Penulisan Fiksi dan Critical Language Aw areness

5 Halpern, 2003: 106. Diskusi t ent ang t elaah kuasa bahasa juga m enjadi kegiat an yang sering dilakukan unt uk m engkaji dan m emaknai t eks. Beberapa penelit ian t ent ang CLA juga dilakukan yang dapat dilihat dari beberapa buku sepert i “ The Language of Africa and The Diaspora:Educat ing for language Aw areness” yang m enguaraikan t ent ang pengajaran Language Aw areness di Guadaloupe Kleifgen dan Bond: 2009 sert a Linguist ic Aw areness in M ult ilinguals oleh Ulrike Jessner 2006 yang m engkaji met alinguist ics aw areness at au kesadaran met alinguist ik.

D. Penulisan Fiksi dan Critical Language Aw areness

M enulis merupakan kegiat an yang sangat dianjurkan unt uk m enumbuhkan respon t erhadap kemampuan Kesadaran Berbahasa Krit is. Hal ini dikarenakan dalam menulis, penulis akan memunculkan ident it asnya dengan m engait kan pandangan, gagasan, dan posisinya dalam kont eks sosiokult ural yang ada di sekit arnya. Sebelumnya ket erampilan m enulis hanya diarahkan pada kemampuan m enulis dasar. M elalui pendekat an CLA, kegiat an m enulis dipandang sebagai kegiat an menyeluruh yang m eliput i dimensi sosial, budaya, polit ik, t ermasuk respon t erhadap kebijakan st rat egis dan birokrat ik. Dari pemahaman ini dan juga t eori t ent ang kuasa bahasa, sert a penelit ian-penelit ian yang t erkait dengan kesadaran berbahasa penelit ian t ent ang CLA menjadi pent ing unt uk dilakukan. Dalam prakt iknya, CLA dalam ket erampilan sepert i yang t elah dilakukan oleh Clarks dan Fairclaugh dalam Fairclaugh, 1992 sisw a diarahkan unt uk meningkat kan kesadaran t ent ang proses m enulis sesudah it u dilanjut kan dengan kegiat an diskusi. Tulisan siswa dianalisis dengan melihat penggunaan kat a gant i persona, diksi yang m enunjukkan komit m en kuat unt uk proposisi, kat a dengan int onasi dan bunyi kuat . Dalam penelit ian ini, inst rumen unt uk m enilai karya fiksi disusun berdasarkan elem en-elem en t ersebut dengan mengkolaborasikan kont eks sosiokult ur dan polit ik yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sebuah karya sast ra dit ampakkan ol eh sat uan-sat uan lingual yang m enyat u dan menjalin m embent uk w acana yang indah-est et is. M eskipun demikian, karya sast ra dibangun oleh unsur-unsur int rinsik yang luas. Ant ara bahasa dan unsur-unsur int rinsik karya sast ra t erjadi jalinan yang padu, t ak t eisahkan. Wujud kebahasaan dalam karya sast ra merefleksikan keberadaan unsur int rinsiknya. Sebaliknya, keberadaan unsur karya sast ra akan menent ukan w ujud kebahasaan karya sast ra. Karya sast ra dit ulis melalui proses menyinergikan unsur kesast raan dan kebahasaan, dan it u bukanlah hal yang mudah. Ada lima t ahap dalam penulisan fiksi yang harus diperhat ikan, ant ara lain: t ahap per siapan dan usaha, t ahap inkubasi, t ahap iluminasi, t ahap verifikasi, t ahap publikasi. Dalam proses penulisan fiksi, penulis juga akan m enemui berbagai kendala. Kendala t ersebut dapat dilihat dari w ujud karya, akt ivit as pada saat berkarya, dan pengakuan dari penulis, baik lisan maupun t ulisan.

III. M etode Penelitian