PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE ON SUSTAINABILITY REPORT DISCLOSURE

By Nurul Adiati

This study aimed to examine the effect of corporate governance on sustainability report disclosure of Indonesian public companies. This research measured the extent of Indonesian public companies’ sustainability report using Sustainability Disclosure Index (SDI) as a dependent variable. The index is developed from the parameters of the Global Reporting Initiative (GRI) G3 framework. The

independent variables in this research are independent commissioner, the

percentage of majority ownership, the size of audit committee, and the percentage of foreign ownership. This study also uses the control variables, there are

profitability, leverage, and the extent of international operation. Samples of 17 companies are chosen for each period during the year 2010-2012 to form a total of 51 observations. This research adopts multiple linear regression method using SPSS as an analytical tool.

The results show that the extent of international operation positively affects the sustainability report disclosure. However, leverage and the percentage of foreign ownership show negative relationship with the disclosure. Independent

commissioner, the percentage of majority ownership, the size of audit committee, and profitability does not show any relationship with sustainability report

disclosure.

Key Words: sustainability report, global reporting initiative, corporate governance, Indonesian public companies.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK

PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN

Oleh Nurul Adiati

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh corporate governance terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan pada perusaan publik di Indonesia. Penelitian ini melihat praktik pengungkapan laporan keberlanjutan menggunakan Sustainability Disclosure Index (SDI) sebagai

variabel dependen. Indeks yang digunakan sebagai acuan berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) G3 framework. Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate governance yang diproyeksikan dengan struktur komisaris independen, struktur kepemilikan saham mayoritas, ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan saham asing. Selain itu, penulis juga menggunakan variabel kontrol berupa profitabilitas, leverage, dan keberadaan kegiatan internasional. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan untuk tahun pengamatan 2010-2012, sehingga total sampel yang diamati berjumlah 51. Data yang ada dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) dengan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan pengaruh positif antara

keberadaan kegiatan internasional terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan. Berbeda dengan variabel struktur kepemilikan saham asing dan leverage dimana ditemukan adanya pengaruh negatif, sedangkan untuk variabel struktur komisaris independen, struktur kepemilikan saham mayoritas, ukuran komite audit, dan profitabilitas tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan suatu perusahaan.

Kata kunci : Laporan keberlanjutan, global reporting initiative, corporate governance, perusahaan public di Indonesia.


(3)

(4)

PENGARUH

CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP

PRAKTIK PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN

(Skripsi)

Oleh

Nurul Adiati

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2014


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian ... 15 Gambar 4.1 Normal Probability Plot ... 37 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 40


(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Teori Stakeholder ... 7

2.1.2 Teori Legitimasi ... 8

2.1.3 Teori Agensi ... 9

2.1.4 Pembangunan Berkelanjutan ... 10

2.1.5 Laporan Keberlanjutan ... 10

2.1.6 Corporate Governance... 12


(7)

2.3 Model Penelitian ... 15

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 15

2.4.1 Pengaruh Struktur Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 16

2.4.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Mayoritas terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 16

2.4.3 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 17

2.4.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Asing terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 18

III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 19

3.2 Devinisi Operasional Variabel Penelitian ... 20

3.2.1 Variabel Dependen ... 20

3.2.2 Variabel Independen ... 22

3.2.2.1 Struktur Komisaris Independen ... 22

3.2.2.2 Struktur Kepemilikan Saham Mayoritas... 23

3.2.2.3 Ukuran Komite Audit ... 23

3.2.2.4 Struktur Kepemilikan Saham Asing ... 23

3.2.3 Variabel Kontrol ... 24

3.2.3.1 Profitabilitas ... 24

3.2.3.2 Leverage... 24

3.2.3.3 Keberadaan Kegiatan Internasional ... 25

3.3 Metode Analisis Data ... 26

3.3.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 26

3.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 26


(8)

3.3.2.2 Uji Multikolonieritas ... 27

3.3.2.3 Uji Autokorelasi ... 28

3.3.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 28

3.3.3 Pengujian Hipotesis ... 29

3.3.3.1 Uji Goodnes of Fit ... 29

3.3.3.1.1 Uji Koefisien Determinasi ... 29

3.3.3.1.2 Uji Signifikan Simultan ... 29

3.3.3.2 Uji Hipotesis ... 30

3.4 Model Peneitian ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data ... 32

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 33

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 36

4.3.1 Uji Normalitas... 36

4.3.2 Uji Multikolonieritas ... 38

4.3.3 Uji Autokorelasi ... 39

4.3.4 Uji Heteroskedasitas ... 39

4.4 Uji Hipotesis ... 42

4.4.1 Uji Model Goodness of Fit ... 42

4.4.1.1 Uji Koefisien Determinasi ... 42

4.4.1.2 Uji Signifikan Simultan ... 42

4.4.2 Uji Hipotesis ... 43

4.4.2.1 Uji Hipotesis 1 ... 44

4.4.2.2 Uji Hipotesis 2 ... 44


(9)

4.4.2.4 Uji Hipotesis 4 ... 45

4.4.2.5 Variabel Kontrol ... 45

4.4.2.5.1 Profitabilitas ... 45

4.4.2.5.2 Leverage ... 46

4.4.2.5.3 Keberadaan Kegiatan Internasional ... 46

4.4.3 Model Penelitian ... 47

4.5 Pembahasan ... 48

4.5.1 Pengaruh Struktur Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 48

4.5.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Mayoritas terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 49

4.5.3 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 50

4.5.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Asing terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 50

4.5.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 52

4.5.6 Pengaruh Leverageterhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 52

4.5.7 Pengaruh Keberadaan Kegiatan Internasional terhadap Pengungkapan Laporan Keberlanjutan ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 56

5.3 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Perusahaan Sampel

Lampiran 2. Indikator Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Perusahaan Berdasarkan Global Reporting Initiative

Lampiran 3. Tabel Pengamatan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2010

Lampiran 4. Tabel Pengamatan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2011

Lampiran 5. Tabel Pengamatan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2012

Lampiran 6. Data Pengamatan Tahun 2010 Lampiran 7. Data Pengamatan Tahun 2011 Lampiran 8. Data Pengamatan Tahun 2012 Lampiran 9. Hasil Uji Statistik


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 21

Tabel 3.2 Rangkuman Perhitungan Variabel Independen dan Variabel Kontrol ... 27

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif tanpa Variabel Dummy ... 35

Tabel 4.2 Frekuensi Variabel Dummy ... 37

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 38

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 40

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 41

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 43

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefesien Determinasi ... 44

Tabel 4.8 Hasil Uji ANOVA ... 44

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis 1 ... 45

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis 2 ... 46

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis 3 ... 46

Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis 4 ... 47

Tabel 4.13 Hasil Uji Profitabilitas ... 47

Tabel 4.14 Hasil Uji Leverage ... 47

Tabel 4.15 Hasil Uji Keberadaan Kegiatan Internasional ... 48


(12)

(13)

(14)

MOTO

Say, O Allah, owner of sovereignty, You give sovereignty to whom You will and You take sovereignty away from whom You will. You honor whom You will and You humble whom You will. In Your hand is [all] good. Indeed, You are over all things competent.

(Al Imran 26)

His command is only when He intends a thing that He says to it, "Be," and it is.

(Yassen 82)

Walk on with hope in your heart and you’ll never walk alone

(Oscar Hammerstein II)

Dream a lot, you can do whatever you believe, even you can be better and bigger than what you think about


(15)

(16)

DEDICATION

This undergraduate thesis is dedicated to

The sake of Allah SWT, my creator and my master

My great teacher and messenger

Muhammad, SAW

May Allah bless and grant him, who taught us the purpose of life

My beloved

Mom (Jumiati Bisma) and Dad (Rusmadi)

For their endless love, dua, big support, and encouragement.

My dearest brothers

Arief Ramadhan and Rachmat Julianto

For their understanding and encouragement in many moments of crisis


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 21 November 1992, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Rusmadi, S.H. dan Ibu Ir. Jumiati Bisma.

Pada tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Dwi Tunggal, Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan oleh penulis pada tahun 2004 di SD Negeri 1 Beringin Raya. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 25 Bandar Lampung, kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

Setelah lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikannya di jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan berhasil diselesaikan pada tahun 2014.

Selain kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan, seperti kursus bahasa bahasa Jepang di Minna no Nihongo, Tahfidz Quran di Darul Fattah, guru bahasa Jepang di Yayasan Darul Huffadz, volunteer di FIM LAMDA, serta pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Kajian Keilmuan di Kelompok Studi Pasar Modal dan Sekretaris Eksekutif di BEM FEB Unila.


(18)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirohmannirrahim

Puji syukur atas karunia Allah SWT, berkat ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PengaruhCorporate Governance

terhadap Praktik Pengungkapan Laporan Keberlanjutan”.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap pengembangan penelitian, khususnya bidang akuntansi keuangan serta dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pengungkapan laporan keberlanjutan dan praktik corporate governance. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, masukan, dan kontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Retno Yuni Nur, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Akademik. Terimakasih untuk nasehat dan bimbingannya selama ini.

5. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama. Terimakasih atas kesediannya memberikan bimbingan dan masukan yang sangat membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Agus Zahron, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang selalu bersedia untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(19)

7. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt., selaku Dosen Penguji Utama yang telah bersedia memberikan saran-saran yang membangun dan bermanfaat.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan berlangsung.

9. Pak Sobari, Mas Yana, Mas Yono, Mbak Sri, Mpok, dan Mas Leman. Terimakasih untuk kesabarannya dalam membantu mengurus skripsi dan proses birokrasi.

10.Seluruh Staf TU, Administrasi, Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, serta pegawai yang turut membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

11.Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Rusmadi, S.H. dan Ibu Ir. Jumiati Bisma. Terimakasih atas ridho, doa, dukungan, dan cintanya selama ini. Terimakasih telah mengajarkan banyak hal dan senantiasa menjadi teladan bagi penulis.

12.Adik-adikku, Arief Ramadhan dan Rachmat Julianto. Terimakasih atas doa, kebersamaan, dan dukungannya selama ini.

13.Keluarga besarku nenek, kakek, mbah putri, mbah kakung, bude, pade, tante nur, om narto, bu’le, pa’le, Mba Tyas, Mas Wawan, Hari, Sunu, Dek Diah, Aan, Sigit, dan Diah. Terimakasih ya Rabb engkau telah

memberikan keluarga yang sungguh sangat luar biasa.

14.Ibu Dr. H. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., Bapak M. Dwi Wicaksono, S.Hut., Safira Cahya Fadhilla dan Sakura Cahya Quranidzikri. Hontou ni arigatou gozaimasu.

15.Sahabat-sahabatku, Wahyu Suseno, Fitra Anisa, Hana Martha, Benny Setiadi, Muhammad Ridho Akbar, Beriyan Adeam, Madra Arbino, Agnecia Eca Putri, Elvi Yana Niza, Robi Yanto, Rini Sugiyono, Tri Desiyana, Kahayun, dan Andro Halim Wicaksana terimakasih atas doa, semangat, dan kebersamaannya selama ini.

16.Teman-teman seperjuangan yang sangat membantu dalam proses pembuatan skripsi ini, Maria Ansela Handayani, Fransiska Jeni Oemar,


(20)

dan Novia Niki Pertiwi, terimakasih atas bantuan, semangat, dan kebersamaannya selama ini. Terimakasih banyak.

17.Teman-teman terdekat semasa perkuliahan, Ayu Jufika, Devy Wira, Adiati Ameici, Dila Mutiara, Ira Puspita, Alfudiafarrah, dan Irvia Maiselo.

Terimakasih atas doa, dan semangatnya selama ini. Terimakasih telah hadir dan sedia menemani semasa perkuliahan, sehingga semua terasa sangat menyenangkan.

18.Minna no Nihongo Lampung. Misato, Nagisa, Eko, Shandy, dan Desna senpai, Putri, mba Mitha, mba Qyoko, Mbap, Yuli, Andri, Hari, Cecille, Adit, Nana, kak Yetno, kak Habibi, mba Hahif, Aftimar, dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas doa dan pelajaran berharga. Terimakasih atas semangat perjuangan yang tiada henti-hentinya selama ini. Semoga mimpi-mimpi kita dapat tercapai. Isho ni nihon e ikimasu, ganbarimashou.

19.Kelurga Besar BEM FEB Unila, Anas, Rama, Nova, Yolanda, Febi, Sonia, Yoga, Mellisa, Jevri, Firaz, Vera, Beni, Nay, Dicki, Ido, Faiz, Liza, Esti, Dimas, Fani, dan seluruh adik-adik Brigadir Muda yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas keluarga, dukungan, pelajaran berharga, dan kebersamaannya selama ini.

20.Keluarga besar KSPM FEB Unila, kak Hadi, kak Ratih, kak Putri, kak Danepo, kak Andhytha, kak Miftha, kak Jalal, Aji, Satria, Dianti, Echa, Dany, Dias, Cinta, Ata, kak Bowo, Restu, Kartono, Gita, Zahara, Ginan, Ferly, Argi, Ikhsan, Mentari, Ria, Mitha, Danty, Pandu, David, Fabio, Arum, Rifka, Puspa, Ghanes, Rizki, Sigit, Roby, dan Ruri. Terimakasih atas dukungan dan rasa kekeluargaannya, menjadi salah satu bagian dari keluarga ini adalah salah satu hal terhebat dalam hidupku.

21.Teman-teman seperjuangan Akuntansi 2010, Egha, Surya, Arlenti, Meirisky, Devri, Iqbal, Eka, Santo, Rere, Latifa, Feni, Jane, Wela, Tiwi, Tiara, Fina, Teja, Oksano, Marwanto, Marlina, Rika, Sharon, Ben, Elza, Yesi, Citra, Deny, Tiya, Ivonna, Iga, Ni wayan, Syarif, Andriani, Ira, Dwi, Rossy, Mareta, Fery, dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini,


(21)

merupakan suatu kebanggaan bertemu dengan kalian semua. Semoga sukses dan keberkahan meliputi kita.

22.Kelarga Besar Darul Fattah, Yayasan Darul Huffaz, dan FIM Lamda. Terimakasih atas pelajaran berharganya. Semoga ilmu ini senantiasa berkah dan bermanfaat.

23.Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan terimakasih atas semua yang telah

diberikan. Semoga Allah melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada kita semua.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak lainnya.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Bandarlampung, 15 Desember 2014 Penulis,


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini dunia disibukkan dengan berita mengenai perdagangan bebas, begitu halnya di Indonesia. Perdagangan bebas menempatkan lingkungan usaha dalam suatu ketidakpastian yang tinggi dan ini akan meningkatkan persaingan antar perusahaan. Perdagangan bebas atau lebih sering dikenal dengan free trade adalah bentuk perdagangan antar negara baik individual maupun perusahaan dimana perdagangan ini bebas dari hambatan buatan pemerintah, seperti pajak ekspor dan impor (kemendagri, 2014). Salah satu bentuk nyata dari free trade yang akan hadir di Indonesia dalam waktu dekat ini adalah ASEAN Economic Community (AEC).

AEC akan dimulai pada tahun 2015. AEC 2015 merupakan bentuk kerjasama negara-negara di Asia Tenggara dalam tujuan meningkatkan

perekonomian masing-masing negara dengan konsep utama menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara anggotanya (kemendagri, 2014).


(23)

2

Seiring dengan meningkatnya persaingan, terbentuk tingkat kompetisi yang semakin tajam. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk cepat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Perusahaan dituntut untuk lebih inovatif dalam pengelolaan perusahaan maupun dalam pengelolaan sosial dan lingkungan agar dapat memberi manfaat positif bagi masyarakat maupun negara secara

berkelanjutan.

Pembangungan berkelanjutan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan pemenuhan kebutuhan bagi generasi yang akan datang (Commission on Environment and Development dalam GRI, 2006). Isu mengenai pembangunan berkelanjutan berkembang pesat, perusahaan dituntut tidak hanya memberikan kontribusi terhadap ekonomi, tetapi juga dapat membantu dalam memecahkan permasalahan terkait risiko terhadap keberlanjutan dari hubungan sosial, lingkungan, dan perekonomian.

Besarnya desakan akan risiko pembangunan berkelanjutan, membuat transparansi mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi komponen utama bagi efektifnya hubungan dengan pemangku kepentingan, kebijakan investasi dan hubungan pasar lainnya (GRI, 2006). Demi mengkomunikasikan secara jelas mengenai keberlanjutan, maka Global Reporting Initiative (GRI) dan pemegang otoritas lain di dunia berusaha mengembangkan pedoman pelaporan keberlanjutan yang dinamakan G3 Guidelines.

Semakin lama jumlah organisasi maupun perusahaan global yang mengungkapkan laporan keberlanjutan semakin menigkat. Hal ini dibuktikan melalui survei yang dilakukan oleh KPMG Internasinal, dimana didapatkan data yang mengindikasi


(24)

3

bahwa pengungkapan laporan keberlanjutan berkembagan pesat, hampir 80% dari 250 perusahaan terbesar di 22 negara menerbitkan stand alone sustainability report, naik sekitar 50% dari tahun 2005 (KPMG, 2008) akan tetapi, pelaporan keberlanjutan ini tidak seimbang secara global. Survei KPMG menunjukkan bahwa pelaporan keberlanjutan di negara maju lebih tinggi dari negara-negara berkembang.

Seiring dengan meningkatnya persaingan dalam menyambut perdagangan bebas, perusahaan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia satu persatu mulai berusaha untuk mengungkapkan laporan keberlanjutan. Hal ini terbukti dari jumlah perusahaan yang mengungkapkan laporan keberlanjutan di Indonesia selalu meningkat tiap tahunnya (SRA, 2013). Sementara itu, isu mengenai praktik corporate governance telah mencuat dan terus meluas sejak terjadinya kasus-kasus keuangan pada perusahaan-perusahaan besar seperti Enron, Tyco, Worldcom, dan Global Crossing. Kasus-kasus tersebut menjadi bukti bahwa penerapan corporate governance menjadi suatu kebutuhan penting dalam dunia bisnis, termasuk untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan stakeholders lainnya agar seimbang hak dan kewajibannya (FCGI, 2002). Hal tersebut harus diperhatikan karena dalam menjalankan operasi bisnisnya perusahaan tidak sendirian, melainkan bersama dengan lingkungan sekitar. Timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sekitar sangat dibutuhkan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.


(25)

4

Kebijakan dan tata kelola suatu perusahaan pada masa mendatang harus lebih memperhatikan kebutuhan dari para stakeholder (Murtanto, 2005 dalam

Febriyanti, 2010). Pengungkapan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini menjadi cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk

akuntabilitasnya kepada stakeholder.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ada pengaruh corporate governance terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Luthfia, (2012) yang mendapatkan hasil bahwa total aset, jumlah karyawan, rapat dewan direksi, dan keberadaan governance committee berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryono dan Prastiwi, (2011) didapatkan hasil bahwa pengungkapan laporan keberlanjutan dipengaruhi oleh profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan dan corporate governance (jumlah rapat komite audit dan dewan direksi).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Faisal et al., 2012. Pengembangan pada penilitian ini terdapat pada proyeksi dari variabel

independen. Isu penelitian yang diangkat adalah mengenai persiapan perusahaan publik di Indonesia untuk menghadapi perdagangan bebas dalam praktik

pengungkapan laporan keberlanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate governance terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan pada perusahaan publik di Indonesia.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai praktik pengungkapan laporan keberlanjutan dan mengarahkan kepada suatu pemikiran


(26)

5

strategis bagi organisasi untuk dapat memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat merepresentasikan keadaan sekarang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis tertarik untuk

membuat judul “Pengaruh Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan

Laporan Keberlanjutan”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dijelaskan dalam latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh struktur komisaris independen terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan?

2. Adakah pengaruh struktur kepemilikan saham mayoritas terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan?

3. Adakah pengaruh ukuran komite audit terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan?

4. Adakah pengaruh struktur kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan?


(27)

6

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat oleh penulis, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan secara empiris adakah pengaruh struktur komisaris independen terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan. 2. Untuk membuktikan secara empiris adakah pengaruh struktur kepemilikan

saham mayoritas terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan. 3. Untuk membuktikan secara empiris adakah pengaruh ukuran komite audit

terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.

4. Untuk membuktikan secara empiris adakah pengaruh struktur kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangsih penulis terhadap ilmu pengetahuan, khususnya akuntansi dan sebagai pengembangan pengetahuan penulis dalam hal praktik corporate governance dan pengungkapan laporan keberlanjutan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran perusahaan pada aspek pengungkapan serta transparansi dari laporannya. Hal ini diharapkan dapat membantu investor pada proses pengambilan keputusan.


(28)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, pemasok, masyarakat, pemerintah, analis, dan pihak lain) (Handoko, 2014). Dengan demikian,

keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut.

Semua stakeholder mempunyai hak memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Stakeholder dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan tidak dapat memainkan peran secara langsung dalam suatu perusahaan (Deegan, 2002). (Gray et al., 1995) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Perusahaan menganggap bahwa peran stakeholder sangat penting bagi

keberlangsungan perusahaan sehingga keberadaannya menjadi pertimbangan dalam mengungkapkan suatu informasi. Perusahaan akan berusaha memuaskan


(29)

8

stakeholdernya dengan mengambil tindakan yang dapat menghasilkan hubungan harmonis antara perusahaan dan stakeholdernya. Semakin powerful stakeholder, maka semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sukarela dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Belum adanya peraturan di Indonesia yang mengatur tentang kewajiban suatu perusahaan untuk mengungkapkan laporan keberlanjutan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memilih melakukan pengungkapan laporan keberlanjutan atau tidak. Sebagai sifat dari praktik pengungkapan laporan keberlanjutan yang sukarela, teori stakeholder sangat tepat dalam menggambarkan motivasi di balik keputusan perusahaan publik dalam mengungkapkan informasi tersebut. Hal ini dianggap sebagai salah satu bukti dimana entitas dapat proactive menegaskan pengaruhnya kepada para stakeholder.

2.1.2 Teori Legitimasi

Teori Legitimasi menyatakan bahwa legitimasi suatu entitas bisnis untuk

beroperasi dalam masyarakat secara implisit tergantung pada kontrak sosial antara entitas bisnis dan masyarakat (Faisal et al, 2012). Perusahaan dapat kehilangan izin untuk beroperasi di masyarakat jika melanggar norma-norma dan harapan dari masyarakat.

Norma-norma yang berlaku di masyarakat seiring dengan berjalannya waktu dapat berubah, sehingga untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat, perusahaan harus mengikuti perkembangannya. Usaha perusahaan dalam menghadapi perubahan merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara perusahaan dengan mayarakat. Legitimasi


(30)

9

organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau dicari masyarakat, sehingga dapat dijadikan alternatif potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan teori legitimasi memprediksi bahwa perusahaan mengadopsi laporan keberlanjutan yang merupakan bagian dari pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk melegitimasi operasi mereka ketika norma-norma dan harapan dari masyarakat tersebut berubah atau ketika entitas bisnis menganggap diri mereka melanggar norma-norma dan harapan masyarakat yang berlaku saat itu (Deegan 2002; Deegan dan Blomquist 2006; O'Donovan 2002).

2.1.3 Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan mekanisme corporate governance. Pada umumnya principal (pemilik) memiliki welfare motives yang bersifat jangka panjang, sedangkan agent (manajemen) bersifat jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan keberlanjutan keuntungan jangka panjang. Konflik keagenan atau perbedaan kepentingan antara agen dan principal dapat dikurangi dengan menerapkan corporate governance sebagai mekanisme yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan dan pengungkapan informasi yang lengkap antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya (Putri, 2013).


(31)

10

2.1.4 Pembangunan Berkelanjutan

The Brundland commision mengeluarkan laporan yang dipubikasi oleh

Universitas Oxford yang berjudul “Our Common Future”. Salah satu poin penting dalam laporan tersbut adalah diperkenalkannya konsep pembangunan

berkelanjutan (Luthfia, 2012). Dokumen tersebut membahas dua masalah utama yakni pembangunan dan lingkungan. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai kebutuhan versus sumber daya atau sebagai jangka panjang versus jangka pendek. Sampai saat ini, keberlanjutan selalu dilihat dalam tiga dimensi yakni: ekonomi, sosial, dan lingkungan (Wikipedia, 2007). Pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan akan saling tergantung dan

memperkuat komponen-komponen yang ada pada pembangunan berkelanjutan (Kuhlman, 2010 dalam Wibowo, 2011).

Pembangungan berkelanjutan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan pemenuhan kebutuhan bagi generasi yang akan datang (Commission on Environment and Development dalam GRI, 2006). Isu mengenai pembangunan berkelanjutan berkembang pesat, perusahaan dituntut tidak hanya memberikan kontribusi terhadap ekonomi, tetapi juga dapat membantu dalam memecahkan permasalahan terkait risiko terhadap keberlanjutan dari hubungan sosial, lingkungan, dan perekonomian.

2.1.5 Laporan Keberlanjutan

Data statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan positif dari peningkatan taraf kehidupan banyak orang di seluruh dunia ternyata diimbangi dengan informasi mengenai kondisi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Karena hal ini perkembangan pengetahuan dan teknologi dituntut tidak hanya memberikan


(32)

11

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat membantu dalam memecahkan permasalahan terkait risiko dan ancaman terhadap keberlanjutan dari hubungan sosial, lingkungan, dan perekonomian (GRI, 2006).

Besarnya desakan akan risiko dan ancaman terhadap keberlanjutan, membuat transparansi mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi komponen utama bagi efektifnya hubungan dengan pemangku kepentingan, kebijakan investasi dan hubungan pasar lainnya. Global Reporting Initiative (GRI) merupakan salah satu organisasi internasional yang berpusat di Amsterdam, Belanda. Aktivitas utamanya difokuskan kepada pencapaian tranparansi dan pelaporan suatu perusahaan, melalui pengembangan stándar dan pedoman pengungkapan laporan keberlanjutan.

Laporan keberlanjutan adalah praktik pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal (GRI, 2006). Laporan keberlanjutan merupakan sebuah istilah umum yang

dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial (misalnya triple bottom line, laporan pertanggungjawaban perusahaan, dan lain sebagainya). Sebuah laporan

keberlanjutan harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal dari kinerja keberlanjutan sebuah organisasi baik kontribusi yang positif maupun negatif (GRI, 2006).

Laporan Keberlanjutan disusun berdasarkan kerangka pelaporan GRI. Kerangka pelaporan tersebut didesain agar dapat digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasi dimana berisikan prinsip-prinsip dalam


(33)

12

mendefinisikan isi laporan dan menjamin kualitas dari informasi yang dilaporkan (GRI, 2006). Panduan pelaporan GRI juga mengatur standar pengungkapan yang terdiri atas indikator kinerja dan item pengungkapan lainnya sebagaimana halnya panduan spesifik teknis dalam pelaporan.

2.1.6 Corporate Governance

Menurut Finance Committee on Corporate Governance dalam Effendi, (2009), corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Solihin, (2009) menyatakan bahwa contoh implementasi dari corporate governance di perusahaan adalah penerapan CSR. Salah satunya melalui pengungkapan laporan keberlanjutan. Hal ini karena implementasi pengungkapan laporan keberlanjutan juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan corporate governance yang baik. Sebagaimana

dijelaskan dalam pedoman umum corporate governance Indonesia khususnya prinsip responsibilitas.

Menurut pedoman umum tersebut yang dikutip dalam Solihin, (2009), corporate governance memiliki prinsip-prinsip, yaitu transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi, dan kewajaran serta kesetaraan. Penerapan corporate governance memberikan manfaat tersendiri seperti meningkatnya kinerja perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan,

mengembalikan kepercayaan investor, dan meningkatkan kepuasaan pemegang saham atas kinerja perusahaan (Putri, 2013).


(34)

13

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu menemukan adanya pengaruh antara karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan. Faisal et al., (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Legitimising Corporate Sustainability Reporting Throughout the World, mendapatkan hasil bahwa perusahaan dengan tipe high profile industry dan melakukan extra voluntary assurance statements ternyata secara statistik memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melakukan pengungkapkan laporan keberlanjutan, selain itu ditemukan hubungan yang signifikan antara business system dan pengungkapan laporan keberlanjutan, dimana perusahaan yang berada pada emerging market country memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan laporan keberlanjutan dibanding

perusahaan yang berada di communitarian dan anglo-saxon country, sedangkan untuk variabel ke empat ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara struktur komisaris independen dan pengungkapan laporan keberlanjutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Frendy dan Kusuma, (2011) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan, kinerja ekonomi, dan tipe industri memiliki hubungan yang positif dengan indeks pengungkapan lingkungan pada laporan keberlanjutan, akan tetapi, leverage, kompleksitas bisnis, dan struktur kepemilikan saham

mayoritas menunjukkan hubungan negatif dengan indeks pengungkapan lingkungan pada laporan keberlanjutan.

Adrzin dan Tower, (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Regulatory and Industry Influences on the Communication of Environmental Information: a Comparative Study of Top French and Australian Firms” akhirnya mencapai kesimpulan bahwa perusahaan yang berada di Negara Prancis ternyata cenderung


(35)

14

mengungkapkan laporan keberlanjutan lebih banyak dibanding persahaan yang ada di Autralia. Pada kedua negara tersebut, berdasarkan indeks lingkungan yang diterapkan pada laporan keberlanjutan didapatkan hasil bahwa perusahaan yang berada di sektor manufaktur ternyata lebih banyak mengungkapkan laporan keberlanjutan dibanding perusahaan yang berada di sektor jasa. Selain itu, terdapat hubungan positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dan ROA dengan indeks pengungkapan lingkungan pada laporan keberlanjutan.

Suryono, (2011) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa ditemukan adanya perbedaan yang signifikan karakteristik-karakteristik perusahaan dan pelaksanaan corporate governance antara perusahaan yang melakukan pengungkapan laporan keberlanjutan dan tidak melakukan pengungkapan, sedangkan untuk variabel leverage tidak terjadinya perbedaan yang signifikan. Selanjutnya, terdapat pengaruh positif antara variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, jumlah rapat dewan direksi, dan komite audit terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan. Hal ini berbeda dengan variabel lain seperti likuiditas, leverage, inventory turnover, dan governance committee dimana tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.

Luthfia, (2012) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa total aset, jumlah karyawan, rapat dewan direksi, dan keberadaan governance committee

berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan, adapun leverage menunjukkan pengaruh secara negatif, sedangkan untuk variabel return on asset, current ratio, inventory turnover, struktur modal, dan rapat komite audit tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat hasil yang beragam


(36)

15

untuk hubungan antara karakteristik perusahaan dan pengungkapan laporan keberlanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih lanjut mengenai praktik corporate governance dan pengungkapan laporan keberlanjutan serta diharapkan dapat merepresentasikan keadaan sekarang.

2.3 Model Penelelitian

Adapun model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1

Model Penelitian

2.4 Pengembangan Hipotesis

Informasi mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi stakeholder khususnya investor. Bagi stakeholder,

pengungkapan informasi mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan yang akan


(37)

16

menjadi tempat bagi investor dalam menanamkan modalnya. Penelitian ilmiah mengenai pengaruh corporate governance terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Dari model penelitian diatas maka hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.4.1 Pengaruh struktur komisaris independen terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan

Struktur komisaris independen dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proporsi komisaris independen (non-eksekutif) dari jumlah komisaris (Nurhayati et al., 2006). Komisaris independen memiliki kekuasaan yang lebih untuk mendorong manajemen dalam mengungkapkan informasi sukarela lebih lanjut dibandingkan dengan komisaris non-independen. Penelitian sebelumnya yang meneliti

hubungan antara proporsi komisaris independen dengan tingkat pengungkapan menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan (Chen dan Jaggi, 2000; Haniffa dan Cooke, 2000 dalam Frendy dan kusuma, 2011). Dengan demikian, penelitian ini mengusulkan hipotesis berikut:

H1 : Terdapat pengaruh positif antara struktur komisaris independen terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.

2.4.2 Pengaruh struktur kepemilikan saham mayoritas terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan

Struktur kepemilikan saham mayoritas diproyeksikan dengan persentase saham biasa yang dimiliki oleh pemegang saham mayoritas (saham pegendali), yang digunakan untuk mengukur kekuatan pemegang saham mayoritas dalam struktur ekuitas perusahaan (Nurhayati et al., 2006). Manajemen perusahaan dimana


(38)

17

diversifikasi pemegang saham lebih tersebar luas memiliki insentif yang lebih besar untuk secara sukarela mengungkapkan informasi (McKinnon and

Dalimunthe, 1993). Pernyataan tersebut didukung oleh penelian Schadewitz and Blevins, (1998) serta Frendy dan Kusuma, (2011) yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kepemilikan saham mayoritas dan tingkat pengungkapan. Hal ini berarti perusahaan dengan persentase kepemilikan saham mayoritas

(pengendali) lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan

pengungkapan lebih sedikit. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengusulkan hipotesis:

H2 : Terdapat pengaruh negatif antara sruktur kepemilikan saham mayoritas terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.

2.4.3 Pengaruh ukuran komite audit terhadap terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan

Komite audit merupakan komite yang membantu komisaris atau dewan pengawas dalam memastikan efektivitas sistim pengendalian internal dan efektivitas

pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal (Alijoyo, 2003). Berdasarkan strukturnya, komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga anggota. Salah satunya dari anggota tersebut merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen (Bapepam, SE-03/PM/2000). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistim pengawasan perusahaan yang memadai. Komite audit bertindak secara objektif


(39)

18

dalam membantu dewan komisaris melakukan pengawasan terhadap manajemen dimana pada akhirnya diharapkan dapat mendorong manajemen untuk

mengungkapkan seluruh informasi perusahaan. Penelitian Hasanah, et al., (2014) menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap

pengungkapan laporan keberlajutan perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengusulkan hipotesis:

H3 : Terdapat pengaruh positif antara ukuran komite audit terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.

2.4.4 Pengaruh struktur kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan

Pengungkapan laporan keberlanjutan merupakan salah satu media guna memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya.

Sehingga perusahaan dengan kepemilikan saham asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan lebih luas. Penelitian Khan et al., (2012) dalam Alfia, (2013) menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengusulkan hipotesis:

H4 : Terdapat pengaruh positif antara sruktur kepemilikan saham asing terhadap praktik pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling methode yaitu pemilihan sampel dari populasi dengan tujuan tertentu, agar sampel yang dipilih dapat mewakili keseluruhan populasi, dimana sampel tersebut harus memiliki kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berupa pertimbangan dan kuota tertentu (Jogiyanto, 2004).

Adapun dalam penelitian ini kriteria dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang yang terdaftar pada Indonesia Sustainability Reporting Award selama tahun 2010-2012

2. Perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2010-2012. 3. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan


(41)

20

Tabel 3.1

Kriteria Pemilihan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan Perusahaan yang yang terdaftar pada Indonesia

Sustainability Reporting Award selama tahun 2010-2012 43 Dikurangi perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2010-2012. 12

Dikurangi perusahaan yang tidak menyajikan annual report

dan sustainability report periode 2010-2012 14 Jumlah perusahaan yang memenuhi persyaratan

sebagai sampel 17

Dikali jumlah tahun pengamatan 3

Total Sampel 51

Sumber: data olahan

Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai sampel selama tahun 2010-2012 adalah sebanyak 51. 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan laporan keberlanjutan, dimana pengungkapan laporan keberlanjutan tersebut diproyeksikan berdasarkan Sustainability Disclosure Index (SDI). Sustainability Disclosure Index (SDI) yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Global Reporting Initiative (GRI) G3 indikator.

Penelitan ini menggunakan metode unweight indeks dalam menghitung indeks pengungkapan laporan keberlanjutan, hal ini dilakukan untuk mempertahankan hasil yang obyektif dan konsisten di seluruh sampel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fathi, 2013) pada perusahaan di Tunisia, berdasarkan deskripsi statistik penelitian tersebut memperlihatkan bahwa weight atau unweight index


(42)

21

menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda bahkan sama, begitu halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Coombs dan Tayib, 1998) dan (Firth, 1979). Selain itu dalam konteks praktik pengungkapan untuk kasus negara berkembang akan lebih cocok jika menggunakan unweight index hal itu mengingat rendahnya kualitas dan kuntitas pengungkapan informasi (Nurhayati et al., 2006) dan kesenjangan sosial, ekonomi, serta kondisi politik jika dibandingkan dengan negara maju (Cahaya et al., 2008), sehingga dalam penelitian ini saya menggunakan unweight index.

Prosedur dikotomi digunakan untuk mengukur nilai dari total pengungkapan untuk setiap sampel perusahaan, dimana untuk setiap perusahaan yang melakukan pengungkapan diberi nilai 1 dan untuk perusahaan yang tidak melakukan

pengungkapan diberi nilai 0. Sutainability Disclosure Index diukur berdasarkan G3 indikator GRI yang berjumlah 79 indikator pengungkapan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.

Skor SDI untuk masing-masing sampel kemudian dihitung dengan membandingkan skor Total Sustainability Disclosure (TSD) dengan skor Maximum Sustainability Disclosure (MSD).

Total Sustainability Disclosure (TSD) untuk setiap sampel diukur sebagai berikut (Cooke, 1989 dalam Frendy dan Kusuma, 2011).

dimana :

= 1 jika atribut pengungkapan SDI diungkapkan = 0 jika atribut pengungkapan SDI tidak diungkapkan


(43)

22

Pengungkapan laporan keberlanjutan maksimum atau Maximum Sustainability Disclosure (MSD) untuk setiap perusahaan diukur dengan perhitungan sebagai berikut:

dimana:

di = pengungkapan komponen SDI yang diharapkan

n = jumlah maksimum pengungkapan SDI yang perusahaan harapkan untuk diungkapkan, dimana dalam praktiknya dapat dilihat pada laporan keberlanjutan masing-masing perusahaan.

Sustainability Disclosure Index (SDI) yang mengukur tingkat relatif

pengungkapan untuk setiap sampel diperoleh sebagai berikut (Cooke, 1989 dalam Frendy dan Kusuma, 2011):

3.2.2 Variabel Independen

Variabel Independen merupakan tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lain, variabel independen dalam penelitian ini adalah atribut corporate governance yang terdiri dari struktur komisaris independen, struktur kepemilikan saham mayoritas, ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan saham asing.

3.2.2.1Struktur Komisaris Independen

Strukur komisaris independen dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proporsi komisaris independen (non-eksekutif) dari total komisaris (Nurhayati et al., 2006). Direksi yang lebih independen kepada manajemen lebih cenderung untuk


(44)

23

mengungkapkan informasi keberlanjutan. Akibatnya, persentase yang lebih tinggi oleh dewan independen dalam total dewan tersebut bisa dibilang menghasilkan komunikasi yang lebih besar (Haniffa dan Cooke 2005 dalam Faisal et al, 2012). 3.2.2.2Struktur Kepemilikan Saham Mayoritas

Struktur kepemilikan saham mayoritas didefinisikan sebagai persentase saham biasa yang dimiliki oleh pemegang saham mayoritas, hal ini digunakan untuk mengukur kekuatan pemegang saham mayoritas di dalam struktur ekuitas perusahaan (Nurhayati et al., 2006). Manajemen perusahaan di mana ekuitas pemegang saham dimiliki oleh pemilik yang beragam dan lebih tersebar luas akan memiliki insentif yang lebih besar untuk secara sukarela mengungkapkan

informasi (McKinnon dan Dalimunthe, 1993). 3.2.2.3Ukuran Komite Audit

Peran dan tanggung jawab komite Audit, seperti tertuang dalam piagam komite audit adalah untuk memberikan pendapat dan dukungan kepada dewan komisaris dalam memenuhi tanggung jawabnya termasuk penelaahan dan klarifikasi atas informasi keuangan, seleksi, penunjukan, pengawasan pekerjaan auditor independen, evaluasi efektivitas pelaksanaan fungsi internal audit, efektivitas pengendalian internal, pemantauan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, pelaporan risiko dan pelaksanaan manajemen risiko.

Ukuran komite audit dalam penelitian ini diproyeksikan dengan jumlah anggota komite audit dalam perusahaan.

3.2.2.4Struktur Kepemilikan Saham Asing

Struktur kepemilikan saham asing diproyeksikan dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor asing, baik perorangan maupun lembaga.


(45)

24

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Fungsi dari variabel kontrol adalah untuk mencegah adanya hasil perhitungan bias. Variabel kontrol adalah variabel untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausalnya agar lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lengkap dan lebih baik. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, dan keberadaan kegiatan internasional.

3.2.3.1Profitabilitas

Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on Assets (ROA), karena ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta mengukur tingkat efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan harta yang dimilikinya. ROA diukur dengan

membandingkan antara laba bersih sesudah pajak dengan total asset. 3.2.3.2Leverage

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai asetnya. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar dalam membiayai asetnya, sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah berarti lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam membiayai asetnya. Tingkat leverage suatu perusahaan menggambarkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan tersebut (Rismanda, 2003). Dalam penelitian ini leverage diukur


(46)

25

melalui Debt to Equity Ratio (DER) yaitu dengan membandingkan antara total liability dengan total equity.

3.2.3.3Keberadaan Kegiatan Internasional

Ekspansi operasi bisnis ke pasar internasional tentunya akan meningkatkan ketertarikan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini tentunya akan menyebabkan terjadinya perbedaan permintaan akan informasi yang secara tidak langsung membuat perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak (Meek et al., 1995). Dalam penelitian ini keberadaan kegiatan operasi

internasional dilihat berdasarkan keberadaan operasi penjualan ke luar negeri atau keberadaan cabang perusahaan di luar negeri, dimana perusahaan yang terdapat operasi penjualan ke luar negeri atau memiliki cabang di luar negeri diberi nilai satu, sedangkan yang tidak diberi nilai nol.

Tabel 3.2

Rangkuman Perhitungan Variabel Independen dan Variabel Kontrol

No Variabel Independen Metode Perhitungan Ukuran

1. Struktur Komisaris Independen (KOM)

Hasil bagi antara komisaris independen

terhadap total dewan komisaris Ratio

2. Struktur Kepemilikan Saham Mayoritas (MAY)

Persentase saham biasa yang dimiliki oleh

pemegang saham mayoritas Ratio

3. Ukuran Komite Audit (AUDIT)

Jumlah Komite audit yang terdapat

didalam suatu perusahaan Ratio

4. Struktur Kepemilikan Saham Asing (FRG)

Persentase saham biasa yang dimiliki oleh

pemegang saham asing Ratio

5. Profitabilitas (ROA) Ruturn on Assets Ratio

(Laba Sesudah Pajak/Total Aset)

6. Leverage (DER) Debt to Equity Ratio Ratio

(Total Hutang/Total Ekuitas)

7. Keberadaan Kegiatan Internasional (INT)

0 = Tidak ada penjualan internasional, anak perusahaan, atau cabang di luar

negeri. Dummy

1 = Ada penjualan internasional, anak perusahaan, atau cabang di luar negeri. Sumber: Data Olahan


(47)

26

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik desktiptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Analisis ini dimaksudkan untuk menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan dan karakteristik data tersebut. Pengukuran yang dilihat dari statistik deskriptif meliputi nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewnes (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).

3.3.2 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda sebagai alat analisis, sehingga terlebih dulu harus lolos uji asumsi klasik agar syarat asumsi dalam regresi terpenuhi. Uji asumsi klasik yang diperlukan ialah uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

3.3.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi normal, apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2011).

Normal atau tidaknya distribusi residual, salah satunya dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.

Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis : Ho: Data residual terdistribusi normal


(48)

27

Jika angka probabilitas <α = 5% berarti Ho ditolak, berarti data tidak

terdistribusi secara normal. Sebaliknya bila angka probabilitas >α = 5%, maka Ho

diterima dan data residual terdistribusi secara normal. 3.3.2.2Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen) pada model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerari, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal merupakan variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011).

Dalam mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melihat dari

1. Nilai tolerance dan lawannya. 2. Variance Inflation Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan variabel manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,1 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011). Jadi dapat disimpulkan, suatu model regresi dikatakan tidak ada multikolinearitas apabila memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.


(49)

28

3.3.2.3Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul, karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena adanya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series, karena

ganggguan pada individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok pada periode berikutnya (Ghozali, 2011).

Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan Run Test. Run Test

digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka dapat dikatakan bahwa residual acak atau random (Ghozali, 2011). Suatu model dinyatakan bebas autokorelasi dalam uji Run Test apabila tingkat signifikansi residual yang diuji berada di atas tingkat probabilitas 5%.

3.3.2.4Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sedangkan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).


(50)

29

Salah satu cara untuk mengetahuinya dapat dilakukan melalui Uji Glejser.

Pengujian ini dilakukan dengan cara meregres nilai absolut residual pada variabel independen. Jika variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Model regresi dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya diatas 5% pada tingkat probabilitas yang digunakan α = 5% (Ghozali, 2011).

3.3.3 Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan metode regresis linier berganda, sebelum menguji hipotesis akan dilakukan uji Goodness of Fit yang terdiri dari uji koefisien determinasi dan uji ANOVA.

3.3.3.1 Uji Goodness of Fit

3.3.3.1.1 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien deternasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).

3.3.3.1.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F atau ANOVA)

Uji statistik F atau uji Analysis of Variance (ANOVA) merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala mentrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala non metrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua). ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama dan pengaruh interaksi dari variabel independen kategorikal terhadap variabel


(51)

30

dependen metrik. Pengaruh utama adalah pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh bersama dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan untuk uji model. Apabila nilai F signifikan pada tingkat probabilitas 5%, maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

3.3.3.2 Uji Hipotesis

Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh variabel penjelas atau independen secara individual menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan untuk menguji variabel independen secara parsial dengan tingkat probabilitas 5%. Apabila tingkat probabilitas lebih kecil dari 5% maka hipotesis diterima. Pada Uji t dapat dilihat pula nilai koefisien atau beta yang menunjukkan seberapa besar masing-masing variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, serta pengaruh positif atau negatif berdasarkan tanda positif atau negatif pada koefisien.


(52)

31

3.4 Model Penelitian

Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen (struktur komisaris independen, struktur kepemilikan saham mayoritas, ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan saham asing) dan variabel kontrol (profitabilitas, leverage, dan keberadaan kegiatan internasional) terhadap variabel dependen (Sustainability Disclosure Index) dengan persamaan :

dimana :

SDI : Sustainabilty Disclosure Index KOM : Struktur Komisaris Independen

MAY : Struktur Kepemilikan Saham Mayoritas AUDIT : Ukuran Komite Audit

FRG : Struktur Kepemilikan Saham Asing ROA : Profitabilitas

DER : Leverage

INT : Keberadaan Kegiatan Internasional

e : residual error

: konstanta : koefisien regresi

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%. Pengambilan keputusan hipotesis diterima atau ditolak sebagai berikut:

Jika t hitung ≥ t tabel atau nilai sig. ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Jika t hitung < t tabel atau nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak. Nilai koefisien beta (B) harus searah dengan hipotesis yang diajukan.


(53)

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa corporate governance dengan proyeksi struktur komisaris independen, struktur kepemilikan saham asing, dan ukuran komite audit secara statistik tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan suatu perusahaan. Berbeda dengan variabel struktur kepemilikan saham asing yang ditemukan adanya pengaruh negatif terhadap pegungkapan laporan keberlanjutan. Sehingga semakin rendah persentase kepemilikan saham asing maka akan semakin tinggi pengungkapan laporan keberlanjutannya yang dilakukan.

Pengujian hipotesis menunjukkan hasil yang beragam untuk variabel kontrol, ditemukan adanya pengaruh negatif antara tingkat leverage terhadap

pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan di Indonesia, dimana hal tersebut menandakan semakin semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka akan semakin sedikit pengungkapan laporan keberlanjutannya yang dilakukan. Berbeda dengan variabel keberadaan kegiatan internasional, dimana secara statistik

ditemukan pengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktifitas internasional cenderung mengunggkapkan laporan keberlanjutan lebih tinggi dibanding yang


(54)

56

tidak, sedangkan untuk variabel profitabilitas tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan di Indonesia.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel hanya terdiri dari perusahaan publik yang menyajikan laporan keberlanjutan secara terpisah dengan annual report, sehingga dapat menyebabkan hasil perhitungan yang bias dan tidak dapat mewakili keadaan yang sebenarnya.

2. Terbatasnya jumlah perusahaan yang dapat dijadikan sebagai sampel karena masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang megungkapkan laporan keberlanjutan.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Memperhatikan kriteria dalam pemilihan sempel, sebaiknya perusahaan yang dijadikan sebagai sempel tidak hanya perusahaan publik yang menyajikan laporan keberlanjutan secara terpisah dengan annual report, tetapi juga perusahaan publik yang pengungkapan laporan keberlanjutannya tergabung dengan annual report.

2. Sebaiknya mempertimbangkan penggunaan variabel lain yang dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan, selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adzrin, R. and Tower, G. 2011. Regulatory and Industry Influences on the

Communication of Environmental Information: a comparative Study of Top French and Australian Firms. Autralia: ACPEA. 1: 5-27.

Alfia, Richa Puspita. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability. Skripsi: Semarang: Universitas Diponogoro

Alijoyo, F. Antonius. 2003. Keberadaan dan Peran Komite Audit dalam Rangka Implementasi GCG. Surabaya: Seminar Nasional GCG.

Cahaya, F.R., Porter, S.A., and Brown, A.M. 2008. Social Disclosure Practices by Jakarta Stock Exchange Listed Entities. Journal of The Asia-Pacific Centre for Environmental Accountability. 14(1): 2-11.

Chen, C.J. and Jaggi, B. 2000. Association between Independent Non-Executive Directors, Family Control and Financial Disclosures in Hong Kong. Journal of Accounting and Public Policy. 19(4/5): 285-310.

Coombs, H., and Tayib, M. 1998. Developing a disclosure index for local authority published accounts a comparative study of local authority

published financial reports between the UK and Malaysia. Paper presented at the Asian Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference in Osaka, August.

Deegan, C. 2002. The legitimising effect of social and environmental disclosures: a theoretical foundation. Accounting Auditing and Accountability Journal. 15(3): 282-311.

Deegan, C and Blomquist, C. 2006. Stakeholder influence on corporate reporting an exploration of the interaction between WWF-Australia and the Australian minerals industry. Accounting, Organizations and Society. 3(4/5): 343-373.


(56)

Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Faisal, Tower, G., and Rusmin. 2012. Legitimising Corporate Sustainability Reporting Throughout the World. Australasian Accounting Business and Finance Journal. 6(2): 19-34.

Fathi, Jouini. 2013. Corporate Governance and the level of Financial Disclosure by Tunisian Firm. Journal of Business Studies Quarterly. 4(3).

FCGI. 2002. Corporate Governance. (http://www.fcgi.or.id. Diakses tanggal 1 November 2014)

Febriyanti, Diah. 2010. Good Corporate Governance sebagai Pilar Implementasi Corporate Social Responsibility. Skripsi: Semarang: Universitas

Diponogoro

Firth, M. 1979. The impact of size, stock market listing, and auditors on voluntary disclosure in corporate annual reports. Accounting and Business Research. Pp: 273 – 280.

Fitri, Galuh Nur. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Frendy and Kusuma, I. W. 2011. The Impact of Financial, Non-Financial, and Corporate Governance Attributes on The Practice of Global Reporting Initiative (GRI) based Environmental Disclosure. Indonesia: SNA XIV Banda Aceh.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Global Reporting Initiative. 2006. Pedoman Laporan Keberlanjutan. Diakses 11 Februari 2014. http://www.globalreporting.org.

Gray, R., Kouhy, R., and Lavers, S. 1995. Corporate social and environmental reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 8(2).


(57)

Handoko, Yunus. 2014. Implementasi Social and Environmental Disclosure dalam Perspektif Teoritis. Jurnal JIBEKA. 8(1): 72-77

Hasanah, Faizatul. Yanto, Heri. Handayani, Dwi Bestari. 2014. Model

Pengembangan Good Corporate Governance dan Sustainability Report pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Indonesia: SNA XVII Lombok.

Indonesia Stock Exhange. 2013. IDX Fact Book 2013 Research and Product Development Division. Diakses 11 Februari 2014. http://www.idx.co.id.

Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Kemendagri. 2014. Diakses 11 Februari 2014. http://www ditjenkpi.kemendag.go.id

KPMG. 2008. KPMG International Survey of Corporate Responsibility Reporting 2008

Luthfia, Khaula. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability Report. Skripsi. Semarang: Universitas Diponogoro

McKinnon, J. L., and Dalimunthe, L. 1993. Voluntary Disclosure of Segment Information by Australian Diversified Companies. Accounting and Finance. 33(1): 33-50.

Meek, G. K., Roberts, C.B. and Gray, S.J. 1995. Factors Influencing Voluntary Annual Report Disclosures by U.S., U.K. and Continental European

Multinational Corporations. Journal of International Business Studies. 26(3).

Nugroho, M. F. 2011. Analisis Hubungan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Karakteristik Tata Kelola Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro


(58)

Nurhayati, R., Brown, A. dan Tower, G. 2006. A Developing Country's Natural Environment Disclosure Index. Wellington, New Zealand: AFAANZ Conference.

Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Pontianak: SNA XI.

O'Donovan, G. 2002. Environmental disclosures in the annual report: Extending the applicability and predictive pow er of legitimacy theor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 15(3): 344-371.

Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Auditing. 8(1): 1-94

Putri, Dwi Cynthia. 2013. Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report. Skripsi: Semarang: Universitas Diponogoro

Ramdhaningsih, Amalia dan Utama, I Made karya. 2013. Pengaruh Indikator Good Corporate Governance dan Profitabilitas pada Pengungkapan

Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 3(3): 65-82.

Ratnasari, Yunita. 2011. Pengaruh Corporate Governance terhadap Luas

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Rismanda, Eddy. 2003. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Said, Roshima., Yuserrie, Zainuddin., dan Hasnah, Haron. 2009. The Relationship between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristic in Malaysian Public Listed Companies. Social Resposibility Journal. 5(2): 212-226.


(59)

Sari, Nur Maemunah Permata. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Schadewitz, H.J. and Blevins, D.R. 1998. Major Determinants of Interim Disclosures in an Emerging Market. American Business Review. 16 (11): 41-55.

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.

Suryono, Hari. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report. Skripsi. Semarang: Universitas Diponogoro

Suryono, Hari dan Prastiwi, Andri. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report. Indonesia: SNA XIV Banda Aceh.

Sustainability Reporting Award. 2013. Diakses 11 Februari 2014. http://www.sra.ncsr-id.org

Untari, Lisna. 2010. Effect on Company Characteristics Corporate Social Responsibility Disclosures in Corporate Annual Report of Consumption Listed in Indonesia Stock Exchange. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Wibowo, A.S. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri terhadap Pengungkapan Sustainability Reporting di Website Perusahaan Peserta Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Zarzeski, M.T. 1996. Spontaneous Harmonization Effects of Culture and Market Forces on Accounting Disclosure Practices. Accounting Horizons. 10(1): 18-37.


(1)

56 tidak, sedangkan untuk variabel profitabilitas tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan di Indonesia.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel hanya terdiri dari perusahaan publik yang menyajikan laporan keberlanjutan secara terpisah dengan annual report, sehingga dapat menyebabkan hasil perhitungan yang bias dan tidak dapat mewakili keadaan yang sebenarnya.

2. Terbatasnya jumlah perusahaan yang dapat dijadikan sebagai sampel karena masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang megungkapkan laporan keberlanjutan.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Memperhatikan kriteria dalam pemilihan sempel, sebaiknya perusahaan yang dijadikan sebagai sempel tidak hanya perusahaan publik yang menyajikan laporan keberlanjutan secara terpisah dengan annual report, tetapi juga perusahaan publik yang pengungkapan laporan keberlanjutannya tergabung dengan annual report.

2. Sebaiknya mempertimbangkan penggunaan variabel lain yang dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keberlanjutan perusahaan, selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adzrin, R. and Tower, G. 2011. Regulatory and Industry Influences on the

Communication of Environmental Information: a comparative Study of Top French and Australian Firms. Autralia: ACPEA. 1: 5-27.

Alfia, Richa Puspita. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability. Skripsi: Semarang: Universitas Diponogoro

Alijoyo, F. Antonius. 2003. Keberadaan dan Peran Komite Audit dalam Rangka Implementasi GCG. Surabaya: Seminar Nasional GCG.

Cahaya, F.R., Porter, S.A., and Brown, A.M. 2008. Social Disclosure Practices by Jakarta Stock Exchange Listed Entities. Journal of The Asia-Pacific Centre for Environmental Accountability. 14(1): 2-11.

Chen, C.J. and Jaggi, B. 2000. Association between Independent Non-Executive Directors, Family Control and Financial Disclosures in Hong Kong. Journal of Accounting and Public Policy. 19(4/5): 285-310.

Coombs, H., and Tayib, M. 1998. Developing a disclosure index for local authority published accounts a comparative study of local authority

published financial reports between the UK and Malaysia. Paper presented at the Asian Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference in Osaka, August.

Deegan, C. 2002. The legitimising effect of social and environmental disclosures: a theoretical foundation. Accounting Auditing and Accountability Journal. 15(3): 282-311.

Deegan, C and Blomquist, C. 2006. Stakeholder influence on corporate reporting an exploration of the interaction between WWF-Australia and the Australian minerals industry. Accounting, Organizations and Society. 3(4/5): 343-373.


(3)

Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Faisal, Tower, G., and Rusmin. 2012. Legitimising Corporate Sustainability Reporting Throughout the World. Australasian Accounting Business and Finance Journal. 6(2): 19-34.

Fathi, Jouini. 2013. Corporate Governance and the level of Financial Disclosure by Tunisian Firm. Journal of Business Studies Quarterly. 4(3).

FCGI. 2002. Corporate Governance. (http://www.fcgi.or.id. Diakses tanggal 1 November 2014)

Febriyanti, Diah. 2010. Good Corporate Governance sebagai Pilar Implementasi Corporate Social Responsibility. Skripsi: Semarang: Universitas

Diponogoro

Firth, M. 1979. The impact of size, stock market listing, and auditors on voluntary disclosure in corporate annual reports. Accounting and Business Research. Pp: 273 – 280.

Fitri, Galuh Nur. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Frendy and Kusuma, I. W. 2011. The Impact of Financial, Non-Financial, and Corporate Governance Attributes on The Practice of Global Reporting Initiative (GRI) based Environmental Disclosure. Indonesia: SNA XIV Banda Aceh.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Global Reporting Initiative. 2006. Pedoman Laporan Keberlanjutan. Diakses 11 Februari 2014. http://www.globalreporting.org.

Gray, R., Kouhy, R., and Lavers, S. 1995. Corporate social and environmental reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 8(2).


(4)

Handoko, Yunus. 2014. Implementasi Social and Environmental Disclosure dalam Perspektif Teoritis. Jurnal JIBEKA. 8(1): 72-77

Hasanah, Faizatul. Yanto, Heri. Handayani, Dwi Bestari. 2014. Model

Pengembangan Good Corporate Governance dan Sustainability Report pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Indonesia: SNA XVII Lombok.

Indonesia Stock Exhange. 2013. IDX Fact Book 2013 Research and Product Development Division. Diakses 11 Februari 2014. http://www.idx.co.id.

Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Kemendagri. 2014. Diakses 11 Februari 2014. http://www ditjenkpi.kemendag.go.id

KPMG. 2008. KPMG International Survey of Corporate Responsibility Reporting 2008

Luthfia, Khaula. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability Report. Skripsi. Semarang: Universitas Diponogoro

McKinnon, J. L., and Dalimunthe, L. 1993. Voluntary Disclosure of Segment Information by Australian Diversified Companies. Accounting and Finance. 33(1): 33-50.

Meek, G. K., Roberts, C.B. and Gray, S.J. 1995. Factors Influencing Voluntary Annual Report Disclosures by U.S., U.K. and Continental European

Multinational Corporations. Journal of International Business Studies. 26(3).

Nugroho, M. F. 2011. Analisis Hubungan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Karakteristik Tata Kelola Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro


(5)

Nurhayati, R., Brown, A. dan Tower, G. 2006. A Developing Country's Natural Environment Disclosure Index. Wellington, New Zealand: AFAANZ Conference.

Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Pontianak: SNA XI.

O'Donovan, G. 2002. Environmental disclosures in the annual report: Extending the applicability and predictive pow er of legitimacy theor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 15(3): 344-371.

Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Auditing. 8(1): 1-94

Putri, Dwi Cynthia. 2013. Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report. Skripsi: Semarang: Universitas Diponogoro

Ramdhaningsih, Amalia dan Utama, I Made karya. 2013. Pengaruh Indikator Good Corporate Governance dan Profitabilitas pada Pengungkapan

Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 3(3): 65-82.

Ratnasari, Yunita. 2011. Pengaruh Corporate Governance terhadap Luas

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Rismanda, Eddy. 2003. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Said, Roshima., Yuserrie, Zainuddin., dan Hasnah, Haron. 2009. The Relationship between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristic in Malaysian Public Listed Companies. Social Resposibility Journal. 5(2): 212-226.


(6)

Sari, Nur Maemunah Permata. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Schadewitz, H.J. and Blevins, D.R. 1998. Major Determinants of Interim Disclosures in an Emerging Market. American Business Review. 16 (11): 41-55.

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.

Suryono, Hari. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report. Skripsi. Semarang: Universitas Diponogoro

Suryono, Hari dan Prastiwi, Andri. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report. Indonesia: SNA XIV Banda Aceh.

Sustainability Reporting Award. 2013. Diakses 11 Februari 2014. http://www.sra.ncsr-id.org

Untari, Lisna. 2010. Effect on Company Characteristics Corporate Social Responsibility Disclosures in Corporate Annual Report of Consumption Listed in Indonesia Stock Exchange. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Wibowo, A.S. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri terhadap Pengungkapan Sustainability Reporting di Website Perusahaan Peserta Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Zarzeski, M.T. 1996. Spontaneous Harmonization Effects of Culture and Market Forces on Accounting Disclosure Practices. Accounting Horizons. 10(1): 18-37.