8 melaksanakan tugas biasanya disebabkan karena minimnya informasi dan ketidakjelasan tujuan
yang diberikan oleh pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki visi masa depan yang kuat visioner dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya, akan lebih mudah dibandingkan dengan pemimpin lainnya.
2.2. Kepemimpinan Yang Memberdayakan Dalam Alkitab
Penulis sengaja mengangkat kepemimpinan Musadan Yesus sebagai contoh kepemimpinan yang memberdayakan, bukan berarti tidak ada pemimpin lain yang dapat diteladani, seperti
Daud, Nehemia, Yosua, Salomo, Paulus dll.Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan kepemimpinan Musa dan kepemimpinan Yesus.
Musa berusaha mengatasi konflik yang muncul Kel. 18:13-16. Ia mencoba menjadi pemimpin yang baik, namun secara de facto, dirinyalah yang menjadikan Israel tidak bergerak
secepat yang diinginkan. Dirinya pula yang membuatnya lelah dan tidak dapat berfungsi optimum. Ia tidak membuat suatu budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan
pemberdayaan pengikutnya. Ia menjadi pusat dinamika komunitasnya. Akibatnya, kekuatan dari komunitasnya ditentukan oleh kekuatannya sendiri, sedangkan potensi-potensi orang lain yang
Tuhan letakkan di sekitarnya, terbengkalai.
9
Mertuanya, Yitro, dengan bijaksana memberikan nasihat kepada Musa Kel. 18:9-12, serta memberikannya beberapa bimbingan yang sangat berharga mengenai konsep kepemimpinan
yang memberdayakan.Musa diperhadapkan untuk mencari orang yang dapat diberi pekerjaan yang menjadikan mereka pemimpin sekalipun mereka bukanlah seorang pemimpin.Beberapa
prinsip yang relevan pada masa kini. 1.
Mengerti panggilan kita. Yitro menasihati Musa dengan berkata:Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku
akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan- keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang
harus dilakukan Kel. 18:9. Musa perlu melepaskan perkara-perkara yang dapat dilakukan orang lain, sehingga dia dapat lebih fokus pada hal-hal tertentu. Demikian juga dengan setiap
9
ibid
9 pemimpin. Apa kelebihan seorang pemimpin? kita dipanggil dan memiliki kualifikasi untuk
melakukan apa? Bagaimana pemimpin dapat mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan lainnya?
10
2. Pilihlah pemimpin-pemimpin yang berkualitas untuk membantu kita.
Dengan lembut Yitro menasihati Musa: Kamu bukanlah satu-satunya orang yang dapat melakukan hal ini. Kamu hanya perlu menemukan beberapa pemimpin yang dapat kamu
percayai untuk berbagi beban ini. Tidak ada alasan yang mengharuskan kamu menanggung semuanya. Dia menambahkan nasihatnya, Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu
orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap Kel. 18:21a. Perhatikanlah bahwa fokusnya terletak pada karakter.
Orang-orang boleh saja mencari pengetahuan dan pengalaman. Mereka dapat mempelajari keahlian dan mengembangkan karunia mereka, tetapi kita perlu memulainya dengan dasar
karakter yang saleh. Saat pemimpin memiliki hal ini, maka kita akan lebih mudah memberikan delegasi.
3. Berikan pemimpin-pemimpin tanggung jawab dan otoritas.
Yitro sangatlah praktis. Dia mengerti bahwa cakupan kendali seorang pemimpin berkisar 10 orang. Dia menetapkan tingkatan organisasi yang sederhana dengan tanggung jawab yang
berbeda-beda. Dia memberikan garis besar: Tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin
sepuluh orang Kel. 18:21b-22a. Ini bukanlah sesuatu yang sulit, bukan juga birokrasi. Berbagai tingkatan manajemen tidak dibuat untuk menghalangi pengambilan keputusan, tetapi
untuk memudahkannya. Kuncinya adalah memberikan pengikut otoritas. 4.
Lakukanlah hal-hal yang tidak bisa diatasi orang lain saja. Musa sekalipun menyerahkan tugas melalui pendelegasian tetapi tidak menyerahkan
tanggung jawab utamanya. Musa mendelegasian dalam memutuskan persoalan yang diributkan oleh orang Israel, tetapi tetap memegang keputusan yang bersifat strategis, penting dalam
pengembaraan menuju tanah perjanjian.Yitro menganjurkan agar Musa mengelola masalah- masalah yang tidak bisa diatasi oleh orang lainKel. 18:22b. “Jangan pernah melakukan
pekerjaan penting yang dapat dilakukan orang lain atau akan dilakukan orang lain, jika ada
10
E.G. Singgih.Kepemimpinan Musa di dalam Perjanjian Lama, Jurnal, INTIM Makassar: STT Intim Edisi No. 7 - Semester Ganjil 2004, hlm. 22
10 banyak hal-hal penting yang perlu dilakukan yang tidak bisa atau tidak akan dilakukan orang
lain.
11
Yitro menjanjikan dua keuntungan: Musa bisa bertahan strategi ini dapat dijalankan, dan umatnya akan berada dalam kedamaian konflik yang ada akan semakin sedikit.Jika kita
ingin memiliki kepemimpinan yang kuat, maka sudah seharusnya setiap pemimpin memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. Jangan pernah takut melihat potensi dan
mengembangkan potensi orang-orang yang kita pimpin, sekalipun orang yang kita pimpin memiliki potensi yang lebih besar daripada yang kita miliki.
Sudah seharusnya kebesaran seorang pemimpin diukur dari berapa banyak pemimpin yang dihasilkannya, bukan sekadar berapa banyak pengikutnya. Seperti Tuhan Yesus yang telah
menolak 5.000 orang yang mengikuti-Nya dan lebih memprioritaskan waktu-Nya untuk memimpin 12 orang murid. Dengan memberdayakan ke-12 murid-Nya secara maksimal, maka
lahirlah dua belas rasul yang menggoncangkan dunia. Sebagai seorang pemimpin yang
melayani, Tuhan memberikan karakteristik-Nya dalam melayani orang lain atau orang yang kita pimpin, yang tertuang di Lukas 22:27: Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan,
atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Dari ayat tersebut kita dapatkan beberapa prinsip bagaimana seseorang
pemimpin yang melayani dapat memberdayakan orang yang dipimpin. Pertama, menghargai orang yang kita pimpin. Dikatakan bahwa orang yang duduk
makan lebih besar daripada yang melayani. Sering kali pemimpin tidak bisa memberdayakan karena dia merasa bahwa posisinya lebih tinggi sehingga lebih menuntut untuk dihargai daripada
menghargai. Syarat pertama untuk pemimpin dapat memberdayakan orang di bawahnya adalah menghargainya: menghargai potensi orang yang dipimpin, menghargai bahwa dia adalah calon
pemimpin masa depan, menghargai bahwa dia adalah orang yang dipercayakan Tuhan untuk kita pimpin untuk memaksimalkan potensinya.
Kedua, sikap melayani seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. Untuk memberdayakan orang lain, maka kita harus berfokus untuk melayani orang tersebut. Kita
melayaninya dengan cara mengenalnya setiap potensi yang dia miliki sebaik mungkin, kemudian berikan dia mimpi, dorongan, dan kesempatan untuk maju dan berkembang. Layani sampai dia
11
www.ppsbobby.wordpress.com . Jumat, 13092012 Pkl. 17.00. Wib
11 mencapai potensinya yang maksimal, hingga dia mengalami kepuasan karena pelayanan yang
kita berikan.
12
Dalam dunia modern, apalagi di dalam dunia pelayanan gerejawi atau organisasi Kristen hal serupa terjadi. Para pemimpin lalai untuk memberdayakan banyak orang. Jadi bagaimana
cara memberdayakan?Pertama, kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap spiritual. Orang yang bersedia memberdayakan orang lain menyatakan di depan orang banyak bahwa ia
mempercayakan semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang yang Ia letakkan di sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya pusat segalanya.
2.2.1. Tidak memerintah tetapi melayani
Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang melayani. Ini artinya bahwa seorang pemimpin Kristen bukan menerapkan kekuasaannya berdasarkan ego, tetapi berdasarkan tanggung jawab.
Seorang pemimpin yang berdasarkan ego akan memuaskan egonya dalam setiap tujuan, sedangkan pemimpin yang dimotivasi oleh tanggung jawab, akan membuat dia mengurbankan
egonya bagi suatu tujuan. Kepemimpinan membutuhkan kemauan keras, bukan kemauan yang egois atau keras kepala, melainkan kemauan yang tetap untuk melakukan apa yang perlu
dilakukan. Esensi kepemimpinan Kristen tidak terletak pada jabatan, gelar, atau pangkat, tetapi pada kain dan basi pelayan sebagaimana teladan Yesus saat Ia membasuh kaki murid-murid-
Nya. Model kepemimpinan melayani adalah model yang absah dan alkitabiah, baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Robert K Greenleaf, mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik dalam pespektif kristiani adalah “Kepemimpinan yang melayani”yang
artinya adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan.
13
2.2.2. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian pelimpahan wewenang merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pemberdayaan.Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan tugas yang pasti dan jelas,
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas,
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggung-jawaban, yang ditetapkan
12
Robert K Greenleaf, Servant Leadership: A Jurney into the nature of legitimate power and greatness, New York: Paulist Press, 1977 hlm 16-17
13
Robert K Greenleaf, Servant Leadership: A Jurney into the nature of legitimate power and greatness, hlm 7
12 dalam suatu penjabarandeskripsi tugas formil dalam organisasi.Pendelegasian sangat penting
bagi hidup dan kerja setiap organisasi.
2.3. Tugas Majelis Jemaat Dan Panggilannya