tahun 1521,
Sultan
Mansur
dari
Tidore
menerima Spanyol sebagai
sekutu
untuk
mengimbangi
kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu
dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah
tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal
sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494,
Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di
wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan
Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak
pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi
daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.

PAGE 31

Sumber Sejarah:
Masjid Sultan Ternate adalah sebuah masjid yang terletak di
kawasan
Jalan
Sultan
Khairun,
Kelurahan Soa
Sio,
Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku
Utara. Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam
pertama di kawasan timur Nusantara ini. Kesultanan Ternate
mulai menganut Islam sejak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum
yang bertahta sekitar 1465-1486M. Pengganti Kolano Marhum
adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500), yang makin
memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan
mengganti gelar Kolano menjadi Sultan, menetapkan Islam
sebagai agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat Islam,
serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam
dengan melibatkan para ulama.

Struktur kerajaan Ternate:
Pada masa–masa awal suku Ternate dipimpin oleh para
momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan
dipegang seorang raja yang disebut kolano. Mulai
pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh
kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan.Sultan
Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya
dengan gelar sultan. Para ulama menjadi fgur penting
dalam kerajaan.
Setelah
sultan
sebagai
pemimpin
tertinggi,
ada
jabatan jogugu (perdana menteri) dan fala raha sebagai
para penasihat. Fala raha atau empat rumah adalah
empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung
PAGE 32

kesultanan sebagai representasi para momole pada masa
lalu, masing–masing dikepalai seorang kimalaha. Mereka
yaitu Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat–
pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan–klan
ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka
penerusnya dipilih dari salah satu klan.

Raja pendiri:
 Zainal Abidin
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut
silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama adalah
Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada
akhir abad ke-14, agama Islam dijadikan agama resmi Kerajaan
Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia
masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

Raja Pendiri:
 Sultan Jamaluddin

Ekonomi

Sosial Budaya

Wilayah kaya akan rempah- Terdapat pengaruh islam
rempah
Ternate
bekerja
dengan
Portugis,
dengan Spanyol

sama
Tidore

PAGE 33